Disusun Oleh :
Sri Sekarkuningsih NPM. 116.C 1014
Titi Sudiharti NPM. 116.C 0008
Yanti Handayani NPM. 116.C 0009
Siti Nurul Qomari NPM. 116.C 0010
Farikah NPM. 116.C.0012
mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT sehingga dapat menyusun makalah
Ucapan terima kasih tak lupa disampaikan kepada semua pihak yang telah
makalah ini.
maupun kesalahan. Oleh karena itu kami memohon saran serta komentar yang dapat
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan ........................................................................................................... 2
B. Efek Toksik…............................................................................................... 4
A. Kesimpulan ................................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................................. 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika kita menggunakan suatu obat, tentunya yang kita harapkan adalah
kesembuhan. Sembuh dari penyakit baik penyakit infeksi ataupun yang bukan
penyakit infeksi. Efek menyembuhkan yang diharapkan dari obat ini disebut dengan
efek terapi atau efek utama dari obat. Selain itu, kita sering mendengar bahwa
banyak masyarakat yang takut untuk menggunakan obat kimia karena memiliki
efek samping. Efek samping ini juga merupakan efek lain yang bisa ditimbulkan
oleh obat. Salah-salah obat juga bisa menimbulkan efek toksik yang dapat
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada dasarnya efek obat memiliki 2 macam yaitu Efek Terapeutik dan Efek
Toksik. Efek Terapeutik adalah efek obat yang bersifat sebagai terapi
penyembuhan. Efek Toksik adalah efek obat yang bersifat toksik / racun,yang
A. Efek terapi atau efek utama obat ( Main Effect = Principal Effect)
a. Efek ini adalah efek yang diharapkan dari suatu obat. Misalnya:
- Paracetamol dengan dosis 500 mg dapat menurunkan panas tubuh orang dewasa
diabetes.
b. Satu obat bisa memiliki beberapa khasiat atau efek terapi. Misalnya:
- Amlodipin bisa digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi dan angina.
3
B. Efek toksik (efek tambahan)
keracunan. Dalam dunia farmasi dan kedokteran, beda antara obat dan racun ada
pada dosis. Jika obat digunakan pada dosis yang melebihi dosis terapinya, obat
tersebut akan berefek sebagai racun. Obat bisa menyebabkan keracunan pada
berbagai anggota tubuh terutama anggota tubuh yang banyak dilewati oleh aliran
a. Ibu hamil dan menyusui (laktasi), hal ini berkaitan dengan ada tidaknya efek
teratogenik pada obat untuk ibu hamil. Karena obat yang sifatnya lipofil dapat
menembus plasenta dan memberikan pengaruh pada bayi. Selain itu, obat juga bisa
tersalurkan lewat ASI yang diminum oleh bayi. Maka, bagi ibu hamil dan menyusui
atau tidak bagi janin/bayi. Bila perlu, konsultasikan ke dokter atau apoteker.
b. Pediatri, hal ini berkaitan dengan kondisi sistem organ tubuh anak yang belum
sempurna baik fisik maupun enzim-enzim yang berperan dalam interaksi obat.
penurunan fungsi akibat usia lanjut. Maka, dosis obatnya pun harus diperhatikan.
d. Pasien dengan gangguan organ tertentu, terutama hati dan ginjal, yang berperan
dalam metabolisme obat dan ekskresi (pembuangan) obat dalam tubuh. Jika organ-
organ ini terganggu, dosis juga harus diperhatikan agar tidak berbahaya.
4
b. Hati atau hepatotoksisitas, contoh obat parasetamol, isoniazid, clorpromazin,
karbon tetraklorida
d. System reproduksi, contoh obat kanker bisa menimbulkan infertilitas pada pria.
a. Toksisitas hemopetik
Contoh obat
- Kloramfenikol
ginjal.
- Bentuk terasetilasi sulfonamida dapat mengendap pada saluran air kemih jika air
b. Toksisitas perilaku
Efek Samping ialah efek yang tidak menjadi tujuan utama pengobatan. Efek
ini dapat menguntungkan dan merugikan, tergantung pada kondisi dan situasi
pasien. Reaksi-reaksi efek samping obat yang berat jarang ditemukan, meskipun
efek-efek toksik yang berbahaya sering terjadi pada penggunaan beberapa golongan
obat. Mekanisme reaksi obat dibagi dalam dua kategori utama. Termasuk gologan
5
pertama sering muncul sebagai manifestasi efek farmakologi yang berlebihan,
karena itu dapat diramalkan. Golongan kedua yang dapat merupakan reaksi
imunologik atau mekanisme yang belum diketahui, umumnya merupakan hal yang
tidak dikehendaki dan tidak dapat ditemukan sampai suatu obat dipasarkan untuk
waktu lama. Oleh karena itu toksisitas ini biasanya ditemukan oleh para dokter.
Dalam hal ini termasuk waspada terhadap reaksi-reaksi yang diperantai IgE seperti
anafilaksis, urtikaria, angioedema.Tipe reaksi lain yang diperantai IgG atau IgM
dari penyakit tipe lupus eritemaosis,respon yang diperantai oleh IgG tipe penyakit
serum termasuk vaskulitis dan alergi yang diperantai sel-sel yang terlibat yang
Efek samping obat mencakup setiap pengaruh obat yang tidak dikehendaki, yang
atau pengobatan penyakit. Sadar akan adanya efek samping obat, maka banyak
studi dilakukan untuk menilai efek samping obat. Faktor predisposisi yang
1. Ras, sebagian peneliti mengemukakan bahwa orang kulit putih lebih mudah
menderita efek samping obat daripada orang kulit bewarna. Adanya perbedaan
tersebut antara lain karena ada perbedaan kecepatan metabolisme obat, misalnya
orang tersebut mengalami paralisis otot yang lebih lama atau apneu apabila
6
3. Jenis kelamin diduga menjadi faktor predisposisi efek samping obat. Berbagai
penelitian tentang efek toksik digoksin dan perdarahan pada terapi heparin lebuh
tiga kali lebih banyak pada wanita. Anemia aplastik akibat kloramfenikol dua kali
4. Umur lansia atau umur diatas 60 tahun lebih mudah menderita efek samping obat
5. Faktor-faktor lain seperti riwayat alergi, riwayat menderita efek samping obat,
gangguan fungsi ginjal dan hati semua mempermudah terjadinya efek samping obat
Ditinjau dari segi aspek patologi, efek samping obat dapat dibagi menjadi 2 macam
yakni:
1. Tipe A. Efek samping tipe A terjadi akibat aksi farmakologis yang normal,dapat
2. Tipe B. Efek samping tipe B terjadi tidak berkaitan dengan aksi farmakologisnya
yang biasa. Terjadinya tidak dapat diduga. Insidensi dan morbiditasnya rendah tapi
gejala klinis efek samping obat dapat digolongkan dalam tipe A dan tipe B, tetapi
ada juga yang sulit dimasukan karena dua mekanisme yang berbeda kadang-kadang
7
mempunyai efek yang sama. Contohnya agranulositsis yang timbul akibat
3. Tipe C adalah efek samping yang sulit dideteksi, efek samping ini timbul akibat
pemakaian obat dalam jangka panjang. hubungan antar efek samping ini memang
sulit untuk dibuktikan namun sangat diduga kuat berkaitan. contohnya prevalensi
orang di masyarakat.
4. Tipe D. Efek samping obat yang lambat atau delayed yang terjadi beberapa tahun
adeno Ca vagina.
5. Tipe E. Efek pada akhir terapi (end of treatment) yang terjadi akibat penggunaan
obat yang dihentikan secara tiba-tiba. Contohnya pada penggunaan steroid yang
6. Tipe F. Akibat obat yang telah lama digunakan dihentikan penggunaannya secara
Efek samping biasanya terjadi pada dosis terapi. Tingkat kejadian efek samping ini
sangat bervariasi antara satu obat dengan obat lainnya. Efek samping ini juga tidak
dialami oleh semua orang karena masing-masing orang memiliki kepekaan dan
kemampuan untuk mengatasi efek ini secara berbeda-beda. Efek samping suatu
obat bisa lebih banyak dibandingkan efek terapinya.Umumnya, efek samping obat
itu berupa :
a. Alergi
8
c. Gangguan pencernaan (diare, mual, muntah)
Agar kejadian efek samping dapat ditekan serendah mungkin, selalu dianjurkan
1. Selalu harus ditelusur riwayat rinci mengenai pemakaian obat oleh pasien pada
waktu-waktu sebelum pemeriksaan, baik obat yang diperoleh melalui resep dokter
2. Gunakan obat hanya bila ada indikasi jelas, dan bila tidak ada alternatif non-
farmakoterapi.
4. Berikan perhatian khusus terhadap dosis dan respons pengobatan pada anak,
bayi, usia lanjut, dan pasien-pasien yang juga menderita gangguan ginjal, hepar dan
5. Perlu ditelaah terus apakah pengobatan harus diteruskan, dan segera hentikan
6. Bila dalam pengobatan ditemukan keluhan atau gejala penyakit baru, atau
9
karena perjalanan penyakit, komplikasi, kondisi pasien memburuk, atau justru
Segera hentikan semua obat bila diketahui atau dicurigai terjadi efek samping.
Bukanlah tindakan yang tepat bila mengatasi efek samping dengan menambah
konsumsi obat untuk mengobati efek yang timbul tanpa disertai dengan
penghentian obat yang dicurigai berefek samping. Hal ini justru akan bernilai tidak
Upaya penanganan klinik tergantung bentuk efek samping dan kondisi penderita.
yang spesifik. Misalnya untuk syok anafilaksi (suatu reaksi alergi) diperlukan
pemberian adrenalin dan obat serta tindakan lain untuk mengatasi syok. Contoh lain
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
menjadi 3 yairu efek utama, tambahan, dan efek samping. Efek utama adalah tujuan
dari pengobatan tersebut. Efek tambahan adalah efek toksik yang dapat timbul jika
yang timbul namun pada dosis yang ditentukan. Jadi, tiap obat dapat menimbulkan
Reaksi-reaksi efek samping obat yang berat jarang ditemukan, meskipun efek-efek
toksik yang berbahaya sering terjadi pada penggunaan beberapa golongan obat.
Mekanisme reaksi obat dibagi dalam dua kategori utama. Termasuk gologan
karena itu dapat diramalkan. Golongan kedua yang dapat merupakan reaksi
imunologik atau mekanisme yang belum diketahui, umumnya merupakan hal yang
tidak dikehendaki dan tidak dapat di temukan sampai suatu obat dipasarkan untuk
waktu lama.
B. Saran
Sebagai pengguna obat, kita sebaiknya memahami berbagai efek yang bisa
ditimbulkan oleh obat yang sedang kita gunakan. Baik efek terapi, efek toksik dan
juga efek sampingnya. Pemahaman ini sangat diperlukan agar kita bisa lebih
11
waspada terhadap segala kemungkinan yang bisa terjadi. Informasi ini bisa
12
DAFTAR PUSTAKA
http://allmateri.wordpress.com/2012/11/30/efek-obat/
http://konsultasiobat4awam.wordpress.com/2010/06/24/efek-yang-dapat-
ditimbulkan-oleh-suatu-obat/
http://wordofgoo.wordpress.com/2012/09/28/efek-samping-dan-toksisitas-obat/
xa.yimg.com/.../Pedoman+Visite+untuk+apoteker.pdf
13