Anda di halaman 1dari 14

EFEK OBAT

Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Psikofarmakologi
Dosen pengampu: Lukman Hakim, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Disusun oleh :
Kelompok 3 / Kelas A
Mila Alfiana (20090000136)
Tarisa Putri Febriana (20090000138)
Levia Fenoariyusta Mardatari (20090000139)
Dimas Agung Prasetyo U. (20090000144)
Hafiyariqza Ismi Azizah (20090000148)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada kami, sehingga makalah kelompok
yang kami kerjakan dengan materi “Efek Obat” dapat tersusun dengan
sebagaimana mestinya.
Penulisan makalah berjudul “Efek Obat” bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Psikofarmakologi yang diampu oleh bapak Lukman Hakim, S.Psi.,
M.Psi., Psikolog Sehingga kami mempunyai tambahan ilmu, pengetahuan dan
wawasan. Kami juga berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi diri kami sendiri
dan para pembaca.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu
yang telah memberikan tugas untuk menyusun makalah ini dan anggota
kelompok yang telah menyusunnya. Kami meminta maaf jika terdapat
kekurangan dan kesalahan kata dalam penulisan makalah ini, kritik dan saran
sangat diperlukan untuk kelangsungan penulisan ke depannya.

Malang, 11 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................3

1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3

1.3 Tujuan....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................5

2.1 Efek Obat dan Manifestasinya................................................................5

2.2 Efek Obat...............................................................................................7

BAB III PENUTUP..............................................................................................12

3.1 Kesimpulan...........................................................................................12

3.2 Saran....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pengertian efek samping obat adalah semua efek yang tidak diinginkan yang
membahayakan atau merugikan pasien (adverse reactions) akibat penggunaan obat.
Masalah efek samping obat tidak bisa dikesampingkan karena dapat menimbulkan
berbagai dampak dalam penggunaan obat baik dari sisi ekonomik, psikologik dan
keberhasilan terapi. Dampak ekonomik seperti meningkatnya biaya pengobatan dan
dampak psikologik pada kepatuhan penderita dalam minum obat akan berakibat
kegagalan terapi.
Obat bukan hanya memiliki efek yang baik bagi penggunanya tetapi dapat juga
menimbulkan reaksi yang merugikan. Beberapa penelitian mengamati tentang reaksi
samping obat atau reaksi obat yang merugikan (adverse drug reactions—ADRs) telah
dipublikasikan. Dikenal secara umum dengan istilah efek samping obat (ESO). Efek
samping obat diumpamakan sebagai puncak piramida yang berisi semua masalah yang
berkaitan dengan terapi obat. Kejadian efek samping obat yang merugikan merupakan
suatu cedera yang berhubungan deengan penggunaan obat.
Faktor penyebab terjadinya efek samping obat dapat berasal dari faktor pasien dan
faktor obat. Faktor pasien meliputi umur, genetik dan penyakit yang diderita. Pada
pasien anak-anak (khususnya bayi) sistem metabolisme belum sempurna yang
memungkinkan terjadinya efek samping dapat lebih besar, begitu pula pada pasien
geriatrik (lansia) yang kondisi tubuhnya sudah menurun. Pada pasien geriatrik (lansia)
penggunaan obat perlu perhatian khusus karena dapat menyebabkan efek samping
yang serius. Faktor obat yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek samping
seperti pemilihan obat, jangka waktu penggunaan obat, dan adanya interaksi antar obat.
Masing masing obat memiliki mekanisme dan tempat kerja yang berbeda-beda
sehingga dapat menimbulkan efek samping yang berbeda.
Walaupun tidak semua efek samping obat merugikan akan tetapi perlu upaya untuk
mencegah hal-hal yang berbahaya akibat penggunaan obat. Untuk itu kita perlu
memahami dan mewaspadai efek samping obat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:

3
1) Bagaimana efek obat diikuti dengan manifestasinya?
2) Apa sajakah macam-macam dari efek obat?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka makalah ini dibuat bertujuan
untuk:

1) Memahami efek obat dan manifestasinya.


2) Mengetahui macam-macam efek obat.

4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Efek Obat dan Manifestasinya
A. Manifestasi Efek Samping Obat
Efek samping obat dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu:
1. Efek samping obat yang dapat diperkirakan
Efek samping yang dapat diperkirakan dapat timbul karena aksi farmakologi
yang berlebihan misalnya penggunaan obat antidiabetik oral menyebabkan efek
samping hipoglikemia dan hipotensi pada pasien stroke yang menerima obat
hipertensi dosis tinggi. Gejala penghentian obat dapat menimbulkan munculnya
kembali gejala penyakit semula atau menimbulkan reaksi pembalikan terhadap
efek farmakologi obat sehingga pasien memerlukan dosis yang makin lama
makin besar respon karena penghentian obat, misalnya hipertensi berat karena
penghentian klonidin. Efek samping yang tidak berupa efek utama obat juga
sering terjadi. Pada sebagian besar obat munculnya efek samping ini sudah
dapat diperkirakan sehingga tenaga kesehatan sudah mewaspadai munculnya
efek samping ini. Sebagai contoh adalah adanya keluhan pedih, mual, muntah
akibat penggunaan obat-obat penghilang nyeri dan radang serta rasa ngantuk
setelah minum obat anti alergi atau obat mabuk perjalanan.
2. Efek samping obat yang tidak dapat diperkirakan
Efek samping yang tidak dapat diperkirakan dapat disebut juga idiosinkratik.
Pada kasus efek samping yang tidak diperkirakan seperti alergi sulit diperkirakan
sebelumnya karena sering tidak tergantung dosis dan terjadi pada sebagian kecil
populasi. Reaksi yang muncul juga bermacam-macam mulai yang ringan seperti
kulit kemerahan sampai yang berat dan fatal seperti syok anafilaksis. Untuk
mencegah dan mewaspadai munculnya reaksi alergi perlu diperhatikan sifat-sifat
khasnya seperti keluhan dan gejala ditandai reaksi imunologi seperti ruam kulit,
gatal-gatal dan sesak nafas. Reaksi dapat terjadi pada kontak ulangan, seringkali
ada tenggang waktu antara minum obat dengan munculnya efek samping, dan
reaksi hilang bila obat dihentikan. Pada kasus efek samping karena variasi
genetik sulit dikenali secara spesifik, karena kelainan genetik hanya diketahui
dengan pemeriksaan spesifik contohnya pasien dengan yang kekurangan enzim
glukosa-6fosfat dehidrogenase mempunyai potensi menderita anemia karena
penggunaan obat malaria seperti primakuin, antibakteri golongan sulfonamid dan
obat jantung seperti kinidin.

5
Berikut ini merupakan bagian tubuh yang terdampak manifestasi efek
samping penggunaan obat:

1. Otak: terjadi insomnia, mengantuk, dan 5. Hati: sirosis


halusinasi

2. Mata: mengalami penglihatan buram dan 6. Lambung: mual


mata kemerahan

3. Paru-paru: empisema dan kanker 7. Ginjal: peningkatan urin

4. Jantung: serangan jantung dan aritmia 8. Usus: sembelit

B. Macam-Macam Efek Obat


1. Efek Normal
Efek normal adalah efek yang timbul pada sebagian besar atau kebanyakan
individu yang mengonsumsi obat. Obat dalam dosis terapi dapat menimbulkan
lebih dari satu macam efek yang dibedakan menjadi 2 yaitu efek utama (primer)
dan efek samping.
 Efek utama (primer) merupakan efek yang sesuai dengan tujuan pengobatan.
Misalnya morfin untuk menghilangkan rasa sakit dan eter untuk menginduksi
anastesi. Efek utama dapat menimbulkan efek sekunder, yaitu efek yang tidak
diinginkan dan merupakan reaksi organisme tubuh terhadap efek primer obat.
Misalnya tetrasiklin peroral yang dapat menimbulkan diare.
 Efek samping merupakan efek yang tidak menjadi tujuan utama pengobatan.
Efek ini bisa menguntungkan atau merugikan tergantung pada kondisi dan
situasi pasien. Misalnya antihistamin yang dapat menimbulkan rasa kantuk,
bagi pasien yang membutuhkan istirahat maka obat ini menguntungkan,
sedangkan bagi pekerjaan yang butuh kewaspadaan seperti pengemudi
kendaraan bermotor maka obat ini merugikan.
2. Efek Abnormal
Efek abnormal adalah efek yang timbul pada sebagian kecil individu atau
kelompok individu tertentu. Efek abnormal dapat toleransi dan intoleransi.
 Toleransi merupakan peristiwa yang terjadi jika dibutuhkan dosis yang lebih
tinggi untuk meinumbulkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh dosis
terapi normal. Toleransi dibedakan lagi menjadi toleransi semu dan toleransi
sejati.

6
a. Toleransi semu timbul akibat obat diberikan dengan cara tertentu, misalnya
individu toleran terhadap obat jika diberikan secara peroral, tetapi tidak toleran
jika diberikan dengan cara disuntikkan.
b. Toleransi sejati timbul jika obat diberikan secara oral maupun parenteral,
dapat disebabkan perubahan disposisi obat yang berakibat berkurangnya
intensitas dan lamanya kontak-kontak antara obat jaringan sasaran
(reseptor) atau perubahan sifat dan fungsi sasaran sehingga jaringan kurang
peka terhadap obat.
 Intoleransi merupakan suatu penyimpangan respon terhadap dosis tertentu
pada obat. Intoleransi dibedakan menjadi 2, yaitu intoleransi kuantitatif dan
intoleransi kualitatif.
a. Intoleransi kuantitatif dapat merespon dosis obat yang lebih rendah dari dosis
terapi.
b. Intoleransi kualitatif merupakan gejala dan tanda yang tampak sama sekali
berbeda dari gejala yang timbul setelah pemberian obat dosis toksik.
3. Efek Toksik Obat
Secara bahasa, toksik berarti racun. Berefek toksik artinya obat bisa
menyebabkan keracunan. Dalam dunia farmasi dan kedokteran, beda antara
obat dan racun ada pada dosis. Jika obat digunakan pada dosis yang melebihi
dosis terapinya, obat tersebut akan berefek sebagai racun. Obat bisa
menyebabkan keracunan pada berbagai anggota tubuh terutama anggota tubuh
yang banyak dilewati oleh aliran darah. Efek toksik, atau toksisitas suatu obat
dapat diidentifikasi melalui pemantauan batas terapeutik obat tersebut dalam
plasma (serum). Tetapi, untuk obat-obat yang mempunyai indeks terapeutik yang
lebar, batas terapeutik jarang diberikan. Untuk obat-obat gang mempunyai indeks
terapeutik sempit, seperti antibiotika aminoglikosida dan antikonvulsi, batas
terapeutik dipantau dengan ketat. Jika kadar obat melebihi batas terapeutik,
maka efek toksik kemungkinan besar akan terjadi akibat dosis yang berlebih atau
penumpukan obat.

2.2 Efek Obat


Jenis obat-obatan yang dipakai dalam psikofarmakologi Golongan psikofarmakologi
dibagi menjadi lima Obat-obatan psikofarmakologi dibagi menjadi beberapa golongan
Ada lima jenis utama dari obat-obatan psikofarmakologi, yaitu: antidepresan, obat
antikecemasan, stimulan, antipsikotik, dan penstabil suasana hati.
1. Obat Antidepresan

7
Antidepresan adalah obat yang digunakan untuk mengobati depresi. Jenis obat
antidepresan yang paling umum adalah:
a. Selective Serotin Reuptake Inhibitors (SSRI)
SSRI merupakan obat yang dapat terus meningkatkan jumlah serotonin di
otak. Serotonin adalah neurotransmitter kuat yang mengatur suasana hati. Selain
itu, serotonin juga mempengaruhi fungsi buang air besar, tidur, pembekuan
darah, dan masih banyak lagi.
b. Selective Norepinepherine Reuptake Inhibotors (SNRI)
Ini adalah obat yang secara bertahap akan meningkatkan jumlah norepinefrin
di otak Anda. Norepinefrin adalah hormon yang membuat otak terus terjaga dan
waspada.
c. Bupropion
Obat jenis ini akan meningkatkan aktivitas otak yang penting dan dapat
digunakan untuk mengobati gangguan afektif musiman (SAD) atau membantu
seseorang untuk berhenti merokok. Ada beberapa efek samping dari obat
psikofarmakologi jenis antidepresan, termasuk kantuk, mulut kering, insomnia,
sembelit, penambahan berat badan, tremor dan gangguan seksual.
2. Obat Antikecemasan
Ini adalah obat psikofarmakologi yang diberikan untuk mengobati berbagai
gangguan kecemasan. Obat-obatan ini dapat digunakan untuk mengobati serangan
panik, fobia, gangguan kecemasan umum, serta berbagai gejala lainnya terkait
kecemasan. Obat antikecemasan termasuk beta-blocker yang dapat membantu
mengobati gejala fisik pada gangguan kecemasan, seperti:
a. Peningkatan detak jantung
b. Mual
c. Berkeringat
d. Gemetar

Beberapa potensi efek samping yang dimiliki obat ini termasuk :

a. Penglihatan kabur
b. Kelelahan
c. Sakit kepala
d. Mual
e. Kebingungan
f. Mimpi buruk

8
Beberapa jenis obat penenang dan obat tidur juga digunakan untuk mengobati
kecemasan dan insomnia. Hal ini dikarenakan obat antikecemasan biasanya
menyebabkan kantuk. Jenis obat ini cenderung diresepkan untuk jangka waktu
singkat untuk mencegah ketergantungan.

3. Stimulant
Stimulan adalah obat psikofarmakologi yang digunakan untuk membantu
mengelola perilaku yang tidak terorganisir. Stimulan dapat membantu meningkatkan
konsentrasi disamping memiliki efek menenangkan. Beberapa efek samping stimulan
antara lain adalah sulit tidur, kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan.
Seringkali obat stimulan diresepkan untuk orang dengan attention deficit
hyperactivity disorder (ADHD).
4. Antipsikotik
Obat antipsikotik adalah jenis obat psikofarmakologi yang dapat membantu
mengelola psikosis, yaitu beberapa kondisi medis yang dapat memengaruhi pikiran.
Orang dengan psikosis dapat terlihat seperti pikirannya terpisah dari kenyataan serta
mengalami delusi atau halusinasi. Pemberian obat antipsikotik dapat membantu
penderita psikosis untuk: Berpikir lebih jernih Merasa lebih tenang Tidur lebih
nyenyak Berkomunikasi lebih efektif Selain untuk psikosis, antipsikotik juga dapat
digunakan untuk mengobati ADHD, depresi, gangguan stres pascatrauma (PTSD),
gangguan obsesif-kompulsif (OCD) dan gangguan makan. Beberapa efek samping
yang mungkin dirasakan antara lain adalah rasa kantuk, nafsu makan meningkat,
sakit perut dan penambahan berat badan.
5. Penstabil susasana hati
Penstabil suasana hati atau mood stabilizers adalah obat psikofarmakologi yang
membantu mengatur emosi yang ekstrem. Dengan mengonsumsi obat ini, Anda
dapat mengelola rentang emosi agar tetap stabil. Biasanya, obat ini digunakan
terutama pada kasus gangguan bipolar dan perubahan suasana hati yang ekstrem.
Beberapa efek samping yang mungkin dirasakan saat mengonsumsi obat penstabil
suasana hati adalah kantuk, sakit perut, pusing, tremor, pandangan kabur,
kebingungan dan penambahan berat badan.

Golongan obat (contoh Indikasi utama Kemungkinan


spesifik) indikasi

Stimulan
Metilfenid ADHD, narcolepsy Depresi resisten

at

9
Deksamf
etamin

Obat antipsikotik dan antimanik


Skizofren Tampilan
Chlorpromazine, thioridazine,
Tourette syndrome/ggn tik psikotik pd ggn
trifluoperazine dan
afek, agresi
phenotiazines lainnya
akut, PDD

Haloperidol, droperidol, Skizofren Tampilan


pimozide, sulpiride Tourette syndrome/ggn tik psikotik pd ggn
afek, agresi
akut, PDD

Antipsikotik Skizofren Tampilan


atipikal:clozapine, Tourette syndrome/ggn tik psikotik pd ggn
amisulpiride, risperidone afek, agresi
akut, PDD

Lithium Mania, ggn bipolar

Carbamazepine Mania, ggn bipolar

Sodium valproate Mania, ggn bipolar

Golongan obat (contoh spesifik) Indikasi utama Kemungkinan


indikasi

Antidepresan
Enuresis
Trisiklik & anidepresan terkait: ADHD (terutama dgn cemas &/
amitriptilin, clomipramine, tik),OCD
imipramine, trimipramine,
dothiepin

SSRIs & antidepresan terkait: OCD, depresi Ggn panik,

fluoxetine, fluvoxamine, anoreksia & bulimia,

paroxetine, sertraline, citalopram, PDD

venlafaxine

MAOIs Depresi resisten ADHD resisten

10
Ansiolitik, sedatif & obat lainnya
Agresi akut Ggn
Benzodiazepine Antihistamin Sedasi Sedasi Epilepsi ADHD,
cemas Masalah tidur
Antikonvulsan Clonidine tik
Melukai diri sendiri
Nalterxone
berulang pd PDD
Efek samping tersering menurut (Barkley et al.1999), seperti :
a. Lambat jatuh tidur
b. Nafsu makan menurun
c. Sakit perut
d. Sakit kepala
e. Jitteriness (gugup, kegugupan, kedutan)
f. Disforia (menghilang spontan atau berkurang dengan penurunan dosis)
g. Gangguan pertumbuhan dapat terjadi selama terapi akut (Klein et al.1998), tetapi
pada pemantauan jangka panjang, tidak menunjukkan gangguan pertumbuhan pada
remaja (Vincent et al.1990), meskipun studi pada orang dewasa tetap dibutuhkan
h. Gangguan tidur
i. Penurunan ambang kejang
j. Adiksi
k. Euphoria
l. Abnormaltashasil pemeriksaan fungsi hati (gagal hati)

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Efek samping obat dapat dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu efek samping
obat yang dapat diperkirakan dan efek samping obat yang tidak dapat diperkirakan. Efek
samping yang dapat diperkirakan dapat timbul karena aksi farmakologi yang berlebihan,
sedangkan pada kasus efek samping yang tidak diperkirakan seperti alergi sulit
diperkirakan sebelumnya karena sering tidak tergantung dosis dan terjadi pada sebagian
kecil populasi.
Macam-macam efek obat ada tiga yaitu efek normal, efek abnormal, dan juga
efek toksik obat. Efek normal adalah efek yang timbul pada sebagian besar atau
kebanyakan individu yang mengonsumsi obat. Obat dalam dosis terapi dapat
menimbulkan lebih dari satu macam efek yang dibedakan menjadi 2 yaitu efek utama
(primer) dan efek samping. Efek abnormal adalah efek yang timbul pada sebagian kecil
individu atau kelompok individu tertentu. Efek abnormal dapat toleransi dan intoleransi.
Efek toksik obat artinya obat bisa menyebabkan keracunan.
Jenis obat-obatan yang dipakai dalam psikofarmakologi Golongan
psikofarmakologi dibagi menjadi lima Obat-obatan psikofarmakologi dibagi menjadi
beberapa golongan Ada lima jenis utama dari obat-obatan psikofarmakologi, yaitu:
antidepresan, obat antikecemasan, stimulan, antipsikotik, dan penstabil suasana hati.

3.2 Saran
Selesainya makalah ini semoga menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat bagi
pembaca agar dapat mengetahui dan juga memahami mengenai efek obat dan
manifestasinya, dan juga macam-macam dari efek obat itu sendiri. Penyusun menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran sangat dibutuhkan
untuk lebih baiknya makalah di masa yang akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA
Nuryati. (2017). Farmakologi. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan.

Rusli. (2018). Farmasi Klinik. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Universitas Esa Unggul. (2012). Pertemuan 4: Psikofarmakologi [Modul


Pembelajaran]. Diakses dari Universitas Esa Unggul, https://lmsparalel.esaunggul.ac.id/
mod/resource/view.php?id=88829.

Resna, Nenti (2022,07 Februari). Mengenal Psikofarmakologi, Ilmu tentang Obat


Masalah Mental. Diakses pada 8 Oktober 2022, dari
https://www.sehatq.com/artikel/psikofarmakologi-adalah

Syamsudin. (2019). Efek Samping Obat: Buku Ajar Farmakologi. Jakarta: Salemba
Medika.

Widyaningsih, W. (2013). Waspada Efek Samping Obat. Diakses dari
https://uad.ac.id/id/waspada-efek-samping-obat/ pada 6 Oktober 2022.

Yulianto, D. (2013). Efek Obat. Diakses dari


https://www.slideshare.net/vianasofieana/efek-obat pada 6 Oktober 2022.

13

Anda mungkin juga menyukai