Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“DISMENORE”

Dosen : Yusrah Taqiyah, S.Kep.,Ns., M.Kes.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
Amelia Ramadhany Putri 14220220052
Nurauliah Ramadhani Gafur 14220220061
Desi Kusuma anggraini 14220220070
Zaskia Ameyla Aswadi 14220220083

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah yang telah memberikan kita kesehatan,
kesempatan, rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Dismenore”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kami yaitu
Keperawatan Kesehatan Reproduksi disemester genap ini.

Terima kasih kami ucapkan kepada Yusrah Taqiyah, S.Kep.,Ns., M.Kes. selaku dosen
pembimbing kami dalam mata kuliah Keperawatan Kesehatan Reproduksi yang telah
memberikan bimbingan serta arahan dalam penulisan makalah kami. Dan terima kasih kepada
seluruh anggota kelompok yang telah berkontribusi secara optimal sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.

Kami telah menyusun makalah ini sesuai dengan arahan dan usaha yang semaksimal
mungkin. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar kami
dapat mengerjakannya lebih baik lagi dan optimal. kami berharap dengan makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi mahasiswa jurusan keperawatan

Makassar, 15 Maret 2024

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

SAMPUL………………………………………………………………………..………………………….1
KATA PENGANTAR....................................................................................................................................2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………..3

BAB I PENDAHULUAN…………………...
……………………………………………………………4
A. Latar belakang....................................................................................................................................4
B. Rumusan masalah..............................................................................................................................5
C. Tujuan................................................................................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................................................................6
A. Konsep Dismenorea...........................................................................................................................6
1. Definisi...........................................................................................................................................6
2. Penyebab Terjadinya Dismenore...................................................................................................6
3. Jenis-Jenis Dismenore....................................................................................................................6
4. Faktor Risiko Dismenore...............................................................................................................7
5. Tanda dan Gejala Dismenore.......................................................................................................10
6. Pembagian Klinis Dismenore......................................................................................................10
7. Pencegahan dan Penanganan Dismenore.....................................................................................11
BAB III
PENUTUP....................................................................................................................................................13
A. Kesimpulan......................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dismenore termasuk satu dari jenis keluhan yang sering dirasakan saat
menstruasi oleh perempuan khususnya remaja. Keluhan ini biasanya terjadi pada
bagian bawah perut. Dismenore terjadi karena dinding rahim berkontraksi ketika
meningkatnya hormon prostaglandin, proses pelepasan dinding rahim ini dibantu oleh
hormon tersebut yang akhirnya menyebabkan nyeri (Ratnawati, 2017). Sekitar 55%
perempuan di Indonesia pada usia produktif merasakan nyeri selama menstruasi.
Prevalensi keluhan nyeri pada saat haid berkisar 45-95% pada perempuan dalam usia
produktif (Luthfianing, et al, 2015).

Angka keluhan dismenore berbeda-beda di setiap negara. Di dunia angka


keluhan dismenore sangat tinggi, perempuan lebih dari 50% mengalami dismenore
primer. Di Amerika Serikat sebanyak 85%, di Italia sebanyak 84,1% dan di Australia
sebanyak 80%. Rata-rata prevalensi dismenore di Asia kurang lebih sekitar 84,2%, di
Asia Timur laut sebanyak 68,7%, di Asia Timur Tengah sebanyak 74,8%, dan di Asia
Barat laut sebanyaj 54%. Pada negara-negara Asia Tenggara prevalensinya juga
berbeda, angka keluhan di Malaysia mencapai 69,4%, di Thailand sebanyak 84,2%
dan di Indonesia angka keluhan dismenore sebanyak 64,25% terdiri dari 54, 89%
dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder (Ghina, 2020).

Hasil penelitian Bavil et al (2016) menunjukkan bahwa ada perbandingan


style hidup yang mencakup kegiatan raga serta tingkatan tekanan pikiran pada
perempuan yang hadapi serta tidak hadapi dismenore. Style hidup seorang spesialnya
anak muda semacam kegiatan raga, merokok, serta diet ialah aspek yang bisa
mengakibatkan terbentuknya dismenore. Remaja putri yang hadapi dismenore
mengarah mempunyai tingkatan kegiatan raga yang kecil serta tingkatan tekanan
pikiran yang besar dari yang tidak hadapi keluh kesah dismenore (Bavil et al, 2016)

4
B. Rumusan masalah
Apa definisinya, penyebab terjadinya, jenis-jenis, faktor risiko, tanda dan gejala, pembagian
klinis, pencegahan dan penanganan dalam masalah dismenore?

C. Tujuan
1) Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari dismenore.
2) Mahasiswa dapat mengetahui penyebab terjadinya dari dismenore.
3) Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis dari dismenore.
4) Mahasiswa dapat mengetahui faktor risiko dari dismenore.
5) Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala dari dismenore.
6) Mahasiswa dapat mengetahui pembagian klinis dari dismenore.
7) Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan dan penanganan dalam masalah dismenore.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dismenorea

1. Definisi
Dismenore adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan
terpusat diabdomen. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari
yang ringan sampai berat. Keparahan dismenorea berhubungan langsung
dengan lama dan jumlah darah haid. Seperti diketahui haid hampir selalu
diikuti dengan rasa mulas atau nyeri. Namun, yang dimaksud dengan
dismenorea pada topik ini adalah nyeri haid berat sampai menyebabkan
perempuan tersebut datang berobat ke dokter atau mengobati dirinya
sendiri dengan obat anti nyeri (Anwar dkk, 2013).
Dismenore adalah nyeri pada daerah panggul akibat menstruasi dan
produksi zat prostaglandin. Seringkali dimulai segera setelah mengalami
menstruasi pertama (menarche). Nyeri berkurang setelah menstruasi,
namun pada beberapa wanita nyeri bisa terus dialami selama periode
menstruasi. Penyebab nyeri berasal dari otot rahim. Seperti semua otot
lainnya, otot rahim dapat berkontraksi dan relaksasi (Proverawati &
Misaroh, 2011).

2. Penyebab Terjadinya Dismenore


Penyebab pasti dismenorea hingga kini belum diketahui secara
pasti (idiopatik), namun beberapa faktor ditengarai sebagai pemicu terjadinya nyeri
menstruasi, diantaranya faktor psikis (seperti mudah
mengalami emosi yang tidak stabil). Faktor endokrin (Timbulnya
nyeri menstruasi diduga karena kontraksi rahim (uterus) yang
berlebihan). Faktor prostaglandin (Nyeri menstruasi timbul karena
peningkatan produksi prostaglandin oleh dinding rahim saat
menstruasi). Anggapan ini mendasari pengobatan dengan
antiprostaglandin untuk meredakan nyeri menstruasi (Proverawati &
Misaroh, 2015). Penyebab lain dari dismenore antara lain memiliki
penyakit radang panggul, pemasangan IUD dan bekas luka karena
melakukan operasi pada organ reproduksi.

3. Jenis-Jenis Dismenore
Dismenorea terbagi dalam 2 macam menurut (Prawirahardjo, 2011)
yaitu :
6
1) Dismenorea primer adalah nyeri tanpa ditemukan keadaan
patologi pada panggul yang berhubungan dengan siklus ovulasi
dan disebabkan oleh kontraksi miometrium sehingga terjadi
iskemia akibat adanya protaglandin yang diproduksi oleh
endometrium fase sekresi. Molekul yang berperan pada
dismenorea adalah prostaglandin F2a yang selalu menstimulasi
kontraksi uterus, sedangkan prostaglandin E menghambat
kontraksi uterus. Terdapat peningkatan kadar prostaglandin di
endometrium saat perubahan dari fase proliferasi ke fase sekresi, peningkatan
biasanya saat terjadi haid 48 jam pertama. Hal ini
sejalan dengan awal muncul dan besarnya intensitas keluhan nyeri
haid seperti mual, muntah, nyeri kepala, atau diare yang sering
menyertai dismenorea karena masuknya prostaglandin ke
sirkulasi sistemik

2) Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid


pertama, tetapi yang paling sering muncul di usia 20-30 tahunan,
setelah bertahun-tahun normal dengan siklus tanpa nyeri.
Dismenorea sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan
dengan berbagai keadaan patologis di organ seperti endometriosis
(kejadian di mana jaringan endometrium berada di luar rahim,
dapat di tandai dengan nyeri haid), adenomiosis,mioma uteri,
stenosis serviks, penyakit radang panggul, perlekatan panggul,
atau irritable bowel syndrome.

4. Faktor Risiko Dismenore


Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan dismenorea
primer berupa usia yang sangat muda ketika menarke (<12
tahun), nulliparity, perdarahan ,menstruasi yang berlebihan dan
lama berhenti, merokok, konsumsi alkohol, adanya riwayat dismenore
pada keluarga, obesitas. Adapun faktor resiko yang dapat
menyebabkan dismenorea sekunder adalah leiomiomata (fibroid),
pelvic inflammatory disease, abses tubo-ovarian, endometriosis,
adenomiosis (Karim, 2013)
7
Faktor risiko dismenore primer menurut (Anurogo, 2015):

1) Usia saat menstruasi pertama kurang dari 12 tahun atau usia awal
Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat reproduksi belum berfungsi secara
optimal dan belum siap
mengalami perubahan - perubahan sehingga timbul nyeri ketika
menstruasi.
2) Belum pernah hamil dan melahirkan
Perempuan yang hamil biasanya terjadi alergi yang berhubungan
dengan saraf yang menyebabkan adrenalin mengalami penurunan,
serta menyebabkan leher rahim melebar sehingga sensari nyeri
haid berkurang bahkan hilang.
3) Haid memanjang atau dalam waktu lama
Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari), menstruasi
menimbulkan adanya kontraksi uterus, terjadi lebih lama
mengakibatkan uterus lebih sering berkontraksi, dan semakin
banyak prostaglandin yang berlebihan menimbulkan rasa nyeri,
sedangkan kontraksi uterus yang terus menerus menyebabkan
suplai darah ke uterus terhenti dan terjadi dismenorea.
4) Merokok
Karena didalam asap rokok terkandung racun-racun yang
berbahaya bagi sistem reproduksi. Racun-racun yang mengendap
dalam tubuh dan tidak dapat keluar dalam tubuh akan bersifat
toksik pada organ tubuh manusia salah satunya dapat
mempengaruhi keseimbangan hormon. Sedangkan pada wanita
dalam proses ovulasi dan menstruasi sangat bergantung pada
keseimbangan hormon terutama hormon estrogen dan hormon progesteron. Dengan
terganggunya keseimbangan kedua hormon
tersebut maka menghambat terjadinya ovulasi (pematangan sel
telur) dan dengan terhambatnya pematangan sel telur ini maka
akan menghambat pula terjadinya pembuahan jika ada sperma
yang datang untuk membuahinya. Serta menghambat terjadinya
peluruhan endometrium atau yang sering di sebut menstruasi.
5) Tidak pernah berolah raga
Kejadian dismenorea akan meningkat dengan kurangnya aktifitas
selama menstruasi dan kurangnya olah raga. Hal ini dapat
menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun. Dampak pada

8
uterus adalah aliran darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang
dan menyebabkan nyeri.

Faktor risiko dismenore sekunder menurut (Anurogo, 2011) :


1) Endometriasis
Radang yang terkait dengan hormon estradiol atau estrogen berupa pertumbuhan jaringan
endometrium yang disertai perambatan pembuluh darah, hingga menonjol keluar dari
rahim.
2) Adenomyosis
Suatu kondisi dimana jaringan endometrium, tumbuh ke dalam otot rahim. Kondisi
tersebut paling mungkin terjadi pada akhir masa subur dan setelah memiliki anak.
3) IUD
Sebuah alat kontraseps`i berupa kumparan kecil panjang 3 cm dimasukkan ke dalam
rahim untuk mencegah kehamilan. Seorang perempuan yang memasang IUD namun
hamil harus melakukan USG karena kemungkina terjadinya kehamilan ektopik lebih
tinggi.
4) Pelvic inflammatory disease (penyakit radang panggul) Peradangan atau infeksi pada
organ-organ yang terdapat pada panggul wanita. Organ panggul termasuk uterus (rahim),
tuba falopi (saluran telur), indung telur, dan leher rahim.
5) Endometrial carcinoma (kanker endometrium)
Jaringan atau selaput lendir rahim yang tumbuh di luar rahim. Padahal, seharusnya
jaringan endometrium melapisi dinding rahim.
6) Ovarian cysts (kista ovarium)
Tumor jinak berupa kantong abnormal berisi cairan atau setengah cair yang tumbuh
dalam indung telur (ovarium).

9
5. Tanda dan Gejala Dismenore

Tanda dan gejala dismenore menurut (El-Manan, 2011) yaitu :

1) Nyeri pada perut yang menjalar sampai ke punggung bagian bawah dan tungkai.

2) Nyeri yang dirasakan seperti kram bisa hilang timbul atau bisa juga nyeri tumpul yang
ada secara terus-menerus.

3) Nyeri mulai timbul sesaat sebelum dan atau selama menstruasi serta mencapai
puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang.

4) Dismenorea sering disertai sakit kepala, mual, sembelit, diare, sering berkemih dan
kadang sampai terjadi muntah.

5) Pertambahan umur dan kehamilan akan menyebabkan menghilangnya dismenore


primer. Hal ini disebabkan oleh adanya kemunduran saraf rahim karena penuaan dan
hilangnya sebagian saraf pada akhir kehamilan.

6. Pembagian Klinis Dismonore


Dismenore ada beberapa pembagian klinis menurut (Manuaba, 2010) yaitu :

1) Ringan : Berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari - hari.

2) Sedang : Diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan


Pekerjaanya.

3) Berat : Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai, sakit kepala, sakit Pinggang,
diare, dan rasa tertekan.

Pembagian klinis dismenore menurut (Calis, 2011) dalam Lestari, 2013) yaitu :

1) Nyeri spasmodik

Nyeri spasmodik terasa dibagian bawah perut dan berawal sebelum masa haid atau segera
setelah masa haid mulai. Banyak perempuan terpaksa harus berbaring karena terlalu
menderita nyeri itu sehingga ia tidak dapat mengerjakan apa pun.

10
2) Nyeri Kongestif

Penderita dismenorea kongestif yang biasanya akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya
bahwa masa haidnya akan segera tiba. Mereka mungkin akan mengalami pegal, sakit
pada buah dada, perut kembung tidak menentu, beha terasa terlalu ketat, sakit kepala,
sakit punggung, pegal pada paha, merasa lelah, mudah tersinggung, kehilangan
keseimbangan, terganggu tidur.

7. Pencegahan dan Penanganan Dismenore


Dismenorea mungkin sulit untuk dicegah, tetapi untuk gejala yang sangat parah dapat
dikurangi dengan cara meminum obat pereda rasa
sakit, beristirahat, menarik napas panjang, menenangkan diri,
berolahrag ringan, mengonsumsi sayur, dan buah-buahan,
mengompres bagian yang terasa sakit dengan air panas dan
mengonsumsi jamu kunyit asem, terutama menjelang haid
(Nurchasanah, 2009), sedangkan penanganan untuk dismenorea bisa
dilakukan secara medis dan non medis.
1) Farmakologi
a) Pemberian NSAID
NSAID adalah terapi awal yang sering digunakan untuk dismenorea. NSAID
mempunyai efek analgetika yang secara langsung menghambat sintesis
prostaglandin dan menekan jumlah darah haid yang keluar. Seperti diketahui
sintesis prostaglandin diatur oleh dua isoform cyclooksigenase (COX)
yang berbeda, yaitu COX-1 dan COX-2. Sebagian besar
NSAID bekerja menghambat COX-2. Obat antiinflamasi
nonsteroid / NSAID bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan
pertumbuhan jaringan sehingga mengurangi jumlah darah haid
dan sekresi prostaglandin serta kram uterus (Prawirahardjo,
2015).
b) Pemeriksaan Laparoskopic
Pemeriksaan laparoskopic merupakan prosedur tunggal yang
paling bermanfaat. Ini meliputi survei diagnostik yang lengkap pada pelvis dan
organ reproduktif untuk memastikan adanya
proses patologi apapun yang secara klinis atau menimbulkan
gejala-gejala klinis. Untuk penanganan berbagai jenis obat
antinyeri haid akan diberikan oleh dokter yang paling tinggi
efektivitasnya untuk mengatasi dismenorea, sesuai dengan
kondisi masing-masing penderita (Anurogo, 2011).
11
2) Non Farmakologi
a) Hipnoterapi
Salah satu metode hipnoterapi adalah mengubah pola pikir dari
yang negatif ke positif. Caranya adalah sebelum haid datang,
rilekskan tubuh dalam posisi terlentang di tempat tidur dengan
kedua tangan berad di samping tubuh. Bebaskan pikiran yang
membebani. Dengan mata yang terpejam, yakinkan dan
ikhlaskan diri untuk terbebas dari rasa sakit nyeri haid.
Bebaskan pikiran hingga benar-benar rileks. Setelah pikiran
benar-benar rileks dan nyaman, pelan-pelan instruksikan pada
diri sendiri sebuah perintah yang bunyinya ―Haid yang normal
dan wajar, serta tetap mudah beraktivitas‖. Ucapkan kalimat itu
berulang-ulang dalam hati. Instruksi itu dengan sendirinya
menunjukkan pola pikir kita telah berubah. Haid tidak harus
sakit, selama ini pikiran kita terpola bahwa haid itu sakit
(Anurogo, 2017).
b) Akupuntur
Akupuntur juga sangat efektif untuk mengatasi nyeri
menstruasi dan permasalahan seputar haid. Akupuntur adalah
teknik sederhana yang hanya menekan titik-titik tertentu yang
diyakini sebagai penyebab sakit pada meredian energi dengan
jarum dan tidak memiliki efek secara langsung (Anurogo,
2011).
c) Relaksasi
Karena dalam kondisi rileks, tubuh juga menghentikan produksi
hormon adrenalin dan semua hormon yang diperlukan saat kita
stress. Ketika kita mengurangi stress, berarti kita juga telah
mengurangi produksi kedua hormon seks yaitu estrogen dan
progesteron. Relaksasi yang dapat digunakan dalam membantu
mengurangi dismenore yaitu kompres panas, massase, distraksi,
istirahat dan senam (Price, 2006). Salah satu cara untuk
mengatasi dismenore adalah dengan melakukan senam khusus
yaitu senam dismenore (Badriyah &Diati, 2016).
d) Kompres Air Hangat
Kompres air hangat efektif untuk mengurangi nyeri atau
kejang otot disalurkan melalui konduksi (botol air hangat).
Panas dapat melebarkan pmbuluh darah dan dapat
meningkatkam aliran darah

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dismenore termasuk satu dari jenis keluhan yang sering dirasakan saat
menstruasi oleh perempuan khususnya remaja. Keluhan ini biasanya terjadi pada
bagian bawah perut. Dismenore terjadi karena dinding rahim berkontraksi ketika
meningkatnya hormon prostaglandin, proses pelepasan dinding rahim ini dibantu oleh
hormon tersebut yang akhirnya menyebabkan nyeri (Ratnawati, 2017).
Penyebab pasti dismenorea hingga kini belum diketahui secara
pasti (idiopatik), namun beberapa faktor ditengarai sebagai pemicu terjadinya nyeri
menstruasi, diantaranya faktor psikis (seperti mudah
mengalami emosi yang tidak stabil). Faktor endokrin (Timbulnya
nyeri menstruasi diduga karena kontraksi rahim (uterus) yang
berlebihan). Faktor prostaglandin (Nyeri menstruasi timbul karena
peningkatan produksi prostaglandin oleh dinding rahim saat
menstruasi). Anggapan ini mendasari pengobatan dengan
antiprostaglandin untuk meredakan nyeri menstruasi (Proverawati &
Misaroh, 2015). Penyebab lain dari dismenore antara lain memiliki
penyakit radang panggul, pemasangan IUD dan bekas luka karena
melakukan operasi pada organ reproduksi.

13
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, Feby Harianti.2021.Hubungan Aktivitas Fisik dan Status Gizi dengan Keluhan
Dismenore pada Remaja Putri. Skipsi.Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Negeri Sumatra Utara.
http://repository.uinsu.ac.id/13287/1/SKRIPSI FEBY HARIANTI BR GINTING
%280801172164%29-dikonversi.pdf
Wulandari,Gendis Triajeng Sekar.2021.Pengaruh Senam Dismenore Terhadap Dismenore pada
Remaja Putri SMAN 1 KOTA BENGKULU. Bengkulu : Kemenkes RI
http://repository.poltekkesbengkulu.ac.id/538/1/SKRIPSI GENDHIS.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai