Anda di halaman 1dari 14

STUDI KASUS

LISENSI
PRAKTIK
KEBIDANAN
Dosen Pengampu :

Vonny Khresna Dewi, S.Si.T., M.Kes


Kelompok 5
Aisya Supiah P07124220003
Desy Komala P07124220016
Nadia P07124220038
Nani P07124220040
Septi Rizhadiani P07124220063
Latar Belakang
Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar
pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan
pelayanan kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan kebidanan tersebut, tujuan
akhirnya adlah kepuasaan pasien yang dilayani oleh bidan. Tiap profesi pelayanan
kesehatan dalam menjalankan tugasnya di suatu institusi mempunyai batas jelas
wewenangnya yang telah disetujui oleh antar profesi dan merupakan daftar wewenang
yang sudah tertulis. Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan
kepada masyarakat harus memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung
program pemerintah untuk pembangunan dalam negeri, salah satunya dalam aspek
kesehatan.
Menurut UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan menjelaskan bahwa tujuan dari
pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidaup sehat bagi setiap warga negara indonesiamelalaui upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia yang
berkualitas.dengan adanya arus globalisasi salah satu focus utama agar mampu
mempunyai daya saing adalah bagaiamana peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Kualitas sumber daya manusia dibentuk sejak janin didalam kandugan, masa
kelahiran dan masa bayi serta masa tumbuh kembang balita.
Hanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang memiliki pengetahuan
dan kemampuan sehingga mampu survive dan mampu mengantisipasi
perubahan serta mampu bersaing. Bidan erat hubungannya dengan
penyiapan sumber daya manusia. Karena pelayanan bidan meliputi
kesehatanreproduksi wanita, sejak remaja, masa calon pengantin,masa
hamil, masa persalinan, masa nifas, periode internal, masa klimakterium,
dan menopause serta memantau tumbuh kembang balita serta anak pra
sekolah.
Lisensi Praktik Kebidanan
Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang
berwenang berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang telah
teregistrasi untuk pelayanan mandiri. Menurut IBI, lisensi adalah pemberian ijin sebelum
diperkenankan melakukan pekerjaan yang telah ditetapkan.

Tujuan umum lisensi adalah untuk melindungi masyarakat dan pelayanan profesi.
Tujuan khusus lisensi adalah:

• Memberikan kejelasan batas wewenang.

• Menetapkan sarana dan prasarana.

• Meyakinkan klien.
Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk SlPB (Surat Ijin Praktik Bidan).
SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Depkes Kementerian Kesehatan kepada tenaga bidan
yang menjalankan praktik setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Bidan yang menjalankan
praktik harus memiliki SIPB, yang diperoleh dengan cara mengajukan permohonan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:

• Fotokopi STR yang masih • Rekomendasi dari organisasi profesi


berlaku • Pas foto
• Fotokopi ijasah D-III bidan • Surat pernyataan dari lingkungan
• Surat persetujuan atasan
tempat praktik
• Surat keterangan sehat dari  
dokter
Rekomendasi yang diberikan organisasi profesi setelah
terlebih dahulu dilakukan penilaian kemampuan keilmuan dan
keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik serta kesanggupan
melakukan praktik bidan. Bentuk penilaian kemampuan keilmuan
dan keterampilan inilah yang diaplikasikan dengan rencana
diselenggarakannya Uji Kompetensi bagi bidan yang mengurus
SIPB atau lisensi.
Uji Kompetensi sekarang ini baru pada tahap uji coba di beberapa wilayah, namun
terdapat beberapa propinsi yang menerapkan kebijaksanaan daerah untuk penyelenggaraan uji
kompetensi dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan bidan, misalnya Propinsi Jawa
Tengah, Yogyakarta dan beberapa propinsi lainnya, dengan menempatkan uji kompetensi
pada tahap pengajuan STR. Dengan diselenggarakannya uji kompetensi diharapkan bahwa
bidan yang menyelenggarakan praktik kebidanan adalah bidan yang benar-benar kompeten.
Upaya ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan, mengurangi
medical error atau malpraktik dalam tujuan utama untuk menurunkan angka kematian ibu dan
anak.  
Dalam rancangan uji kompetensi apabila bidan tidak lulus uji kompetensi, maka bidan tersebut
menjadi binaan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) setempat. Materi uji kompetensi sesuai 9 area kompetensi dalam
standar profesi bidan Indonesia. Namun demikian uji kompetensi belum di bakukan dengan suatu dasar
hukum, sehingga baru pada tahap draft atau rancangan.

Menurut Permenkes No. 1464/MENKES/X/2010 SIPB berlaku sepanjang STR belum habis masa
berlakunya dan dan dapat diperbaharui kembali. Bentuk permohonan SIPB dapat dilihat pada lampiran
Permenkes No.1464/2010.
Contoh Studi Kasus
Seorang bidan X baru lulus dari pendidikan sarjana
terapan kebidanan ingin membangun PBM meskipun
bidan X belum memiliki SIPB karena baru lulus
kuliah dan belum mengajukan permohonan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
setempat. Bidan X tergiur akan penghasilan bidan Y
sebagai bidan di desa B, sehingga Bidan X nekat
membangun PBM tanpa SIPB.
Pemecahan masalah
sebaiknya bidan harus dapat
mempertanggungjawabkan tindakankan nya, jangan
ada unsur coba-coba dalam membuka praktik
mandiri yang belum mempunyai SIPB, hal ini sangat
berbahaya jika bidan tersebut belum kompeten,
mengingat yang ditangani adalah nyawa manusia.
Analisis Kasus :
Dari kasus tersebut bidan X telah melakukan kesalahan yang sangat
fatal yaitu mendirikan PBM tanpa SIPB hanya karena tergiur oleh
penghasilan Bidan Y, padahal apabila seorang lulusan bidan ingin
mendirikan PBM salah satu syaratnya yaitu harus memiliki SIPB Sesuai
dengan PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG IZIN
DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN. Bab 2 tentang
perizinan pada pasal 3 no. (2)Setiap bidan yang menjalankan praktik
mandiri wajib memiliki SIPB.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai