Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH FARMAKOLOGI

Tentang Obat Anti Hipertensi dan Anti konvulsi

Disusun Oleh :
Bella Nurdianti Pratami
Leni Laelia
Puput Laeli Istiqomah
Titin Nurhayatin

STIKes YPIB MAJALENGKA


Jl. Gerakan Koperasi No. 003 Majalengka

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul

OBAT ANTI HIPERTENSI DAN ANTI KONVULSI .


Ada pun tujuan dari penulisan makalh ini yaitu untuk memperkaya pengetahuan dan
pemahaman mengenai OBAT ANTI HIPERTENSI DAN ANTI KONVULSI .
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mengalami kesulitan , namun penulis
menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
materi maupun penyusunan . oleh karena itu , kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat penulis harapkan.

Majalengka, 11 Desember 2015

Penulis

BAB I

Pendahuluan
A.

LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sehingga tekanan sistolik > 140 mmHg
dan tekanan diastolik > 90 mmHg (Kee & Hayes).Tekanan Darah (TD) didistribusikan terus
menerus, tidak ada definisi absolut untuk hipertensi (Davey).Obat antihipertensi adalah obat
yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah tingggi hingga mencapai tekanan darah
normal.Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih tempat kontrol anatomis dan
efek tersebut terjadi dengan mempengaruhi mekanisme normal regulasi TD.
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan
satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin.
Apapun yang seorang wanita hamil makan atau minum dapat memberikan pengaruh
pada janinnya. Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh setiap lapisan ibu hamil
sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus banar-benar
dipahami oleh semua tenaga medik baik pusat maupun daerah.
Obat Antikonvulsi (Anti Epilepsi) Obat yang dapat menghentikan penyakit ayan, yaitu
suatu penyakit gangguan syaraf yang ditimbul secara tiba-tiba dan berkala, adakalanya
disertai perubahan-perubahan kesadaran. Digunakan terutama untuk mencegah dan
mengobati epilepsi. Golongan obat ini lebih tepat dinamakan Anti Epilepsi, sebab obat ini
jarang digunabkan untuk gejala konvulsi penyakit lain.

B.RUMUSAN MASALAH
Apa Jenis Obat Antihipertensi?
Apa yang dimaksud obat Antikonvulsi ?
Apa yang dimaksud obat Antipiretik ?
C.TUJUAN
Mengerti Jenis Obat Antihipertensi?
Mengerti yang dimaksud dengan obat Antikonvulsi ?
Mengerti yang dimaksud dengan obat Antipiretik ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. HIPERTENSI
Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah di atas 140/90mmHg (WHO).
Klasifikasi

Sistol (mmHg)

Diastol (mmHg)

Normal
Prehipertensi

<120
120-139

<80
80-90

Hipertensi Tingkat 1 140-159

90-100

Hipertensi Tingkat 2 >160


>100
(Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih berdasarkan JNC VII, 2003)
Masa kehamilan adalah kondisi yang memerlukan perhatian khusus akan kesehatan ibu
dan janin atau bayi. Salah satu penyakit yang perlu diwaspadai adalah hipertensi.Hipertensi
merupakan penyakit umum yang didefinisikan secara sederhana sebagai peningkatan tekanan
darah. Penyakit tersebut dapat menjadi penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian
baik pada ibu dan janin/ bayi yang dilahirkan. Wanita hamil dengan hipertensi memiliki
resiko terjadinya komplikasi lebih, seperti penyakit pembuluh darah dan organ, sedangkan
janin atau bayi berisiko terkena komplikasi penghambatan pertumbuhan. Oleh karena itu,
perlu adanya penatalaksanaan khusus pada ibu hamil. Sebagian besar ibu hamil tidak
menyadari bahwa mereka mengalami hipertensi karena ibu hamil terlihat sehat dan tidak
menunjukkan gejala yang spesifik.
Oleh karena itu diperlukan monitoring terhadap tekanan darah, yang dapat diukur
menggunakan tensimeter. Pada kehamilan normal tekanan sistolik sedikit berubah, sedangkan
tekanan diastolik menurun kurang lebih 10 mmHg pada awal kehamilan (minggu ke 13-20)
dan akan naik kembali pada trimester ketiga. Anief, Moh, 1996
Hipertensi pada kehamilan digambarkan sebagai kondisi dengan variasi tekanan darah
yang besar. Dalam melakukan penatalaksanaan ini, perlu dipahami klasifikasi hipertensi pada
kehamilan. Menurut laporan National High Blood Pressure Education Program Working
Group tahun 2000 tentang hipertensi pada kehamilan, terdapat klasifikasi hipertensi pada
ibu hamil yaitu hipertensi kronik, hipertensi gestasional, dan preeklamsia. Diagnosis
hipertensi kronik didasarkan pada riwayat hipertensi sebelum kehamilan atau kenaikan
tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg sebelum kehamilan minggu ke-20
dengan minimal dua kali pengukuran menunjukkan hasil yang relatif sama.

Hipertensi kronik sendiri dibagi menjadi dua yaitu hipertensi kronik ringan dengan
tekanan diastolik kurang dari 110 mmHg dan hipertensi kronik parah dengan tekanan
diastolik 110 mmHg atau lebih.
Wanita hamil dengan hipertensi kronik ini dapat meningkatkan resiko terjadinya
preeklamsia, pengasaran plasenta, morbiditas dan mortalitas bayi, penyakit kardiovaskuler
dan ginjal. Hipertensi gestasional sendiri merupakan perkembangan peningkatan tekanan
darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg tanpa gejala preeklamsia, setelah
kehamilan minggu ke-20. Umumnya tekanan darah akan kembali normal tanpa terapi obat.
Preeklamsia digambarkan sebagai kejadian hipertensi, udem, dan proteinuria (protein dalam
urin) setelah kehamilan minggu ke-20 dengan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.
Preeklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia ringan dan parah. Preeklamsia disebabkan
oleh kegagalan perpindahan trompoblastik ke arteri uterus sehingga terjadi kerusakan pada
plasenta dan kegagalan adaptasi sistem kardiovaskuler (peningkatan volume plasma dan
penurunan resistensi pembuluh sistemik). Perubahan tersebut menyebabkan pengurangan
perfusi pada plasenta, ginjal, liver, dan otak. Resiko preeklamsia pada ibu hamil adalah
kejang, hemoragi otak, pengasaran plasenta, udem pada paru, gagal ginjal, hemoragi hati dan
kematian. Pada bayi dapat beresiko pertumbuhan yang lambat, hipoksemia, asidosis,
prematur, dan kematian. Oleh karena hipertensi kronik ini dapat berkembang menjadi
preeklamsia atau lebih parah, maka deteksi dini dan pengobatan pada keadaan ini diperlukan.
Sasaran terapi dalam pengobatan hipertensi kronik pada kehamilan adalah tekanan darah.
Tujuan terapi adalah untuk menurunkan tekanan darah pada level tekanan darah diastolik
dibawah 110 mmHg, yang akan mengurangi morbiditas dan mortalitas, menurunkan insiden
preeklamsia, pengasaran plasenta, kematian janin/ bayi dan ibu, komplikasi strok dan
kardiovaskuler. Strategi terapi dapat dilakukan dengan terapi nonfarmakologi maupun terapi
farmakologi. Terapi nonfarmakologis merupakan terapi tanpa obat yang umum dilakukan
pada wanita hamil, terutama pada hipertensi kronik ringan (tekanan diastolik kurang dari 110
mmHg). Penatalaksanaan yang dilakukan antara lain pembatasan aktivitas, banyak istirahat,
pengawasan ketat, pembatasan konsumsi garam, mengurangi makan makanan berlemak,
tidak merokok, dan menghindari minuman beralkohol.
Dari beberapa obat yang telah disebutkan diatas, metildopa merupakan obat pilihan
utama untuk hipertensi kronik parah pada kehamilan (tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg)
yang dapat menstabilkan aliran darah uteroplasenta dan hemodinamik janin. Obat ini
termasuk golongan 2-agonis sentral yang mempunyai mekanisme kerja dengan
menstimulasi reseptor 2-adrenergik di otak. Stimulasi ini akan mengurangi aliran simpatik

dari pusat vasomotor di otak. Pengurangan aktivitas simpatik dengan perubahan parasimpatik
akan menurunkan denyut jantung, cardiac output, resistensi perifer, aktivitas renin plasma,
dan refleks baroreseptor. Metildopa aman bagi ibu dan anak, dimana telah digunakan dalam
jangka waktu yang lama dan belum ada laporan efek samping pada pertumbuhan dan
perkembangan anak.
C. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Penyebabnya
1.

Hipertensi Esensial/ Primer


Usia, stress psikologis, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90%.
2. Hipertensi Sekunder
Kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit adrenal.
Sekitar 10%.
D.

Klasifikasi OBAT ANTI HIPERTENSI dan berdasarkan pada tempat regulasi


utama atau titik tangkap kerjanya
1.

DIURETIK
Bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dan menyebabkan

ginjal meningkatkan ekskresi garam dan air.


Khasiat antihipertensi diuretik :
adalah berawal dari efeknya meningkatkan ekskresi natrium, klorida, dan air, sehingga
mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel. TD turun akibat berkurangnya curah
jantung, sedangkan resistensi perifer tidak berubah pada awal terapi. Pada pemberian kronik,
volume plasma kembali tetapi masih kira-kira 5% dibawah nilai sebelum pengobatan. Curah
jantung kembali mendekati normal.TD tetap turun karena sekarang resistensi perifer
menurun. Vasodilatasi perifer yang terjadi kemudian tampaknya bukan efek langsung tiazid
tetapi karena adanya penyesuaian pembuluh darah perifer terhadap pengurangan volume
plasma yang terus-menerus. Kemungkinan lain adalah berkurangnya volume cairan
interstisial berakibat berkurangnya kekakuan dinding pembuluh darah dan bertambahnya
daya lentur (compliance) vaskular.
A. DIURETIK TIAZID
Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars asendens ansa henle tebal, yang
menyebabkan diuresis ringan. Suplemen kalium mungkin diperlukan karena efeknya yang
boros kalium.
1)

( TABLET HYDROCLOROTHIAZIDE ( HTC ) )


Golongan obat antihipertnsi ini merupakan obat antihipertensi yang prosesnya melalui
pengeluaran cairan tubuh via urin. Golongan antihipertensi ini cukup cepat menurunkan

tekanan darah namun dengan prosesnya yang melalui pengeluaran cairan, ada kemungkinan
besar potassium ( kalium ) terbuang.
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium sehingga volume darah,
curah jantung dan tahanan vaskuler perifer menurun. Dan menghambat reabsorpsi natrium
dan klorida dalam pars asendens ansa henle tebal dan awal tubulus distal. Hilangnya K+,
Na+, dan Cl- menyebabkan peningkatan pengeluaran urin 3x. Hilangnya natrium
menyebabkan turunnya GFR.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Didistribusi keseluruh ruang

ekstrasel dan hanya ditimbun dalam jaringan ginjal.


Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal jantung, cirrhosis hati, gagal
ginjal kronis, hipertensi, Obat awal yang ideal untuk hipertensi, edema kronik, hiperkalsuria
idiopatik. Digunakan untuk menurunkan pengeluaran urin pada diabetes inspidus (GFR
rendah menyebabkan peningkatan reabsorpsi dalam nefron proksimal, hanya berefek pada

diet rendah garam)


Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia, hipertensi pada kehamilan,
hiperurisemia, hiperkalsemia, oliguria, anuria, kelemahan, penurunan aliran plasenta, alergi
sulfonamide, gangguan saluran cerna.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
Dosis :
o Dewasa 25 50 mg/hr
Anak 0,5 1,0 mg/kgBB/ 12 24 jam
B.

LOOP DIURETIC
Lebih potensial dibandingkan tiazid dan harus digunakan dengan hati-hati untuk
menghindari dehidrasi. Obat-obat ini dapat mengakibatkan hipokalemia, sehingga kadar
kalium harus dipantau ketat. (Furosemid/Lasix)

1)
FUROSEMIDE
Nama paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix, Lasix, salurix, uresix.
Sediaan obat : Tablet, capsul, injeksi.
Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen tubuli ke dalam
intersitium pada ascending limb of henle dan menghambat reabsorpsi klorida dalam pars

asendens ansa henle tebal. K+ banyak hilang ke dalam urin.


Indikasi : Diuretik yang dipilih untuk pasien dengan GFR rendah dan kedaruratan hipertensi.
Juga edema, edema paru dan untuk mengeluarkan banyak cairan. Kadangkala digunakan
untuk menurunkan kadar kalium serum.Edema paru akut, edema yang disebabkan penyakit

jantung kongesti, sirosis hepatis, nefrotik sindrom, hipertensi.


Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui

Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare. Hiponatremia, hipokalemia,
dehidrasi, hiperglikemia, hiperurisemia, hipokalsemia, ototoksisitas, alergi sulfonamide,

hipomagnesemia, alkalosis hipokloremik, hipovolemia.


Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya, efek ototoksit meningkat bila
diberikan bersama aminoglikosid. Tidak boleh diberikan bersama asam etakrinat. Toksisitas

silisilat meningkat bila diberikan bersamaan.


Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
Dosis : Dewasa 40 mg/hr
Anak 2 6 mg/kgBB/hr
C.

DIURETIK HEMAT KALIUM


Meningkatkan ekskresi natrium dan air sambil menahan kalium. Obat-obat ini

dipasarkan

dalam

gabungan

dengan

diuretic

boros

kalium

untuk

memperkecil

ketidakseimbangan kalium. (Spirinolactone)


1) AMILORID (MIDAMOR)
Mekanisme Kerja : secara langsung meningkatkan ekskresi Na+ menurunkan sekresi K+
dalam tubulus kontortus distal.
Indikasi : Digunakan bersama diuretik lain karena efek hemat K+ mengurangi efek
hipokalemik. Dapat mengoreksi alkalosis metabolik.
Efek tak diinginkan : Hiperkalemia, kekurangan natrium atau air. Pasien dengan diabetes
militus dapat mengalami intoleransi glukosa.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
2) SPIRONOLAKTON (ALDACTONE)
Mekanisme Kerja : antagonis aldosteron (aldosteron menyebabkan retensi Na+). Juga

memiliki jerja serupa dengan amilorid.


Indikasi : digunakan dengan tiazid untuk edema (pada gagal jantung kongestif), sirosis, dan
sindrom nefrotik. Juga untuk mengobati atau mendiagnosis hiperaldo-steronisme. Efek tak
diinginkan : seperti amilorid. Juga menyebabkan ketidakseimbangan endokrin (jerawat, kulit

berminyak, hirsutisme, ginekomastia).


Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
3) TRIAMTERIN (DYRENIUM)
Mekanisme Kerja : secara langsung menghambat reabsorpsi Na+ serta sekresi K+ dan H+

dalam tubulus koligentes.


Indikasi : tidak digunakan untuk hiperaldosteronisme. Lain-lain seperti Spironolakton.
Efek tak diinginkan : dapat menyebabkan urin menjadi biru dan menurunkan aliran darah
ginjal. Lain-lain seperti amilorid.
D. DIURETIK OSMOTIK
Menarik air ke urin, tanpa mengganggu sekresi atau absorpsi ion dalam ginjal.
(Manitol/Resectisol)

1) MANITOL (MIS. RESECTISOL)


Mekanisme kerja : secara osmotic menghambat reabsorpsi natrium dan air. Awalnya

menaikkan volume plasma dan tekanan darah.


Indikasi : gagal ginjal akut, glaucoma, sudut tertutup akut, edema otak, untuk menghilangkan

kelebihan dosis beberapa obat.


Efek tak diinginkan : sakit kepala, mual, muntah, menggigil, pusing, polidipsia, letargi,

kebingungan, dan nyeri dada.


Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
2. ANTI ADRENERGIK
Agonis adrenergik meningkatkan tekanan darah dengan merangsang jantung (reseptor 1)
dan/atau membuat konstriksi pembuluh darah perifer (reseptor 1). Pada pasien hipertensi,
efek adrenergik dapat ditekan dengan menghambat pelepasan agonis adrenergik atau
melakukan antagonisasi reseptor adrenergik.
a.

Penghambat pelepasan adrenergik prasinaptik;


dibagi menjadi antiadrenergik sentral dan perifer. Antiadrenergik sentral mencegah aliran
keluar simpatis (adrenergic) dari otak dengan mengaktifkan reseptor 2 penghambat.
Antiadrenergik perifer mencegah pelepasan norepinefrin dari terminal saraf perifer (misal
yang berakhir di jantung). Obat-obat ini mengosongkan simpanan norepinefrin dalam

b.

terminal-terminal saraf.
Blocker alfa dan beta
bersaing dengan agonis endogen memperebutkan reseptor adrenergik. Penempatan reseptor
1 oleh antagonis menghambat vasokontriksi dan penempatan reseptor 1 mencegah
perangsangan adrenergik pada jantung.
A. ANTAGONIS RESEPTOR BETA
Bekerja pada reseptor Beta jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah
jantung.

1) ASEBUTOL (BETA BLOKER)


Nama Paten : sacral, corbutol,sectrazide.
Sediaan obat : tablet, kapsul.
Mekanisme kerja : menghambat efek isoproterenol, menurunkan aktivitas renin, menurunka
outflow simpatetik perifer.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia,feokromositoma, kardiomiopati obtruktif

hipertropi, tirotoksitosis.
Kontraindikasi : gagal jantung, syok kardiogenik, asma, diabetes mellitus, bradikardia,

depresi.
Efek samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, lesu

Interaksi obat : memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi bersama insulin. Diuretic
tiazid meningkatkan kadar trigleserid dan asam urat bila diberi bersaa alkaloid ergot. Depresi
nodus AV dan SA meningkat bila diberikan bersama dengan penghambat kalsium
Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
2) ATENOLOL (BETA BLOKER)
Golongan ini merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah bekerja

dengan melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar pembuluh darah.
Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin, internolol.
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi perifer, efek pada reseptor

adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor di ginjal.


Indikasi : hipertensi ringan sedang, aritmia
Kontraindikasi : gangguan konduksi AV, gagal jantung tersembunyi, bradikardia, syok

kardiogenik, anuria, asma, diabetes.


Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan tidur, kulit kemerahan,

impotensi.
Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan bersama insulin. Diuretik
tiazid meningkatkan kadar trigliserid dan asam urat. Iskemia perifer berat bila diberi bersama

3)

alkaloid ergot.
Dosis : 2 x 40 80 mg/hr
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
METOPROLOL (BETA BLOKER)
Nama paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : pengurangan curah jantung yang diikuti vasodilatasi perifer, efek pada
reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor beta 1 di

ginjal.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan

dapat diberikan beberapa kali sehari.


Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik,
sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus

barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.


Indikasi : hipertensi, miokard infard, angina pektoris
Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III, syok kardiogenik, gagal

jantung tersembunyi
Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, diare
Interaksi obat : reserpine meningkatkan efek antihipertensinya
Dosis : 50 100 mg/kg
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
4)
PROPRANOLOL (BETA BLOKER)

Nama paten : Blokard, Inderal, Prestoral

Sediaan obat : Tablet

Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan curah jantung,
menghambat pelepasan renin di ginjal, menghambat tonus simpatetik di pusat vasomotor

otak.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan
dapat diberikan beberapa kali sehari. Sangat mudah berikatan dengan protein dan akan

bersaing dengan obat obat lain yang juga sangat mudah berikatan dengan protein.
Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik,
sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus

barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.


Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren, stenosis subaortik hepertrofi,

miokard infark, feokromositoma


Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia dan blok jantung tingkat II
dan III, gagal jantung kongestif. Hati hati pemberian pada penderita biabetes mellitus,

wanita haminl dan menyusui.


Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah, bronkospasme, agranulositosis,

depresi.
Interaksi obat : hati hati bila diberikan bersama dengan reserpine karena menambah berat
hipotensi dan kalsium antagonis karena menimbulkan penekanan kontraktilitas miokard.
Henti jantung dapat terjadi bila diberikan bersama haloperidol. Fenitoin, fenobarbital,
rifampin meningkatkan kebersihan obat ini. Simetidin menurunkan metabolism propranolol.

Etanolol menurukan absorbsinya.


Dosis : dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis pemeliharaan.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
B.

ANTAGONIS RESEPTOR-ALFA
Menghambat reseptor alfa diotot polos vaskuler yang secara normal berespon

terhadap rangsangan simpatis dengan vasokonstriksi.


OBAT ANTI ADREGERNIK SENTRAL.
1)
METILDOPA
Nama Dagang: Dopamet (Alpharma), Medopa (Armoxindo), Tensipas (Kalbe Farma),

Hyperpax (Soho)
Indikasi: Hipertensi, bersama dengan diuretika, krisis hipertensi jika tidak diperlukan efek

segera.
Kontraindikasi: depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma, porfiria, dan hipersensitifitas
Efek samping: mulut kering, sedasi, depresi, mengantuk, diare, retensi cairan, kerusakan hati,
anemia hemolitika, sindrom mirip lupus eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, dan

hidung tersumbat
Peringatan: mempengaruhi hasil uji laboratorium, menurunkan dosis awal pada gagal ginjal,
disarqankan untuk melaksanakan hitung darah dan uji fungsi hati, riwayat depresi

Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : Metildopa memiliki faktor resiko B pada

kehamilan
Dosis dan aturan pakai: oral 250mg 2 kali sehari setelah makan, dosis maksimal 4g/hari,
infus intravena 250-500 mg diulangi setelah enam jam jika diperlukan.
OBAT ANTIADRENERGIK PERIFER

1)

RESERPIN (MIS. SERPASIL)


Mekanisme kerja : sebagian mengosongkan simpanan katekolamin pada system saraf
perifer dan mungkin pada SSP. Menurunkan resistensi perifel total, frekuensi jantung, dan
curah jantung.
Indikasi : jarang digunakan untuk hipertensi ringan sampai sedang. Tidak dianjurkan pada
kelainan psikiatri.
Efek tak diinginkan : dominan parasimpatik (brakikardi, diare, bronkokonstriksi,
peningkatan sekresi), penurunan kontraktilitas dan curah jantung, hipotensi postural
(mengosongkan norepinefrin sehingga menghambat vasokonstriksi), ulkus peptikum, sedasi,
dan depresi bunuh diri, gangguan ejakulasi, ginekomastia. Risiko hipertensi balik rendah

karena durasi kerja lama.


Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
2) GUANETIDIN (MIS. ESIMEL)
Mekanisme kerja : ditempatkan ke dalam ujung saraf adrenergic. Awalnya melepaskan
norepinefrin (meningkatkan tekanan darah dan frekuensi jantung). Lalu mengosongkan
norepinefrin dari terminal dan mengganggu pelepasannya. Kemudian tidak terjadi refleks
takikardi karena kosongnya norepinefrin.
Indikasi : hipertensi berat jika obat lain gagal. Jarang digunakan.
Efek tak diinginkan : peningkatan awal frekuensi jantung dan tekanan darah (disebabkan
pelepasan norepinefrin). Hipotensi ortostatik dan saat istirahat. Brakikardi, menurunnya curah
jantung, dispnea pada pasien PPOM, kongesti hidung berat.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
3) GUANEDREL (HYLOREL)
Mekanisme kerja : seperti guanetidin, tapi bekerja lebih cepat, melepaskan norepinefrin
pada awalnya (peningkatan sementara tekanan darah), dan mempunyai aktivitas sedikit.
Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.
Efek tak diinginkan ; seperti guanetidin tapi kurang berat.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
4). PARGILIN (EUTONYL)
Mekanisme kerja : menghambat monoamine oksidase dalam saraf adrenergik. Menghambat
pelepasan norepinefrin.
Indikasi : karena efek berbahaya, obat ini merupakan obat antihipertensi pilihan terakhir.

Efek tak diinginkan : efek yang mengancam jiwa (stroke, krisis hipertensi, infark
miokardial, aritmia) dapat terjadi bila diminum bersama makanan (produk fermentasi, keju)
dan obat-obat (pil diet, obat-obat flu) yang mengandung simpatomimetik. ]
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
C. ANTAGONIS KALSIUM
Menurunkan kontraksi otot polos jantung dan atau arteri dengan mengintervensi influks
kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi. Penghambat kalsium memiliki kemampuan yang
berbeda-beda dalam menurunkan denyut jantung. Volume sekuncup dan resistensi perifer.
1)
DILTIAZEM (KALSIUM ANTAGONIS)

Nama paten : Farmabes, Herbeser, Diltikor.

Sediaan obat : Tablet, kapsul


Mekanisme kerja : menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium melalui slow cannel

calcium.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit vaskuler perifer.
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.
Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan saluran cerna.
Interaksi obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan bersama beta bloker. Efek
terhadap konduksi jantung dipengaruhi bila diberikan bersama amiodaron dan digoksin.

Simotidin meningkatkan efeknya.

Dosis : 3 x 30 mg/hr sebelum makan

Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C


2)
NIFEDIPIN (ANTAGONIS KALSIUM)
Nama paten : Adalat, Carvas, Cordalat, Coronipin, Farmalat, Nifecard, Vasdalat.
Sediaan obat : Tablet, kaplet
Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vaskuler perifer, menurunkan spasme arteri
coroner.
Indikasi : hipertensi, angina yang disebabkan vasospasme coroner, gagal jantung refrakter.
Kontraindikasi : gagal jantung berat, stenosis berat, wanita hamil dan menyusui.
Efek samping : sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki.
Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker menimbulkan hipotensi berat atau
eksaserbasi angina. Meningkatkan digitalis dalam darah. Meningkatkan waktu protombin bila

3)

diberikan bersama antikoagulan. Simetidin meningkatkan kadarnya dalam plasma.


DOSIS : 3 X 10 MG/HR
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
VERAPAMIL (ANTAGONIS KALSIUM)
Nama paten : Isoptil
Sediaan obat : Tablet, injeksi
Mekanisme kerja : menghambat masuknya ion Ca ke dalam sel otot jantung dan vaskuler
sistemik sehingga menyebabkan relaksasi arteri coroner, dan menurunkan resistensi perifer

sehingga menurunkan penggunaan oksigen.


Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren.
Kontraindikasi : gangguan ventrikel berat, syok kardiogenik, fibrilasi, blok jantung tingkat II
dan III, hipersensivitas.

Efek samping : konstipasi, mual, hipotensi, sakit kepala, edema, lesu, dipsnea, bradikardia,

kulit kemerahan.
Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker bias menimbulkan efek negative pada
denyut, kondiksi dan kontraktilitas jantung. Meningkatkan kadar digoksin dalam darah.
Pemberian bersama antihipertensi lain menimbulkan efek hipotensi berat. Meningkatkan
kadar karbamazepin, litium, siklosporin. Rifampin menurunkan efektivitasnya. Perbaikan
kontraklitas jantung bila diberi bersama flekaind dan penurunan tekanan darah yang berate

bila diberi bersama kuinidin. Fenobarbital nemingkatkan kebersihan obat ini.

Dosis : 3 x 80 mg/hr
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
3. VASODILATOR
Contoh vasodilator antara lain:
a.

Penghambat angiotensin converting enzyme (ACE)


Menekan sintesis angiotensin II, suatu vasokonstriktor poten. Selain itu, penghambat ACE
dapat menginduksi pembentukan vasodilator dalam tubuh.
A. ACE INHIBITOR
Berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim yang diperlukan
untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal ini menurunkan tekanan darah
baik secara langsung menurunkan resisitensi perifer. Dan angiotensin II diperlukan untuk
sintesis aldosteron, maupun dengan meningkatkan pengeluaran netrium melalui urine
1)

sehingga volume plasma dan curah jantung menurun.


KAPTOPRIL
Nama paten : Capoten, Zestril
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga menurunkan
angiotensin II yang berakibat menurunnya pelepasan renin dan aldosterone.dan menghambat
ACE pada paru-paru, yang mengurangi sintesis vasokonstriktor, angiotensin II. Menekan
aldosteron, mengakibatkan natriuesis. Dapat merangsang produksi vasodilator (bradikinin,
prostaglandin).
Indikasi : hipertensi, gagal jantung. hipertensi, terutama berguna untuk hipertensi dengan
rennin tinggi. Obat yang disukai untuk pasien hipertensi dengan nefropatidiabetik karena
kadar glukosa tidak dipengaruhi.
Kontraindikasi : hipersensivitas, hati hati pada penderita dengan riwayat angioedema dan
wanita menyusui. Dan semua penghambat ACE : dosis pertama hipotensi, pusing,
proteinuria, ruam, takikardi, sakit kepala. Kaptopril jarang menyebabkan agrunolositosis atau
neutropenia.
Dosis : 2 3 x 25 mg/hr.

Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : Meskipun ACE Inhibitor dan ARBs memiliki
factor resiko kategori C pada kehamilan trimester satu, dan kategori D pada trimester dua
dan tiga
Efek samping : batuk, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi, dyspepsia, pandangan kabur,
myalgia.
Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika. Tidak boleh
diberikan bersama dengan vasodilator seperti nitrogliserin atau preparat nitrat lain.
Indometasin dan AINS lainnya menurunkan efek obat ini. Meningkatkan toksisitas litium.
2)
RAMIPRIL

Nama paten : Triatec

Sediaan obat : Tablet

Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga perubahan


angiotensin I menjadi angiotensin II terganggu, mengakibatkan menurunnya aktivitas
vasopressor dan sekresi aldosterone.
Indikasi : hipertensi
Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema, hipersensivitas. Hati hati
pemberian pada wanita hamil dan menyusui.
Dosis : awal 2,5 mg/hr
Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : kategori C pada kehamilan trimester satu, dan
kategori D pada trimester dua dan tiga .namun obat tersebut berpotensi menyebabkan
tetatogenik.
Efek samping : batuk, pusing, sakit kepala, rasa letih, nyeri perut, bingung, susah tidur.
Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika. Indometasin
menurunkan efektivitasnya. Intoksitosis litiumm meningkat.
BLOCKER PINTU MASUK KALIUM
Mencegah influks kalsium ke dalam sel-sel otot dinding pembuluh darah. Otot polos
membutuhkan influks kalsium ekstrasel untuk kontraksinya. Blockade influks kalsium
mencegah kontraksi, yang menyebabkan vasodilatasi.
C. VASODILATOR LANGSUNG
Merelaksasi sel-sel otot polos yang mengelilingi pembuluh darah dengan mekanisme yang
belum jelas, tetapi mungkin melibatkan pembentukan nitrik oksida oleh endote vascular.
1)
Hidralazin

Nama paten : Aproseline

Sediaan obat : Tablet

Mekanisme kerja : merelaksasi otot polos arteriol sehingga resistensi perifer menurun,

meningkatkan denyut jantung.


Indikasi : hipertensi, gagal jantung.
Kontraindikasi : gagal ginjal, penyakit reumatik jantung.
Dosis : 50 mg/hr, dibagi 2 3 dosis.
Tingkat keamanan obat menurut (FDA) :

Efek samping : sakit kepala, takikardia, gangguan saluran cerna, muka merah, kulit

kemerahan.

Interaksi obat : hipotensi berat terjadi bila diberikan bersama diazodsid.

Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C


2)
DIAZOKSID (HYPERSTAT)

Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vascular perifer, mungkin dengan


mengantagonis kalsium. Juga meningkatkan kadar glukosa serum dengan menekan pelepasan

insulin dan meningkatkan pelepasan glukosa hati.


Indikasi : kontrol jangka pendek hipertensi berat di rumah sakit. Hipoglikemia akibat

hiperinsulinisme yang refrakter terhadap bentuk pengobatan lain.


Efek tak diinginkan : retensi air dan natrium dan efek kardiovaskular yang
disebabkannya. Hiperglikemia, gangguan saluran cerna, hirsurisme, efek samping

skstrapiramidal.
Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
5 NAMA OBAT ANTI HIPERTENSI YANG BEREDAR DI PASARAN
Tabel (Deuritik)
GolonganObat

Merek

Indikasi

dagang

Kontraindikasi

Ideal untuk
Tiazid

Hydrodiuril

Hipokalemia,

hipertensi, dan

Ibu hamil, anuria

edema-kronik
Loop diuretic
Antagonis
reseptor
aldosteron

Untuk darurat

Lasik
(furosemid)

Efek tak diharapkan

hipertensi, edema,
dan edema paru

Midamor

Dapat mengoreksi

(amilorid)

alkalosis metabolic

Hiperglikemi,Oliguria,
anuria, hiperkalsemia

Kekurangan
elektrolit, anuria

Dehidrasi, hipokalemia,
hiperglikemi,
hipovolemia

Hiperkalemia berat Hiperkalemia,


dengan suplemen

kekurangan natrium atau

kalsium

air

Tabel (Simpatolitik)
Golongan

Merek

Obat

dagang

blocker

Klonidin

Indikasi

kontraindikasi

Baik untuk

Bradikardi,hipotensi,sin Mulut kering, hipotensi,

(Catapresan) hipertensi

drom simpul sinus

Efek tak diharapkan

bradikardi, sedasi

blocker

Atenolol
(Tenormin)

Baik untuk

Diabetes berat,

hipertensi ringan

bradikardi, gagal

dan sedang

jantung, asma

Depresi dan sedasi susunan


saraf pusat

Tabel (Penghambat Angiotensin)


GolonganObat
ACE inhibitor

Merek

Indikasi

Dagang

kontraindikasi

diharapkan

Kaptopril

Hipertensi dengan

Hipotensi, pusing,

(Capoten)

renin tinggi,

ruam, takikardi
Gangguan

ARB

Efek tak

Losartan (Lozaar) Hipertensi esensial

fungsiginjal, anakanak, kehamilan,


masa menyusui

Vertigo, ruam
kulit, gangguan
ortostatik

Tabel (Vasodilatator)
Golongan

Merek

Obat

dagang

Hidralazin

Monoksidil

Nitroprusid

Apresoline

Loniten

Nipride

Indikasi

Hipertensi sedang

kontraindikasi
Penyakit jantung
iskemik

Hipertensi yang

Penyakit jantung

belum terkontrol

iskemik

Krisis hipertensi

Efek tak
diharapkan
Retensi cairan,
palpitasi, refleks
takikardi
Lesi otot jantung,
hidralazin,
hirsutisme,
Hipotensi berat,
hepatotoksisitas

B. OBAT ANTIKONVULSI (ANTI EPILEPSI)


Obat yang dapat menghentikan penyakit ayan, yaitu suatu penyakit gangguan syaraf yang
ditimbul secara tiba-tiba dan berkala, adakalanya disertai perubahan-perubahan kesadaran.
Digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati epilepsi. Golongan obat ini lebih tepat
dinamakan Anti Epilepsi, sebab obat ini jarang digunabkan untuk gejala konvulsi penyakit
lain.
1.

Definisi Epilepsi (Anti konvulsi)


Epilepsi adalah nama umum untuk sekelompok gangguan atau penyakit susunan saraf

pusat yang timbul spontan dengan episode singkat (disebut Bangkitan atau Seizure), dengan
gejala utama kesadaran menurun sampai hilang.
Bangkitan ini biasanya disertai kejang (Konvulsi), hiperaktifitas otonomik, gangguan
sensorik atau psikis dan selalu disertai gambaran letupan EEG obsormal dan eksesif.
Berdasarkan gambaran EEG, apilepsi dapat dinamakan disritmia serebral yang bersifat
paroksimal.
2. Jenis Jenis Epilepsi
Grand mal (tonik-tonik umum )
Timbul serangan-serangan yang dimulai dengan kejang-kejang otot hebat dengan pergerakan
kaki tangan tak sadar yang disertai jeritan, mulut berbusa,mata membeliak dan disusul
dengan pingsan dan sadar kembali.
Petit mal
Serangannya hanya singkat sekali tanpa disertai kejang.
Psikomotor (serangan parsial kompleks)
Kesadaran terganggu hanya sebagian tanoa hilangnya ingatan dengan memperlihatkan
perilaku otomatis seperti gerakan menelan atau berjalan dalam lingkaran.
3. Obat-Obat Epilepsi (Anti Konvulsi)Anti epilepsi (Anti Konvulsi)
obat yang dapat mencegah timbulnya pelepasan muatan listrik yang abnormal di pangkalnya
(fokus) dalam SSP, sebagaimana halnya dengan phenobarbital dan klonazepam. Ataupun obat
yang menghindarkan tersebarnya aktivitas berlebihan tersebut kepada neuron-neuron otak
lain, seperti Klonazepam, Fenitoin, dan trimetadon.

4. Mekanisme Kerja Antiepilepsi (Anti Konvulsi)


Terdapat dua mekanisme antikonvulsi yang penting, yaitu :
1. Dengan mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron epileptik dalam
fokus
2.

epilepsi.

Dengan mencegah terjasinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat pengaruh

dari fokus epilepsi.


5. Penggunaan Antiepilepsi (Anti Konvulsi)
Antiepilepsi umunya memiliki lebar terapi yang sempit, seperti Fenitoin, harus dengan
teratur dan kontinu, agar kadar obat dalam darah terpelihara sekonstan mungkin. Umumnya
pengobatan dilakukan dengan dosis rendah dulu kemudian dinaikan secara berangsur sampai
efek maksimal tercapai dan kadar plasma menjadi tetap.
Jangka waktu terapi umumnya bertahun-tahun bahkan bisa seumur hidup. Bila dalam 2-3
tahun tidak terjadi serangan maka dosis dapat diturunkan berangsur sehingga pengobatan
dapat dihentikan sama sekali.
6. Penggolongan Antiepilepsi
Kebanyakan obat epilepsi bersifat antikonvulsif, yaitu dapat meredakan konvulsi, dan
sedatif (meredakan). Obat-obat ini dapat dibagi dalam beberapa kelompok sbb :
1. Barbital-barbital, misalnya Fenobarbital, Mefobarbital, dan Heptobarbital.
Obat tidur ini bersifat mnenginduksi enzim, hingga biotransformasi enzimatisnya dipercepat,
juga penguraian zat-zat lain, antara lain penguraian vitamin D sehingga menyebabkan
rachitis, khususnya pada anak kecil.
2. Hidantoin-hidantoin, misalnya Fenitoin,strukturnya mirip fenobarbital tetapi dengan
cincin lima hidantoin.
3. Suksinimida-suksinimida, misalnya Metilfenilsuksinimida dan Etosuksinimida.Obat ini
terutama digunakan pada serangan psikomotor.
4. Oksazolidin-oksazolidin, misalnya Etadion dan Trimetadion, tetapi jarang digunakan
mengingat efek sampingnya berbahaya terhadap hati dan limpa.
5. Serba-serbi, misalnya Diazapam dan turunannya, Karbamazepin, Asetazolamid, dan
Asam valproat
7. Obat Generik, Indikasi, Kontra Indikasi, Efek Samping
1.
Fenitoin (Ditalin, Dilantin)
Zat hipnotik ini terutama efektif pada grand mal dan seranga psikomotor, tidak untuk
serangan-serangan kecil karena dapat memprofokasi serangan.
DS
: oral 1-2x sehari @ 100-300 mg.
Indikasi
: semua jenis epilepsi,kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi : gangguan hati, wanita hamil dan menyusui
Efek samping
: gangguan saluran cerna, pusing nyeri kepala tremor, insomnia.
2.
Penobarbital
Zat hipnotik ini terutama digunakan pada serangan epilepsi Grand mal / besar, biasanya
dalam kombinasi dengan kafein atau efedrin guna melawan
DS

efek hipnotisnya.

: oral 3 x sehari @ 25 75 mg maksimal 400 mg (dalam 2 dosis).

Indikasi
: semua jenis epilepsi kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi : depresi pernafasan berat, porifiria
Efek samping
: mengantuk, depresi mental
3.
Karbamazepin
Indikasi

: epilepsi semua jenis kecuali petit mal neuralgia trigeminus

Kontra indikasi

: gangguan hati dan ginjal, riwayat depresi sumsum tulang

Efek samping

: mual,muntah,pusing, mengantuk, ataksia,bingung

4.
Klobazam
Indikasi
: terapi tambahan pada epilepsy penggunaan jangka pendek ansietas.
Kontra indikasi : depresi pernafasan
Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, amnesia ketergantungan kadangkadang nyeri kepala, vertigo hipotensi.
5.
Diazepam (valium)
Selain bersifat sebagai anksiolitika,
antikonvulsi.Maka

digunakan

relaksan

otot,

hipnotik,

juga

berkhasiat

sbg obat status epileptikus dalam bentuk injeksi.

DS
: oral 2 3 x sehari @ 2 5 mg
Indikasi
: status epileptikus, konvulsi akibat keracunan
Kontra indikasi : depresi pernafasan
Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, antaksia, amnesia, ketergantungan,
kadang nyeri kepala.
6.
Primidon(Mysolin)
Strukturnya mirip dengan fenobarbital dan di dalam hati akan dibiotrasformasi menjado
fenobarbital, tetapi kurang sedatif dan sangat efektif terhadap serangan grand mal dan
psikomotor.
DS : Dimulai 4 x sehari @ 500 mg, hari ke 4 250 mg dan hari ke 11 25 mg
7.
Etosuksinimid (Zarontin)
Sangat efektif terhadap serangan ringan,kerjanya panjang karena praktis tidak terikat dengan
protein, ekskresinya melalui ginjal.
DS
: 2 x sehari @ 250-500 mg,
8.
Karbamazepin (Tegretol)
Senyawa trisiklik ini mirip imipramin, Digunakan pada epilepsi grand mal dan psikomotor
dengan
DS

efektifitasnya sama dengan fenitoin tetapi efek sampingnya lebih ringan.

: Dimimun dengan dosis rendah dan dinaikan berangsur-angsur sampai 2-3 x sehari @

200-400 mg,
9.
Asetazolamid (Diamox)
Senyawa sulfonamid ini bersifat merintangi enzim Carbonic Acid Dehidrase dan sering
digunakan

sebagai

meningkatnya

diuretik.

ekskresi

ion

Khasiat

anti

natrium

konvulsinya
dan

diperkirakan

bikarbonat

serta

berdasarkan
darah

bias

,menjadi

asam.

Digunakan

pada

serangan

karena

kerja

fisik

(berat).

DS
: 2-4 x sehari @ 250 mg.
10. Asam Valproat, Depakene
Derivat asam asetat ini daya anti konvulsinya ditemukan secara kebetulan (Meunier-1963),
sebagai obat pilihan pertama pada serangan ringan, dalam kombinasi dengan obat lain
dapat
DS

digunakan

untuk

serangan

grand

mal.

: Dimulai 3-4 x sehari @ 100-150 mg, berangsur dinaikan sampai 2-3 x sehari @ 300-

500 mg.
2.5.3.7 Kejang Demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yg terjadi pd kenaikan suhu tubuh (suhu rectal > 38
0C) yg disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam biasanya terjadi antara
umur 3 bln sampai 5 thn, kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi (kejang berulang).
Kejang demam dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
Sederhana ( kurang dari 15 menit)
Kompleks (lebih dari 15 menit).
Demam sering disebabkan oleh infeksi pernafasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroentritis, dan infeksi saluran kemih. Ada 3 cara pengobatan Kejang Demam, yaitu :
1. Pengobatan fase akut
Obat yg paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam Intravena atau Intrarectal. Dosis
iv 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dg kecepatan 1-2mg/menit. Bila kejang berhenti sebelum Diazepam
habis, hentikanpenyuntikan, tunggu sebentar dan bila tdk timbul lg jarum dicabut. Bila
Diazepam iv tdk tersedia bisa menggunakan intrarektal 5 mg (BB<10 kg) atau 10 mg (BB>10
kg). Bila kejang tdk berhenti dpt diulang selang 5 menit kemudian. Bila tdk berhenti juga,
berikan Fenitoin dg dosis awal 10- 20 mg/kgBB secara iv perlahan.
Bila kejang berhenti dg pemberian Diazepam, lanjutkan dg fenobarbital secara im (50 mg
untuk bayi < 1 thn atau 75 mg untuk bayi > 1 thn), empat jam kemudian berikan fenobarbital
dosis rumat. 2 hari pertama berikan dosis 8 -10 mg/kgBB/dari dalam 2 dosis, selanjutnya 4-5
mg/kgBB/hari dalam 2 dosis, selama blm membaik dapat diberikan dlm bentuk suntikan,
tetapi jika sudah membaik dpt diberikan per oral.
Bila kejang berhenti dgn pemberian Fenitoin, lanjutkan dengan dosis 4-8 mg/kgBB/ hari
dalam 2 dosis baik injeksi maupun oral.
2. Mencari dan mengobati penyebab.
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis,
terutama pd

pasien kejang demam yg pertama.

Kebanyakan dokter melakukan fungsi

lumbal hanya pd kasus yg dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila ada gejala meningitis
atau bila kejang demam berlangsung lama.
3. Pengobatan Profilaksis.
ada 2 cara pengobatan profilaksis, yaitu :

a)

Profilaksis Intermiten, yaitu diberikan Diazepam secara oral dgn dosis 0,3-0,5

mg/kgBB/hari dalam 3 dosis saat pasien demam. Dapat juga diberikan Diazepam intrarectal
tiap 8 jam setiap pasien menunjukan suhu lebih dari 38,5 0C.
b) Profilaksis terus-menerus, yaitu diberikan fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis
selama 1-2 tahun setelah kejang berakhir. Bisa juga menggunakan Asam Valproat (Depakene)
dg dosis 15-40 mg/kgBB/hari. Cara pengobatan terus menerus diberikan jika minimal
terdapat 2 dari 4 kriteria dibawah ini :
Sebelum kejang demam pertama sudah ada kelainan neurologis.

Kejang demam lebih dari 15 menit, disertai kelainan neurologis sementara atau
menetap.
Ada riwayat kejang tanpa demam pd orang tua atau saudara kandung.
Bila kejang demam terjadi pd bayi kurang dari 12 bln atau terjadi kejang multipel
dalam satu episode demam
8. Kejang Pada Kasus Eklampsia
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan,
setelah

usia

kehamilan

20

minggu

atau

segera

setelah

persalinan.

Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul bukan akibat
kelainan neurologis. Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gejala preeklampsia
berat disertai gejala nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium
atau kenaikan darah yg progresif.
Pada kasus Eklampsia dapat diberikan MgSO42 gr/jam dalam drip infus Dextose 5% untuk
pemelihaan sampai sampai kondisi / tekanan darah stabil (140-150 mmHg).Bila timbul
kejang, berikan dosis tambahan MgSO4 2 gr iv sekurang-kurangnya 20 menit setelah
pemberian terakhir. Bila masih tetap kejang, berikan fenobarbital 250 mg im atau Diazapam
10 mg iv atau amobarbital 3-5 mg/kgBB iv

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sehingga tekanan sistolik > 140 mmHg dan
tekanan diastolik > 90 mmHg (Kee & Hayes). Obat antihipertensi adalah obat yang
digunakan untuk menurunkan tekanan darah tingggi hingga mencapai tekanan darah normal.
Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih tempat kontrol anatomis dan efek
tersebut terjadi dengan mempengaruhi mekanisme normal regulasi TD.
Anti konvulsan adalah suatu kelompok obat yang digunakan untuk mencegah dan
mengobati bangkitan epilepsi (epiletic seizure) dan bangkitan non-epilepsi. AntiKonvulsi merupakan
golongan obat yang identik dan sering hanya digunakan pada kasus-kasus kejang karena Epileptik. Oleh
karena itu, anti konvulsi berhubungan erat dengan kasus epilepsi. Pada penderita epilepsi, terkadang
sinyal-sinyal untuk menyampaikan rangsangan tidak beraktivitas sebagaimana mestinya.
Umumnya epilepsi mungkin disebabkan oleh kerusakan otak dalam process kelahiran, luka kepala,
strok, tumor otak, alkohol. Kadang epilepsi mungkin juga karena genetik, tapi epilepsy bukan penyakit
keturunan. Tapi penyebab pastinya tetap belum diketahui. Pada umunya sebagian obat antiepilepsi di
metabolisme di hati, kecuali vigabatrin dangan bapentin yang dieliminasi oleh ekskresi ginjal.Pentingnya

pencegahan dengan menangani obat dan pemeriksaan klinis yang tepat dapat membantu penyembuhan
penyakit ini
Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi analgetikantipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh
yang tinggi.
Penggunaan obat Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi ibu hamil harus
diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara sembarangan dapat menyebabkan
cacat pada janin. Sebagian obat yang diminum oleh ibu hamil dapat menembus plasenta
sampai masuk ke dalam sirkulasi janin, sehingga kadarnya dalam sirkulasi bayi hampir sama
dengan kadar dalam darah ibu yang dalam beberapa situasi akan membahayakan bayi.

DAFTAR PUSTAKA
Katzung, Bertam G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 2 Ed.8. Jakarta : Salemba
Medika Glance.
Mycek, Merry J dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Ed2.Jakarta : Media medika.
Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Ed. 5. Jakarta : Erlangga.
Setiawati, Arini dkk. 2001. Farmakologi dan Terapi ed. 4. Jakarta : FKUI.
Ansel, Howard C, 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi
Anief, Moh, 1996, Penggolongan Obat berdasarkan khasiat dan penggunaan, UGM Press;
Yogakarta
Ansel, Howard C, 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Press; Jakarta
http://www.docstoc.com/docs/7804134/DIURETIK; diakses hari selasa tanggal 20 maret
2012

Anda mungkin juga menyukai