Disusun Oleh :
Bella Nurdianti Pratami
Leni Laelia
Puput Laeli Istiqomah
Titin Nurhayatin
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
Penulis
BAB I
Pendahuluan
A.
LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sehingga tekanan sistolik > 140 mmHg
dan tekanan diastolik > 90 mmHg (Kee & Hayes).Tekanan Darah (TD) didistribusikan terus
menerus, tidak ada definisi absolut untuk hipertensi (Davey).Obat antihipertensi adalah obat
yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah tingggi hingga mencapai tekanan darah
normal.Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih tempat kontrol anatomis dan
efek tersebut terjadi dengan mempengaruhi mekanisme normal regulasi TD.
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan
satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin.
Apapun yang seorang wanita hamil makan atau minum dapat memberikan pengaruh
pada janinnya. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh setiap lapisan ibu hamil
sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus banar-benar
dipahami oleh semua tenaga medik baik pusat maupun daerah.
Obat Antikonvulsi (Anti Epilepsi) Obat yang dapat menghentikan penyakit ayan, yaitu
suatu penyakit gangguan syaraf yang ditimbul secara tiba-tiba dan berkala, adakalanya
disertai perubahan-perubahan kesadaran. Digunakan terutama untuk mencegah dan
mengobati epilepsi. Golongan obat ini lebih tepat dinamakan Anti Epilepsi, sebab obat ini
jarang digunabkan untuk gejala konvulsi penyakit lain.
B.RUMUSAN MASALAH
Apa Jenis Obat Antihipertensi?
Apa yang dimaksud obat Antikonvulsi ?
Apa yang dimaksud obat Antipiretik ?
C.TUJUAN
Mengerti Jenis Obat Antihipertensi?
Mengerti yang dimaksud dengan obat Antikonvulsi ?
Mengerti yang dimaksud dengan obat Antipiretik ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. HIPERTENSI
Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah di atas 140/90mmHg (WHO).
Klasifikasi
Sistol (mmHg)
Diastol (mmHg)
Normal
Prehipertensi
<120
120-139
<80
80-90
90-100
Hipertensi kronik sendiri dibagi menjadi dua yaitu hipertensi kronik ringan dengan
tekanan diastolik kurang dari 110 mmHg dan hipertensi kronik parah dengan tekanan
diastolik 110 mmHg atau lebih.
Wanita hamil dengan hipertensi kronik ini dapat meningkatkan resiko terjadinya
preeklamsia, pengasaran plasenta, morbiditas dan mortalitas bayi, penyakit kardiovaskuler
dan ginjal. Hipertensi gestasional sendiri merupakan perkembangan peningkatan tekanan
darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg tanpa gejala preeklamsia, setelah
kehamilan minggu ke-20. Umumnya tekanan darah akan kembali normal tanpa terapi obat.
Preeklamsia digambarkan sebagai kejadian hipertensi, udem, dan proteinuria (protein dalam
urin) setelah kehamilan minggu ke-20 dengan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.
Preeklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia ringan dan parah. Preeklamsia disebabkan
oleh kegagalan perpindahan trompoblastik ke arteri uterus sehingga terjadi kerusakan pada
plasenta dan kegagalan adaptasi sistem kardiovaskuler (peningkatan volume plasma dan
penurunan resistensi pembuluh sistemik). Perubahan tersebut menyebabkan pengurangan
perfusi pada plasenta, ginjal, liver, dan otak. Resiko preeklamsia pada ibu hamil adalah
kejang, hemoragi otak, pengasaran plasenta, udem pada paru, gagal ginjal, hemoragi hati dan
kematian. Pada bayi dapat beresiko pertumbuhan yang lambat, hipoksemia, asidosis,
prematur, dan kematian. Oleh karena hipertensi kronik ini dapat berkembang menjadi
preeklamsia atau lebih parah, maka deteksi dini dan pengobatan pada keadaan ini diperlukan.
Sasaran terapi dalam pengobatan hipertensi kronik pada kehamilan adalah tekanan darah.
Tujuan terapi adalah untuk menurunkan tekanan darah pada level tekanan darah diastolik
dibawah 110 mmHg, yang akan mengurangi morbiditas dan mortalitas, menurunkan insiden
preeklamsia, pengasaran plasenta, kematian janin/ bayi dan ibu, komplikasi strok dan
kardiovaskuler. Strategi terapi dapat dilakukan dengan terapi nonfarmakologi maupun terapi
farmakologi. Terapi nonfarmakologis merupakan terapi tanpa obat yang umum dilakukan
pada wanita hamil, terutama pada hipertensi kronik ringan (tekanan diastolik kurang dari 110
mmHg). Penatalaksanaan yang dilakukan antara lain pembatasan aktivitas, banyak istirahat,
pengawasan ketat, pembatasan konsumsi garam, mengurangi makan makanan berlemak,
tidak merokok, dan menghindari minuman beralkohol.
Dari beberapa obat yang telah disebutkan diatas, metildopa merupakan obat pilihan
utama untuk hipertensi kronik parah pada kehamilan (tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg)
yang dapat menstabilkan aliran darah uteroplasenta dan hemodinamik janin. Obat ini
termasuk golongan 2-agonis sentral yang mempunyai mekanisme kerja dengan
menstimulasi reseptor 2-adrenergik di otak. Stimulasi ini akan mengurangi aliran simpatik
dari pusat vasomotor di otak. Pengurangan aktivitas simpatik dengan perubahan parasimpatik
akan menurunkan denyut jantung, cardiac output, resistensi perifer, aktivitas renin plasma,
dan refleks baroreseptor. Metildopa aman bagi ibu dan anak, dimana telah digunakan dalam
jangka waktu yang lama dan belum ada laporan efek samping pada pertumbuhan dan
perkembangan anak.
C. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Penyebabnya
1.
DIURETIK
Bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dan menyebabkan
tekanan darah namun dengan prosesnya yang melalui pengeluaran cairan, ada kemungkinan
besar potassium ( kalium ) terbuang.
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium sehingga volume darah,
curah jantung dan tahanan vaskuler perifer menurun. Dan menghambat reabsorpsi natrium
dan klorida dalam pars asendens ansa henle tebal dan awal tubulus distal. Hilangnya K+,
Na+, dan Cl- menyebabkan peningkatan pengeluaran urin 3x. Hilangnya natrium
menyebabkan turunnya GFR.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Didistribusi keseluruh ruang
LOOP DIURETIC
Lebih potensial dibandingkan tiazid dan harus digunakan dengan hati-hati untuk
menghindari dehidrasi. Obat-obat ini dapat mengakibatkan hipokalemia, sehingga kadar
kalium harus dipantau ketat. (Furosemid/Lasix)
1)
FUROSEMIDE
Nama paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix, Lasix, salurix, uresix.
Sediaan obat : Tablet, capsul, injeksi.
Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen tubuli ke dalam
intersitium pada ascending limb of henle dan menghambat reabsorpsi klorida dalam pars
Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare. Hiponatremia, hipokalemia,
dehidrasi, hiperglikemia, hiperurisemia, hipokalsemia, ototoksisitas, alergi sulfonamide,
dipasarkan
dalam
gabungan
dengan
diuretic
boros
kalium
untuk
memperkecil
b.
terminal-terminal saraf.
Blocker alfa dan beta
bersaing dengan agonis endogen memperebutkan reseptor adrenergik. Penempatan reseptor
1 oleh antagonis menghambat vasokontriksi dan penempatan reseptor 1 mencegah
perangsangan adrenergik pada jantung.
A. ANTAGONIS RESEPTOR BETA
Bekerja pada reseptor Beta jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah
jantung.
hipertropi, tirotoksitosis.
Kontraindikasi : gagal jantung, syok kardiogenik, asma, diabetes mellitus, bradikardia,
depresi.
Efek samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, lesu
Interaksi obat : memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi bersama insulin. Diuretic
tiazid meningkatkan kadar trigleserid dan asam urat bila diberi bersaa alkaloid ergot. Depresi
nodus AV dan SA meningkat bila diberikan bersama dengan penghambat kalsium
Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
2) ATENOLOL (BETA BLOKER)
Golongan ini merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah bekerja
dengan melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar pembuluh darah.
Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin, internolol.
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi perifer, efek pada reseptor
impotensi.
Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan bersama insulin. Diuretik
tiazid meningkatkan kadar trigliserid dan asam urat. Iskemia perifer berat bila diberi bersama
3)
alkaloid ergot.
Dosis : 2 x 40 80 mg/hr
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
METOPROLOL (BETA BLOKER)
Nama paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : pengurangan curah jantung yang diikuti vasodilatasi perifer, efek pada
reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor beta 1 di
ginjal.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan
jantung tersembunyi
Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, diare
Interaksi obat : reserpine meningkatkan efek antihipertensinya
Dosis : 50 100 mg/kg
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
4)
PROPRANOLOL (BETA BLOKER)
Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan curah jantung,
menghambat pelepasan renin di ginjal, menghambat tonus simpatetik di pusat vasomotor
otak.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan
dapat diberikan beberapa kali sehari. Sangat mudah berikatan dengan protein dan akan
bersaing dengan obat obat lain yang juga sangat mudah berikatan dengan protein.
Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik,
sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus
depresi.
Interaksi obat : hati hati bila diberikan bersama dengan reserpine karena menambah berat
hipotensi dan kalsium antagonis karena menimbulkan penekanan kontraktilitas miokard.
Henti jantung dapat terjadi bila diberikan bersama haloperidol. Fenitoin, fenobarbital,
rifampin meningkatkan kebersihan obat ini. Simetidin menurunkan metabolism propranolol.
ANTAGONIS RESEPTOR-ALFA
Menghambat reseptor alfa diotot polos vaskuler yang secara normal berespon
Hyperpax (Soho)
Indikasi: Hipertensi, bersama dengan diuretika, krisis hipertensi jika tidak diperlukan efek
segera.
Kontraindikasi: depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma, porfiria, dan hipersensitifitas
Efek samping: mulut kering, sedasi, depresi, mengantuk, diare, retensi cairan, kerusakan hati,
anemia hemolitika, sindrom mirip lupus eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, dan
hidung tersumbat
Peringatan: mempengaruhi hasil uji laboratorium, menurunkan dosis awal pada gagal ginjal,
disarqankan untuk melaksanakan hitung darah dan uji fungsi hati, riwayat depresi
Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : Metildopa memiliki faktor resiko B pada
kehamilan
Dosis dan aturan pakai: oral 250mg 2 kali sehari setelah makan, dosis maksimal 4g/hari,
infus intravena 250-500 mg diulangi setelah enam jam jika diperlukan.
OBAT ANTIADRENERGIK PERIFER
1)
Efek tak diinginkan : efek yang mengancam jiwa (stroke, krisis hipertensi, infark
miokardial, aritmia) dapat terjadi bila diminum bersama makanan (produk fermentasi, keju)
dan obat-obat (pil diet, obat-obat flu) yang mengandung simpatomimetik. ]
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
C. ANTAGONIS KALSIUM
Menurunkan kontraksi otot polos jantung dan atau arteri dengan mengintervensi influks
kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi. Penghambat kalsium memiliki kemampuan yang
berbeda-beda dalam menurunkan denyut jantung. Volume sekuncup dan resistensi perifer.
1)
DILTIAZEM (KALSIUM ANTAGONIS)
calcium.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit vaskuler perifer.
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.
Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan saluran cerna.
Interaksi obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan bersama beta bloker. Efek
terhadap konduksi jantung dipengaruhi bila diberikan bersama amiodaron dan digoksin.
3)
Efek samping : konstipasi, mual, hipotensi, sakit kepala, edema, lesu, dipsnea, bradikardia,
kulit kemerahan.
Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker bias menimbulkan efek negative pada
denyut, kondiksi dan kontraktilitas jantung. Meningkatkan kadar digoksin dalam darah.
Pemberian bersama antihipertensi lain menimbulkan efek hipotensi berat. Meningkatkan
kadar karbamazepin, litium, siklosporin. Rifampin menurunkan efektivitasnya. Perbaikan
kontraklitas jantung bila diberi bersama flekaind dan penurunan tekanan darah yang berate
Dosis : 3 x 80 mg/hr
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
3. VASODILATOR
Contoh vasodilator antara lain:
a.
Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : Meskipun ACE Inhibitor dan ARBs memiliki
factor resiko kategori C pada kehamilan trimester satu, dan kategori D pada trimester dua
dan tiga
Efek samping : batuk, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi, dyspepsia, pandangan kabur,
myalgia.
Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika. Tidak boleh
diberikan bersama dengan vasodilator seperti nitrogliserin atau preparat nitrat lain.
Indometasin dan AINS lainnya menurunkan efek obat ini. Meningkatkan toksisitas litium.
2)
RAMIPRIL
Mekanisme kerja : merelaksasi otot polos arteriol sehingga resistensi perifer menurun,
Efek samping : sakit kepala, takikardia, gangguan saluran cerna, muka merah, kulit
kemerahan.
skstrapiramidal.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
5 NAMA OBAT ANTI HIPERTENSI YANG BEREDAR DI PASARAN
Tabel (Deuritik)
GolonganObat
Merek
Indikasi
dagang
Kontraindikasi
Ideal untuk
Tiazid
Hydrodiuril
Hipokalemia,
hipertensi, dan
edema-kronik
Loop diuretic
Antagonis
reseptor
aldosteron
Untuk darurat
Lasik
(furosemid)
hipertensi, edema,
dan edema paru
Midamor
Dapat mengoreksi
(amilorid)
alkalosis metabolic
Hiperglikemi,Oliguria,
anuria, hiperkalsemia
Kekurangan
elektrolit, anuria
Dehidrasi, hipokalemia,
hiperglikemi,
hipovolemia
kalsium
air
Tabel (Simpatolitik)
Golongan
Merek
Obat
dagang
blocker
Klonidin
Indikasi
kontraindikasi
Baik untuk
(Catapresan) hipertensi
bradikardi, sedasi
blocker
Atenolol
(Tenormin)
Baik untuk
Diabetes berat,
hipertensi ringan
bradikardi, gagal
dan sedang
jantung, asma
Merek
Indikasi
Dagang
kontraindikasi
diharapkan
Kaptopril
Hipertensi dengan
Hipotensi, pusing,
(Capoten)
renin tinggi,
ruam, takikardi
Gangguan
ARB
Efek tak
Vertigo, ruam
kulit, gangguan
ortostatik
Tabel (Vasodilatator)
Golongan
Merek
Obat
dagang
Hidralazin
Monoksidil
Nitroprusid
Apresoline
Loniten
Nipride
Indikasi
Hipertensi sedang
kontraindikasi
Penyakit jantung
iskemik
Hipertensi yang
Penyakit jantung
belum terkontrol
iskemik
Krisis hipertensi
Efek tak
diharapkan
Retensi cairan,
palpitasi, refleks
takikardi
Lesi otot jantung,
hidralazin,
hirsutisme,
Hipotensi berat,
hepatotoksisitas
pusat yang timbul spontan dengan episode singkat (disebut Bangkitan atau Seizure), dengan
gejala utama kesadaran menurun sampai hilang.
Bangkitan ini biasanya disertai kejang (Konvulsi), hiperaktifitas otonomik, gangguan
sensorik atau psikis dan selalu disertai gambaran letupan EEG obsormal dan eksesif.
Berdasarkan gambaran EEG, apilepsi dapat dinamakan disritmia serebral yang bersifat
paroksimal.
2. Jenis Jenis Epilepsi
Grand mal (tonik-tonik umum )
Timbul serangan-serangan yang dimulai dengan kejang-kejang otot hebat dengan pergerakan
kaki tangan tak sadar yang disertai jeritan, mulut berbusa,mata membeliak dan disusul
dengan pingsan dan sadar kembali.
Petit mal
Serangannya hanya singkat sekali tanpa disertai kejang.
Psikomotor (serangan parsial kompleks)
Kesadaran terganggu hanya sebagian tanoa hilangnya ingatan dengan memperlihatkan
perilaku otomatis seperti gerakan menelan atau berjalan dalam lingkaran.
3. Obat-Obat Epilepsi (Anti Konvulsi)Anti epilepsi (Anti Konvulsi)
obat yang dapat mencegah timbulnya pelepasan muatan listrik yang abnormal di pangkalnya
(fokus) dalam SSP, sebagaimana halnya dengan phenobarbital dan klonazepam. Ataupun obat
yang menghindarkan tersebarnya aktivitas berlebihan tersebut kepada neuron-neuron otak
lain, seperti Klonazepam, Fenitoin, dan trimetadon.
epilepsi.
Dengan mencegah terjasinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat pengaruh
efek hipnotisnya.
Indikasi
: semua jenis epilepsi kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi : depresi pernafasan berat, porifiria
Efek samping
: mengantuk, depresi mental
3.
Karbamazepin
Indikasi
Kontra indikasi
Efek samping
4.
Klobazam
Indikasi
: terapi tambahan pada epilepsy penggunaan jangka pendek ansietas.
Kontra indikasi : depresi pernafasan
Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, amnesia ketergantungan kadangkadang nyeri kepala, vertigo hipotensi.
5.
Diazepam (valium)
Selain bersifat sebagai anksiolitika,
antikonvulsi.Maka
digunakan
relaksan
otot,
hipnotik,
juga
berkhasiat
DS
: oral 2 3 x sehari @ 2 5 mg
Indikasi
: status epileptikus, konvulsi akibat keracunan
Kontra indikasi : depresi pernafasan
Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, antaksia, amnesia, ketergantungan,
kadang nyeri kepala.
6.
Primidon(Mysolin)
Strukturnya mirip dengan fenobarbital dan di dalam hati akan dibiotrasformasi menjado
fenobarbital, tetapi kurang sedatif dan sangat efektif terhadap serangan grand mal dan
psikomotor.
DS : Dimulai 4 x sehari @ 500 mg, hari ke 4 250 mg dan hari ke 11 25 mg
7.
Etosuksinimid (Zarontin)
Sangat efektif terhadap serangan ringan,kerjanya panjang karena praktis tidak terikat dengan
protein, ekskresinya melalui ginjal.
DS
: 2 x sehari @ 250-500 mg,
8.
Karbamazepin (Tegretol)
Senyawa trisiklik ini mirip imipramin, Digunakan pada epilepsi grand mal dan psikomotor
dengan
DS
: Dimimun dengan dosis rendah dan dinaikan berangsur-angsur sampai 2-3 x sehari @
200-400 mg,
9.
Asetazolamid (Diamox)
Senyawa sulfonamid ini bersifat merintangi enzim Carbonic Acid Dehidrase dan sering
digunakan
sebagai
meningkatnya
diuretik.
ekskresi
ion
Khasiat
anti
natrium
konvulsinya
dan
diperkirakan
bikarbonat
serta
berdasarkan
darah
bias
,menjadi
asam.
Digunakan
pada
serangan
karena
kerja
fisik
(berat).
DS
: 2-4 x sehari @ 250 mg.
10. Asam Valproat, Depakene
Derivat asam asetat ini daya anti konvulsinya ditemukan secara kebetulan (Meunier-1963),
sebagai obat pilihan pertama pada serangan ringan, dalam kombinasi dengan obat lain
dapat
DS
digunakan
untuk
serangan
grand
mal.
: Dimulai 3-4 x sehari @ 100-150 mg, berangsur dinaikan sampai 2-3 x sehari @ 300-
500 mg.
2.5.3.7 Kejang Demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yg terjadi pd kenaikan suhu tubuh (suhu rectal > 38
0C) yg disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam biasanya terjadi antara
umur 3 bln sampai 5 thn, kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi (kejang berulang).
Kejang demam dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
Sederhana ( kurang dari 15 menit)
Kompleks (lebih dari 15 menit).
Demam sering disebabkan oleh infeksi pernafasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroentritis, dan infeksi saluran kemih. Ada 3 cara pengobatan Kejang Demam, yaitu :
1. Pengobatan fase akut
Obat yg paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam Intravena atau Intrarectal. Dosis
iv 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dg kecepatan 1-2mg/menit. Bila kejang berhenti sebelum Diazepam
habis, hentikanpenyuntikan, tunggu sebentar dan bila tdk timbul lg jarum dicabut. Bila
Diazepam iv tdk tersedia bisa menggunakan intrarektal 5 mg (BB<10 kg) atau 10 mg (BB>10
kg). Bila kejang tdk berhenti dpt diulang selang 5 menit kemudian. Bila tdk berhenti juga,
berikan Fenitoin dg dosis awal 10- 20 mg/kgBB secara iv perlahan.
Bila kejang berhenti dg pemberian Diazepam, lanjutkan dg fenobarbital secara im (50 mg
untuk bayi < 1 thn atau 75 mg untuk bayi > 1 thn), empat jam kemudian berikan fenobarbital
dosis rumat. 2 hari pertama berikan dosis 8 -10 mg/kgBB/dari dalam 2 dosis, selanjutnya 4-5
mg/kgBB/hari dalam 2 dosis, selama blm membaik dapat diberikan dlm bentuk suntikan,
tetapi jika sudah membaik dpt diberikan per oral.
Bila kejang berhenti dgn pemberian Fenitoin, lanjutkan dengan dosis 4-8 mg/kgBB/ hari
dalam 2 dosis baik injeksi maupun oral.
2. Mencari dan mengobati penyebab.
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis,
terutama pd
lumbal hanya pd kasus yg dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis
atau bila kejang demam berlangsung lama.
3. Pengobatan Profilaksis.
ada 2 cara pengobatan profilaksis, yaitu :
a)
Profilaksis Intermiten, yaitu diberikan Diazepam secara oral dgn dosis 0,3-0,5
mg/kgBB/hari dalam 3 dosis saat pasien demam. Dapat juga diberikan Diazepam intrarectal
tiap 8 jam setiap pasien menunjukan suhu lebih dari 38,5 0C.
b) Profilaksis terus-menerus, yaitu diberikan fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis
selama 1-2 tahun setelah kejang berakhir. Bisa juga menggunakan Asam Valproat (Depakene)
dg dosis 15-40 mg/kgBB/hari. Cara pengobatan terus menerus diberikan jika minimal
terdapat 2 dari 4 kriteria dibawah ini :
Sebelum kejang demam pertama sudah ada kelainan neurologis.
Kejang demam lebih dari 15 menit, disertai kelainan neurologis sementara atau
menetap.
Ada riwayat kejang tanpa demam pd orang tua atau saudara kandung.
Bila kejang demam terjadi pd bayi kurang dari 12 bln atau terjadi kejang multipel
dalam satu episode demam
8. Kejang Pada Kasus Eklampsia
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan,
setelah
usia
kehamilan
20
minggu
atau
segera
setelah
persalinan.
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul bukan akibat
kelainan neurologis. Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gejala preeklampsia
berat disertai gejala nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium
atau kenaikan darah yg progresif.
Pada kasus Eklampsia dapat diberikan MgSO42 gr/jam dalam drip infus Dextose 5% untuk
pemelihaan sampai sampai kondisi / tekanan darah stabil (140-150 mmHg).Bila timbul
kejang, berikan dosis tambahan MgSO4 2 gr iv sekurang-kurangnya 20 menit setelah
pemberian terakhir. Bila masih tetap kejang, berikan fenobarbital 250 mg im atau Diazapam
10 mg iv atau amobarbital 3-5 mg/kgBB iv
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sehingga tekanan sistolik > 140 mmHg dan
tekanan diastolik > 90 mmHg (Kee & Hayes). Obat antihipertensi adalah obat yang
digunakan untuk menurunkan tekanan darah tingggi hingga mencapai tekanan darah normal.
Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih tempat kontrol anatomis dan efek
tersebut terjadi dengan mempengaruhi mekanisme normal regulasi TD.
Anti konvulsan adalah suatu kelompok obat yang digunakan untuk mencegah dan
mengobati bangkitan epilepsi (epiletic seizure) dan bangkitan non-epilepsi. AntiKonvulsi merupakan
golongan obat yang identik dan sering hanya digunakan pada kasus-kasus kejang karena Epileptik. Oleh
karena itu, anti konvulsi berhubungan erat dengan kasus epilepsi. Pada penderita epilepsi, terkadang
sinyal-sinyal untuk menyampaikan rangsangan tidak beraktivitas sebagaimana mestinya.
Umumnya epilepsi mungkin disebabkan oleh kerusakan otak dalam process kelahiran, luka kepala,
strok, tumor otak, alkohol. Kadang epilepsi mungkin juga karena genetik, tapi epilepsy bukan penyakit
keturunan. Tapi penyebab pastinya tetap belum diketahui. Pada umunya sebagian obat antiepilepsi di
metabolisme di hati, kecuali vigabatrin dangan bapentin yang dieliminasi oleh ekskresi ginjal.Pentingnya
pencegahan dengan menangani obat dan pemeriksaan klinis yang tepat dapat membantu penyembuhan
penyakit ini
Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi analgetikantipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh
yang tinggi.
Penggunaan obat Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi ibu hamil harus
diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara sembarangan dapat menyebabkan
cacat pada janin. Sebagian obat yang diminum oleh ibu hamil dapat menembus plasenta
sampai masuk ke dalam sirkulasi janin, sehingga kadarnya dalam sirkulasi bayi hampir sama
dengan kadar dalam darah ibu yang dalam beberapa situasi akan membahayakan bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, Bertam G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 2 Ed.8. Jakarta : Salemba
Medika Glance.
Mycek, Merry J dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Ed2.Jakarta : Media medika.
Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Ed. 5. Jakarta : Erlangga.
Setiawati, Arini dkk. 2001. Farmakologi dan Terapi ed. 4. Jakarta : FKUI.
Ansel, Howard C, 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi
Anief, Moh, 1996, Penggolongan Obat berdasarkan khasiat dan penggunaan, UGM Press;
Yogakarta
Ansel, Howard C, 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Press; Jakarta
http://www.docstoc.com/docs/7804134/DIURETIK; diakses hari selasa tanggal 20 maret
2012