KEPERAWATAN DASAR
PEMBERIAN OBAT INJEKSI
DISUSUN
OLEH
KELAS 2K
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Salah satu tugas terpenting seorang perawat/bidan adalah member obat yang aman dan
akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki
masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat
menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang
serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut
tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya. Seorang perawat/bidan juga memiliki tanggung
jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah
diberikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk
menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.
TUJUAN PENULISAN
1. TUJUAN UMUM
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keterampilan Dasar praktik Kebidanan.
1. TUJUAN KHUSUS
1. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INJEKSI
Injeksi yang sering disebut sebagai ‘shot’ atau ‘jab’ dalam bahasa Inggris, adalah proses
memasukkan cairan ke tubuh menggunakan jarum. Dalam praktik medis, cairan yang kerap
dimasukkan ke tubuh melalui injeksi adalah obat dan vitamin. Adapun jarum yang digunakan
dalam proses injeksi adalah jarum hipodermik dan jarum suntik. Dalam dunia medis pula, injeksi
kerap dikenal sebagai teknik pemberian obat melalui parenteral, yaitu pemberian melalui rute
selain saluran pencernaan. Injeksi parenteral meliputi injeksi subkutan, intramuskular, intravena,
intraperitoneal, intrakardiak, intraartikular, dan intrakavernosa.
Injeksi umumnya diberikan satu kali pada suatu waktu tertentu, meski dapat juga digunakan
untuk pemberian obat secara terus-menerus, dan dalam kasus tertentu. Bahkan, ketika diberikan
satu kali pada waktu tertentu, pengobatannya mungkin bersifat jangka panjang, yang kemudian
disebut sebagai injeksi depot. Pemberian obat melalui kateter yang menetap biasanya lebih
disukai daripada injeksi, jika obat perlu diberikan secara berulang.
Injeksi adalah salah satu prosedur perawatan kesehatan yang cukup umum. Sebagian besar
injeksi dilakukan dalam rangka perawatan kuratif, sedangkan sebagian kecilnya untuk imunisasi,
atau tujuan lain seperti transfusi darah. Dalam beberapa kasus istilah injeksi digunakan secara
sinonim dengan inokulasi bahkan oleh pekerja yang berbeda di rumah sakit yang sama.
B. TUJUAN INJEKSI
Pada umumnya Injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses penyerapan
(absorbsi) obat untuk mendapatkan efek obat yang cepat.
C. INDIKASI
Injeksi biasanya dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral. Apabila klien tidak sadar atau bingung,
sehingga klien tidak mampu menelan atau mempertahankan obat dibawah lidah. Oleh karena itu,
untuk memenuhi kebutuhan obat klien dilakukan denganpemberian obat secara injeksi.
Selain itu, indikasi pemberian obat secara injeksi juga disebabkan karena ada beberapa obat
yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormon), atau tidak direarbsorbsi oleh usus.
Pemberian injeksi bisa juga dilakukan untuk anastesi lokal.
D. PERALATAN
Alat yang digunakan untuk injeksi terdiri dari spuit dan jarum. Ada berbagai spuit dan jarum
yang tersedia dan masing-masing di desain untuk menyalurkan volume obat tertentu ke tipe
jaringan tertentu. Perawat berlatih memberi penilaian ketika menentukan spuit dab jarum mana
yang paling efektif.
1. Spuit
Spuit terdiri dari tabung (barrel) berbentuk silinder dengan bagian ujung (tip) di desain tepat
berpasangan dengan jarum hypodermis dan alat pengisap (plunger) yang tepat menempati rongga
spuit. Spuit, secara umum, diklasifikasikan sebagai Luer –lok atau nonLuer-lok. Nomenklatur
ini didasarkan pada desain ujung spuit.
Adapun tipe-tipe spuit yaitu:
1. Spuit Luer-lok yang ditandai dengan 0,1 persepuluh
2. Spuit tuberkulin yang ditandai dengan 0,01 (seperseratus) untuk dosis kurang dari 1 ml
3. Spuit insulin yang ditandai dalam unit (100)
4. Spuit insulin yang ditandai dengan unit (50)
Spuit terdiri dari berbagai ukuran, dari 0,5 sampai 60 ml. Tidak lazim menggunakan spuit
berukuran lebih besar dari 5 ml untuk injeksi SC atau IM. Volume spuit yang lebih besar akan
menimbulkan rasa ynag tidak nyaman. Spuit yang lebih besar disiapkan untuk injeksi IV.
Perawat mengisi spuit dengan melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar sementara ujung
jarum tetap terendam dalam larutan yang disediakan. Perawat dapat memegang bagian luar
badan spuit dan pegangan pengisap. Untuk mempertahankan sterilitas, perawat menghindari
objek yang tidak steril menyentuh ujung spuit atau bagian dalam tabung, hub, badan pengisap,
atau jarum.
2. Jarum
Supaya individu fleksibel dalam memilih jarum yang tepat, jarum dibingkus secara individual.
Beberapa jarum tudak dipasang pada spuit ukuran standar. Klebanyakan jarum terbuat sari
stainless steel dan hanya digunakan satu kali
Jarum memiliki tiga bagian: hub, yang tepat terpasang pada ujung sebuah spuit; batang
jarum (shaft), yang terhubung dengan bagian pusat; dan bevel, yakni bagian ujung yang miring.
Setiap Jarum memiliki tiga karaktreisrik utama: kemiringan bevel, panjang batang jarum, dan
ukuran atau diameter jarum. Bevel yang panjang dan lebih tajam, sehingga meminimalkan rasa
ridak nyaman akibat injeksi SC dan IM. Panjang jarum bervariasi dari ¼ sampai 5 inci.
Perawat memilih panjang jarum berdasarkan ukuran dan berat klien serta tipe jaringan tubuh
yang akan diinjeksi obat.
Semakin kecil ukuran jarum, semakin besar ukuran diameternya. Seleksi ukuran jarum
bergantung pada viskositas cairan yang akan disuntikkan atau diinfuskan.
E. PROSES INJEKSI
Memberikan injeksi merupaka prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan
teknik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi. Perawat memberi obat
secara parenteral melalui rute SC, IM, ID, dan IV. Setiap tipe injeksi membutuhkan
keterampilan yang tertentu untuk menjamin obat mencapai lokasi yang tepat. Efek obat yang
diberikan secara parenteral dapat berkembang dengan cepat, bergantung pada kecepatan
absorbsi obat. Perawat mengobservasi respons klien dengan ketat.
Setiap rute injeksi unik berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik
jaringan mempengaruhi absorbsi obat dan awitan kerja obat. Sebelum menyuntikkan sebuah
obat, perawat harus mengetahui volume obat yang diberikan, karaktersitik dan viskositas obat,
dan lokasi struktur anatomi tubuh yang berada di bawah tempat injeksi.
Konsekuensi yang serius dapat terjadi, jika injeksi tidak diberikan secara tepat. Kegagalan dalam
memilih tempat unjeksi yang tepat, sehubungan dengan penanda anatomis tubuh, dapat
menyebabkan timbulnya kerusakan saraf atau tulang selama insersi jarum. Apabila perawat gagal
mengaspirasi spuit sebelum menginjeksi sebiah obat, obat dapat tanpa sengaja langsung di
injkesi ke dalam arteri atau vena. Menginjeksi obat dalam volume yang terlalu besar di tempat
yang dipilih dapat menimbulkan nyeri hebat dan dapat mengakibatkan jaringan setempat rusak.
Banyak klien, khususnya anak-anak takut terhadap injeksi. Klien yang menderita penyakit serius
atau kronik seringkali diberi banyak injeksi setiap hari. Perawat dapat berupaya meminimalkan
rasa nyeri atau tidak nyaman dengan cara:
1. Gunakan jarum yang tajam dan memiliki bevel dan panjang serta ukurannya paling kecil,
tetapi sesuai.
2. Beri klien posisi yang nyaman untuk mengurangi ketegangan otot
3. Pilih tempat injkesi yang tepat dengan menggunakan penanda aanatomis tubuh
4. Kompres dengan es tempat injeksi untuk menciptakan anastesia lokal sebelum jarum
diinsersi
5. Alihkan perhatian klien dari injeksi dengan mengajak klien bercakap-cakap
6. Insersi jarum dengan perlahan dan cepat untuk meminimalkan menarik jaringan
7. Pegang spuit dengan mantap selama jarum berada dalam jaringan
8. Pijat-pijat tempat injeksi dengan lembut selama beberapa detik, kecuali
dikontraindikasikan
I. PEMBERIAN OBAT INTRAMUSKULAR (IM)
2.1 Prosedur
a. Persiapkan alat terlebih dahulu.
b. Letakkan alat didekat pasien agar lebih mudah.
c. Pastikan apakah obat yang akan diberikan kepada pasien dan pasiennya tepat
dengan cara melihat label obat dan buku catatan.
d. Jelakan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan.
e. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan.
f. Pakai handscoen.
g. Ambil spuit, kemudian lepaskan penutupnya.
h. Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis, setelah itu
letakkan kedalam bak injeksi. Sebelum itu pastikan lagi apakah obat yang akan
diberikan sudah benar.
i. Periksa tempat yang akan dilakukan tindakan penyuntikan.
j. Desinfeksi dengan kapas alkohol daerah yang akan dilakukan tindakan
penyuntikan.
k. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
l. Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit. Bila tidak ada darah, masukkan obat
secara perlahan hingga habis.
m. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan
dengan kapas alkohol, tutup spuit kembali dan kemudian letakkan spuit yang telah
digunakan kedalam bengkok.
n. Lihat kembali obat yang telah diberikan kepada pasien.
o. Catat reaksi, jumlah dosis, dan waktu pemberian.
p. Lepaskan handscoen dan bersihkan peralatan yang telah digunakan.
q. Cuci tangan.
Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena dengan
menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang
menghantarkan darah balikke jantung.
Prosedur Kerja :
1. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien, indikasi
pemberian obat, dan efek samping obat, dengan perinsip 10 benar dalam pemberian obat.
2. Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali 24 jam dari
saat penyuntikan obat.
3. Setelah melakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan
4. Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada penolakan pada
suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan, dan dapat
mengkolaborasikannya dengan dokter yang menangani pasien , bila pasien atau keluarga
tetap menolak setelah pemberian infrom consent, maka pasien maupun keluarga
bertanggungjawab mendatangi surat penolakan untuk pembuktian penolakan therapi.
5. Injeksi inta cutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik, dilakukan
dengan cara melarutkan antibiotik sesui dengan ketentuannya, lalu mengambil 0,1 cc
dalam spuit dan menambahkan aquabidest 0,9 cc dalam spuit, yang disuntikan pada
pasien hanya 0,1 cc injeksi untuk melakukan tes mentoux, PPD diambil 0,1 cc dalam
spuit, untuk langsung disuntikan pada pasien ke atas dengan sudut 15-2- derajat di
permukaan kulit.
6. Suntukan sampai terjadi gelembung
7. Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
8. Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu, tanggal dan jenis obat.
Istilah intradermal (ID) berasal dari kata “intra” yang berarti lipis dan “dermis” yangberarti
sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi anatominya mempunyaiderajat
pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betul-betul kecil. Makanya penyerapandari injeksi disini
lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkankarena absorpsinya terbatas,
maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif atau
menentukan sensitivitas terhadap mikroorganisme.
2. Intramuskular
Istilah Intramuskular (IM) digunakan untuk injeksi ke dalam obat. Rute intramuscular
menyiapkan kecepatan aksi onset sedikit lebih normal dari pada rute intravena, tetapi lebihbesar
daripada rute subkutan.
3. Intravena
Istilah intravena (IV) berarti injeksi ke dalam vena. Ketika tidak ada absorpsi, puncak
konsentrasi dalam darah terjadi dengan segera, dan efek yang diinginkan dari obat di peroleh
hampir sekejap.
4. Subkutan
Subkutan (SC) atau injeksi hipodermik diberikan di bawah kulit. Parenteraldiberikandengan rute
ini mempunyai perbandingan aksi onset lambat dengan absorpsi sedikitdaripada yang diberikan
dengan IV atau
5. Rute intra-arterial
Disuntikkan langsung ke dalam arteri, digunakan untuk rute intravena ketika aksi segera
diinginkan dalam daerah perifer tubuh.
6. Intrakardial
7. Intraserebral
Injeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi lokal sebagaimanapenggunaan fenol
dalam pengobatan trigeminalneuroligia.
8. Intraspinal
Injeksi ke dalam kanal spinal menghasilkan konsentrasi tinggi dari obat dalamdaerah lokal.
Untuk pengobatan penyakit neoplastik seperti leukemia.
Merupakan rute yang digunakan untuk pemberian berupavaksin rabies. Rute ini juga digunakan
untuk pemberian larutan dialisis ginjal.
10. Intra-artikularInjeksi
Injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam epidermis di bawah stratum corneum. Rute
ini digunakan untuk memberi volume kecil (0,1-0,5 ml) bahan-bahan diagnostik atau vaksin.
Injeksi subcutan merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat ke dalam
jaringan subcutan dibawah kulit dengan spuit. Injeksi subkutan diberikan dengan menusuk area
dibawah kulit yaitu jaringan konektif atau lemak dibawah dermis. Injeksi tidak diberikan pada
area yang nyeri, merah, pruitis atau edema. Pada pemakaian injeksi subkutan jangka lama, maka
injeksi perlu direncanakan untuk diberikan secara rotasi pada area yang berbeda. Jenis obat yang
lazim diberikan secara subkutan adalah vaksin, obat-obatan preoperasi, narkotik, insulin, dan
heparin.
Pemberian obat melalui subcutan ini pada umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin
yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat dua tipe larutan,
yaitu jernih dan keruh. Larutan jernih atau juga dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat
(insulin regular) dan larutan yang keruh karena adanya penambahan protein sehingga
memperlambat absorbsi obat atau juga termasuk tipe lambat.
Subkutan atau dibawah kulit (SC) yaitu disuntikan kedalam tubuh melalui bagian yang sedikit
lemaknya dan masuk kedalam jaringan dibawah kulit ; volume yang di berikan tidak lebih dari 1
ml (Wagiran, 2015).
Memasukkan sejumlah toksin atau obat pada jaringan subcutan di bawah kulit untuk di absorbsi.
Selain itu alasan kenapa injeksi subcutan ini di pilih adalah karena dengan penggunaan injeksi ini
maka obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan. Beberapa contohnya adalah injeksi
pada vaksin, uji tiberculin dan di lakukan dalam program pemberian insulin yang di gunakan
untuk mengontrol kadar gula darah.
Setiap jaringan subkutan dapat dipakai untuk area injeksi ini, yang lazim adalah pada lengan atas
bagian luar, paha bagian depan. Area lain yang digunakan adalah perut, area scapula,
ventrogluteal dan dorsogluteal. Berikut ini merupakan posisi pasien yang diberikan injeksi
subcutan :
Indikasi :
Kontra Indikasi :
a. Luka,
b. Berbulu,
c. Alergi,
d. Infeksi kulit
1. Untuk klien berukuran rata-rata, regangkan kulit secara keras pada tempat injeksi atau
cubit dengan tangan dominan anda pencubitan kulit meninggikan jaringan subkutan,
jarum menembus kulit tegang lebih mudah dari kulit kendur.
2. Untuk klien gemuk, cubit kulit pada tempat Injeksi dan injeksikan jarum dibawah lipatan
kulit klien gemuk memiliki lapisan lemak tambahan diatas jaringan subkutan Insersi
cepat dan tepat
3. Injeksikan jarum dengan cepat dan tepat Pada sudut 90 derajat (kemudian lepaskan- kulit
bila dicubit)
a. Pastikan syarat dan indikasi suntikan pada pasien sudah terpenuhi sebelum
melakukan penyuntikan subkutan.
b. Jagalah kesterilan alat dan bahan yang digunakan.
c. Lakukan pencegahan infeksi pada pasien melalui tindakan desinfeksi.
d. Lakukan tindakan penyuntikan dalam ruangan yang sesuai dengan standar.
e. Perhatikan prinsip penyuntikan subkutan.
f. Pastikan privacy pasien benar–benar terjaga.
g. Lakukan tekhnik pembuangan sampah/ limbah bekas pakai sesuai prosedur
Kerugian Harus menggunakan teknik steril, lebih mahal dibandingkan oral,hanya dapat diberikan
dalam volume kecil,lebih lambat dibandingkan pemberian intramuscular, dapat menyebabkan
ansietas(kecemasan yang berlebihan dan lebih bersifat subyektif), kelelahan, gangguan
pencernaan seperti diare, mual, dispepsia stomatitis, dan muntah, perubahan warna kulit,
dysgeusia, dan anoreksia.
Kelebihan :
Kekurangan :
Pemberian obat subkutan adalah cara memberikan obat dengan menyuntik di area bawah kulit
yaitu pada jaringan konektif atau lemak dibawah deredem
A. Alat
1. Catatan pemberian obat
2. Obat dalam tempatnya
3. Perlak dan Pengalas
4. Bak spuit
5. Kapas alkohol
6. Sarung tangan
7. Cairan pelarut
8. Bengkok
9. Handscoen
10. Plester
11. Spuit
12.
B. Prosedur Pemberian Injeksi subkutan
2) Fase Orientasi
a. Membawa obat ke kamar klien, sekali lagi lakukan cek nama obat, dosis, cara
pemberian, waktu, dan tanggal pemberian
b. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
c. Cek identitas klien: cek nama klien pada gelang atau papan, identitas kalau ada,
menanyakan dan memanggil nama klien
d. Jelaskan pada klien rencana pemberian obat,tujuan,cara pemberian,waktu dan
nama obat, minta tanda tangan apabila perlu persetujuan pemberian obat.
3) Fase Kerja
a. Tutup tirai untuk member privacy pada klien’
b. Pakai sarung tangan.
c. Ambil obat sesuai dengan prosedur yang benar dari menyiapkan obat ampul atau
vial.
d. Berikan posisi yang tepat sesuai dengan lokasi yang dipilih.
• Lengan atas bagian luar,
• Bagian anterior paha duduk atau berbaring dengan kaki rileks,
• Abdomen posisi terlentang atau semi recumbent,
• Daerah scapula pasien telungkup atau duduk
e. Pasang perlak dan pengalas, dekatkan piala ginjal.
f. Bersihkan daerah suntikan dengan kapas atau alkohol, gosok melingkar dari
dalam keluar. Biarkan alkohol kering dan pegang kapas untuk digunakan waktu
mencabut jarum.
g. Buka tutup jarum dengan tangan kiri.
h. Cubit atau gerakkan daerah yang akan disuntikkan.
i. Pegang spuit dengan tangan kanan diantara ibu jari dan telunjuk. Suntikkan jarum
dengan sudut 45¬0-900, tergantung turgor jaringan dan panjang jarum.
j. Setelah jarum masuk, lepaskan jaringan yang dipegang, dan gunakan tangan kiri
untuk memegang ujung barel.
k. Aspirasi untuk memastikan masuknya jarum. Bila ada darah, cabut jarum, obat
dan spuit dibuang dan menyiapkan obat baru lagi.
l. Bila tidak ada darah, suntikan obat perlahan-lahan.
m. Cabut jarum cepat dengan sudut sesuai waktu masuk.
n. Masase hati-hati dengan kapas alcohol (jangan masase pada pemberian heparin
atau insulin).
o. Buang spuit dab jarum tanpa penutup di sharp container.
p. Ambil perlak dan pengalas dari klien.
q. Lepaskan sarung tangan dan taruh di piala ginjal.
4) Fase terminasi
a. Melakukan evaluasi kepada klien setelah melakukan tindakan (Tanya apa yang
klien rasakan saat pemberian obat).
b. Merapikan klien kembali, member posisi yang nyaman untuk klien.
c. Membereskan peralatan
d. Mencuci tangan.
e. Berpamitan.
f. Cek kembali setelah 30 menit untuk melihat respon klien setelah diberikan injeksi
subcutan, terhadap reaksi alergi maupun efek samping.
g. Catat waktu, dosis, dan nama semua obat yang diberikan dalam daftar obat dan
beri tanda tangan sebagai bukti obat diberikan.
h. Bila klien tidak mau diberi injeksi dermal, laporkan secara lengkap.
i. Catat bila muncul reaksi setelah pemberian injeksi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Injeksi intracutan (IC) adalah pemberiann obat kedalam lapisan dermal kulit
tepatdibawah epidermis.Injeksi intracutan sering kali digunakan untuk uji alergi dan penapisan
tuberkulosis. Lokasi injeksi intracutan biasanya pada lengan bawah bagian dalam, dada atas dan
punggung dibawah skapula. Dalam melakukan injeksi intracutan, dikatakan berhasil apabila
terdapat papul dilokasi yang diinjeksi.
Injeksi subkutan diberikan dengan menusuk area dibawah kulit yaitu jaringan konektif
atau lemak dibawah dermis. Setiap jaringan subkutan dapat dipakai untuk area injeksi ini, yang
lazim adalah pada lengan atas bagian luar, paha bagian depan, dan area perut. Injeksi harus tidak
diberikan pada area yang nyeri, merah, pruitis atau edema. Pada pemakaian injeksi subkutan
jangka lama, maka injeksi perlu di rencanakan untuk diberikan secara rotasi pada area yang
berbeda. Jenis obat yang lazim diberikan secara subkutan adalah vaksin, obat – obatan
preoprasi, narkotika insulin, dan heparin.
Saran
Aimatul Insani Elani Indah Rangkor. 2021. “ Makalah Pemberian Obat (INJEKSI) IM,
SC”. Diakses pada 31 Mei 2021
Denes Eko dan Giarto. 2012. “Makalah Injeksi Intra Muskuler”. Diakses pada 31 Mei 2021
http://psikceria21.blogspot.com/2012/10/makalah-injeksi-intra-muskuler.html?m=1
https://pdfcoffee.com/makalah-injeksi-imsc--pdf-free.html
http://nissa-uchil.blogspot.com/2014/03/kdm-pemberian-obat-melalui-injeksi.html.
Diakses pada 06 April 2015. pukul 17.30
http://pemberianinjeksiintramuscular14.blogspot.com/2016/11/pemberian-obat-melalui-
injeksi.html?m=1
https://www.kompasiana.com/susilawatii/54f405a6745513932b6c8511/pemberian-obat-
melalui-suntik-intra-cutan-ic
Halodok, 2019. “Kenali 4 Jenis Injeksi dan Cara Melakukannya”, Diakses 31 Mei 2021
pukul 20:00. https://www.halodoc.com/artikel/kenali-4-jenis-injeksi-dan-cara-melakukannya
Nila Prameswati. 2021. “Pemberian Obat Secara Intramuscular (IM)”. Diakses pada 31
Mei 2021 https://www.academia.edu/12660317/Pemberian_Obat_Secara_Intramuscular_IM_
Perry, dkk Buku Saku Ketrampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta : EGC Hidayat, Aziz
Alimul Praktik Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya : Health Books Publishing Priharjo, Robert
Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Jakarta : EGC
Raysah Suci Pratiwi. 2021. “Makalah Pemberian Obat Melalui Injeksi Intramuskular”.
Diakses pada 31 Mei 2021 https://id.scribd.com/doc/304957367/Makalah-Pemberian-Obat-
Melalui-Injeksi-Intramuskul
Rocca, Joanne C. La dan Shirley E. Otto.Terapi Intravena.1998.Penerbit buku kedokteran
EGC : Jakarta.
Susilawatii, 2014. “Pemberian Obat Melalui Suntik Intra Cutan (IC)”, Diakses 31 Mei
2021 pukul 17:42.