PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Ontologi ?
2. Apa saja aspek Ontologi Ilmu dalam Islam ?
3. Perbedaan Aspek Ontologi Ilmu dalam Islam dan Barat ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Ontologi
2. Untuk Mengetahui Aspek Ontologi dalam Islam
3. Untuk Mengetahui Perbedaan Ontologi ilmu dalam Islam dan Barat
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ontologi
Ontologi berasal dari kata Onto yang berarti atas, dan logie yang berarti ilmu;
Ontologi berarti atas ilmu. Adapun Ontologi dalam pengertian istilah diartikan sebagai
hakikat apa yang dikaji. Jika yang dikaji itu alam jagat raya, maka ontologi tidak hanya
membahasnya dari segi yang tampak, tetapi segi-segi yang tidak tampak, atau hakikatnya,
hukum-hukum, isi, substansi, sifat, hikmah, kandungan, keistimewaan, kekurangan, dan
kelebihan yang terdapat didalamnya. Sebagai sumber, ontologi harus menyiapkan bahan-
bahan yang dibutuhkan guna menyusun ilmu pengetahuan. Gunung misalnya disebut
sumber daya alam (SDA) karena di gunung terdapat bahan-bahan bangunan, seperti:
batu, pasir, kapur, semen, tembaga, perunggu, besi, platina, kayu, dan rotan.1
Ontologi merupakan bagian dari metafisika yang ditinjau ulang. Dalam ilmu
pengetahuan, ontologi ialah sesuatu yang digunakan sebagai dasar untuk memperoleh
pengetahuan. Dengan kata lain ontologi ilmu pengatahuan bertugas menjawab
pertanyaan, apakah sifat dasar wujud ilmu itu? Ontologi berarti berbicara tentang
jawaban terhadap pertanyaan apa sebenarnya ilmu pengetahuan.
1
Abuddin Nata, Islam dan Ilmu Pengetahuan, ( Jakarta: Prenadamedia Group, 2018) hal, 124
2
Menurut Kattsoff, naturalisme dan materialisme berpandangan bahwa pengertian
materi hendaknya dibicarakan dalam bidang ilmu fisika dan tidak di ontologi keduanya
mendasarkan diri pada hasil-hasil ilmu sebagai penopang dan menjunjung tinggi metode-
metode ilmiah.
Idealisme terdiri spiritualis dan dualis. Spiritualis adalah “segenap tatanan alam
dapat dikembalikan kepada atau berasal dari sekumpulan roh yang beraneka ragam dan
berbeda-beda derajatnya.” Dualis adalah “yang terdalam ialah jiwa semesta, tetapi
mereka pun menyatakan pendapat umum bahwa alam merupakan tatanan yang terdiri
dari tingkat-tingkat yang berbeda-beda.”2
Secara garis besar aspek ontologi dalam islam ada tiga, yaitu Allah, Alam, dan
Hari Pertemuan. Allah, dialah yang menciptakan alam dan akan mengadakan hari
pertmenuan tersebut. Alam adalah segenap makhluk yang telah diciptkannya; alam
merupakan kalam-Nya dan ayat-ayat-Nya yang tidak tertulis.sedangkan hari pertemuan
merupakan hari dimana manusia dimintai pertanggung jawaban atas semua perbuatan dan
amanah yang telah diperbuatnya.
2
Sudarnoto, Abdul Hakim, Kusmana, Masyri, El-Mahsyar, Integrasi Keilmuan, ( UIN Syarif Hidayatullah: UIN Jakarta
Press, 2006) hal 67-69
3
Orang-orang yang beriman sekali pun ia telah beriman sejak lahir, karena
dilahirkan ditengah orang tuanya yang mukmin, tetap wajib untuk mendalami ontologi
islam. Sebab untuk melahirkan mukmin yang militant tidak bisa tanpa pengetahuan yang
benar dan mendalam tentang Allah, kehidupan dan hari pertemuan ini. Dengan
demikian, aspek ontologi islam harus menjadi sentral pembahasan dalam ilmu-ilmu dan
pelajaran-pelajaran yang diselenggarakan ditengah masyarakat islam baik ditengah
keluarga, sekolah dan masyarakat itu sendiri.3
Melihat ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung makna pertanyaan, maka ayat ini
secara implisit tentu memberikan anjuran agar seseorang mempelajari metode untuk
mendapat suatu pengetahuan. Dengan demikian epistemologi yang dimaksudkan dalam
hal ini itu memiliki sandaran teologis Islam yang tertuang dalam kitab suci al-Qur’an. Di
mana secara implisit cara atau metode untuk memperoleh pengetahuan itu benar adanya
disinggung dalam kitab suci al- Qur’an. Bangunan epistemologi ini bisa dipelajari dan
dicermati dalam satu keilmuan Islam seperti dalam ilmu tasawuf, ilmu fiqih, ilmu kalam
3
https://www.academia.edu/9895260/SISTEMATIKA_FILSAFAT_ONTOLOGI_MENURUT_PERSPEKTIF_ISLAM_Makal
ah_ini_Disusun_untuk_Memenuhi_Salah_Satu_Tugas_Mata
4
Adnin Armas, Konsep Ilmu dalam Islam, Makalah, Depok, 2007, hal. 1
4
(teologi), akhlak, dan filsafat Islam. Disiplin keilmuan ini semuanya selalu merujuk pada
al-Qur’an sebagai sumber (episteme) nya.5
Dalam sub tema “Filsafat Islam dan Tradisi Keilmuan Islam”, Syamsuddin Arif
menjelaskan tentang sumber-sumber ilmu dan bagaimana meraihnya. Menurutnya, ada
tiga sumber ilmu yaitu persepsi indra (idrak al-hawass), proses akal sehat (ta’aqqul) serta
intuisi hati (qalb), dan melalui informasi yang benar (khabar sadiq).
Madzhab Rasionalisme dikaitkan filosof abad ke-17 dan 18, seperti Rene
Descartes, Baruch Spinoza, dan Gottfried Leibniz, yang sebenarnya berasal dari
pemikiran filsafat Yunani. Paham ini menyatakan bahwa pada hakikatnya ilmu itu
bersumber dari akal budi manusia. Descartes berpendapat bahwa dalam jiwa manusia
terdapat ide bawaan (innate ideas) yang dinamakan substansi yang sudah tertanam. Ide
bawaan tersebut terdiri atas: Pemikiran, Tuhan, dan keluasan (ekstensi). Adapun ilmu-
ilmu lain yang dicapai manusia pada hakikatnya adalah derivasi dari ketiga prinsip dasar
tersebut. Menurut aliran ini sumber ilmu adalah akal melalui deduksi ketat seraya
mengabaikan pengalaman.
5
Ainul Mubarok, Sumber-Sumber Ilmu, 2007 hal. 57
5
Mazhab kedua adalah empirisisme yang menekankan pentingnya pengalaman
sebagai sarana pencapaian pengetahuan. Aliran ini dipelopori oleh Francis Bacon,
sekalipun dalam pengertian tertentu pemikiran yang mengutamakan pendekatan empirik.
Puncak pemikiran aliran ini terdapat pada pemikiran David Hume yang dalam karyanya
A Treatise of Human Nature. Dalam buku tersebut David Hume mengupas persoalan-
persoalan epistemologis penting. Berbanding terbalik dengan rasionalisme, mazhab ini
berpandangan bahwa seluruh isi pemikiran manusia berasal dari pengalaman, yang
kemudian diistilahkan dengan persepsi. Persepsi, kemudian, dibagi menjadi dua macam,
yaitu kesan-kesan (impressions) dan gagasan (ideas). Yang pertama adalah persepsi yang
masuk melalui akal budi, secara langsung, sifatnya kuat dan hidup. Yang kemudian
adalah persepsi yang berisi gambaran kabur tentang kesan-kesan. Derivasi ilmiah yang
diakui oleh aliran ini adalah induksi terhadap fakta-fakta empiris.
Aliran ketiga adalah kritisisme yang merupakan usaha untuk mensintesa dua
kutub ekstrim sebelumnya; rasionalisme dan empirisisme. Tokoh utama aliran ini adalah
Immanuel Kant. Pemikiran yang disampaikan oleh Kant berusaha untuk mengakhiri
perdebatan yang terjadi tentang objektivitas pengetahuan antara rasionalisme Jerman,
yang diwakili Leibniz dan Wolff, dan Empirisisme Inggris. Dalam usahanya, Kant
berusaha menunjukkan unsur mana saja dalam pikiran manusia yang berasal dari
pengalaman dan unsur mana yang berasal dari akal. Berbeda dengan aliran filsafat
sebelumnya yang memusatkan perhatian pada objek penelitian, Kant mengawali
filsafatnya dengan memikirkan manusia sebagai subjek yang berpikir. Dengan demikian
fokus perhatian Kant adalah pada penyelidikan rasio manusia dan batas-batasnya.
Bagi pandangan keilmuwan Barat, sumber ilmu dibatasi pada hal-hal empirik dan
rasional, dan membuang wahyu. Al-Attas menulis, Barat merumuskan pandangannya
terhadap kebenaran dan realitas bukan berdasarkan kepada ilmu wahyu dan dasar-dasar
keyakinan agama, tetapi berdasarkan pada tradisi kebudayaan yang diperkuat dasar-dasar
filosofis. Dasar-dasar filosofis ini berangkat dari dugaan (spekulasi) yang berkaitan hanya
6
Al-Attas dalam Adnin Armas, hal. 7
6
dengan kehidupan sekulaer yang berpusat pada manusia sebagai diri jasmani dan hewan
rasional manusia sebagai satu-satunya kekuatan yang akan menyingkap sendiri seluruh
rahasia alam dan hubungannya dengan eksistensi, serta menyingkap hasil pemikiran
spekulatif itu bagi perkembangan nilai etika dan moral yang berevolusi untuk
membimbing dan mengatur kehidupannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
7
Ontologi adalah Salah satu cabang dari filsafat Ilmu yang membahas tentang
sumber ilmu pengetahuan. Yaitu segala sesuatu yang dijadikan tempat pengambilan
bahan-bahan dimana suatu ilmu dirumuskan. Ontologi merupakan bagian dari metafisika
yang ditinjau ulang. Dalam ilmu pengetahuan, ontologi ialah sesuatu yang digunakan
sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain ontologi ilmu
pengatahuan bertugas menjawab pertanyaan, apakah sifat dasar wujud ilmu itu? Ontologi
berarti berbicara tentang jawaban terhadap pertanyaan apa sebenarnya ilmu pengetahuan.
Disinilah letak perbedaan antara konsep islam dan barat dalam menyikapi objek
ilmu. Bagi islam objek ilmu itu meliputi alam fisik dan metafisik. Sedangkan barat hanya
mengakui terbatas pada alam fisik saja.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin, 2018. Islam dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Prenadamedia Group
Hakim, Sudarnoto Abdul, Kusmana, El-Mahsyar, dkk. 2006. Integrasi Keilmuan. UIN Syarif
Hidayatullah : UIN Jakarta Press
8
Armas, Adnin, 2007. Konsep Ilmu dalam Islam. Depok
https://www.academia.edu/9895260/SISTEMATIKA_FILSAFAT_ONTOLOGI_MENURUT_P
ERSPEKTIF_ISLAM_Makalah_ini_Disusun_untuk_Memenuhi_Salah_Satu_Tugas_Mata