Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TERAPI OBAT PADA PASIEN HAMIL

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Farmakologi


Dosen Pengampu
Endang Supriyanti, M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

1. Anggi Rohmawati (2005005)


2. Annisa (2005007)
3. Cindy Nuranita Carolina (2005011)
4. Lidia Novita (2005068)
5. Lutfi Afiyati (2005069)
6. Nanda Dewi Cantika (2005034)
7. Sefia Marta (2005049)
8. Talitha Vania Austrin (2005056)
9. Tingkah Enggaring Tyas (2005076)

FAKULTAS KESEHATAN DAN KETEKNISIAN


MEDIS
STUDI DIII KEPERAWATAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Farmakologi
dengan materi“ Terapi Obat Pada Pasien Hamil.”

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ibu Endang S, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen mata kuliah Farmakologi.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Terapi
Obat Pada Pasien Hamil bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi


bagian pengetahuannya dan kritik saran yang telah di berikan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini, oleh karena itu penulis akan sangat menghargai kritikan
dan saran untuk membangun makalah ini lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Semarang, 23 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
D. Manfaat.........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................7
A. Farmakokinetik dan Farmakodinamik pada Kehamilan...............................7
B. Pemberian Obat pada Ibu Hamil.................................................................11
C. Dampak Obat Terhadap Janin.....................................................................12
D. Penggunaan Obat Terapetik dalam Kehamilan dan Pengaruhnya Terhadap
Janin............................................................................................................14
BAB III PENUTUP...............................................................................................18
A. Kesimpulan.................................................................................................18
B. Saran............................................................................................................18
Daftar Pustaka........................................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan
pembuahan dan diakhiri dengan proses persalinan (Mansjoer, 1999).
Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak
terpisahkan. Penggunaan obat sering kali dapat menyebabkan efek yang
tidak dikehendaki pada janin selama masa kehamilan (Anonim,2006).
Pemberian obat pada wanita hamil sering kali diperlukan dan
diperkirakan, sekitar 90% wanita hamil pernah mendapat sekiar 3 atau 4
obat selama masa kehamilannya. Laporan lain menyimpulkan bahwa
sepertiga dari 100% wanita hamil mendapatkan sedikitnya satu seri
pengobatan yang baru (Aslam et al,2003).
Obat yang tidak tepat sering kali membahayakan bagi ibu hamil
dan bayinya. Keamanan suatu obat harus dibuktikan berdasarkan hasil
percobaan hewan sewaktu regristrasi untuk mendapatkan izin peredaranya.
Namun, hasil pada hewan tidak selalu boleh diekstrapolir kepada manusia
(Tjay dan Rahardja, 2002).
Sebagaimana telah diketahui bahwa masa hamil muda adalah saat
mula terbentuknya berbagai organ tubuh (organogenesis), sehingga erat
sekali kaitannya dengan cacat maupun kelainan pada janin, di pihak lain
para dokter yang menangani wanita hamil harus menyadari dan
memahami mekanisme kerja suatu obat serta dampaknya bagi janin.
Penggunaan obat pada wanita hamil perlu berhati-hati karena banyak obat
yang dapat melintasi plasenta. Mengingat dalam plasenta obat mengalami
proses biotransformasi, sehingga dapat menyebabkan
teratogenik/dismorfogenik (Anonim, 2006).
Obat-obat teratogenik atau obat-obat yang dapat menyebabkan
terbentuknya senyawa teratogenik dapat merusak janin dalam
pertumbuhan. Beberapa obat dapat member resiko tinggi bagi kesehatan

4
ibu dan member efek pada janin. Selama trimester pertama, obat dapat
menyebabkan cacat lahir (teratogenesis), dan resiko terbesar adalah 3-8
minggu. Selama trimester kedua dan ketiga, obat dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan secara fungsional pada janin atau dapat
meracuni plasenta (Anonim, 2006).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik pada kehamilan?
2. Bagaimana cara pemberian obat pada ibu hamil ?
3. Bagaimana dampak obat terhadap janin ?
4. Bagaimana cara penggunaan obat terapetik dalam kehamilan dan
pengaruhnya terhadap janin?

C. Tujuan
a. Tujuan umum :
Untuk mengetahui terapi obat yang dilakukan pada pasien hamil.
b. Tujuan khusus :
1. Untuk mengetahui tetang farmakokinetik dan farmakodinamik pada
kehamilan
2. Untuk mengetahui begaimana cara pemberian obat pada ibu hamil
3. Untuk mengetahui bagaimana dampak obat terhadap janin
4. Untuk mengetahui cara penggunaan obat terapetik dalam
kehamilan dan pengaruhnya terhadap janin

D. Manfaat

1. Manfaat secara teoritis


Hasil dari makalah ini dapat digunakan sebagai landasan dalam
pengembangan pengetahuan perawat dalam terapi obat terhadap
pasien hamil. Selain itu, juga bisa menjadi khasanah pengetahuan
ilmiah dalam bidang keperawatan khususnya farmakologi di
Indonesia.
2. Manfaat secara praktis

5
a. Bagi pembaca
Hasil dari makalah ini dapat digunakan sebagai sarana
pengembangan ilmu pengetahuan mengenai terapi obat terhadap
pasien hamil.
b. Bagi penulis
Hasil makalah ini bermanfaat bagi penulis untuk mampu
menerapkan terapi obat terhadap pasien hamil dalam praktik
keperawatan.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Farmakokinetik dan Farmakodinamik pada Kehamilan

Farmakokinetik Pada Kehamilan

1. Absorpsi
Pada awal kehamilan akan terjadi penurunan sekresi asam lambung
hingga 30-40%. Hal ini menyebabkan pH asam lambung sedikit
meningkat, sehingga obat-obat yang bersifat asam lemah akan sedikit
mengalami penurunan absorpsi. Sebaliknya untuk obat yang bersifat
basa lemah absorpsi justru meningkat. Pada fase selanjutnya akan
terjadi penurunan motilitas gastrointestinal sehingga absopsi obat-obat
yang sukar larut (misalnya digoksin) akan meningkat, sedang absopsi
obat-obat yang mengalami metabolisme di dinding usus, seperti
misalnya klorpromazin akan menurun (Sanjoyo,2010)
2. Distribusi
Pada keadaan kehamilan, volume plasma dan cairan ekstraseluser ibu
akan meningkat, dan mencapai 50% pada akhir kehamilan. Sebagai
salah satu akibatnya obat-obat yang volume distribusinya kecil,
misalnya ampisilin akan ditemukan dalam kadar yang rendah dalam
darah, walaupun diberikan pada dosis lazim. Di samping itu, selama
masa akhir kehamilan akan terjadi perubahan kadar protein berupa
penurunan albumin serum sampai 20%. Perubahan ini semakin
menyolok pada keadaan pre-eklamsia, di mana kadar albumin turun
sampai 34% dan glikoprotein meningkat hingga 100%. Telah
diketahui, obat asam lemah terikat pada albumin, dan obat basa lemah
terikat pada alfa-1 glikoprotein. Konsekuensi, fraksi bebas obat-obat
yang bersifat asam akan meningkat, sedangkan fraksi bebas obat-obat
yang bersifat basa akan menurun. Fraksi bebas obat-obat seperti

7
diazepam, fenitoin dan natrium valproat terbukti meningkat secara
bermakna pada akhir kehamilan. (Sanjoyo,2010)
3. Metabolisme
a. Metabolisme obat diplasenta dan janin
Dua mekanisme yang ikut melindingi janin dari obat sirkulasi ibu
1) Plasenta yang berperan sebagai penghalang semifermiabel
juga sebagai tempat metabolisme beberapa obat yang
melewatinya. Semua jalur utama metabolism obat ada
diplasenta dan juga terdapat beberapa reaksi oksidasi aromatic
yang berbeda misalnya oksidasi etanol dan fenobarbital.
Sebaliknya, kapasitas metabolisme plasenta ini akan
menyebabkan terbentuknya dan meningkkatnya jumlah
metabolik yang toksik, misalnya etanol dan benzopiren. Dari
hasil penelitian prednisolon, deksametason, azidotimidin yang
stuktur molekulnya analog dengan zat-zat endogen ditubuh
mengalami metabolism yang bermakna diplasenta.
(Sanjoyo,2010)
2) Obat-obatan yang melewati plasenta akan memasuki sirkulasi
janin melalui vena umbilicus. Sekitar 40-60% darah yang
masuk tersebut akan masuk hati janinsisanya akan langsung
masuk hati janin. Obat yang masuk kehati janin, mungkin
sebagian akan dimetabolisme sebelum masuk kesirkulasi
umum janin. walaupun dapat dikatakan meatbolisme obat
dijanin tidak berpengaruh banyak pada metabolisme obat
maternal. Obat-obatan yang bersifat teratogenik adalah asam
lemah misalnya talidomid, asam valproat, isitretinoin, warfarin.
Hal ini diduga karena asam lemah akan mengubah PH sel
embrio. Dari hasil penelitian pada hewan menunjukkan bahwa
PH cairan sel embrio lebih tinggi dari PH plasma ibu, sehingga
obat yang bersifat asam akan tinggi kadarnya di dalam darah
janin. (Sanjoyo,2010)

8
4. Eliminasi
Pada akhir masa kehamilan akan terjadi peningkatan aliran darah ginjal
sampai dua kali lipat. Sebagai akibatnya, akan terjadi peningkatan
eliminasi obat-obat yang terutama mengalami ekskresi di ginjal.
Dengan meningkatnya aktivitas mixed function oxidase, suatu sistem
enzim yang paling berperan dalam metabolisme hepatal obat, maka
metabolisme obat-obat tertentu yang mengalami olsidasi dengan cara
ini (misalnya fenitoin. fenobarbital, dan karbamazepin) juga
meningkat, sehingga kadar obat tersebut dalam darah akan menurun
lebih cepat, terutama pada trimester kedua dan ketiga. Untuk itu, pada
keadaan tertentu mungkin diperlukan menaikkan dosis agar diperoleh
efek yang diharapkan. (Sanjoyo,2010)

Farmakodinamik Pada Kehamilan

1. Mekanisme kerja obat ibu hamil


Efek obat pada jaringan reproduksi, uterus dan kelenjar susu, pada
kehamilan kadang dipengaruhi oleh hormon-hormon sesuai dengan fase
kehamilan. Efek obat pada jaringan tidak berubah bermakna karena
kehamilan tidak berubah, walau terjadi perubahan misalnya curah
jantung, aliran darah ke ginjal. Perubahan tersebut kadang
menyebabkan wanita hamil membutuhkan obat yang tidak dibutuhkan
pada saat tidak hamil. Contohnya glikosida jantung dan diuretik yang
dibutuhkan pada kehamilan karena peningkatan beban jantung pada
kehamilan. Atau insulin yangdibutuhkan untuk mengontrol glukosa
darah pada diabetes yang diinduksi oleh kehamilan (Sartono, 2005)
2. Mekanisme kerja obat pada janin
Beberapa penelitian untuk mengetahui kerja obat di janin berkembang
dengan pesat, yang berkaitan dengan pemberian obat pada wanita hamil
yang ditujukan untuk pengobatan janin walaupun mekanismenya masih
belum diketahui jelas. Contohnya kortikosteroid diberikan untuk

9
merangsang matangnya paru janin bila ada prediksi kelahiran prematur.
Contoh lain adalah fenobarbital yang dapat menginduksi enzim hati
untuk metabolisme bilirubin sehingga insidens jaundice ( bayi kuning)
akan berkurang. Selain itu fenobarbital juga dapat menurunkan risiko
perdarahan intrakranial bayi kurang umur. Anti aritmia juga diberikan
pada ibu hamil untuk mengobati janinnya yang menderita aritmia
jantung (Sartono, 2005)
3. Kerja obat teratogenik.
Penggunaan obat pada saat perkembangan janin dapat mempengaruhi
struktur janin pada saat terpapar. Thalidomid adalah contoh obat yang
besar pengaruhnya pada perkembangan anggota badan (tangan, kaki)
segera sesudah terjadi pemaparan. Pemaparan ini akan berefek pada
saat waktu kritis pertumbuhan anggota badan yaitu selama minggu ke
empat sampai minggu ke tujuh kehamilan. Mekanisme berbagai obat
yang menghasilkan efek teratogenik belum diketahui dan mungkin
disebabkan oleh multi factor, sebagai berikut:
a. Obat dapat bekerja langsung pada jaringan ibu dan juga secara tidak
langsung mempengaruhi jaringan janin.
b. Obat mungkin juga menganggu aliran oksigen atau nutrisi lewat
plasenta sehingga mempengaruhi jaringan janin.
c. Obat juga dapat bekerja langsung pada proses perkembangan
jaringan janin, misalnya vitamin A (retinol) yang memperlihatkan
perubahan pada jaringan normal. Dervat vitamin A (isotretinoin,
etretinat) adalah teratogenik yang potensial.
d. Kekurangan substansi yang esensial diperlukan juga akan berperan
pada abnormalitas. Misalnya pemberian asam folat selama
kehamilan dapat menurunkan insiden kerusakan pada selubung
saraf , yang menyebabkan timbulnya spina bifida.
Paparan berulang zat teratogenik dapat menimbulkan efek kumulatif.
Misalnya konsumsi alkohol yang tinggi dan kronik pada kehamilan ,
terutama pada kehamilan trimester pertama dan kedua akan menimbulkan

10
fetal alcohol syndrome yang berpengaruh pada sistem saraf pusat,
pertumbuhan dan perkembangan wajah (Sanjoyo, 2010)

B. Pemberian Obat pada Ibu Hamil

Dalam upaya mencegah terjadinya yang tidak diharapkan dari obat


obat yang diberikan selama kehamilan, maka oleh U.S. Food and Drug
Administration (FDA-USA) maupun Australia Drug Evaluation
Commitee, obat-obat dikategorikan sebagai berikut:
1. Kategori A
Yang termasuk dalam kategori ini adalah obat-obat yang telah banyak
digunakan oleh wanita hamil tanpa disertai kenaikan frekuensi
malformasi janin atau pengaruh buruk lainnya. Obat-obat yang
termasuk dalam kategori A antara lain adalah parasetamol, penisilin,
eritromisin, glikosida jantung, isoniazid serta bahan-bahan hemopoetik
seperti besi dan asam folat.
2. Kategori B
Obat kategori B meliputi obat-obat yang pengalaman pemakainya pada
wanita hamil masih terbatas, tetapi tidak terbukti meningkatkan
frekuensi malformasi atau pengaruh buruk lainnya pada janin.
Mengingat terbatasnya pengalaman pemakaian pada wanita hamil,
maka obat-obat kategori B dibagi lagi berdasarkan temuan-temuan pada
studi toksikologi pada hewan, yaitu:
B1: Dari penelitian pada hewan tidak terbukti meningkatnya kejadian
kerusakan janin (fetal damage). Contoh obat-obat yang termasuk pada
kelompok ini misalnya simetidin, dipiridamol, dan spektinomisin.
B2: Data dari penilitian pada hewan belum memadai, tetapi ada
petunjuk tidak meningkatnya kejadian kerusakan janin, tikarsilin,
amfoterisin, dopamin, asetilkistein, dan alkaloid belladona adalah obat-
obat yang masuk dalam kategori ini.
B3: Penelitian pada hewan menunjukkan peningkatan kejadian
kerusakan janin, tetapi belum tentu bermakna pada manusia. Sebagai

11
contoh adalah karbamazepin, pirimetamin, griseofulvin, trimetoprim,
dan mebendazol.
3. Kategori C
Merupakan obat-obat yang dapat memberi pengaruh buruk pada janin
tanpa disertai malformasi anatomic semata-mata karena efek
farmakologiknya. Umumnya bersifat reversibel (membaik kembali).
Sebagai contoh adalah analgetika-narkotik, fenotiazin, rifampisin,
aspirin, antiinflamasi non-steroid dan diuretika.
4. Kategori D
Obat-obat yang terbukti menyebabkan meningkatnya kejadian
malformasi janin pada manusia atau menyebabkan kerusakan janin
yang bersifat ireversibel (tidak dapat membaik kembali). Obat-obat
dalam kategori ini juga mempunyai efek farmakologik yang merugikan
terhadap janin. Misalnya: androgen, fenitoin, pirimidon, fenobarbiton,
kinin, klonazepam, valproat, steroid anabolik, dan antikoagulansia.
5. Kategori X
Obat-obat yang masuk dalam kategori ini adalah yang telah terbukti
mempunyai risiko tinggi terjadinya pengaruh buruk yang menetap
(irreversibel) pada janin jika diminum pada masa kehamilan. Obat
dalam kategori ini merupakan kontraindikasi mutlak selama kehamilan.
Sebagai contoh adalah isotretionin dan dietilstilbestrol.

C. Dampak Obat Terhadap Janin

Pengaruh buruk obat terhadap janin dapat bersifat toksik, teratogenik


maupun letal, tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan paga saat
minum obat. Pengaruh toksik adalah jika obat yang diminum selama masa
kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau bio-kimiawi
dari janin yang dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa
saat setelah kelahiran. Pengaruh obat bersifat teratogenik jika
menyebabkan terjadinya malformasi anatomik pada petumbuhan organ

12
janin. Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis subletal.
Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal, adalah yang mengakibatkan
kematian janin dalam kandungan. (Prawirohardjo,2008)
Secara umum pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam, sesuai
dengan fase-fase berikut:
1. Fase implantasi, yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu.
Pada fase ini obat dapat memberi pengaruh buruk atau mungkin tidak
sama sekali. Jika terjadi pengaruh buruk biasanya menyebabkan
kematian embrio atau berakhirnya kehamilan (abortus).
2. Fase embional atau organogenesis, yaitu pada umur kehamilan antara 4-
8 minggu. Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk
terjadinya malformasi anatomik (pengaruh teratogenik). Berbagai
pengaruh buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain:
a. Gangguan fungsional atau metabolik yang permanen yang biasanya
baru muncul kemudian, jadi tidak timbul secara langsung pada saat
kehamilan. Misalnya pemakaian hormon dietilstilbestrol pada
trimester pertama kehamilan terbukti berkaitan dengan terjadinya
adenokarsinoma vagina pada anak perempuan di kemudian hari
(pada saat mereka sudah dewasa).
b. pengaruh letal, berupa kematian janin atau terjadinya abortus.
c. pengaruh sub-letal, yang biasanya dalam bentuk malformasi
anatomis pertumbuhan organ, seperti misalnya fokolemia karena
talidomid.
3. Fase fetal, yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Dalam fase
ini terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin. Pengaruh
buruk senyawa asing terhadap janin pada fase ini tidak berupa
malformasi anatomik lagi. tetapi mungkin dapat berupa gangguan
pertumbuhan, baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi
organ-organ. Demikian pula pengaruh obat yang dialami ibu dapat pula
dialami janin, meskipun mungkin dalam derajat yang berbeda. Sebagai
contoh adalah terjadinya depresi pernafasan neonates karena selama

13
masa akhir kehamilan, ibu mengkonsumsi obat-obat seperti analgetika-
narkotik; atau terjadinya efek samping pada system ekstrapiramidal
setelah pemakaian fenotiazin.

D. Penggunaan Obat Terapetik dalam Kehamilan dan Pengaruhnya


Terhadap Janin

1. Asam Folat
Selama kehamilan asam folat (vitamin B9, folasin) diperlukan
dalam jumlah yang lebih banyak. Defisiensi asam folat di awal
kehamilan dapat menyebabkan absorbsi spontaneous atau defek
kelahiran (misal defek pada tabung saraf), kelahiran prematur, berat
badan lahir yang rendah, dan salurio plasenta (pelepasan plasenta yang
lebih dini dari seharusnya). Kebutuhan asam folat yang
direkomendasikan untuk sehari adalah 180 mcg. Untuk kehamilan
diperlukan asam folat sebanyak 400 sampai 800 mcg (Hayes dan Kee,
1993)
2. Asetaminofen
Asetaminofen (Tylenol, Datril, Panadol, Parasetamol) merupakan
obat kehamilan grub B. Obat ini adalah obat yang paling sering dipakai
selama kehamilan. Dipakai secara rutin pada semua trimester
kehamilan untuk jangka waktu yang pendek, terutama untuk efek
analgesik dan terapetiknya. Obat ini 11 tidak memiliki efek anti
inflamasi yang berarti. Asetaminofen menembus plasenta selama
kehamilan, ditemukan juga dalam air susu ibu dalam konsentrasi yang
kecil. Saat ini tidak ditemukan bukti nyata adanya abnomaly janin
akibat pemakaian obat ini. Pemakaian asetaminofen selama kehamilan
tidak boleh melebihi 12 tablet dalam 24 jam dari formulasi 325 mg
(kekuatan biasa) atau 8 tablet dalam 24 jam untuk tablet yang
mengandung 500 mg (kekuatan ekstra). Obat ini harus dipakai dengan
jarak waktu 4-6 jam (Hayes dan Kee, 1993).

14
3. Vitamin
Salah satu faktor utama untuk mempertahankan kesehatan selama
kehamilan dan melahirkan janin yang sehat adalah masukkan zat-zat
gizi yang cukup dalam bentuk energi, protein, vitamin dan mineral.
Penting untuk diketahui bahwa kondisi hipervitaminosis dapat
menyebabkan kelainan teratogenik, misalnya hipervitaminosis vitamin
A oleh karena pemberian berlebihan pada kehamilan. Kelainan janin
yang terjadi biasanya pada mata, susunan saraf pusat, palatum dan alat
urogenital. Ini terbukti jelas pada hewan percobaan sehingga
pemberian vitamin A selama kehamilan tidak melebihi batas yang
ditetapkan. Pemberian vitamin A dengan dosis melebihi 6000 IU/hari
selama kehamilan tidak dapat dijamin kepastian keamanannya
(Santoso, 1990). Vitamin A (retinol) memberikan kerja yang terarah
pada defisiensi jaringan normal. Beberapa analog vitamin A
(isotretinoin, itetinat) merupakan teratogen kuat, menunjukkan bahwa
analog tersebut dapat merubah proses 12 diferensiasi normal.
Penambahan asam folat selama kehamilan dimaksudkan untuk
menurunkan terjadinya kelainan pembuluh saraf (Katzung, 1998).
4. Antiemetik
Mual dan muntah selama masa kehamilan paling banyak
dikeluhkan oleh ibu hamil (kira – kira 80 %) kemungkinan disebabkan
oleh peningkatan kadar gonadotropik korionik manusia. Perubahan-
perubahan dalam metabolisme karbohidrat, dan perubahan–perubahan
emosi. Hiperemasis gravidarum adalah muntah-muntah pada wanita
hamil yang dapat berakibat fatal. Penderita hiperemis gravidarum
mengalami muntah terus–menerus sehingga cadangan karbohidrat,
protein dan lemak terpakai untuk energi dan mengakibatkan tubuh
menjadi kurus. Disamping itu tubuh akan menyebabkan berkurangnya
proses penyerapan zat-zat makanan dan derigen ke jaringan-jaringan
vital sehingga pasien perlu dirawat di Rumah Sakit karena biayanya

15
memerlukan penggantian cairan tubuh dan obat anti muntah parenteral
(Sartono, 2005 ).
5. Antibiotik
Antibiotik digunakan luas dalam kehamilan. Perubahan kinetika
obat selama kehamilan menyebabkan kadarnya dalam serum lebih
rendah. Antibiotik dengan bobot molekul rendah mudah larut dalam
lemak dan ikatannya dalam protein lemak mudah menembus uri.
Kadar puncak antibiotik dalam tubuh janin pada umumnya lebih
rendah dari kadar yang dicapai dalam tubuh ibunya. Amoxicillin
diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah pemberian oral
maupun parenteral. Amoxicillin merupakan alternatif yang perlu
dipertimbangkan untuk dipilih jika dibutuhkan pemberian oral pada
ibu hamil. Kadar amoksisilin 13 dalam darah ibu maupun janin
kadarnya sekitar seperempat sampai sepertiga kadar di sirkulasi ibu
( Suparti, 1998 ).
6. Anti fibrinogen
Selama kehamilan ibu mungkin mengalami tromboemboli vena.
Dalam keadaan seperti ini anti koagulan mampu menghambat
pembentukan atau fungsi beberapa faktor pembekuan darah.
Mekanisme kerja asam traneksamat sehingga antifibrinogen adalah
untuk membentuk ikatan kompleks yang reversibel dengan
plasminogen sehingga plasmin tidak dapat terikat dengan fibrin dan
mekanisme fibrinolisis dihambat Asam traneksamat menyebar dalam
berbagai jaringan dan juga masuk dalam sistem susunan saraf pusat.
Cairan sinovia (cairan sendi) dan membran sinovia. Obat ini dapat
menembus sawar uri (plasenta) sehingga penggunaannya pada
kehamilan perlu dipertimbangkan kembali (Donatus, 1990).
7. Zat besi
Selama kehamilan, kira-kira jumlah zat besi yang diperlukan 2 kali
keadaan normal untuk memenuhi kebutuhan setiap hari bagi ibu dan
janin. Jika kehamilan dimulai dengan keadaan tidak menderita anemia,

16
mungkin tidak memerlukan suplemen besi sampai trimester kedua,
karena suplemen zat besi yang tidak diperlukan mungkin dapat
menyebabkan mual, muntah dan sembelit. Kebutuhan tertinggi adalah
pada trimester ketiga, karena diperlukan pada proses persalinan dan
menyusui (Hayes dan Kee, 1998).

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibu yang sedang hamil perlu berhati-hati manakala sedang


menjalani pengobatan dan akan mengonsumsi suatu obat. Sikap ini
didasari kenyataan terpengaruhnya calon bayi bila ibu hamil menggunakan
obat. Obat juga dapat sampai pada bayi melalui ASI bila ibu yang
menyusui meminum obat. Dalam keadaan tertentu, penggunaan obat pada
ibu hamiltidak bisa dihindari karena membiarkan penyakit tanpa diobati
sering kali lebih berbahaya dibanding risiko minum obatnya. Namun,
sikap ini tidak perlu terlalu berlebihan hingga ketakutan untuk
mengonsumsi obat. Yang perlu diingat adalah hindarilah pemakaian obat
yang tidak perlu dan tidak diketahui keamanannya serta harus
memperhatikan manfaat dan resikonya

B. Saran

Peresepan dan penggunaan obat pada masa kehamilan perlu lebih


diperhatikan lagi yakni dengan memilih obat-obat yang aman digunakan
selama kehamilan untuk meminimalkan pengaruh buruk tehadap ibu dan
janin.

18
Daftar Pustaka

Muchid, Abdul. 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi Untuk Ibu Hamil dan
Menyusui. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Departemen
Kesehatan RI

Suffiana, Y (2019). Pemberian Obat Pada Ibu Hamil dan Menyusui.


Rsudza.acehprov.go.id. Diakses pada 23 Maret 2021 melalui
https://rsusdza.acehprov.go.id/tabloid/2019/05/07/pemberian-obat-pada-
ibu-hamil-dan-menyusui/

Said, N.B. (2013). Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Tentang


Penggunaan Obat-Obatan Analgetik Selama Kehamilan [berkas PDF].
Tersedia di https://repositori.uin-alanuddin.ac.id

Rainandhita, J.R. (2009). Evaluasi Keamanan Penggunaan Obat pada Ibu Hamil
Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Bulan
Maret 2009 [berkas PDF]. Tersedia di http://eprints.ums.ac.id/

19

Anda mungkin juga menyukai