Anda di halaman 1dari 19

FILSAFAT

ILMU
(Cabang-Cabang
Filsafat)
Dr. A. Nurul Kawakip, M.Pd, M.A
Kelompok 2

1. Zahrotus Sania (200106110050)


2. Alfina (200106110051)
3. Aini Mahfudhoh (200106110052)
4. Syarif Burhanudin )200106110054)
Ciri-Ciri
Filsafat
Ciri-Ciri atau Karakteristik Filsafat
Menurut Jan Hendrik Rapar setidaknya ada lima karakteristik dasar filsafat, yaitu:
 Berpikir radikal (mendalam sampai akarnya)
seorang filsuf tidak akan pernah terpaku pada satu fenomena tertentu. Ia akan senantiasa
berusaha untuk menemukan akar dari suatu kenyataan atau persoalan yang dipermasalahkan.

 Mencari asas
yakni dengan berupaya menemukan sesuatu yang menjadi esensi realitas sehingga dapat
diketahui dengan pasti dan jelas bagaiaman keadaan realitas tersebut.

 Memburu kebenaran
kebenaran yang dituju tidak bersifat mutlak atau final, sehingga terus bergerak dari satu
kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih pasti atau dapat dikatakan bahwa kebenaran ini
bersifat terbuka untuk diuji dan dikaji lagi sampai dengan kebenaran yang hakiki.
 Mencari kejelasan
Geisler dan Feinberg mengatakan bahwa ciri khas penelitian filsafat adalah adanya usaha
keras demi meraih kejelasan intelektual. Sehingga dalam hal ini senantiasa untuk
mengeliminasi segala sesuatu yang tidak jelas, kabur, gelap, bahkan yang berupa rahasia
dam teka-teki.

 Berpikir rasional
Keempat ciri sebelumnya tidak mungkin dapat berhasil dilakukan tanpa berpikir secara
rasional, yakni logis, sistematis, dan kritis. Selain menggapai makna-makna yang dapat
diterima akal sehal, berpikir rasional juga berusaha dapat menarik kesimpulan yang tepat
dan benar dari premis-premis yang digunakan.
Sistematis : rangkaian pemikiran yang berhubungan satu sama lain secara logis.
Kritis : mengevaluasi dan memverifikasi argumen-argumen yang mengklaim diri benar secara
terus menerus.

Sumber: Rappar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Penerbit


Kanisius) h. 21-24
1. Berpikir radikal 3. Konseptual
2. Universal
Hasil dari generalisasi dan
Berpikir secara mendasar Menyeluruh. Bukan abstraksi pengalaman manusia.
sampai ke akarnya partikular atau
fragmentaris
6. Bebas
Hasil pemikiran filsafat itu bebas dari
4. Koheren & prasangka sosial, historis, kultural,
bahkan religius.
Konsisten
Sesuai dengan kaidah-kaidah
berpikir logis dan tidak 5. Sistematis 7. Bertanggungjawab
kontradiktif
Setiap pendapat saling Bertanggungjawab atas hasil
berhubungan secara teratur dan pemikirannya atau paling tidak
adanya maksud atau tujuan terhadap hati nuraninya sendiri.
tertentu.

Sumber: Musytasyir, Rizal dan Misnal Munir. 2001. Filsafat Ilmu. Pustaka Pelajar.
h. 5-6
Sejarah Lahirnya
Filsafat
Zaman Yunani Kuno

Zaman Abad Pertengahan

Zaman Modern

Zaman Kontemporer
Zaman Yunani
Kuno

 Dimulai abad 6 SM dan mengembangkan pemikiran tentang adanya alam


semesta
 Dikembangkan dengan corak berpikir rasional
 Para tokoh di zaman ini, antara lain:
 Thales, Anaksimenes, dan Anaksimandro (filusuf era kuno) yang
membahas konsep asal mula alam semesta (kosmosentris).
 Socrates, Plato dan Aristoteles (filusuf era klasik) yang membahas
mengenai manusia (antroposentris).
 di India, yaitu Sidharta Gautama (563 s.d. 483 SM).
 di China, yaitu Kongfusius (Kong Fusi) (551 s.d. 479 SM) dan Lao Tzu.
 di Persia, yaitu Zarathustra (Zoroaster) dari Balkh (sekitar abad 625
s.d. 551 SM)
Zaman Abad
Pertengahan

 Disebut juga periode scholastik, karena filsafatnya bercorak keagamaan dan mengabdi
pada teologi. Atau disebut juga Teosentris (kebenaran berdasarkan wahyu Tuhan).
 Terdapat upaya-upaya para filsuf untuk memadukan pemikiran Rasional (Aristoteles)
dengan Wahyu Tuhan sebagai upaya sintesa antara kepercayaan dan akal.
 Keadaan ini juga terjadi di kalangan umat Islam yang mencoba melihat ajaran Islam
dengan sudut pandang Filsafat (rasional), hal ini dimungkinkan mengingat begitu
kuatnya pengaruh pemikiran-pemikiran ahli filsafat Yunani/hellenisme saat itu, sehingga
keyakinan Agama perlu dicarikan landasan filosofisnya agar menjadi suatu keyakinan
yang rasional.
 Munculnya pemikiran renaissance dan humanisme sebagai pelopor perkembangan
filsafat zaman ini
 Para tokoh di zaman ini antara lain:
 Islam: Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibnu Bajjah, Ibnu Tufail dan
Ibnu Rusyd.
 Kristen: Peter Abelardus, Albertus Magnus, dan Thomas Aquinas.
Zaman
Modern

 Terjadi kebangkitan kembali rasio yang mewarnai filsafat zaman modern


 Salah seorang pelopornya adalah Descartes. Dia berjasa dalam merehabilitasi dan
mengotonomisasi kembali rasio yang sebelumnya hanya menjadi budak keimanan.
 Pada abad ke-18 perkembangan filsafat mengarah ke ilmu pengetahuan, yakni
diisi dengan upaya mencari kebenaran, kenyataan, dan menjadi ilmu pasti serta
berguna. Tokoh pemikiran tersebut adalah Jj. Rousseau. Adapun di Jerman, yaitu
Immanuel Kant.
 Pada abad ke-19 munculah filsuf di setiap bangsa sehingga mampu membentuk
kepribadiannya masing-masing. Di antaranya:
 Hegel (1770-1857),
 Karl Marx (1818-1883),
 August Contre (1798-1857),
 John Dewey (1858-1952).
Zaman
Kontemporer
 Memiliki ciri khas yakni memberikan perhatian yang khusus kepada
bidang bahasa dan etika sosial.
 Dalam bidang bahasa terdapat pokok-pokok masalah, yaitu arti kata-
kata dan arti pernyataan-pernyataan. Hal ini dikarenakan banyak
penggunaan istilah-istilah yang sering tidak dipikir dahulu secara
mendalam, sehingga menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda
(bermakna ganda).
 Dalam bidang etika sosial memuat pokok-pokok masalah apakah
yang semestinya dilakukan oleh manusia pada zaman sekarang ini.
 Aliran di awal zaman ini (abad ke 20), yaitu: Neo-helenisme, neo-
positivisme, kritik ilmu, dan irasionalisme. Sedangkan, di akhir zaman ini,
yaitu aliran filsafat analitik, eksistensi, strukturalisme, dan kritik sosial.
Sumber:
Robert C Solomon dan Kathleen M Higgins Sejarah Filsafat (Yogyakarta, 2003), hlm. 2
A. Susanto. Filsafat Ilmu. (Jakarta: Bumi Aksara). 2011. hlm. 30-35
Bidang Kajian Filsafat
1.
Ontologi

Kata ontologi berasal dari bahasa Adapun pertanyaan-pertanyaan yang


Yunani "ontos" artinya ada dan "logos" artinya diharapkan mampu menjawab tentang "apa", antara
penyelidikan tentang. Ontologi membahas lain:
tentang asas-asas rasional yang berusaha 1. Objek apa yang ditelaah oleh ilmu?
mengetahui esensi terdalam dari "yang ada". 2. Apa wujud yang hakiki dari objek tersebut?
Jadi, ontologi ini disebut juga teori hakikat 3. Hal-hal apa yang harus diperhatikan untuk
yang membicarakan pengetahuan itu sendiri. mendapatkan ilmu?
4. Apa itu kebenaran?
5. Teknik apa yang bisa digunakan untuk
memperoleh ilmu? Dan sebagainya.
Bidang kajian ontologi juga terbagi
menjadi beberapa aliran, seperti materialisme,
idealisme, dualisme, skeptisme, dan agnotisme.
Ontologi dibedakan menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus.

1. Metafisika umum
 Apa yang dimaksud dengan ada, keberadaan, atau eksistensi itu?
 Bagaimana penggolongan dari yang ada, keberadaan, atau eksistensi?
 Apa sifat dasar, kenyataan, atau keberadaan?dst.

2. Metafisika khusus
Mempersoalkan hakikat yang ada pada tiga bagian penting berikut:
 Kosmologi (tentang hakikat alam semesta, termasuk segala isinya, kecuali manusia)
 Antropologi (tentang hakikat manusia)
 Teologi (tentang hakikat Tuhan.)
Ini merupakan konsekuensi terakhir dari seluruh pandangan filsafat. Tema-tema yang dibicarakan
berkisar pada kesucian, kebenaran, keadilan, dan sifat-sifat Tuhan.

Sumber: Umam, Khotibul. 2015. Filsafat Hukum dan Etika Profesi. Jakarta: Universitas
Terbuka). pp. 1-44.
2. Epistemologi

Istilah epistemologi berasal dari bahasa


Yunani, yaitu episteme artinya pengetahuan dan
logos artinya pikiran, teori, atau ilmu pengetahuan. Epistemologi hadir untuk menjawab
Menurut Poedjiadi (2001:13), pertanyaan "bagaimana", misalnya:
epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas a. Bagaimana cara memperoleh pengetahuan?
tentang pengetahuan. Maka dari itu, istilah lainnya b. Bagaimana proses menggali pengetahuan yang
adalah teori pengetahuan. berupa ilmu?
Adapun kajian pembahasannya meliputi, c. Bagaimana cara membedakan antara ilmu
asal mula, bentuk atau struktur, dinamika, validitas, pengetahuan dengan pendapat?dst.
dan metodologi yang bersama-sama membentuk
pengetahuan manusia. Beberapa aliran tentang epistemologi, diantaranya
empirisme, rasionalisme, dan intuisionisme.
3. Aksiologi

Secara etimologis, istilah aksiologi


berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu "aksios"
artinya nilai dan "logos" artinya teori. Jadi,
aksiologi merupakan cabang filsafat yang Aksiologi ini digunakan untuk
mempelajari hakikat nilai seperti kegunaan atau menjawab pertanyaan "mengapa", diantaranya:
a. Mengapa pengetahuan berupa ilmu itu
manfaat dari pengetahuan. Dalam menggunakan diperlukan?
filsafat dapat dilihat melalui 3 hal, yaitu: b. Mengapa pemanfaatan ilmu pengetahuan
a. Filsafat sebagai kumpulan teori perlu memperhatikan kaidah-kaidah moral? Dan
b. Filsafat sebagai pandangan hidup sebagainya.
c. Filsafat sebagai metode pemecahan masalah
Aksiologi memiliki tiga cabang, yaitu:
Membahas nilai kebaikan, keburukan,
kewajiban, perasaan, serta
tanggungjawab.

Logika Etika Estetika

Membahas tentang nilai Membahas nilai keindahan dan


kebenaran dan bagaimana membatasi tingkatan-tingkatan yang
seharusnya berpikir secara menjadi standar dari sesuatu yang
benar. indah.

Sumber: Umam, Khotibul. 2015. Filsafat Hukum dan Etika Profesi. Jakarta: Universitas
Terbuka). pp. 1-44.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai