Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

KEPERAWATAN DASAR
PEMBERIAN OBAT INJEKSI

DISUSUN

OLEH

KELAS 2K

DOSEN MATA KULIAH


KEPDAS HERI SETIAWAN,
S. KEP., M.KES

PROGRAM STUDU ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIDYA DHARMA HUSADA
KOTA TANGERANG SELATAN
BANTEN
KATA PENGANTAR
Dengan Menyebut nama Allah SWT yang maha Pengasih lagi Maha Penyayang,kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
innayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “pemberian
obat melalui injeksi intervena”
Makalah ini telah kami susun secara maksimal dengan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepad semua pihak yang telah berkontrribusi.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi isi materi, susunan kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang “pemberian obat melalui injeksi
intravena” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi tentang pembaca.

Tangerang Selatan,31 mei 2021


Kelas 2k
Table of Contents
2.1 Pengertian Pemberian Obat Secara IM......................................................................................10
2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Obat Secara IM..................................................................12
2.5 Daerah Pemberian Obat Secara IM............................................................................................14
2.6 Prosedur Pemberian Obat Secara IM.........................................................................................16
2.1 Pengertian Intra Cutan (IC)..............................................................................................................23
2.3 Tujuan Injeksi Intra Cutan (IC)........................................................................................................25
2.4 Keuntungan dan Kerugian Injeksi Intra Cutan (IC).........................................................................25
BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Salah satu tugas terpenting seorang perawat/bidan adalah member obat yang aman dan
akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki
masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat
menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang
serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut
tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya. Seorang perawat/bidan juga memiliki tanggung
jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah
diberikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk
menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.

TUJUAN PENULISAN

1. TUJUAN UMUM

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keterampilan Dasar praktik Kebidanan.

1. TUJUAN KHUSUS

• Untuk mengetahui teknik pemberian obat secara intramuskular

• Untuk mengetahui teknik pemberian obat secara intravena

• Untuk mengetahui teknik pemberian obat secara subcutan

• Untuk mengetahui teknik pemberian obat secara intracutan

1. RUMUSAN MASALAH

• apa itu pemberian obat secara intramuskular

• apa itu pemberian obat secara intravena


• apa itu pemberian obat secara subcutan

• apa itu pemberian obat secara intracutan


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN INJEKSI

Injeksi yang sering disebut sebagai ‘shot’ atau ‘jab’ dalam bahasa Inggris, adalah proses
memasukkan cairan ke tubuh menggunakan jarum. Dalam praktik medis, cairan yang kerap
dimasukkan ke tubuh melalui injeksi adalah obat dan vitamin. Adapun jarum yang digunakan
dalam proses injeksi adalah jarum hipodermik dan jarum suntik. Dalam dunia medis pula, injeksi
kerap dikenal sebagai teknik pemberian obat melalui parenteral, yaitu pemberian melalui rute
selain saluran pencernaan. Injeksi parenteral meliputi injeksi subkutan, intramuskular, intravena,
intraperitoneal, intrakardiak, intraartikular, dan intrakavernosa.

Injeksi umumnya diberikan satu kali pada suatu waktu tertentu, meski dapat juga digunakan
untuk pemberian obat secara terus-menerus, dan dalam kasus tertentu. Bahkan, ketika diberikan
satu kali pada waktu tertentu, pengobatannya mungkin bersifat jangka panjang, yang kemudian
disebut sebagai injeksi depot. Pemberian obat melalui kateter yang menetap biasanya lebih
disukai daripada injeksi, jika obat perlu diberikan secara berulang.

Injeksi adalah salah satu prosedur perawatan kesehatan yang cukup umum. Sebagian besar
injeksi dilakukan dalam rangka perawatan kuratif, sedangkan sebagian kecilnya untuk imunisasi,
atau tujuan lain seperti transfusi darah. Dalam beberapa kasus istilah injeksi digunakan secara
sinonim dengan inokulasi bahkan oleh pekerja yang berbeda di rumah sakit yang sama.

B. TUJUAN INJEKSI
Pada umumnya Injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses penyerapan
(absorbsi) obat untuk mendapatkan efek obat yang cepat.

C. INDIKASI
Injeksi biasanya dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral. Apabila klien tidak sadar  atau bingung,
sehingga klien tidak mampu menelan atau mempertahankan obat dibawah lidah. Oleh karena itu,
untuk memenuhi kebutuhan obat klien dilakukan denganpemberian obat secara injeksi.
Selain itu, indikasi pemberian obat secara injeksi juga  disebabkan karena ada beberapa obat
yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormon), atau tidak direarbsorbsi oleh usus.
Pemberian injeksi bisa juga dilakukan untuk anastesi lokal.

D. PERALATAN
Alat yang digunakan untuk injeksi terdiri dari spuit dan jarum. Ada berbagai spuit dan jarum
yang tersedia dan masing-masing di desain untuk menyalurkan volume obat tertentu ke tipe
jaringan tertentu. Perawat berlatih memberi penilaian ketika menentukan spuit dab jarum mana
yang paling efektif.

1. Spuit
Spuit terdiri dari tabung (barrel) berbentuk silinder dengan bagian ujung (tip) di desain tepat
berpasangan dengan jarum hypodermis dan alat pengisap (plunger) yang tepat menempati rongga
spuit. Spuit, secara umum, diklasifikasikan sebagai Luer –lok atau nonLuer-lok. Nomenklatur
ini didasarkan pada desain ujung spuit.
Adapun  tipe-tipe spuit yaitu:
1. Spuit Luer-lok yang ditandai dengan 0,1 persepuluh
2. Spuit tuberkulin yang ditandai dengan 0,01 (seperseratus) untuk dosis kurang dari 1 ml
3. Spuit insulin yang ditandai dalam unit (100)
4. Spuit insulin yang ditandai dengan unit (50)

Spuit terdiri dari berbagai ukuran, dari 0,5 sampai 60 ml. Tidak lazim menggunakan spuit
berukuran lebih besar dari 5 ml untuk injeksi SC atau IM. Volume spuit yang lebih besar akan
menimbulkan rasa ynag tidak nyaman. Spuit yang lebih besar disiapkan untuk injeksi IV.
Perawat mengisi spuit dengan melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar sementara ujung
jarum tetap terendam dalam larutan yang disediakan. Perawat dapat memegang bagian luar
badan spuit dan pegangan pengisap. Untuk mempertahankan sterilitas, perawat menghindari
objek yang tidak steril menyentuh ujung spuit atau bagian dalam tabung, hub, badan pengisap,
atau jarum.
2. Jarum
Supaya individu fleksibel dalam memilih jarum yang tepat, jarum dibingkus secara individual.
Beberapa jarum tudak dipasang pada spuit ukuran standar. Klebanyakan jarum terbuat sari
stainless steel dan hanya digunakan satu kali
Jarum memiliki tiga bagian: hub, yang tepat terpasang pada ujung sebuah spuit; batang
jarum (shaft), yang terhubung dengan bagian pusat; dan bevel, yakni bagian ujung yang miring.
Setiap Jarum memiliki tiga karaktreisrik utama: kemiringan bevel, panjang batang jarum, dan
ukuran atau diameter jarum. Bevel yang panjang dan lebih tajam, sehingga meminimalkan rasa
ridak nyaman akibat injeksi SC dan IM. Panjang jarum bervariasi dari ¼ sampai 5 inci.
Perawat memilih panjang jarum berdasarkan ukuran dan berat klien serta tipe jaringan tubuh
yang akan diinjeksi obat.
Semakin kecil ukuran jarum, semakin besar ukuran diameternya. Seleksi ukuran jarum
bergantung pada viskositas cairan yang akan disuntikkan atau diinfuskan.

E. PROSES INJEKSI

Memberikan injeksi merupaka prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan
teknik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi. Perawat memberi obat
secara parenteral melalui rute SC, IM, ID, dan IV. Setiap tipe injeksi membutuhkan
keterampilan yang tertentu untuk menjamin obat mencapai lokasi yang tepat. Efek obat yang
diberikan secara parenteral dapat berkembang dengan cepat, bergantung pada kecepatan
absorbsi obat. Perawat mengobservasi respons klien dengan ketat.
Setiap rute injeksi unik berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik
jaringan mempengaruhi absorbsi obat dan awitan kerja obat. Sebelum menyuntikkan sebuah
obat, perawat harus mengetahui volume obat yang diberikan, karaktersitik dan viskositas obat,
dan lokasi struktur anatomi tubuh yang berada di bawah tempat injeksi.
Konsekuensi yang serius dapat terjadi, jika injeksi tidak diberikan secara tepat. Kegagalan dalam
memilih tempat unjeksi yang tepat, sehubungan dengan penanda anatomis tubuh, dapat
menyebabkan timbulnya kerusakan saraf atau tulang selama insersi jarum. Apabila perawat gagal
mengaspirasi spuit sebelum menginjeksi sebiah obat, obat dapat tanpa sengaja langsung di
injkesi ke dalam arteri atau vena. Menginjeksi obat dalam volume yang terlalu besar di tempat
yang dipilih dapat menimbulkan nyeri hebat dan dapat mengakibatkan jaringan setempat rusak.
Banyak klien, khususnya anak-anak takut terhadap injeksi. Klien yang menderita penyakit serius
atau kronik seringkali diberi banyak injeksi setiap hari. Perawat dapat berupaya meminimalkan
rasa nyeri  atau tidak nyaman dengan cara:
1. Gunakan jarum yang tajam dan memiliki bevel dan panjang serta ukurannya paling kecil,
tetapi sesuai.
2. Beri klien posisi yang nyaman untuk mengurangi ketegangan otot
3. Pilih tempat injkesi yang tepat dengan menggunakan penanda aanatomis tubuh
4. Kompres dengan es tempat injeksi untuk menciptakan anastesia lokal sebelum jarum
diinsersi
5. Alihkan perhatian klien dari injeksi dengan mengajak klien bercakap-cakap
6. Insersi jarum dengan perlahan dan cepat untuk meminimalkan menarik jaringan
7. Pegang spuit dengan mantap selama jarum berada dalam jaringan
8. Pijat-pijat tempat injeksi dengan lembut selama beberapa detik, kecuali
dikontraindikasikan
I. PEMBERIAN OBAT INTRAMUSKULAR (IM)

2.1 Pengertian Pemberian Obat Secara IM


Pemberian obat secara intramuskular adalah pemberian obat/cairan dengan cara
dimasukkan langsung kedalam otot (muskulus). Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada
bagian tubuh yang berotot besar, agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk saraf, misalnya
pada bokong dan kaki bagian atas atau pada lengan bagian atas. Pemberian obat seperti ini
memungkinkan obat akan dilepas secara berkala dalam bentuk depot obat.
Jaringan intramuskular terbentuk dari otot yang bergaris yang mempunyai banyak
vaskularisasi aliran darah tergantung dari posisi otot ditempat penyuntikan. Tujuan pemberian
obat secara intramuskular yaitu agar obat diabsrorbsi tubuh dengan cepat.
2.2 Prinsip Pemberian Obat Secara IM
Para petugas medis dituntut harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian
obat, termasuk 6 prinsip pemberian obat yang benar. Adapun 6 prinsip tersebut antara lain:
1. Benar klien/pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan
dengan cara mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama, nomor
register, alamat dan program pengobatan pada pasien.
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di
tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal
dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara
identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus
selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2. Benar Obat
Sebelum mempersipakan obat ketempatnya perawat harus memperhatikan
kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat
penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat
penyimpanan.
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang
yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila
perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat.
Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus
diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari
rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat
dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan
harus dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus
memeriksanya lagi. Saat memberi obat, perawat harus ingat untuk apa obat itu
diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3. Benar Dosis
Dosis yang diberikan klien harus sesuai dengan kondisi klien. Dosis yang
diberikan harus pula dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang
bersangkutan. Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang
akan diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya obat
dan dosis yang diresepkan/diminta, pertimbangan berat badan klien (mg/KgBB/hari),
jika ragu-ragu dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain. Serta
melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.
4. Benar Waktu
Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Dosis obat
harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya seperti 2x sehari, 3x
sehari, 4x sehari, dan 6x sehari. Sehingga kadar obat dalam plasma tubuh dapat
dipertimbangkan. Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½). Obat
yang mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang
memiliki aktu paruh pendek diberika beberapa kali sehari pada selang waktu tertentu.
Pemberian obat juga memperhatikan dibeikan sebelum atau sesudah makan atau
bersama makan. Ingat pula untuk memberikan obat-obat seperti kalium dan aspirin
yang dapat mengiritasi mukosa lambung bersama-sama dengan makanan. Menjadi
tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan untuk
memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang merupakan kontraindikasi
pemeriksaan obat.
5. Benar Cara/Rute
Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan memadai. Obat
dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat
dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
6. Benar Dokumetasi
Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit. Dan
selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta
respon klien terhadap pengobatan. Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan,
dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum
obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Obat Secara IM


Indikasi pemberian obat secara intramuskular biasa dilakukan pada pasien yang tidak
sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara
oral. Kontra indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular yaitu: infeksi, lesi kulit,
jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya.

2.4 Macam-macam Obat IM

Berikut adalah macam-macam obat yang diberikan secara intramuskular:


a. MATOLAC
1) Untuk penggunaan jangka pendek untuk nyeri akut sedang sampai dengan berat.
2) DOSIS : 10-30 mg tiap 4-6 jam. maks: sehari 90 mg, lama terapi maksimal
(pemberian IM/IV) tidak boleh dari 5 hari. km : 5 amp 10 mg
b. FENTANYL
1) Untuk depresi pernafasan,cedera kepala,alkhoholisme akut, serangan asma akut,
intolerensihamil,laktasi.
2) DOSIS: pramedikasi, 100 mcg  scr IM 30-60 sblm op.
c. DOLGESIK
1) Untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri paska op (oprasi).
2) DOSIS: dosis tunggal untuk dewasa  dan anak-anak >12 thn : 1 amp (100mg) IM
di suntikkan perlahan-lahan. Maksimal 4 amp . anak- anak :, 1 thn: 1-2 mg/kg.
d. DURALGIN.
1) Untuk analgesik seperti : nyeri setelah op, neuralgia.
2) DOSIS
 Dws 25-100 mg ,maksimal sehari 300 mg dalam dosis.
 Bagi, anak ,6 thn: sehari maks 100 mg i.m
 Dosis bagi anak-anak 6-12 thn : sehari maksimal 20000 mg.
e. BCG
1) Perlindungan Penyakit : TBC / Tuberkolosis
2) Penyebab : Bakteri Bacillus Calmette Guerrin
3) Kandungan : Bacillus Calmette-Guerrin yang dilemahkan
4) Waktu Pemberian : Umur / usia 2 bulan
f. DPT/DT
1) Perlindungan Penyakit : Difteri (infeksi tenggorokan), Pertusis (batuk rejan)
dan Tetanus (kaku rahang).
2) Penyebab : Bakteri difteri, pertusis dan tetanus
3) Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 3 bulan
II. Umur / usia 4 bulan
III. Umur / usia 5 bulan
IV. Umur / usia 1 tahun 6 bulan
V. Umur / usia 5 tahun
VI. Umur / usia 10 tahun
g. Hepatitis B
1) Perlindungan Penyakit : Infeksi Hati / Kanker Hati mematikan
2) Waktu Pemberian :
I. Ketika baru lahir atau tidak lama setelahnya
II. Tergantung situasi dan kondisi I
III. Tergantung situasi dan kondisi II
IV. Tergantung situasi dan kondisi II
h. Hepatitis A
1) Perlindungan Penyakit : Hepatitis A (Penyakit Hati)
2) Penyebab : Virus hepatitis A
3) Waktu Pemberian :
I. Tergantung situasi dan kondisi I
II. Tergantung situasi dan kondisi II

2.5 Daerah Pemberian Obat Secara IM


1. Paha (vastus lateralis)
Posisi klien terlentang dengan lutut agak fleksi.
Area ini terletak antar sisi median anterior dan sisi
midlateral paha. Otot vastus lateralis biasanya tebal dan
tumbuh secara baik  pada orang deawasa dan anak-
anak. Bila melakukan injeksi pada bayi disarankan
menggunakan area ini karena pada area ini tidak
terdapat serabut saraf dan pemubuluh darah besar. Area injeksi disarankan pada 1/3
bagian yang tengah. Area ini ditentukan dengan cara membagi area antara trokanter
mayor sampai dengan kondila femur lateral menjadi 3 bagian, lalu pilih area tengah
untuk lokasi injeksi. Untuk melakukan injeksi ini pasian dapat diatur miring atau
duduk.
2. Ventrogluteal
Posisi klien berbaring miring, telentang,
atau telentang dengan lutut atau panggul
miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi.
Area ini juga disebut area von hoehstetter. Area
ini paling banyak dipilih untuk injeksi
muscular karena pada area ini tidak terdapat
pembuluh darah dan saraf besar. Area ini ini
jauh dari anus sehingga tidak atau kurang
terkontaminasi. 
3. Dorsogluteal
Dalam melakukan injeksi dorsogluteal,
perawat harus teliti dan hati- hati sehingga
injeksi tidak mengenai saraf skiatik dan
pembuluh darah. Lokasi ini dapat digunakan
pada orang dewasa dan anak-anak diatas usia
3 tahun, lokasi ini tidak boleh digunakan
pada anak dibawah 3 tahun karena kelompok
usia ini otot dorsogluteal belum berkembang. Salah satu cara menentukan lokasi
dorsogluteal adalah membagi area glutael menjadi kuadran-kuadran. Area glutael tidak
terbatas hanya pada bokong saja tetapi memanjang kearah Kristal iliaka. Area injeksi
dipilih pada kuadran area luar atas.
4. Otot Deltoid di lengan atas
Posisi klien duduk atau berbaring datar dengan lengan
bawah fleksi tetapi rileks menyilangi abdomen atau
pangkuan. Area ini dapat ditemukan pada lengan atas
bagian luar. Area ini jarang digunakan untuk injeksi intramuscular karena mempunyai
resiko besar terhadap bahaya tertusuknya pembuluh darah, mengenai tulang atau
serabut saraf. Cara sederhana untuk menentukan lokasi pada deltoid adalah
meletakkan dua jari secara vertical dibawah akromion dengan jari yang atas diatas
akromion. Lokasi injekssi adalah 3 jari dibawah akromion.

2.6 Prosedur Pemberian Obat Secara IM


1.1 Alat dan Bahan
a. Spuid steril dengan isi dari 2 hingga 10 cc (untuk maksud tertentu hingga 20 cc).
b. Jarum suntik steril dengan panjang yang cukup untuk dapat menusuk otot
dengan baik ( ± 6,5 cm).
c. Bak injeksi.
d. Bengkok.
e. Kassa.
f. Obat yang akan digunakan.
g. Gergaji kecil untuk memotong ampul (bila perlu).
h. Handscone.
i. Kapas alkohol.
j. Cairan pelarut atau cairan steril.
k. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.

2.1 Prosedur
a. Persiapkan alat terlebih dahulu.
b. Letakkan alat didekat pasien agar lebih mudah.
c. Pastikan apakah obat yang akan diberikan kepada pasien dan pasiennya tepat
dengan cara melihat label obat dan buku catatan.
d. Jelakan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan.
e. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan.
f. Pakai handscoen.
g. Ambil spuit, kemudian lepaskan penutupnya.
h. Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis, setelah itu
letakkan kedalam bak injeksi. Sebelum itu pastikan lagi apakah obat yang akan
diberikan sudah benar.
i. Periksa tempat yang akan dilakukan tindakan penyuntikan.
j. Desinfeksi dengan kapas alkohol daerah yang akan dilakukan tindakan
penyuntikan.
k. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
l. Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit. Bila tidak ada darah, masukkan obat
secara perlahan hingga habis.
m. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan
dengan kapas alkohol, tutup spuit kembali dan kemudian letakkan spuit yang telah
digunakan kedalam bengkok.
n. Lihat kembali obat yang telah diberikan kepada pasien.
o. Catat reaksi, jumlah dosis, dan waktu pemberian.
p. Lepaskan handscoen dan bersihkan peralatan yang telah digunakan.
q. Cuci tangan.

II. PEMBERIAN OBAT INTRAVENA (IV)

A. Pengertian Injeksi Intravena

Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena dengan
menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang
menghantarkan darah balikke jantung.

B. Kegunaan Injeksi Intravena


1. Digunakan pada pasien yang dalamkeadaan darurat, agar obat yang diberikan dapat
menimbulkan efek langsung. Contoh pada pasien epilepsi atau kejang-kejang
2. Digunakan pada pasien yang tidak dapat diberi obat melalui oral, contoh pada pasien
terus menerus muntah
3. Digunakan pada pasien yang tidak diperbolehkan memasukkan obat apapun melalui
mulutnya
C. Indikasi Obat Intravena
Pemberian obat intra vena bermanfaat untuk beberapa alasan :
1) Jaminan bahwa konsentrasi obat yang efektif dicapai dengan cepat.
2) Mengontrol permulaan konsentrasi puncak obat dalam serum.
3) Produksi efek biologis bila obat tidak dapat diabsorbsi melalui rute oral.
4) Pemberian obat kepada pasien yang tidak dapat meminum obat.

D. Kontra Indikasi Obat Intravena


1. IV sangat berbahaya karena reaksinya terlalu cepat.
2. Menimbulkan kecemasan.
3. infeksi di pemasangan infus.
4. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk
pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
E. Tempat Injeksi Intravena
1. Pada lengan
- Vena mediana cubiti/vena sefalika
- Vena basilica
2. Pada tungkai
- Vena saphenous
3. Pada leher
- Vena jugularis
4. Pada kepala
- Vena frontalis
- Vena temporalis
5. Pada mata kaki
- Vena dorsal pedis
F. Macam-Macam Injeksi Intravena
1. Pemberian obat melalui intravena (secara langsung)
Cara pemberian obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena mediana
cubiti/cephalika (lengan), vena saphenosus (tungkai), vena jugularis (leher), vena
frontalis/temporalis (kepala), yang bertujuan agar reaksi cepat dan langsung masuk
pada pembuluh darah
2. Pemberian obat melalui intravena (secara tidak langsung)
Merupakan cara pemberian obat dengan menambahkan atau memasukkan obat ke
dalam media (wadah atau selang), yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping
dan mempertahankan kadar terapeutik dalam darah.
G. Prosedur Kerja
1. Pemberian obat melalui intravena (secara langsung)
a. Persiapan alat :
- Buku pengobatan
- Baki obat
- Sarung tangan
- Obat yang sesuai
- Spuit 2-5 ml
- Bak spuit
- Kapas alkohol
- Plester
- Perlak pengalas
- Karet pembendung (torniquet)
- Kasa steril (bila perlu)
- Tromol
b. Prosedur kerja
- Cuci tangan
- Siapkan obat dengan prinsip enam benar
- Identifikasi pasien
- Beri tahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
- Atur klien pada posisi yang nyaman
- Pasang perlak pengalas
- Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
- Letakkan karet pembendung (torniquet)
- Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan
- Pakai sarung tangan
- Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan
gerakan sirkuler dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5 cm.
Tunggu sampai kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari
kulit yang mengandung mikroorganisme
- Buang kapas pada bengkok
- Disinfeksi tutup obat sebelum dimasuki jarum
- Buka tutup jarum
- Masukkan obat ke dalam spuit
- Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan
tangan non dominan. Membuat klien lebih kencang dan vena tidak bergeser,
memudahkan penusukan
- Pegang jarum pada posisi 30o sejajar vena yang akan ditusuk perlahan pasti
- Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum kedalam vena
- Lakukan aspirasi lalu observasi adanya darah dalam spuit
- Jika ada darah, lepaskan torniquet dan masukkan obat perlahan-lahan dan
ambil kapas alkohol untuk persiapan penekanan saat jarum dikeluarkan
- Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan (30o),
sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area
penusukan
- Tutup area penusukan dengan menggunakan kasa steril yang diberi betadine
- Kembalikan posisi klien
- Buang peralatan yang tidak diperlukan
- Buka sarung tangan
- Cuci tangan
- Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Pemberian obat melalui intravena (secara tidak langsung)
a. Pemberian obat melalui wadah intravena
Memberikan obat intravena melalui wadah merupakan pemberian obat dengan
menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah cairan intravena.
Tujuannya : untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar
terapeutik dalam darah.
- Persiapan alat dan bahan :
1. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
2. Obat dalam tempatnya
3. Wadah cairan (kantong atau botol)
4. Kapas alkohol
- Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat lakukan disinfeksi pada
tutup obat lalu masukkan obat ke dalam spuit, setelah itu tutup spuit
untuk sementara
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga
menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam
kantong atau wadah cairan
7. Setelah selesai, tarik spuit dan campur larutan dengan membalikkan
kantong cairan secara perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung yang lain
8. Periksa kecepatan infus
9. Cuci tangan
10. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat
b. Pemberian obat melalui selang intravena
- Persiapan alat dan bahan :
1. Spuit dan jarum yang sesuai ukuran
2. Obat dalam tempatnya
3. Selang intravena
4. Kapas alokohol
- Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai yang akan dilakuakn
3. Periksa identitas pasien, kemudian ambil obat lakukan disinfeksi pada
tutup obat lalu masukkan obat ke dalam spuit, setelah itu tutup spuit
untuk sementara
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena
5. Lakukan disinfeksi dengan kapas alkohol dan stop aliran
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga
menembus bagian tengah dan masukkan obat secara perlahan-lahan ke
dalam selang intravena
7. Setelah selesai, tarik spuit
8. Periksa kecepatan infus
9. Cuci tangan
10. Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya
H. Kelebihan dan Kekurangan Injeksi Vena
a. Kelebihan :
1. Dapat digunakan untukpasien yang tidak sadar
2. Obat dapat terabsorbsi dengan sempurna
3. Obat dapat bekerja cepat
4. Tidak dapat mengiritasi lambung
b. Kekurangan :
1. Dapat terjadi emboli
2. Dapat terjadi infeksi karena jarum yang tidak steril
3. Pembuluh darah dapat pecah
4. Terjadi ematoma
5. Dapat terjadi alergi
6. Obat tidak dapat ditarik kembali
7. Membutuhkan keahlian khusus

III. PEMBERIAN OBAT INTRACUTAN


2.1 Pengertian Intra Cutan (IC)
Injeksiintracutan (IC) adalah pemberian obat kedalam lapisan dermal kulit tepatdibawah
epidermis. Biasanya hanya sejumlah kecil larutan yang digunakan (contoh 0,1ml). Metode
pemberian ini sering kali digunakan untuk uji alergi dan penapisantuberkulosis.
Lokasi injeksi intracutanbiasanya pada lengan bawah bagian dalam, dadaatas dan
punggung dibawah skapula. Lengan kiri umumnya digunakan untuk penapisanTBC dan lengan
kanan digunakan untuk semua pemeriksaan lain.Injeksi intradermal diberikan ke dalam dermis,
tepat di bawah epidermis. Jalurintradermal memiliki waktu absorpsi terlama dari semua
pareteral. Untuk alasan inilahinjeksi intradermal digunakan untuk tes sensitivitas, seperti tes
tuberkulin dan tes alergi,serta anestesi lokal.
Keuntungan jalur intradermal untuk tes-tes ini adalah reaksi tubuhterhadap substansi
tersebut mudah diamati, dan derajat reaksi dapat dibedakan melaluistudi perbandingan.Lokasi
yang umum digunakan adalah permukaan dalam lengan bawah dan punggung bagian atas, di
bawah skapula. Peralatan yang digunakan untuk injeksi intradermal adalahsiring tuberkulin yang
dikalibrasi dalam puluhan dan ratusan ml dan jarum berukuran ¼ - ½ inci, 26 atau 27 gauge.
Dosis yang diberikan secara intradermal kecil, biasanya kurangdari 0,5 ml. Sudut pemberian
injeksi intradermal adalah 10-15 derajat. Letak pemeberian intra cutan yaitu:
1. Dilengan atas, yaitu tiga jari di bawah sendi bahu tepat di tengah daerah muskulus
deltoideus
2. Dilengan bawah, yaitu bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari
pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari peredaran darah
2.2 Pemberian Obat Melalui Jaringan Intra Cutan (IC)
Pemberian obat yang dilakukan dengan cara memasukan obat ke dalam jaringan kulityang
dilakukan untuk tes alergi terhadap obat yang akan diberikan. Pada umumnyadiberikan pada
pasien yang akan diberikan obat antibiotik. Pemberian intrakutan padadasarnya dibawah kulit
atau di bawah dermis/ epidermis. Secara umum pada daerah lengan tangan dan daerah ventral.

Alat dan bahan :

1. Catatan pemberian obat


2. Obat dalam tempatnya
3. Spuit 1cc
4. Kapas alkohol dalam tempatnya
5. Cairan pelarut
6. Bak injeksi
7. Bengkok
8. Perlak

Prosedur Kerja :

1. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien, indikasi
pemberian obat, dan efek samping obat, dengan perinsip 10 benar dalam pemberian obat.
2. Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali 24 jam dari
saat penyuntikan obat.
3. Setelah melakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan
4. Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada penolakan pada
suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan, dan dapat
mengkolaborasikannya dengan dokter yang menangani pasien , bila pasien atau keluarga
tetap menolak setelah pemberian infrom consent, maka pasien maupun keluarga
bertanggungjawab mendatangi surat penolakan untuk pembuktian penolakan therapi.
5. Injeksi inta cutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik, dilakukan
dengan cara melarutkan antibiotik sesui dengan ketentuannya, lalu mengambil 0,1 cc
dalam spuit dan menambahkan aquabidest 0,9 cc dalam spuit, yang disuntikan pada
pasien hanya 0,1 cc injeksi untuk melakukan tes mentoux, PPD diambil 0,1 cc dalam
spuit, untuk langsung disuntikan pada pasien ke atas dengan sudut 15-2- derajat di
permukaan kulit.
6. Suntukan sampai terjadi gelembung
7. Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
8. Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu, tanggal dan jenis obat.

2.3 Tujuan Injeksi Intra Cutan (IC)


1. Pasien mendapatkan pengobatan  sesuai program pengobatan dokter.
2. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
3. Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
4. Menghindarkan pasien dari efek alergi obat (dengan skin test).
5. Digunakan untuk test tuberkulin atau tes alergi terhadap obat-obatan tertentu.
6. Pemberian vaksinasi

2.4 Keuntungan dan Kerugian Injeksi Intra Cutan (IC)


Selain untuk tes alergi, injeksi intra cutan juga dapat digunakan untuk tes Mantoux dan uji
sensitivitas obat (misalnya terhadap antibiotik).
a. Keuntungan Injeksi IC
a) Suplai darah sedikit, sehingga absorbsi lambat.
b) Bisa mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu.
c) Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian
obat.
b. Kerugian Injeksi IC
a) Apabila obat sudah disuntikkan, maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi. Ini
berarti, pemusnahan untuk obat yang mempunyai efek tidak baik atau toksik
maupun kelebihan dosis karena ketidakhati-hatian akan sukar dilakukan.
b) Tuntutan sterilitas sangat ketat.
c) Memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan injeksi.
d) Adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan.
1. Parenteral Volume Kecil

Istilah intradermal (ID) berasal dari kata “intra” yang berarti lipis dan “dermis” yangberarti
sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi anatominya mempunyaiderajat
pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betul-betul kecil. Makanya penyerapandari injeksi disini
lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkankarena absorpsinya terbatas,
maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif atau
menentukan sensitivitas terhadap mikroorganisme.

2. Intramuskular

Istilah Intramuskular (IM) digunakan untuk injeksi ke dalam obat. Rute intramuscular
menyiapkan kecepatan aksi onset sedikit lebih normal dari pada rute intravena, tetapi lebihbesar
daripada rute subkutan.

3. Intravena

Istilah intravena (IV) berarti injeksi ke dalam vena. Ketika tidak ada absorpsi, puncak
konsentrasi dalam darah terjadi dengan segera, dan efek yang diinginkan dari obat di peroleh
hampir sekejap.

4. Subkutan

Subkutan (SC) atau injeksi hipodermik diberikan di bawah kulit. Parenteraldiberikandengan rute
ini mempunyai perbandingan aksi onset lambat dengan absorpsi sedikitdaripada yang diberikan
dengan IV atau

5. Rute intra-arterial

Disuntikkan langsung ke dalam arteri, digunakan untuk rute intravena ketika aksi segera
diinginkan dalam daerah perifer tubuh.
6. Intrakardial

Disuntikkan langsung ke dalam jantung, digunakan ketika kehidupan terancamdalam keadaan


darurat seperti gagal jantung.

7. Intraserebral

Injeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi lokal sebagaimanapenggunaan fenol
dalam pengobatan trigeminalneuroligia.

8. Intraspinal

Injeksi ke dalam kanal spinal menghasilkan konsentrasi tinggi dari obat dalamdaerah lokal.
Untuk pengobatan penyakit neoplastik seperti leukemia.

9. Intraperitoneal dan intrapleural

Merupakan rute yang digunakan untuk pemberian berupavaksin rabies. Rute ini juga digunakan
untuk pemberian larutan dialisis ginjal.

10. Intra-artikularInjeksi

Digunakan untuk memasukkan bahan-bahan seperti obat antiinflamasisecara langsung ke dalam


sendi yang rusak atau teriritasi.

11. Intrakutan (i.c)

Injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam epidermis di bawah stratum corneum. Rute
ini digunakan untuk memberi volume kecil (0,1-0,5 ml) bahan-bahan diagnostik atau vaksin.

IV. INJEKSI SUBCUTAN

Injeksi subcutan merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat ke dalam
jaringan subcutan dibawah kulit dengan spuit. Injeksi subkutan diberikan dengan menusuk area
dibawah kulit yaitu jaringan konektif atau lemak dibawah dermis. Injeksi tidak diberikan pada
area yang nyeri, merah, pruitis atau edema. Pada pemakaian injeksi subkutan jangka lama, maka
injeksi perlu direncanakan untuk diberikan secara rotasi pada area yang berbeda. Jenis obat yang
lazim diberikan secara subkutan adalah vaksin, obat-obatan preoperasi, narkotik, insulin, dan
heparin.

Pemberian obat melalui subcutan ini pada umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin
yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat dua tipe larutan,
yaitu jernih dan keruh. Larutan jernih atau juga dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat
(insulin regular) dan larutan yang keruh karena adanya penambahan protein sehingga
memperlambat absorbsi obat atau juga termasuk tipe lambat.

Subkutan atau dibawah kulit (SC) yaitu disuntikan kedalam tubuh melalui bagian yang sedikit
lemaknya dan masuk kedalam jaringan dibawah kulit ; volume yang di berikan tidak lebih dari 1
ml (Wagiran, 2015).

3.2 Tujuan Dari Injeksi

Memasukkan sejumlah toksin atau obat pada jaringan subcutan di bawah kulit untuk di absorbsi.
Selain itu alasan kenapa injeksi subcutan ini di pilih adalah karena dengan penggunaan injeksi ini
maka obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan. Beberapa contohnya adalah injeksi
pada vaksin, uji tiberculin dan di lakukan dalam program pemberian insulin yang di gunakan
untuk mengontrol kadar gula darah.

3.3 Tempat Injeksi Subcutan

Setiap jaringan subkutan dapat dipakai untuk area injeksi ini, yang lazim adalah pada lengan atas
bagian luar, paha bagian depan. Area lain yang digunakan adalah perut, area scapula,
ventrogluteal dan dorsogluteal. Berikut ini merupakan posisi pasien yang diberikan injeksi
subcutan :

1. Lengan : klien duduk atau bediri


2. Abdomen : klien duduk atau terlentang
3. Tungkai : klien duduk dikursi atau tempat tidur
4. Daerah abdomen
5. Area scapula pada punggung atas
6. Daerah ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas
Area injeksi subcutan perlu dirotasi secara regular untuk meminimalkan kerusakan jaringan,
membantu absorpsi, dan menghindari ketidaknyamanan. Terutama penting untuk klien yang
harus menerima injeksi berulang, seperti penyandang diabetes.

3.4 Indikasi dan Kontraindikasi Injeksi Subcutan

Indikasi :

a. Bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar,


b. Tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara
oral,
c. Tidak alergi.
d. Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam dan pungguang bagian atas.

Kontra Indikasi :

a. Luka,
b. Berbulu,
c. Alergi,
d. Infeksi kulit

3.5 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Subcutan

1. Untuk klien berukuran rata-rata, regangkan kulit secara keras pada tempat injeksi atau
cubit dengan tangan dominan anda pencubitan kulit meninggikan jaringan subkutan,
jarum menembus kulit tegang lebih mudah dari kulit kendur.
2. Untuk klien gemuk, cubit kulit pada tempat Injeksi dan injeksikan jarum dibawah lipatan
kulit klien gemuk memiliki lapisan lemak tambahan diatas jaringan subkutan Insersi
cepat dan tepat
3. Injeksikan jarum dengan cepat dan tepat Pada sudut 90 derajat (kemudian lepaskan- kulit
bila dicubit)

Hal-hal yang perlu diperhatikan lainnya :

a. Pastikan syarat dan indikasi suntikan pada pasien sudah terpenuhi sebelum
melakukan penyuntikan subkutan.
b. Jagalah kesterilan alat dan bahan yang digunakan.
c. Lakukan pencegahan infeksi pada pasien melalui tindakan desinfeksi.
d. Lakukan tindakan penyuntikan dalam ruangan yang sesuai dengan standar.
e. Perhatikan prinsip penyuntikan subkutan.
f. Pastikan privacy pasien benar–benar terjaga.
g. Lakukan tekhnik pembuangan sampah/ limbah bekas pakai sesuai prosedur

3.6 Efek Samping Dari Injeksi Subcutan

Keuntungan Awitan obat lebih cepat dibandingkan oral.

Kerugian Harus menggunakan teknik steril, lebih mahal dibandingkan oral,hanya dapat diberikan
dalam volume kecil,lebih lambat dibandingkan pemberian intramuscular, dapat menyebabkan
ansietas(kecemasan yang berlebihan dan lebih bersifat subyektif), kelelahan, gangguan
pencernaan seperti diare, mual, dispepsia stomatitis, dan muntah, perubahan warna kulit,
dysgeusia, dan anoreksia.

Kekurangan dan Kelebihan injeksi Sub Cutan (Abdullah, 2014) :

Kelebihan :

1) Diperlukan latihan sederhana


2) Absorpsi obat capat larut dalam air
3) Mencegah keruskan sekitar salran cerna

Kekurangan :

1) Rasa sakit dan kerusakan kulit


2) Tidak dapat dipakai jika volume obat besar
3) Bioavibilitas berfariasi, sesuai lokasi
4) Harus menggunakan tekhnik steril
5) Lebih mahal diandingkan oral
6) Lebih lambat dibandingkan pemberian IM
7) Dapat menyebabkan ansietas (kecemasan yang berlebihan dan lebih
bersifat subyektif)
3.7 SOP Dalam Injeksi Subcutan

1) Tujuan injeksi subkutan

Memberikan obat kepada pasien melalui jaringan subkutan

2) Ruang lingkup injeksi subcutan


a. Indikasi pada klien yang akan dilakukan vaksinasi, obat-obatan preoperasi, obat
narkotik, insulin dan heparin.
b. Penyuntikan tidak dilakukan pada area yang nyeri, merah, pruntus dan edema.
3) Definisi injeksi subkutan

Pemberian obat subkutan adalah cara memberikan obat dengan menyuntik di area bawah kulit
yaitu pada jaringan konektif atau lemak dibawah deredem

4) Pelaksanaan injeksi subkutan

A. Alat
1. Catatan pemberian obat
2. Obat dalam tempatnya
3. Perlak dan Pengalas
4. Bak spuit
5. Kapas alkohol
6. Sarung tangan
7. Cairan pelarut
8. Bengkok
9. Handscoen
10. Plester
11. Spuit
12.
B. Prosedur Pemberian Injeksi subkutan

1) Fase Pra interaksi


a. Cocokkan pesanan dokter dengan kartu obat, laporkan bila ada ketidakjelasan
b. Pahami kerja obat, pertimbangkan pemakaian dosis aman, maksud pemberian
efek samping obat yang akan diberikan
c. Kaji apakah klien mampu dan mau mengikuti petunjuk
d. Kaji tanda-tanda vital dan kesadaran pasien
e. Siapkan obat sesuai dosis untuk setiap klien periksa tanggal kadaluarsa
f. Hitung dosis perhatikan obat yang belum bisa dipakai klien
g. Mencuci tangan.

2) Fase Orientasi
a. Membawa obat ke kamar klien, sekali lagi lakukan cek nama obat, dosis, cara
pemberian, waktu, dan tanggal pemberian
b. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
c. Cek identitas klien: cek nama klien pada gelang atau papan, identitas kalau ada,
menanyakan dan memanggil nama klien
d. Jelaskan pada klien rencana pemberian obat,tujuan,cara pemberian,waktu dan
nama obat, minta tanda tangan apabila perlu persetujuan pemberian obat.

3) Fase Kerja
a. Tutup tirai untuk member privacy pada klien’
b. Pakai sarung tangan.
c. Ambil obat sesuai dengan prosedur yang benar dari menyiapkan obat ampul atau
vial.
d. Berikan posisi yang tepat sesuai dengan lokasi yang dipilih.
• Lengan atas bagian luar,
• Bagian anterior paha duduk atau berbaring dengan kaki rileks,
• Abdomen posisi terlentang atau semi recumbent,
• Daerah scapula pasien telungkup atau duduk
e. Pasang perlak dan pengalas, dekatkan piala ginjal.
f. Bersihkan daerah suntikan dengan kapas atau alkohol, gosok melingkar dari
dalam keluar. Biarkan alkohol kering dan pegang kapas untuk digunakan waktu
mencabut jarum.
g. Buka tutup jarum dengan tangan kiri.
h. Cubit atau gerakkan daerah yang akan disuntikkan.
i. Pegang spuit dengan tangan kanan diantara ibu jari dan telunjuk. Suntikkan jarum
dengan sudut 45¬0-900, tergantung turgor jaringan dan panjang jarum.
j. Setelah jarum masuk, lepaskan jaringan yang dipegang, dan gunakan tangan kiri
untuk memegang ujung barel.
k. Aspirasi untuk memastikan masuknya jarum. Bila ada darah, cabut jarum, obat
dan spuit dibuang dan menyiapkan obat baru lagi.
l. Bila tidak ada darah, suntikan obat perlahan-lahan.
m. Cabut jarum cepat dengan sudut sesuai waktu masuk.
n. Masase hati-hati dengan kapas alcohol (jangan masase pada pemberian heparin
atau insulin).
o. Buang spuit dab jarum tanpa penutup di sharp container.
p. Ambil perlak dan pengalas dari klien.
q. Lepaskan sarung tangan dan taruh di piala ginjal.
4) Fase terminasi
a. Melakukan evaluasi kepada klien setelah melakukan tindakan (Tanya apa yang
klien rasakan saat pemberian obat).
b. Merapikan klien kembali, member posisi yang nyaman untuk klien.
c. Membereskan peralatan
d. Mencuci tangan.
e. Berpamitan.
f. Cek kembali setelah 30 menit untuk melihat respon klien setelah diberikan injeksi
subcutan, terhadap reaksi alergi maupun efek samping.
g. Catat waktu, dosis, dan nama semua obat yang diberikan dalam daftar obat dan
beri tanda tangan sebagai bukti obat diberikan.
h. Bila klien tidak mau diberi injeksi dermal, laporkan secara lengkap.
i. Catat bila muncul reaksi setelah pemberian injeksi
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pemberian obat secara intramuskular adalah pemberian obat/cairan dengan cara


dimasukkan langsung kedalam otot (muskulus). Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada
bagian tubuh yang berotot besar, agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk saraf, misalnya
pada bokong dan kaki bagian atas atau pada lengan bagian atas. Pemberian obat intramuskulus
diindikasikan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral. Obat-obatan yang diberikan juga tertentu,
misalnya obat untuk imunisasi.
Injeksi intravena adalah memasukkan obat langsung ke dalam pembuluh darah vena
(pembuluh darah yang balikke jantung). Pemberian obat melalui intravena sangat berguna untuk
orang yang tidak sadarkan diri, mengalami gangguan oral, dll. Pemberian obat intravena tidak
boleh diberikan kepada penderita yang memiliki permukaan kulit yang ada luka maupun
pembengkaan karena akan menimbulkan luka baru.

Injeksi intracutan (IC) adalah pemberiann obat kedalam lapisan dermal kulit
tepatdibawah epidermis.Injeksi intracutan sering kali digunakan untuk uji alergi dan penapisan
tuberkulosis. Lokasi injeksi intracutan biasanya pada lengan bawah bagian dalam, dada atas dan
punggung dibawah skapula. Dalam melakukan injeksi intracutan, dikatakan berhasil apabila
terdapat papul dilokasi yang diinjeksi.

Injeksi subkutan diberikan dengan menusuk area dibawah kulit yaitu jaringan konektif
atau lemak dibawah dermis. Setiap jaringan subkutan dapat dipakai untuk area injeksi ini, yang
lazim adalah pada lengan atas bagian luar, paha bagian depan, dan area perut. Injeksi harus tidak
diberikan pada area yang nyeri, merah, pruitis atau edema. Pada pemakaian injeksi subkutan
jangka lama, maka injeksi perlu di rencanakan untuk diberikan secara rotasi pada area yang
berbeda. Jenis obat yang lazim diberikan secara subkutan adalah vaksin, obat – obatan
preoprasi, narkotika insulin, dan heparin.
Saran

1. Sebelum melakukan prosedur kerja sebaiknya petugas kesehatan terlebih dahulu


memperhatikan alat alat yang akan di gunakan serta memperhatikan kebersihan alat alat tersebut.
2. Petugas harus memperhatikan prosedur kerja dalam melakukan pemberian obat injeksi agar
tidak beresiko besar terhadap pasien maupun petugas kesehatan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Aimatul Insani Elani Indah Rangkor. 2021. “ Makalah Pemberian Obat (INJEKSI) IM,
SC”. Diakses pada 31 Mei 2021

Denes Eko dan Giarto. 2012. “Makalah Injeksi Intra Muskuler”. Diakses pada 31 Mei 2021
http://psikceria21.blogspot.com/2012/10/makalah-injeksi-intra-muskuler.html?m=1
https://pdfcoffee.com/makalah-injeksi-imsc--pdf-free.html

http://nissa-uchil.blogspot.com/2014/03/kdm-pemberian-obat-melalui-injeksi.html.
Diakses pada 06 April 2015. pukul 17.30

http://pemberianinjeksiintramuscular14.blogspot.com/2016/11/pemberian-obat-melalui-
injeksi.html?m=1

https://www.kompasiana.com/susilawatii/54f405a6745513932b6c8511/pemberian-obat-
melalui-suntik-intra-cutan-ic

Halodok, 2019. “Kenali 4 Jenis Injeksi dan Cara Melakukannya”, Diakses 31 Mei 2021
pukul 20:00. https://www.halodoc.com/artikel/kenali-4-jenis-injeksi-dan-cara-melakukannya

Indonesia, ukom 2019. “Injeksi Intrakutan / IC (Definisi, Tujuan, Lokasi, Indikasi,


Keuntungan, Perhatian, Obat, Prinsip, SOP, Hasil)” Diakses 31 Mei 2021 pukul 14:00.
https://www.perawatkitasatu.com/2019/07/injeksi-intrakutan-ic-definisi-tujuan.html

Nila Prameswati. 2021. “Pemberian Obat Secara Intramuscular (IM)”. Diakses pada 31
Mei 2021 https://www.academia.edu/12660317/Pemberian_Obat_Secara_Intramuscular_IM_

Perry, dkk Buku Saku Ketrampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta : EGC Hidayat, Aziz
Alimul Praktik Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya : Health Books Publishing Priharjo, Robert
Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Jakarta : EGC

Raysah Suci Pratiwi. 2021. “Makalah Pemberian Obat Melalui Injeksi Intramuskular”.
Diakses pada 31 Mei 2021 https://id.scribd.com/doc/304957367/Makalah-Pemberian-Obat-
Melalui-Injeksi-Intramuskul
Rocca, Joanne C. La dan Shirley E. Otto.Terapi Intravena.1998.Penerbit buku kedokteran
EGC : Jakarta.

Rosyidah, Inayatur, and Dwi Prasetyaningati. "Modul Praktikum S1 Keperawatan


Semester 2." (2019).

Susilawatii, 2014. “Pemberian Obat Melalui Suntik Intra Cutan (IC)”, Diakses 31 Mei
2021 pukul 17:42.

Tambayong, Jan.2002.Farmakologi untuk Keperawatan.Widya Medika : Jakarta.


http://endra-ndruu.blogspot.com/2011/08/prosedur-keperawatan-pemberian-obat.html

Anda mungkin juga menyukai