Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN DISMINORE

Mata Kuliah : Maternitas


Dosen Pengampu : Ns. Novita Mansoben S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :
Keperawatan Semester
Kelompok IV :

Yusuf afendi Rahmi


Naomi d.rumbiak Amos fame
Ismiyanti Diana yapen
Yonalita bleskadit Sitti n. Haremba
Vivin olivia saiman

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SORONG
2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat-Nya Saya dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien dengan disminore
Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu memberikan bimbingan dan pengarahan, sehingga
makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Kami juga menyadari bahwa Makalah ini belum sempurna dan seperti
yang diharapkan. oleh Karena itu kami sangat mengharapkan saran dan Kritik dari
Dosen Pengampuh yang akan membaca dan menilai makalah ini.
Demikian Makalah ini kami buat, semoga makalah ini memberikan
informasi bagi mahasiswa yang lain dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Atas perhatiannya kami
mengucapkan Terimakasih. Tuhan Memberkati.

Penyusun

Kelompok IV

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................

Daftar Isi........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................
B. Rumusan Masalah .............................................................
C. Tujuan Penulisan ...............................................................
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Dismenorea ......................................................

B. Klasifikasi dismenorea .......................................................

C. Etiologi Dismenorea.............................................................

D. Manifestasi Klinis..................................................................

E. Patofisiologi...........................................................................

F. Pathway................................................................................

G. Pemeriksaan penunjang........................................................
H. Penatalaksanaan....................................................................

BAB III PENUTUP

A. Pengkajian............................................................................

B. Diagnosa..............................................................................

BAB IV

A. Kesimpulan...........................................................................
B. Saran .................................................................................
DAFTAR PUSTAK

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dismenore merupakan suatu gejala rasa sakit atau rasa tidak enak diperut
bagian bawah pada masa menstruasi sampai dapat menggangu aktifitas sehari-hari
yang paling sering ditemui pada wanita muda dan reproduktif. Dismenore adalah
keluhan yang paling sering menyebabkan wanita muda pergi ke dokter untuk
konsultasi dan mendapatkan pengobatan (Winknjosastro, 2007).

Menstruasi atau haid ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari
uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Winkjosastro, 2009). Dan
pada masa remaja ini tak jarang mengalami gangguan menstruai seperti
dismenorea. Dismenorea atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang
sering menyebabkan wanita -wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan
pengobatan (Winkjosastro, 2009). Dismenorea atau nyeri haid merupakan suatu
gejala dan bukan suatu penyakit. Nyeri haid ini timbul akibat kontraksi distrimik
miometrium yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari nyeri ringan
sampai berat (Baziad, 2003).

Angka kejadian dismenorea di Amerika Serikat dialami oleh 45 - 90%


(Edmunson, 2006). Sekitar 10 - 15% diantaranya terpaksa kehilangan kesempatan
kerja, sekolah dan kehidupan keluarga. Dan pada penelitian selanjutnya di
Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% perempuan mengalami dismenorea,
dan 10 - 15% diantaranya mengalami dismenorea berat, yang menyebabkan
mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun (Jurnal Occupation And
Environmental Medicine, 2008). Di Swedia ditemukan angka kejadian
dismenorea pada wanita berumur 19 tahun sebanyak 72,42. Indonesia angka
kejadian dismenorea sebesar 64,25 % yang terdiri dari 54,89% dismenorea primer
dan 9,36 % dismenorea sekunder (Info sehat, 2008). Di Surabaya didapatkan 1,07

4
% - 1,31 % dari jumlah penderita dismenorea datang kebagian kebidanan
(Harunriyanto, 2008).

Penelitian yang pernah dilakukan pada siswi SMA di kawasan Jakarta


Timur didapatkan hasil 54,5% responden mengalami dismenorea (Neni, 2012).
Berdasarkan penelitian Wahono (2012) kejadian dismenorea primer di SMA
Negeri 1 Pekanbaru mencapai 59,40 % (264 orang) dengan jumlah populasi
sebanyak 444 orang (Fakultas Kedokteran Universitas Riau, 2012). Berdasarkan
penelitian Sianipar dkk (2009) menunjukkan factor - faktor yang mempengaruhi
dismenorea adalah umur, dan aktivitas fisik. Wang L dkk, melaporkan hubungan
yang bermakna antara stres dengan peningkatan insiden beratnya gejala
dismenorea yang terjadi. Beberapa penelitian yaitu Dyana (2009), Mahvash et al
(2012) Abbaspour et al (2004) dan Branco et al (2006) menyatakan terdapat
hubungan yang signifikan antara olahraga teratur dengan nyeri dismenorea
primer. Sebaliknya, penelitian Blakey et al (2009) didapatkan hasil bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara olahraga teratur dengan nyeri
dismenorea primer.Di Kabupaten Rokan Hulu memiliki jumlah remaja putri kelas
X dan XI yang cukup banyak dan belum ada penelitian tentang nyeri menstruasi
yang dilakukan di taraf SMA tersebut. Berdasarkan data di atas, maka penulis
berminat untuk melakukan penelitian tentang dismenorea pada remaja putri.

B. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Mendeskripsikan kasus mengenai masalah pada menstruasi(disminore).
2. Membuat Asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien
disminore.

C. Rumusan masalah
1. Apa pengertian disminore itu?

2. Apa saja klasifikasi disminore?


3. Apa saja etiologi disminore?

5
4. Apa saja tanda dan gejala disminore?
5. Bagaimana patofisiologi disminore?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien
disminore?
7. Bagaimana pelaksanaan pada pasien disminore khususnya untuk
menangani nyeri?
8. Apa asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien disminore?

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Dismenorea

Dismenorea atau nyeri haid merupakan salah satu keluhan ginekologi yang
paling umum pada perempuan muda yang datang ke klinik atau dokter. Hampir
semua perempuan mengalami rasa tidak nyaman selama haid, seperti rasa tidak
enak di perut bagian bawah dan biasanya juga disertai mual, pusing, bahkan
pingsan (Dito dan Ari, 2011). Derajat rasa nyerinya bervariasi mencakup ringan
(berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan aktivitas sehari-hari),
sedang (karena sakitnya diperlukan obat untuk menghilangkan rasa sakit, tetapi
masih dapat meneruskan pekerjaannya), dan berat (rasa nyerinya demikian
beratnya sehingga memerlukan istirahat dan pengobatan untuk menghilangkan
nyerinya) (Manuaba, 2008).

Dismenore adalah rasa nyeri pada perut yang berasal dari kram rahim dan
terjadi selama menstruasi. Dismonere biasanya terjadi akibat pelepasan berlebihan
prostaglandin tertentu, prostaglandin F2 alfa, dari sel-sel endometrium
uterus.Dismenore juga dapat diartikan sebagai haid yang nyeri yang terjadi tanpa
tanda-tanda infeksi atau penyakit panggul. Selain itu, Dismenore juga memiliki
arti sebagai nyeri uteri pada saat menstruasi. Dismenore primer tidak dikaitkan
dengan patologi pelvis dan bisa timbul tanpa penyakit organik. Intensitas
dismonerea bisa berkurang setelah hamil atau pada umur sekitar 30 tahun. Jadi
dapat disimpulkan definisi dari disminore adalah nyeri yang dirasakan wanita saat
haid.

Indriastuti (2008) dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram
rahim di bagian bawah perut, punggung bawah dan paha yang timbul sebelum,
bersamaan, atau segera setelah haid. Dila (2010) menambahkan dismenore adalah
rasa nyeri yang dirasakan pada saat menjelang haid, pada waktu haid atau

7
beberapa saat setelah haid. Sedangkan penyebab dismenore yang diungkapkan
oleh semua partisipan bermacam-macam antara lain karena proses peluruhan
dinding endometrium, psikologis, hormon, kurangnya olahraga, kontraksi uterus,
kista ovarium, pola makan, dan keturunan. Sebagaimana dikemukakan oleh
Handrawan (2008) bahwa saat stres, tubuh akan memproduksi hormone adrenalin,
estrogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebih. Hormon estrogen dapat
menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan, sedangkan hormon
progesteron bersifat menghambatnya.

Adanya peningkatan kontraksi secara berlebihan inilah yang menyebabkan


adanya rasa nyeri. Kemudian asumsi partisipan mengenai dismenore, partisipan
menganggap bahwa dismenore adalah hal yang wajar dan ada juga partisipan yang
menganggap bahwa dismenore bukanlah hal yang wajar karena kebanyakan
temannya tidak mengalami dismenore. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Muchtar (2009) bahwa gangguan sekunder mentruasi yang paling sering
dikeluhkan adalah nyeri sebelum, saat atau sesudah menstruasi. Nyeri tersebut
timbul akibat adanya hormon prostaglandin yang membuat otot uterus (rahim)
kontraksi. Bila nyerinya ringan dan masih bisa beraktifitas berarti masih wajar.
Namun, bila nyeri yang terjadi sangat hebat sampai mengganggu aktifitas
ataupun tidak mampu melakukan aktifitas, maka termasuk pada gangguan.

Disminore primer merupakan menstruasi yang sangat nyeri, tampak


patologi pelvis yang dapat diidentifikasi. Dapat terjadi pada waktu menarki atau
segera setelahnya. Disminore ditandai oleh nyeri keram yang dimulai sebelum
atau segera setelah awita aliran menstrual dan berlanjut selama 48 hingga 72 jam.
Pemeriksaan pelvis menunjukan temuan normal. Disminore diduga sebagai akibat
dari pembentukan prostaglandin yang berlebihan, yang menyebabkan uterus untuk
berkontraksi arteriolar.

Disminore merupakan nyeri menstruasi yang dikarakteristikan sebagai nyeri


singkat selama menstruasi yang merupakan permasalahan ginekologikal
utama,yang sering dikeluhkan oleh wanita(Lowdermik et al,2011).

8
Disminore menurut manuaba (2008) adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi
sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-sehari. Derajat rasa
nyerinya bervariasi,diantaranya:
1. Ringan:berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan aktivitas
sehari-hari.
2. Sedang:sakit yang dirasakan memerlukan obat untuk meurunkan derajat
sakitnya,tetapi masih bisa dilakukan untuk meneruskan aktivitas sehari-hari.
3. Berat:rasa nyeri yang dirasakan demikian berat,sehingga memerlukan
istirahat dan pengobatan untuk menghilangkan rasa nyerinya.

B. Klasifikasi dismenorea

1. Dismenorea primer (esensial, intrinsik, idiopatik)

Dismenore primer adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan organ


reproduksi (tanpa kelainan ginekologi). Dismenorea primer biasanya terjadi
dalam 6 – 12 bulan pertama setelah haid pertama, segera setelah siklus
ovulasi teratur ditentukan. Rasa nyeri dari bagian perut menjalar ke daerah
pinggang dan paha, terkadang disertai dengan mual dan muntah, diare, sakit
kepala dan emosi labil. Terapi yang dibutuhkan psikoterapi, analgetika,
hormonal (Atikah dan Siti, 2009).

Dismenore primer muncul pada permulaan menstruasi saat menarche, dan


biasanya tidak terdapat dasar organik untuk nyeri tersebut, yang diyakini
disebabkan oleh aktivitas abnormal saraf dan otot serviks uterus ataupun
hormonal. Sering dimulai pada waktu wanita mendapatkan haid hari pertama
dan sering dibarengi rasa mual, muntah, dan diare. Gadis dan wanita muda
dapat diserang nyeri haid primer. Dinamakan dismenore primer karena rasa
nyeri timbul tanpa ada sebab yang dapat dikenali. Nyeri haid primer hampir
selalu hilang sesudah wanita itu melahirkan anak pertama, sehingga dahulu
diperkirakan bahwa rahim yang agak kecil dari wanita yang belum pernah
melahirkan menjadi penyebabnya, tetapi belum pernah ada bukti dari teori

9
itu. Etiologi patogenesis adalah teori prostaglandin terutama prostaglandin F2
alfa. Pada akhir daur haid, kadar progesteron menurun, kadar prostaglandin
dalam endometrium (dan darah haid) bertambah. Peninggian kadar
prostaglandin ini menyebabkan bertambahnya kontraksi otot uterus,
menyebabkan timbulnya iskemi yang menimbulkan rasa sakit

2. Dismenorea sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh, acquired)

Dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan


ginekologik, misalnya endometriosis. Terjadi pada wanita yang sebelumnya
tidak mengalami dismenorea. Terapi yang dibutuhkan adalah terapi causal
yaitu mencari dan menghilangkan penyebabnya (Atikah dan Siti, 2009).

Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disebabkan karena kelainan


yang jelas. Nyeri menstruasi dimulai lebih lambat dan sering kali terkait
dengan penyakit organik yang mendasari. Nyeri haid yang baru timbul 1
tahun atau lebih sesudah haid pertama dapat dengan mudah ditemukan
penyebabnya melalui pemeriksaan yang sederhana. Jika pada usia 40 tahun ke
atas timbul gejala nyeri haid yang tidak pernah dialami, penting sekali
baginya untuk memeriksakan diri. Rasa nyeri biasanya mulai sebelum datang
haid, dapat berlangsung sepanjang haid serta dapat pula disertai keluhan-
keluhan lainnya seperti pendarahan banyak, disprareunia serta keputihan
nyeri haid sekunder dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:

1. Rahim yang terbalik sehingga membuat darah haid tidak mudah


dikeluarkan, tetapi penyebab itu lebih jarang daripada yang
diperkirakan sebelumnya
2. Benjolan besar atau kecil di rahim dapat menimbulkan keluhan
perdarahan yang banyak atau sering disertai gumpalan darah
3. Mioma uteri
4. Adanya AKDR

10
5. Peradangan selaput lendir rahim. Hal itu biasanya hanya terjadi-dan
jarang terjadi-sesudah persalinan atau keguguran. Peradangan dapat
pula terjadi akibat penyakit kelamin yang dilalaikan
6. Pemakaian spiral
7. Endometriosis. Pertumbuhan jaringan lapisan rahim di tempat lain di
dalam ruang panggul
8. Fibroid atau tumor
9. Infeksi pelvis

C. Etiologi Dismenorea

1. Dismenorea Primer
Menurut Dito dan Ari (2011), penyebab yang saat ini dipakai untuk
menjelaskan dismenorea primer, yaitu :

a. Faktor kejiwaan

Kondisi kejiwaan yang tidak stabil pada wanita akan mengaktivasi


hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem
neuroendokrin,yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal.
Paparan ketidakstabilan kondisi emosional ini akan meningkatkan
hormone adrenalin,tiroksin dan kortisol yang berpengaruh secara
signifikan pada homeostatis. Hal inilah yang menyebabkan
vasokontriksi pada daerah yang terkena nyeri sehingga menimbulkan
efek penekanan pembuluh darah,pengurangan aliran darah dan
peningkatan kecepatan metabolisme. Efek-efek yang terjadi inilah yang
akan membuat iskemi pada sel.

Hal ini juga dapat Terjadi karena gangguan psikis, seperti rasa
bersalah, ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat berteduh,
konflik dengan masalah jenis kelaminnya dan imaturitas (belum
mencapai kematangan).

b. Faktor konstitusional

11
Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan sebagi
penyebab timbulnya disminore primer yang dapat menurunkan
ketahanan seseorang nyeri. Faktor-faktor yang termasuk dalam hal ini
adalah anemia, dan penyakit menahun.

1) Anemia
Pada penderita anemia,kemampuan darah untuk
mengangkut oksigen berkurang. Hal ini akan menyebabkan
gangguan pada pertumbuhan sel. Hal ini menyebabkan kerusakan
jaringan atau disfungsi jaringan
2) Penyakit menahun
Penyakit menahun yang diderita seorang perempuan atau
menyebabkan tubuh kehilangan terhadap suatu penyakit atau
terhadap rasa nyeri.penyakit yang termasuk penyakit menahun
dalam hal ini adalah asma dan migrain.
c. Faktor endokrin

Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase corpus luteum.


Hormon progesteron menghambat atau mmencegah kontraktilitas
uterus, sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus.
Disisi lain, endometrium dalam fase sekresi memproduksi
prostaglandin F2 sehingga menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika
kadar prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran darah maka
selain dismenorea dapat juga dijumpai efek seperti diare, nausea,
muntah, flushing (respon involunter yang tak terkontrol dari sistem
saraf yang memicu pelebaran pembuluh kapiler kulit, dapat berupa
warna kemerahan atau sensasi panas). Jelaslah bahwa peningkatan
kadar prostaglandin memegang peranan penting pada timbulnya
dismenorea primer.

d. Faktor alergi

12
Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi
antara dismenorea dengan urtikaria (biduran), migraine, atau asma
bronkhiale.smith menduga bahwa sebab alergi adalah toksin haid.

2. Dismenorea sekunder

Beberapa penyebab dismenorea sekunder antara lain :

a. Endometriosis

b. Polip atau fibroid uterus

c. Penyakit radang panggul

d. Perdarahan uterus disfungsional

e. Prolaps uterus

f. Maladaptasi pemakaian AKDR

g. Produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abotus spontan, abortus


terauputik, atau melahirkan.

h. Kanker ovarium atau uterus.

D. Manifestasi Klinis

Nyeri timbul tidak lama sebelum atau bersamaan dengan mulainya haid
dan berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Sifatnya beruba mules,
ngilu atau rasa ditusuk-tusuk. Nyeri biasanya terbatas pada perut bagian bawah,
tatapi kadang meyebar kedaerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan nyeri
tersebut, dapat dijumpai mual, muntah, dan sakit kepala.

Gejala pada dismenore sesuai dengan jenis dismenorenya yaitu:

1. Dismenore primer

13
Gejala-gejala umum seperti rasa tidak enak badan, lelah, mual, muntah,
diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala, kadang-kadang dapat juga disertai
vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas dan gelisah, hingga jatuh pingsan
(Anurogo, 2011). Nyeri dimulai beberapa jam sebelum atau bersamaan
dengan awitan menstruasi dan berlangsung selama 48 sampai 72 jam. Nyeri
yang berlokasi di area suprapubis dapat berupa nyeri tajam, dalam, kram,
tumpul dan sakit. Sering kali terdapat sensasi penuh di daerah pelvis atau
sensasi mulas yang menjalar ke paha bagian dalam dan area lumbosakralis.
Beberapa wanita mengalami mual dan muntah, sakit kepala, letih, pusing,
pingsan, dan diare, serta kelabilan emosi selama menstruasi (Reeder, 2013).
Sedangkan menurut Sari (2012) ciri-ciri atau gejala dismenore primer, yaitu

a. Nyeri berupa keram dan tegang pada perut bagian bawah;

b. Pegal pada mulut vagina;

c. Nyeri pinggang;

d. Pada beberapa orang dapat disertai mual, muntah, nyeri kepala, dan
diare.

2. Dismenore Sekunder

Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada dismenore sekunder


yang terbatas pada onset haid. Dismenore terjadi selama siklus pertama atau
kedua setelah haid pertama, dismenore dimulai setelah usia 25 tahun.
Sedangkan menurut Sari (2012) ciri-ciri atau gejala dismenore sekunder,
yaitu

a. Darah keluar dalam jumlah banyak dan kadang tidak beraturan;

b. Nyeri saat berhubungan seksual;

c. Nyeri perut bagian bawah yang muncul di luar waktu haid;

d. Nyeri tekan pada panggul;

14
e. Ditemukan adanya cairan yang keluar dari vagina; 6)Teraba adanya
benjolan pada rahim atau rongga panggul.

E. Patofisiologi

Sampai saat ini patofisiologi terjadinya dismenorea masih belum jelas karena
banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Riset terbaru menunjukkan bahwa
patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha),
suatu stimulan miometrium yang kuat dan vasocontrictor (penyempitan pembuluh
darah) yang ada di endometrium sekretori (Dito dan Ari, 2011). Selain itu
prostaglandin juga merangsang saraf nyeri di rahim sehingga menambah
intensitas nyeri. Prostaglandin juga bekerja di seluruh tubuh, hal ini menjelaskan
mengapa ada gejala-gejala yang menyertai menstruasi (Atikah dan Siti,
2009).gejala utamanya adalah nyeri,dimulai saat awitan menstruasi.nyeri dapat
tajam,tumpul,siklik,atau menetap,dapat berlangsung beberapa jam sampai 1
hari.kadang-kadang gejala tersebut dapatlebih lama dari 1 hari tapi jarang
melebihi 72 jam.Sedangkan untuk mekanisme patologik pada dismenorea
sekunder adalah disebabkan oleh beberapa penyakit yang berhubungan dalam hal
reproduksi wanita. Dismenorea sekunder sering terjadi akibat fibrosis uterus,
endometriosis, adenomiosis, dan penyakit tulang panggul (pelvis) lainnya (Atikah
dan Siti, 2009).

1. Dismenorea Primer

Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas (Sloughing


endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia
uterus melalui kontraksi miometrium dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar
prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid)
pada wanita dengan dismenorea berat (severe dysmenorrhea). Kadar ini
memang meningkat terutama selama dua hari pertama menstruasi.
Vasopressin juga memiliki peran yang sama. Riset terbaru menunjukkan
bahwa patogenesis dismenorea primer adalah karena prostaglandin F2alpha

15
(PGF2alpha), suatu stimulan miometrium yang kuat dan vasoconstrictor
(penyempit pembuluh darah) yang ada di endometrium sekretori. Hormon
pituitary posterior,vasopressin terlibat pada hipersensitivitas miometrium,
mengurangi aliran darah uterus dan nyeri pada penderita dismenorea primer
(Elizabeth, 2009).

2. Dismenorea Sekunder

Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah menstruasi pertama,


tetapi yang paling sering muncul di usia 20-30 tahun. Peningkatan
prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder disertai penyakit
pelvis yang menyertai diantaranya endometriosis ( kejadian dimana jaringan
endometrium berada di luar rahim, dapat ditandai dengan nyeri menstruasi),
adenomyosis (bentuk endometriosis yang invasive), polip endometrium
(tumor jinak di endometrium) dan masih banyak lagi.

16
f. pathway

17
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pemeriksaan labolatorium dapat dilakukan untuk
menunjang penegakkan diagnosa bagi penderita disminore atau mengatasi gejala
yang timbul.
Pemeriksaan berikut ini dapat dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik
disminore:
1. Cervikal cultur untuk menyingkirkan seksualitransmitted disease
2. Hitung leukosit untuk menyingkirkan infeksi
3. Kadar Human chorionic gonadotropin untuk menyingkirkan kehamilan
extopik
4. Sedimentation rate
5. Cancer antigen 125(CA-125)assay:ini memiliki titik klinis yang terbatas
dalam mengevaluasi wanita dengan disminore karena nilai prediktif
negatifnya yang relatif rendah.
6. Laparoscopy
7. Histeroscopy
8. Dilatation
9. Curretage
10. Biopsi endometrium

h. Penatalaksanaan

1. Penanganan Nyeri

Para wanita yang terbiasa mengalami nyeri menstruasi pada umumnya


sudah mengetahui tindakan awal ketika nyeri menstruasi datang. Bahkan tak
jarang mampu mengobati dirinya sendiri berdasarkan pengalaman selama
berobat ke dokter, seperti olahraga ringan misal berjalan kaki, bersepeda, atau
berenang, mengompres panas atau dingin pada daerah perut jika terasa nyeri,
istirahat cukup sebelum dan selama periode menstruasi. Hal terpenting yang
perlu diingat adalah pemahaman bahwa dismenorea primer tidak
berbahaya.Obat-obatan yang lazim digunakan untuk meredakan nyeri

18
menstruasi, diantaranya : analgesik golongan Non Steroid Anti Inflamasi
(NSAI), misalnya parasetamol atau asetamonofen, asam mefenamat,
ibuprofen, metamizol atau metampiron dan obat-obatan pereda nyeri lainnya.

Apabila penggunaan obat-obatan tidak berhasil maka dapat dilakukan


terapi hormonal sesuai anjuran dokter. Bila keluhan nyeri dapat diatasi
dengan cara sederhana maka hal itu jauh lebih baik dari pada penggunaan
obat-obatan yang menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Prinsip
terapi pada dismenorea primer sama dengan dismenorea sekunder, akan tetapi
lebih baik bila berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis kandungan
untuk penanganan lebih lanjut (Atikah dan Siti, 2009).

Dismenore primer dapat diatasi dengan inhibitor prostaglandin yang bisa


menghalangi sintesis dan metabolisme prostaglandin. Obat NSAIN
(Nonsteroidal Anti-Inflamatory Drugs) adalah obat yang efektif untuk
menghambat sintesis prostaglandin. Contoh obat-obat ini adalah Ibuprofen,
Naproxen, dan Ketoprofen. Dismenore sekunder diatasi dengan memperbaki
penyebab organik.

Bagi sebagian besar wanita, obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID)


yang menghambat terbentuknya prostaglandin, misalnya ibuprofen, dapat
secara efektik mengurangi kram. Asetaminofen kurang membantu, karena
bekerja dengan mekanisme yang berbeda dengan obat-obat anti-inflamasi
terdahulu. Inhibitor prostaglandin harus digunakan pada saat tanda awal nyeri
muncul atau pada tanda pertama pengeluaran darah haid. Hal ini dikarena
kram akibat haid yang kuat dapat menyebabkan terjadinya endometris
(pertumbuhan jaringan uterus di luar uterus yang menyebabkan nyeri)
keluhan dismenore harus selalu dianggap serius dan harus dilakukan upaya
untuk mengurangi insidensnya.

Selain itu penatalaksanaan yang dapat dilakukan menurut Prawirohardjo


(2009), adalah sebagai berikut :

1. Penerangan dan nasihat

19
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah
gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan
penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan
lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau
adanya tabu atau tahayul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-
nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga
mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.
2. Pemberian obat analgetik.
Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesic yang dapat diberikan
sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat
di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi
penderitaan. Obat analgesic yang sering di berikan adalah preparat
kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di
pasaran ialah antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen.
Berdasarkan penelitian, pada saat dismenore, para wanita dapat
mengunakan obat analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut
yang berasal dari gejala fisik, namun selain gejala fisik mungkin juga ada
hal lain yang berhubungan dengan gejala psikologis. Penyembuhan
secara psikologis sangat individual tergantung sikap dan mental dalam
menghadapinya. Dengan seimbangnya kondisi fisik dan psikologis
seseorang pada saat menstruasi, itu akan meningkatkan aktivitas dan
dengan meningkatnya aktivitas maka akan meningkat pula produktivitas
seseorang. Pada penelitian ini terdapat kelemahan yaitu pada variabel
perancu menoragia dan penggunaan obat analgetik, dimana variabel
tersebut tidak dikendalikan. (Kurniawati, 2011)
3. Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini
bersifat sementara dengan maksud membuktikan bahwa gangguan benar-
benar dismenore primer, atau untuk memungkinkan penderita
melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan.

20
Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi
kontasepsi.
4. Terapi alternative
Sebagai tambahan pemakaian obat penawar sakit tanpa resep, ada
banyak yang dapat anda lakukan sendiri untuk membantu mengurangi
kram menstruasi, dan dengan sedikit percobaan, anda pasti dapat
menemukan cara untuk membawa kelegaan. Suhu panas merupakan
ramuan tua yaitu dapat dilakukan dengan kompres handuk panas atau
botol air panas pada perut atau punggung bawah. Mandi air hangat juga
bisa membantu.
Beberapa wanita mencapai keringanan melalui olahraga, yang tidak
hanya mengurangi stress dan orgasme juga dapat membantu dengan
mengurangi tegangan pada otot-otot pelvis sehingga membawa
kekenduran dan rasa nyaman. Beberapa posisi yoga dipercaya dapat
menghilangkan kram menstruasi. Salah satunya adalah peregangan
kucing, yang meliputi berada pada posisi merangkak kemudian secara
perlahan menaikkan punggung anda keatas setinggi-tingginya.

Adapun menurut Dyah (2010), nyeri menstruasi dapat diatasi dengan:


1. Melakukan posisi knee chest, yaitu menelungkupkan badan di tempat
yang datar, Lutut ditekuk dan di dekatkan ke dada.

2. Mandi dengan air hangat.

3. Istirahat cukup untuk mengurangi ketegangan.

4. Mengurangi konsumsi harian pada makanan dan minuman yang


mengandung kafein yang dapat mempengaruhi kadar gula dalam darah.

5. Menghindari makanan yang mengandung kadar garam tinggi.

6. Meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging dan ikan sebagai sumber


makanan yang mengandung vitamin B6. Menjaga pola makan yang

21
sehat dapat mengurangi nyeri menstruasi.Karena beberapa dari
makanan yang kita konsumsi sehari-

2. Pencegahan

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan menyembuhkan nyeri
menstruasi, salah satu caranya dengan memperhatikan pola dan siklus
menstruasinya kemudian melakukan antisipasi agar tidak mengalami nyeri
menstruasi. Berikut ini adalah
langkah-langkah pencegahannya:

a. Hindari stress, tidak terlalu banyak fikiran terutama fikiran negative yang
menimbulkan kecemasan.

b. Memiliki pola makan yang teratur

c. Istirahat yang cukup

d. Usahakan tidak menkonsumsi obat-obatan anti nyeri, jika semua cara


pencegahan tidak mengatasi menstruasi nyeri lebih baik segera kunjungi
dokter untuk mengetahui penyebab nyeri berkepanjangan. Bisa saja ada
kelainan rahim atau penyakit lainnya.

e. Hindari mengkonsumsi alkohol, rokok, kopi karena akan memicu


bertambahnya kadar estrogen.

f. Gunakan heating pad (bantal pemanas), kompres punggung bawah serta


minum-minuman yang hangat.

22
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
DISMENORE

A. Pengkajian

Dalam langkah pertama ini kita mencari dan menggali data maupun fakta
baik yang berasal dari pasien, keluarga maupun anggota tim lainnya, ditambah
dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh perawat sendiri (Varney, 2007).
Proses pengumpulan data dasar ini mencakup data subyektif dan obyektif.

1. Data subyektif
Adalah data yang di dapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu data kejadian.

a. Biodata pasien
Menurut Varney (2004), pengkajian biodata antara lain :

1) Nama : Untuk mengetahui nama klien agar mempermudah dalam


komunikasi.

2) Umur : Untuk mengetahui faktor resiko yang ada hubungannya


dengan pasien.

3) Agama : Untuk memberikan motivasi sesuai agama yang dianut klien.

4) Suku bangsa : Untuk mengetahui faktor pembawaan atau ras.

5) Pendidikan : Untuk mengetahui pendidikan terakhir klien.

6) Alamat : Untuk mengetahui alamat klien agar mempermudah mencari


alamat jika terjadi sesuatu.

7) Pekerjaan : Untuk mengetahui sosial ekonomi klien.

23
b. Alasan datang
Alasan datang yaitu mananyakan keluhan yang di sarankan saat
pemeriksaan serta berhubungan dengan gangguan dismenorea. Pada pasien
dismenorea biasanya mengeluh nyeri pada perut bagian bawah, pegal pada
punggung dan paha, adakalanya di sertai mual,muntah,pusing,diare saat
menstruasi (manuaba,2009)

c. Riwayat menstruasi
Meliputi :
1) Menarche, perlu ditanyakan karena dismenorea biasanya terjadi
beberapa waktu setelah menarche, biasanya 6–12 bulan pertama
setelah menarche (Dito dan Ari, 2011).
2) Siklus haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah siklus haid
teratur atau normal (21–40 hari), karena siklus haid setiap wanita
berbeda-beda, berkaitan dengan usia klien (Dito dan Ari, 2011).
3) Lama haid pelu ditanyakan untuk mengetahui apakah lama haid dari
klien normal (3–7 hari), karena lama haid setiap wanita berbeda-beda
(Dito dan Ari, 2011).
4) Banyaknya haid dapat diketahui dengan menanyakan jumlah pembalut
yang digunakan tiap harinya. Apabila penggunaan pembalut kurang
dari 2 perhari berarti jumlah darah sedikit, 2–4 perhari berarti normal
dan lebih dari 5 perharinya banyak normalnya yaitu 30 ml perhari
(Wiknjosastro, 2007).
5) Keluhan yang dirasakan klien ditanyakan untuk mengetahui apakah
ada nyeri perut bagian bawah, pegal pada pinggang dan paha serta
gejala yang menyertai dismenorea seperti pusing, mual, muntah
maupun diare saat menstruasi (Manuaba, 2009).
d. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan (Varney, 2004). Dismenorea primer
sering terjadi pada usia remaja (Atikah dan Siti, 2009).

24
e. Riwayat KB
Untuk mengetahui pasien pernah menggunakan KB jenis apa (Varney,
2004). Dalam kasus dismenorea primer sering terjadi pada usia remaja dan
belum menikah (Atikah dan Siti, 2009).

f. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang ditanyakan untuk mengetahui apakah


klien menderita suatu penyakit kronis dan keluhan yang dialami klien
saat ini, yang akan mempengaruhi timbulnya dismenorea. Karena
faktor anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat
mempengaruhi timbulnya dismenorea (Wiknjosastro, 2007).

2) Riwayat kesehatan yang lalu dapat mengetahui penyakit yang pernah


diderita klien sebelumnya, misal diabetes militus, hipertensi, jantung,
asma, TBC, tumor, kanker, hepatitis, dan lain-lain. Penyakit ini dapat
membuat berat badan menjadi kurus sehingga dapat memicu
terjadinya dismenorea saat haid (Yatim, 2004). Riwayat kesehatan
keluarga perlu dikaji untuk mengetahui penyakit yang ada di keluarga
pasien khususnya penyakit menular dan keturunan yang dapat
mempengaruhi organ reproduksi dan apakah keluarganya terdapat
riwayat dismenorea (Estiwidani dkk, 2008).

3) Riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji untuk mengetahui penyakit


yang ada dikeluarga pasien khususnya penyakit menular dan
keturunan yang dapat mempengaruhi organ reproduksi dan apakah
keluarganya terdapat riwayat disminorea(Estiwidani dkk,2008)
4) Riwayat operasi perlu dikaji untuk mengetahui pasien sudah pernah
operasi atau belum (Varney, 2004).

2. Data Obyektif
Adalah data yang didapat dari observasi dan pemeriksaan dengan
menggunakan standar yang diakui (Varney, 2004).

25
a. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum menurut Varney (2004) meliputi :

1) Keadaan umum : Baik, sedang atau jelek (Varney, 2004)

2) Kesadaran : Composmentis atau somnolen (Varney, 2004)

3) Tekanan darah : Untuk mengetahui faktor hipertensi atau hipotensi,


normal 120/80 mmHg (Varney, 2004).

4) Suhu : Untuk mengetahui ada peningkatan suhu tubuh / tidak,


normalnya suhu tubuh 36,50C – 37,60C (Varney, 2004).

5) Nadi : untuk mengetahui nadi pasien, normal 60 – 80 kali permenit


(Varney, 2004).

6) Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung


dalam 1 menit, respirasi normal 18 –22 x/menit (Varney, 2004).

b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi dan
palpasi.

1) Inspeksi
Melakukan pemeriksaan pandang terhadap pasien mulai dari kepala
sampai kaki.

a) Kepala : Rambut, warna, lebat atau jarang, rontok, atau ada


ketombe (Varney, 2007).

b) Muka : Pucat, ada oedem atau tidak. Pasien dengan keluhan


dismenorea akan terlihat pucat dan meringis menahan sakit
(Varney, 2007).

26
c) Mata : Anemis atau tidak, dengan melihat konjungtiva merah
segar atau merah pucat, sklera putih atau kuning, (Varney,
2007).

d) Hidung : Ada polip atau tidak, bersih atau kotor, untuk


mengetahui adanya gangguan jalan nafas (Varney, 2007).

e) Gigi : Bersih atau kotor, ada karies atau tidak, untuk


mengetahui kecukupan kalsium (Varney, 2007).

f) Gusi : Warnanya, ada perdarahan atau tidak, untuk mengetahui


kecukupan vitamin dan mineral (Varney, 2007).

g) Lidah : Bersih atau kotor, untuk mengetahui indikasi yang


mengarah pada penyakit tertentu misalnya tifoid (Varney,
2007).

h) Bibir : Pecah atau tidak, ada stomatitis atau tidak, untuk


mengetahui kecukupan vitamin dan mineral (Varney, 2007).

i) Telinga : Bersih atau kotor, ada peradangan maupun benjolan


atau tidak, untuk mengetahui adanya tanda infeksi atau tumor
(Varney, 2007).

j) Payudara : Simetris atau tidak, besih atau kotor, ada retraksi


atau tidak, untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada
payudara (Varney, 2007).

k) Abdomen : Simetris atau tidak, ada luka bekas operasi atau tidak
(Varney, 2007).

l) Genetalia eksterna : ada oedem atau tidak, ada pembengkakan


kelenjar bartholini atau tidak (Varney, 2007).

m) Ekstrimitas : ada varises atau oedem pada tangan maupun kaki


atau tidak (Varney, 2007).

27
2) Palpasi
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan rabaan, pada pemeriksaan
ini hanya diperiksa pada perut adakah massa, adakah nyeri tekan,
bagaimana keadaan umum (Varney, 2007).

c. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan bila diperlukan untuk mendukung penegakan diagnosa
mengetahui kondisi klien sebagai data penunjang seperti pemeriksaan HB.

B. Diagnosa

Diagnosa yang sering muncul pada gangguan menstruasi(Dismenore):

1. Nyeri berhubungan dengan gangguan menstruasi(Dismenore)

2. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum


3. Cemas berhubungan dengan dengan perubahan status kesehatan

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

28
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWA KRITERIA
TAN HASIL

1 Definisi:penga Setelah 1. Jelaskan dan bantu 1. Pendekatan


laman sensori diberikan askep klien dengan dengan
dan emosional selama 1x24 tindakan pereda menggunakan
yang tidak jam diharapkan nyeri relaksasi dan
emosional nyeri  pasien nonfarmakologi nonfarmakolog
yang tidak berkurang dan invasif i lainnya telah
menyenangka dengan kriteria 2. Ajarkan menunjukan
n yang muncul hasil : penggunaan kefektifan
akibat kompres hagat dalam
1. Mampu
kerusakan 3. Ajarkan Relaksasi: menguragi
mengontrol
jaringan yang teknik-teknik nyeri
nyeri(tahu
aktual atau untuk menurunkan 2. Mengeringank
penyebab
potensial atau ketegangan otot an kram
nyeri,mampu
digambarkan rangka, yang dapat abdomen,
menggunaka
dalam hal menurunkan panas berkerja
n teknik
kerusakan intesitas nyeri dan dengan
nonfarmakol
sedemikian juga tingkatkan pedoman
ogi untuk
rupa. relaksasi masase meningkatkan
mengurangi
Dx:Nyeri 4. Ajarkan metode vasodilatasi
nyeri.
berhubungan disrtaksi selama dan otot
2. Melaporkan
dengan nyeri akut relaksasi, saat
bahwa nyeri
gangguan 5. Lakukan pijatan menurunnyan
berkurang
menstruasi(Di punggung bawah iskemic
dengan
sminorea) uterus .
menggunaka
3. Akan
n manajemen

29
nyeri. melancarkan
3. Mampu peredaran
mengenali darah, sehigga
nyeri(skala,i kebutuhan
ntensitas,frek oksigen oleh
uensi dan jaringan akan
tanda nyeri) terpenuhi,
sehiggan akan
menguragi
nyerinya
4. Mengurangi
nyeri dengan
relaksasi otot
verterbra dan
meningakatkan
suplai darah.
Banyak
perempuan
yang
mendapatkan
hal positif
dengan yoga ,
biofeetback,
meditasi dan
relaksasi terapi
.
2 Defenisi:ketid Setelah 1. Hindari seringnya 1. istirahat yang cukup dapat
. akcukupan diberikan askep melakukan menurunkan stres dan
energi selama 1x24 intervensi yang meningkatkan

30
psikologis atau jam diharapkan tidak penting yang kenyamanan.
fisiologis Pasien dapat membuat 2. istirahat cukup dan tidur
untuk menunjukan lelah, berikan cukup menurunkan
melanjutkan perbaikan istirahat yang kelelahan dan
atau toleransi cukup meningkatkan resistensi
menyelesaikan aktifitas dengan 2. Berikan istirahat terhadap infeksi
aktivitas kriteria hasil yang cukup dan
kehidupan tidur 8-10 jam tiap
1. Pasien dapat 3. Rasional:Pengkajian yang
sehari-hari malam
melakukan optimal akan memberikan
yang harus 3. Observasi ulang
aktifitas perawat data yang
atau yang tingkat nyeri, dan
sehari- obyektif untuk mencegah
ingin respon motorik
hari(ADLs)s kemungkinan komplikasi
dilakukan klien, 30 menit
ecara dan melakukan intervensi
setelah pemberian
mandiri yang tepat.
Dx. Intolerasi oba analgetik
aktivitas untuk mengkaji
berhubungan efektivitasnya.
dengan Serta setiap 1 - 2
kelemahan jam setelah
umum tindakan perawatan
selama 1 - 2 hari.

3 Defenisi:peras Setelah 1. Anjurkan orang 1. Meningkatkan perasaan


. aan tidak diberikan askep terdekat berbagi
nyaman atau selama 1x24 jam berpartisipasi 2. membuat perasaan terbuka
kekhawatiran diharapkan dalam asuhan dan bekerja sama Bantu
yang samar kecemasan 2. Anjurkan dan klien untuk memenuhi

31
disertai respon menurun dengan berikan kebutuhan aktivitas sehari-
autonom(sumb kriteria hasil: kesempatan pada hari
er seringkali 1. Pasien pasien untuk 3. membantu mengatasi
tidak spesifik tenang dan mengajukan masalah pada pasien yang
atau tidak dapat pertanyaan dan kronis dan koping
diketahui oleh mengekspres menyatakan maladaftif
individu)peras ikan masalah 4. pengalihan perhatian
aan takut yang perasaannya. 3. Kolaborasi dengan selama episode asma
disebabkan psikiatri dapat menurunkan
2. Postur tubuh
oleh antisipasi 4. Ajarkan teknik ketakutan dan kecemasan
ekspresi
terhadap relaksasi; latihan 5. Pengetahuan apa yang
wajah,bahasa
bahaya napas dalam, diharapkan dapat
tubuh dan
imajinasi mengembangkan
tingkat
Dx.Cemas terbimbing kepatuhan klien terhadap
aktivitas
berhubungan rencana teraupetik
menunjukkan
dengan dengan
berkurangny 5. Jelaskan pada klien
perubahan
a kecemasan tentang
status
etiologi/faktor
kesehatan
dismenore.

4 Defenisi: Setelah 1. Bantu pasien 1. Menyiapkan pasien untuk


ketiadaan atau diberikan askep mengerti tentang mengatasi kondisiserta
defisiensi selama 1x24 jam tujuan jangka memperbaiki kualitas
informasi diharapkan pendek dan jangka hidup
kognitif yang Pasien tahu, panjang. 2. Membantu meningkatkan
berkaitan mengerti, dan 2. Libatkan orang pengetahuan dan
dengan topik patuh dengan terdekat dalam memberikan sumber
tertentu. program program tambahan untuk referensi

32
terapeutik pengajaran, perawatan di rumah.
Dx.Kurang dengan kriteria sediakan materi 3. Mengajarkan pasien
pengetahuan hasil pengajaran/instruk tentang kondisinya adalah
berhubungan si tertulis. salah satu aspek yang
1. Pasien
dengan kurang 3. Ajarkan pasien paling penting dari
mengerti
informasi tentang penyakit perawatannya
tentang
dan perawatannya. 
penyakitnya
dan apa yang
mempengaru
hinya
2. Pasien dan
keluarga
mampu
menjelaskan
kembali apa
yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan
lainnya.

33
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dismenore merupakan rasa nyeri yang timbul saat menstruasi. Nyeri ini sering
kali mengganggu kehidupan sehari-hari dan mendorong wanita untuk melakukan
pengobatan, maupun konsultasi ke dokter. Dismenore bisa diatasi dengan pengobatan
baik menggunakan obat maupun non-obat. Obat yang sering digunakan yaitu obat
yang memiliki efek analgetik. Pengobatan non-obat yang sering dilakukan yaitu
dengan mengalihkan perhatian, menggunakan minyak kayu putih, maupun kompres
air hangat.

B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan kepada semua pihak pada kasus ini adalah sebagai
berikut :

1. Bagi Pasien

a. Diharapkan mampu mendeteksi dini tanda-tanda dismenorea pada remaja dan


menganjurkan untuk segera membawa ke petugas kesehatan yang terdekat
bila mengalami tanda dismenorea.

b. Diharapkan dapat memberikan penanganan segera apabila


menderitadismenorea. Memberikan kompres perut dengan botol berisi air
hangat.

2. Bagi perawat/dokter
Diharapkan lebih mengutamakan upaya promotif dalam kasus dismenorea,
misalnya KIE tentang dismenorea, pemberikan pendidikan kesehatan tentang

34
kesehatan reproduksi sehingga remaja berprilaku hidup sehat dan memahami
tentang organ reproduksi.

3. Bagi institusi

a. Rumah Sakit
Pelayanan yang diberikan oleh RS sudah baik diharapkan untuk lebih
meningkatkan kualitas pelayanan dalam pengelolaan asuhan keperawatan
pada remaja dengan dismenorea.

b. Pendidikan
Referensi bacaan tentang pengetahuan kesehatan reproduksi masih kurang
lengkap, diharapkan karya tulis ilmiah ini bisa menjadi referensi yang baik
untuk bahan bacaan.

35
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawati,Oktaria Nila.2016.Lap.ilmiah asbid.kes keprod.dengan Dismenore primer


di
puskesmas. Gubug II ; poltek kemenkes semarang.
Mar atussholihah,Alih.2003.Asbid pada remaja dengan Dismenore primer di poli
obsiggn Rs.
PkU Muh.Banki I.G.S.( aisyah Yogya )
Pric,sylvia Andrton 2005,parofis konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta:EGC,ed.g.(Hal 2)
Syamsu hidayat,K.2012.buku Ajaran ilmu Bedah EGC: jakarta.ed.3.
Handayani,Eka Yuli.2014.Faktor-faktor yang berhubungan dengan Nyeri Menstruasi
(Dismenore
pada remaja putri di beberapa SMA Di kab.Rokan Hulu.jurnal Maternity and
Meona 121 vol.1 No 4.
Nurarif,Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa
Medis dan NANDA NIC_NOC.MediAction:Yogyakarta.(jilid 2)
Hartati,Munjiati Khaerunnisa.2012.Mekanisme Koping Mahasiswa Keperawatan
dalam
menghadapi Dismenore.Jurnal ilmiah Kesehatan keperawatan.volume 8.No
1:purwokerto.

36

Anda mungkin juga menyukai