Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN DISMENORE


DOSEN PEMBIMBING: ARI DAMAYANTI W, S.KEP.,NS.,M.KEP

KELOMPOK

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


1. ARLIN WONDA (170914201546)
2. DWI AISSYAH (170914201562)
3. EMIN KOGOYA (170914201556)
4. FIFI RATNA WATI (170914201562)
5. JECKSON LEBA NIGA (170914201569)
6. MERSIANA MALO (170914201576)
7. NOVITA ADELA PUTRI (170914201579)
8. SRI KLEMENTINA LEFTEUW (170914201590)
9. YONGKY ADY SETYAWAN (170914201593)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena rahmat-Nya yang
melimpah sehingga kami boleh menyelesaikan tugas kelompok kami dengan baik. Tanpa
pertolongan-Nya penyusun mungkin tidak mampu menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN DISMENORE”, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang
dari luar atau dari diri penyusun sendiri. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca
walaupun makalah ini memiliki kelemahan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan
saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.

Penulis

Malang, 20 April 2019

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

A. Latar belakang................................................................................................................. 1

B. Tujuan ............................................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN KONSEP...................................................................................................... 4

A. Definisi ............................................................................................................................ 4

B. Klasifikasi dismenore ....................................................................................................... 4

C. Etiologi ............................................................................................................................ 5

D. Manifestasi klinis ............................................................................................................. 6

E. Patofisiologi ..................................................................................................................... 6

F. Pemeriksaan penunjang .................................................................................................10

G. Penatalaksanaan............................................................................................................10

H. Asuhan keperawatan dismenore ....................................................................................11

BAB III SOLUSI DARI DISMENORE .........................................................................................17

BAB IV PENUTUP ....................................................................................................................19

a. Kesimpulan ....................................................................................................................19

b. Saran .............................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dismenore merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan wanita -
wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan (Wiknjosastro,2005:229).
Terapi holistic untuk mengatasi nyeri dismenore dapat menggunakan sentuhan
terapeutik, akupresur dan relaksasi. Teknik relaksasi memberi individu kontrol diri ketika
terjadi nyeri serta dapat digunakan pada saat seseorang sehat ataupun sakit (Perry &
Potter,2005:1528). Teknik relaksasi nafas dalam merupakan metode yang dilakukan
pada klien yang mengalami nyeri, teknik relaksasi merupakan latihan yang menurunkan
konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung dan ketegangan otot yang
menghentikan siklus nyeri, ansietas dan ketegangan otot (Sumiati,2010:2). Metode deep
breating relaxation dapat untuk mengatasi nyeri saat menstruasi (Nur Najmi Laila,
2011:56). Namun sampai saat ini pengaruh Deep Breathing Relaxation terhadap
perubahan internsitas nyeri dismenore primer pada remaja masih belum jelas.
Nyeri menstruasi yang menyakitkan terutama terjadi pada perut bagian bawah
dan punggung serta terasa seperti kram dikenal sebagai dismenore telah dilaporkan di
Amerika Serikat dialami oleh 60 sampai 91 persen wanita di semua wilayah (Hellen
Varney,2007:341). Di Indonesia angka kejadian dismenore primer sebesar 54,89%
sedangkan sisanya adalah penderita tipe sekunder. Dimenore menyebabkan 14% dari
pasien remaja sering tidak hadir di sekolah dan tidak menjalani kegiatan sehari-hari
(Calis,2011:1). Di Surabaya didapatkan 1,07%-1,31% dari jumlah penderira dismenore
datang kebagian kebidanan. Dari studi yang dilakukan di SMPN 2 Ponorogo didapatkan
10 reponden yang diteliti, 5 responden mengalami nyeri ringan, 3 responden mengalami
nyeri sedang dan sisanya 2 responden mengalami nyeri berat. Sedangkan untuk
aktifitas sehari-hari didapatkan 5 responden (50%) mengalami gangguan aktifitas sehari-
hari dan 5 responden (50%) tidak mengalami gangguan aktifitas sehari-hari (Devi Eka
Widiyanti, 2013).
Meskipun dismenore tidak mengancam jiwa, dapat melemahkan dan psikologis
berat bagi banyak perempuan, namun jika dismenore tidak segera di tangani dismenore
bertanggung jawab atas ketidakhadiran yang signifikan dari pekerjaan, dan itu adalah
alasan paling umum untuk tidak masuk sekolah di kalangan remaja dan dapat
mempengaruhi prestasi belajar (Calis,2014:01).

1
Dismenore merupakan kejadian yang paling banyak terjadi dalam tiga tahun
pertama setelah menarche, walaupun kejadian tersebut dapat terjadi pada masa akhir
kehidupan reproduksi wanita (dismenore sekunder). Penyebab utama dismenore primer
adalah adanya prostaglandin yang dihasilkan di endometrium. Prostagandin merupakan
hormon yang diperlukan untuk menstimulasi kontraksi uterus selama menstruasi, pada
remaja yang mengalami dismenore, jumlah produksi prostaglandin lebih tinggi di atas
normal (Varney,2007: 341). Dismenore yang dapat dirasakan di perut bawah atau di
pinggang, dapat bersifat mulas-mulas, seperti ngilu atau seperti ditusuk-tusuk. Mengenai
hebatnya rasa nyeri yang diderita, perlu ditanyakan apakah wanita dapat melakukan
pekerjaan sehari-hari ataukah ia sampai harus berbaring dan minum obat anti nyeri,
rasa nyeri itu bisa timbul menjelang haid, sewaktu dan setelah haid, selama satu dua
hari (Wiknjisastro,2005:229). Dismenore sering terjadi pada remaja wanita dan dapat
terjadi selama beberapa jam hingga 3 hari (Kozier et al, 2010:469).
Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan nyeri pada saat
menstruasi dan salah satunya adalah dengan cara melakukan Deep
BreathingRelaxation (relaksasi nafas dalam) dengan cara ini diharapkan untuk
menurunkan tingkat nyeri. Terapi pernafasan menggunakan segala jenis pola
pernafasan untuk merelaksasi, memperkuat, atau membuka jalur emosional, dengan
menguunakan terapi relaksasi nafas dalam ini bertujuan agar klien dapat menunjukkan
penurunan kecemasan dan ketegangan dari hasil intervensi relaksasi (Potter &
Perry,2010:545). Dengan metode deep breathing relaxation ini dapat untuk mengatasi
nyeri dan sakit saat menstruasi caranya adalah dengan menenangkan pikiran.
Tinggalkan sejenak segala masalah. Ambil nafas dalam-dalam, tahan selama lima detik,
lalu hembuskan secara perlahan-lahan hingga habis (Nur Najmi Laila,2011:56). Dengan
data yang didapatkan, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh deep
breathing relaxation terhadap perubahan intensitas nyeri dismenore primer pada remaja
putri.

2
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Meningkatkan ketrampilan, kemampuan mengetahui, dan menerapkan asuhan
keperawatan pada wanita yang mengalami dismenore
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada wanita yang mengalami dismenore.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada wanita yang mengalami
dismenore
c. Mampu menyusun rencana tindakan asuhan keperawatan pada wanita yang
mengalami dismenore.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan
pada wanita yang mengalami dismenore
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada wanita yang mengalami
dismenore.

3
BAB II
TINJAUAN KONSEP

A. Definisi
Dismenore berasal dari bahasa Yunani. Dysmenorrhea, kata dys yang berarti
sulit, nyeri, abnormal; meno yang berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran. Dismenore
adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid/menstruasi yang dapat mengganggu
aktivitas dan memerlukan pengobatan yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di
daerah perut maupun panggul. Dismenorea terjadi pada 30-75 % wanita dan
memerlukan pengobatan. Etiologi dan patogenesis dari dismenore sampai sekarang
belum jelas.
Dismenore adalah nyeri selama haid yang dirasakan di perut bawah atau di
pinggang, bersifat seperti mulas-mulas, seperti ngilu, dan seperti ditusuk-tusuk.
Dismenoreatau yang lebih dikenal dengan nyeri haid adalah keluhan yang sering dialami
wanita, kejadian nyeri haid ini memang cukup tinggi dan penyakit ini juga sudah lama
dikenal. Dismenore adalah sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari.

B. Klasifikasi dismenore
Sedangkan menurut Prawirohardjo (2008) dismenore dibagi menjadi 2 yaitu dismenore
primer dan dismenore sekunder.
1. Dismenore Primer Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa
kelainan pada alat genital yang nyata dan terjadi beberapa waktu setelah
menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih. Rasa nyeri timbul tidak lama
sebelumnya atau bersama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk
beberapa jam dan bahkan sampai beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang
berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar
ke daerah pinggang dan paha. Bersama dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa
mual, muntah, sakit kepala, diare dan iritabilitas.
2. Dismenore sekunder Dismenore sekunder disebabkan oleh kelainan ginekologik
(salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis uteri, dan lain-lain)

4
C. Etiologi
Secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang
menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai berat di perut
bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha.
Penyebab Dismenorea Primer
1. Faktor endokrin
Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum. Menurut Novak
dan Reynolds, hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas
uterus sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus.
2. Kelainan organic
Seperti: retrofleksia uterus, hipoplasia uterus, obstruksi kanalis servikalis, mioma
submukosum bertangkai, polip endometrium.
3. Faktor kejiwaan atau gangguan psikis
Seperti: rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat
berteduh, konflik dengan kewanitaannya, dan imaturitas.
4. Faktor konstitusi
Seperti: anemia, penyakit menahun, dsb dapat memengaruhi timbulnya
dismenorea.
5. Faktor alergi
Menurut Smith, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada asosiasi
antara dismenorea dengan urtikaria, migren, dan asma bronkiale.
Selain faktor diatas ada juga penyebab dari dismenorre primer dan dismenore
sekunder. Dismenorre primer yaitu nyeri haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan
anatomis alat kelamin. Dismenore primer timbul beberapa waktu setelah menarche [> 12
tahun] dengan gejala mules pada perut bawah, menyebar kepinggang, paha, mual,
muntah, sakit kepala, diare.
Dismenorre sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan kelainan
anatomi yang jelas, kelainan anatomis ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi,
endometriosis, mioma uteri, polip endometrial, polip servik, pemakai IUD atau AKDR
(alat kontrasepsi dalam rahim). Dismenore sekunder merupakan dismenore yang
disebabkan oleh kelainan ginekologis, oleh karena endometriosis, salpingitis, mioma
uteri dll.

5
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis (clinical features) dismenorea primer termasuk:
1. Onset segera setelah menarche (haid pertama).
2. Biasanya berlangsung sekitar 48-72 jam (sering mulai beberapa jam
sebelum atau sesaat setelah haid (menstrual flow).
3. Nyeri perut (cramping) atau nyeri seperti saat melahirkan (laborlike pain).
4. Seringkali ditemukan pada pemeriksaan pelvis yang biasa atau
unremarkable pelvic examination findings (termasuk rektum).
Dismenorea primer memiliki ciri khas sebagai berikut:
1. Onset dalam 6-12 bulan setelah menarche (haid pertama).
2. Nyeri pelvis atau perut bawah (lower abdominal/pelvic pain) dimulai
dengan onset haid dan berakhir selama 8-72 jam
3. Nyeri punggung bawah
4. Nyeri paha di medial atau anterior
5. Sakit kepala
6. Diare
7. Mual atau muntah
Berikut ini merupakan manifestasi klinis dismenorea sekunder, yaitu :
1. Dismenorea terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah menarche
(haid pertama), yang merupakan indikasi adanya obstruksi outflow kongenital.
Dismenorea dimulai setelah berusia 25 tahun.
2. Terdapat ketidaknormalan (abnormality) pelvis dengan pemeriksaan fisik:
pertimbangkan kemungkinan endometriosis, pelvic inflammatory disease, pelvic
adhesion (perlengketan pelvis), dan adenomyosis.
3. Sedikit atau tidak ada respon terhadap NSAIDs, kontrasepsi oral,atau keduanya.

E. Patofisiologi
1. Dismenorea Primer (primary dysmenorrhea)
Biasanya terjadi dalam 6-12 bulan pertama setelah menarche (haid pertama)
segera setelah siklus ovulasi teratur (regular ovulatory cycle)
ditetapkan/ditentukan.Selama menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas
(sloughing endometrial cells) melepaskan prostaglandin, yang menyebabkan iskemia
uterus melalui kontraksi miometrium dan vasokonstriksi. Peningkatan kadar
prostaglandin telah terbukti ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada

6
wanita dengan dismenorea berat (severe dysmenorrhea). Kadar ini memang
meningkat terutama selama dua hari pertama menstruasi. Vasopressin juga memiliki
peran yang sama. Riset terbaru menunjukkan bahwa patogenesis dismenorea
primer adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulan
miometrium yang kuat (a potent myometrial stimulant) dan vasoconstrictor, yang ada
di endometrium sekretori. Respon terhadap inhibitor prostaglandin pada pasien
dengan dismenorea mendukung pernyataan bahwa dismenorea diperantarai oleh
prostaglandin (prostaglandin mediated). Banyak bukti kuat menghubungkan
dismenorea dengan kontraksi uterus yang memanjang (prolonged uterine
contractions) dan penurunan aliran darah ke miometrium. Kadar prostaglandin yang
meningkat ditemukan di cairan endometrium (endometrial fluid) wanita dengan
dismenorea dan berhubungan baik dengan derajat nyeri.
Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak 3 kali lipat terjadi dari fase
folikuler menuju fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama
menstruasi. Peningkatan prostaglandin di endometrium yang mengikuti penurunan
progesterone pada akhir fase luteal menimbulkan peningkatan tonus miometrium
dan kontraksi uterus yang berlebihan. Leukotriene juga telah diterima (postulated)
untuk mempertinggi sensitivitas nyeri serabut (pain fibers) di uterus. Jumlah
leukotriene yang bermakna (significant) telah dipertunjukkan di endometrium wanita
dengan dismenorea primer yang tidak berespon terhadap pengobatan dengan
antagonis prostaglandin. Hormon pituitari posterior, vasopressin, terlibat pada
hipersensitivitas miometrium, mereduksi (mengurangi) aliran darah uterus, dan nyeri
(pain) pada penderita dismenorea primer. Peranan vasopressin di endometrium
dapat berhubungan dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin.

2. Dismenorea Sekunder Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea)


Dapat terjadi kapan saja setelah menarche (haid pertama), namun paling
sering muncul di usia 20-an atau 30-an, setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa
nyeri (relatively painless cycles). Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada
dismenorea sekunder, namun, secara pengertian (by definition), penyakit pelvis yang
menyertai (concomitant pelvic pathology) haruslah ada. Penyebab yang umum
termasuk: endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip endometrium,
chronic pelvic inflammatory disease, dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau
IUD (intrauterine device). Karim Anton Calis (2006) mengemukakan sejumlah faktor

7
yang terlibat dalam patogenesis dismenorea sekunder. Kondisi patologis pelvis
berikut ini dapat memicu atau mencetuskan dismenorea sekunder :
a. Endometriosis
b. Pelvic inflammatory disease
c. Tumor dan kista ovarium
d. Oklusi atau stenosis servikal
e. Adenomyosis
f. Fibroids
g. Uterine polyps
h. Intrauterine adhesions
i. Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus)
j. Intrauterine contraceptive device
k. Transverse vaginal septum
l. Pelvic congestion syndrome
m. Allen-Masters syndrome

8
Pathway dismenore

Bila tidak terjadi kehamilan Penyakit: endometritis, inflamasi pelves, adenomiosis,


kista ovarium, kelainan otak.
Regresi korpus luteum
Dismenore sekunder

Progesteron menurun Merangsang sistem


Nyeri haid
aktivitas retikuler di
Labilisasi membran lisosom batang otak
MK: Nyeri akut
(mudah peca)

MK: Intoleransi Produksi katekolamin


Enzim fosfo lipase A₂ aktivitas dan norepineprin
meningkat menurun

Hidrolisis senyawa fosfolipid Produksi serotonin


menurun
Terbentuk asam arakidonat
MK: Perubahan pola
tidur
Prostat glandin Meningkatkan sensitisasi dan
menurunkan ambang rasa

PGE 2 PGF 2α sakit pada ujung saraf aferen


nervus pelvikus

PGE 2 & PGF 2α dalam darah


MK: Intoleransi
meningkat
aktivitas

Miometrium terangsang
MK: Nyeri akut

Meningkatkan kontraksi dan


MK: Ansietas
disritmia uterus

Dismenore Nyeri
Iskemia
primer haid

9
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menunjang penegakan diagnosa bagi
penderita Dismenorea atau mengatasi gejala yang timbul diantaranya :
Pemeriksaan berikut ini dapat dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik
dismenorea:
1) Cervical culture untuk menyingkirkan sexually transmitted diseases.
2) Hitung leukosit untuk menyingkirkan infeksi.
3) Kadar human chorionic gonadotropin untuk menyingkirkan kehamilan ektopik.
4) Sedimentation rate.
5) Cancer antigen 125 (CA-125) assay: ini memiliki nilai klinis yang terbatas dalam
mengevaluasi wanita dengan dismenorea karena nilai prediktif negatifnya yang
relatif rendah.
6) Laparoscopy
7) Hysteroscopy
8) Dilatation
9) Curettage
10) Biopsi Endomentrium

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Berdasarkan MIMS Indonesia (2008) penatalaksanaan untuk
Dismenorea, sebagai berikut :
1. Kompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas atau bantal
pemanas khusus untuk meredakan nyeri
2. Minum banyak air, hindari konsumsi garam dan minuman yang berkafein untuK
3. mencegah pembengkakan dan retensi air
4. Olahraga secara teratur bermanfaat untuk membantu mengurasi dismenore karena
akan memicu keluarnya hormon endorfin yang dinilai sebagai pembunuh alamiah
untuk rasa nyeri
5. Makan makanan yang bergizi, kaya akan zat besi, kalsium, dan vitamin B kompleks.
Jangan mengurangi jadwal makan
6. Istirahat dan relaksasi dapat membantu meredakan nyeri
7. Lakukan aktivitas yang dapat meredakan stres, misalnya pijat,yoga, atau meditasi,
untuk membantu meminimalkan rasa nyeri

10
8. Pada saat berbaring terlentang, tinggikan posisi pinggul melebihi posisi bahu
untuk membantu meredakan gejala dismenore

H. Asuhan keperawatan dismenore


a. Pengkajian
1) Biodata klien:
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2) Alasan MRS
a) Keluhan utama : Merasakan nyeri yang berlebihan ketika haid pada
bagian perut disertai dengan mual muntah, pusing dan merasakan
badan lemas.
b) Riwayat haid : Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah
darah yang keluar, konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan
terakhir, perkiraan tanggal partus
c) Riwayat Obstetris : Berapa kali dilakukan pemeriksaan, hasil
laboraturium : USG , darah, urine, keluhan selama kehamilan
termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan,
tindakan dan pengobatan yang diperoleh.
d) Riwayat penyakit dahulu : Penyakit yang pernah di diderita pada
masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalani nya, dimana
mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai
saat ini atau kambuh berulang – ulang.
e) Riwayat kesehatan keluarga : Adakah anggota keluarga yang
menderita penyakit seperti yang pasien alami.
Data bio-psiko-sosial-spiritual
1. Pola nutrisi : pada umumnya klien dengan dismenorre
mengalami penurunan nafsu makan, frekuensi minum klien juga
mengalami penurunan.
2. Pola istirahat dan tidur : klien dengan disminorre mengalami
nyeri pada daerah perut sehingga pola tidur klien menjadi
terganggu, apakah mudah terganggu dengan suara-suara,
posisi saat tidur (penekanan pada perineum).

11
3. Personal Hygiene: Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi,
penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola
berpakaian, tata rias rambut dan wajah
4. Aktifitas: Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien
dengan disminorre di anjurkan untuk istirahat
5. Rekreasi dan hiburan: Situasi atau tempat yang menyenangkan,
kegiatan yang membuat fresh dan relaks.
f) Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan kesadaran klie, BB / TB, tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu
 Head To Toe
1. Rambut : warna rambut, jenis rambut, bau, apakah ada
luka lesi/lecet
2. Mata: sklera nya apakah ihterik/tdk, konjungtiva
anemis/tidak, apakah palpebra oedema /
tidak,bagaimana fungsi penglihatan baik/tidak, apakah
klien menggunakan alat bantu penglihatan/tidak. Pada
umu nya ibu hamil konjungtiva anemis
3. Telinga: apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada
terdapat serumen/tidak, apakah klien menggunakan alt
bantu pendengaran/tidak, bagaimana fungsi
pendengaran klien baik/tidak
4. Hidung: apakah klien bernafas dengan cuping
hidung/tidak, apakah terdapat serumen/tidak, apakah
fungsi penciuman klien baik/tidak
5. Mulut dan gigi: bagaimana keadaan mukosa bibir klien,
apakah lembab atau kering, keadaan gigi dan gusi
apakah ada peradangan dan pendarahan, apakah ada
karies gigi/tidak, keadaan lidah klien bersih/tidak, apakah
keadaan mulut klien berbau/tidak. Pada ibu hamil pada
umum nya berkaries gigi, hal itu disebabkan karena ibu
hamil mengalami penurunan kalsium
6. Leher: apakah klien mengalami pembengkakan tyroid

12
7. Paru – paru
I : warna kulit, apakah pengembangan dada nya
simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat luka
memar / lecet, frekuensi pernafasan nya
P : apakah ada teraba massa / tidak , apakah ada
teraba pembengkakan / tidak, getaran dinding
dada apakah simetris / tidak antara kiri dan kanan
P : bunyi Paru
A : suara nafas
8. Jantung
I : warna kulit, apakah ada luka lesi / lecet, ictus
cordis apakah terlihat / tidak
P : frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus
cordis pada ICS% Midclavikula
P : bunyi jantung
A : apakah ada suara tambahan / tidak pada
jantung klien
9. Abdomen
I : keadaan perut, warna nya, apakah ada / tidak
luka lesi dan lecet
P : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase
kepala apakah sudah masuk PAP / belum
P : bunyi abdomen
A : bising usu klien, DJJ janin apakah masih
terdengar / tidak
10. Payudara : puting susu klien apakah
menonjol/tidak,warna aerola, kondisi mamae, kondisi ASI
pasien, apakah sudah mengeluarkan ASI/belum
11. Ekstremitas
Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi/memar,
apakah ada oedema / tidak
Bawah : apakah ada luka memar/tidak , apakah
oedema/tidak

13
12. Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada
oedema / tidak pada daerah genitalia klien
13. Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit
baik/tidak

b. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen
4. Perubahan pola tidur b.d nyeri abdomen

c. Intervensi keperawatan
1) Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
Tujuan: Nyeri dapat diadaptasi oleh pasien
Kriteria hasil:
 Skala nyeri 0-1
 Pasien tampak rileks
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri linkungan tenang dan kurangi 1. Meningkatkan istirahat dan
rangsangan penuh stress meningkatkan kemampuan koping

2. Kolaborasi dengan dokter dalam 2. Analgesik dapat menurunkan nyeri


pemberian analgesic

3. Ajarkan strategi relaksasi (misalnya


nafas berirama lambat, nafas dalam, 3. Memudahkan relaksasi, terapi non

bimbingan imajinasi farmakologi tambahan

4. Evaluasi dan dukung mekanisme 4. Penggunaan persepsi sendiri atau

koping px prilaku untuk menghilangkan nyeri


dapat membantu mengatasinya lebih
efektif

5. Kompres hangat 5. Mengurangi rasa nyeri dan


memperlancar aliran darah

14
2) Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat nyeri abdomen
Tujuan: Pasien dapat beraktivitas seperti semula
Kriteria hasil:
 Pasien dapat mengidentifikasi faktor – faktor yang
memperberat dan memperingan intoleran aktivitas
 Pasien mampu beraktivitas
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri lingkungan tenang dan perode 1. Menghemat energi untuk aktivitas dan
istirahat tanpa gangguan, dorong regenerasi seluler/ penyembuhan
istirahat sebelum makan jaringan

2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap 2. Tirah baring lama dapat menurunkan


kemampuan

3. Menurunkan penggunaan energi dan


3. Berikan bantuan sesuai kebutuhan membantu keseimbangan supply dan
kebutuhan oksigen

3) Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen


Tujuan: Pasien bisa kembali
Kriteria hasil:
 Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas
 Pasien menunjukkan relaksasi
 Pasien menunjukkan perilaku untuk menangani stres

INTERVENSI RASIONAL
1. Libatkan pasien/ orang terdekat dalam 1. Keterlibatan akan membantu pasien
rencana perawatan merasa stres
berkurang,memungkinkan energi untuk
ditujukan pada penyembuhan

2. Memindahkan pasien dari stress luar


2. Berikan lingkungan tenang dan
meningkatkan relaksasi; membantu
istirahat

15
3. Bantu pasien untuk menurunkan ansietas

mengidentifikasi/memerlukan perilaku
3. Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan
koping yang digunakan pada masa lalu
pada penerimaan masalah stress saat

4. Bantu pasien belajar mekanisme ini, meningkatkan rasa control diri

koping baru, misalnya teknik pasien

mengatasi stres
4. Belajar cara baru untuk mengatasi
masalah dapat membantu dalam
menurunkan stress dan ansietas

4) Perubahan pola tidur b.d nyeri abdomen


Tujuan: pasien dapat tidur dengan nyaman
Kriteria hasil:
 Klien mengatakan tidurnya nyenyak atau pulas
 Klien tampak tenang
 Klien mengatakan tidurnya cukup
 Ekspresi waja tampak segar
INTERVENSI RASIONAL
1. Beri posisi yang nyaman 1) Posisi yang nyaman dapat meningkatkan
relaksasi sehingga menstimulasi untuk
tidur
2. Ciptakan lingkungan yang tenang dan 2) Lingkungan yang tenang dapat
nyaman memberikan rasa nyaman sehingga
mempermudah klien untuk tidur
3. Ajarkan teknik relaksasi 3) Memberi rasa nyaman bagi klien
4. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi 4) Pencernaan protein menghasilkan
makanan atau minuman yang tinggi triptopan yang mempunyai efek sedatif
protein sebelum tidur (susu)
5. Berikan pendidikan kesehatan tentang 5) Meningkatkan pengerahuan klien
manfaat terpenuhinya kebutuhan
istirahat dan tidur

16
BAB III
SOLUSI DARI DISMENORE

Dismenorhea atau yang sering kita sebut sebagai nyeri haid adalah gangguan
ketidaknyamanan fisik seperti kram, nyeri yang seringkali dialami perempuan saat dalam masa
menstruasi. Dismenorhea terbagai menjadi 2, yaitu primer dan sekunder. Dismenorhea primer
adalah menstruasi tanpa ada kelainan pelvis (Abdul, 2015), sedangkan dismenorhea sekunder
disebabkan selain proses menstruasi dan produksi prostaglandin secara alami.Kejadian yang
sering terjadi yaitu dismenorhea primer, di Indonesia sekitar 54.89% dan di Amerika Serikat
diperkirakan hampir 90% wanita mengalaminya, 10-15% diantaranya menderita nyeri berat,
menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini akan menurunkan
kualitas hidup masing - masing.
Dark chocolate atau cokelat hitam kaya akan kalsium, kalium, natrium, magnesium serta
vitamin A, B1, C, D, dan E. Magnesium berfungsi memperbesar darah sehingga dapat
mencegah kejang otot dan dinding pembuluh darah. Selain itu, berfungsi untuk meringankan
dismenorhea atau nyeri saat haid (Devi, 2012)
Intervensi yang dilakukan yaitu sebelum diberikan dark chocolate 100 gram dilakukan
pengukuran skala nyeri menggunakan lembar wawancara. Pemberian dark chocolate 100 gram
diberikan 1x kemudian dihabiskan dalam waktu satu jam kepada responden yang mengalami
dismenorhea primer pada satu periode siklus menstruasi dan masing-masing disesuaikan oleh
siklus responden dimulai pada 4 Januari sampai dengan 4 Februari 2017. Setelah dua jam
pemberian dark chocolate100 gram diukur skala nyeri kembali menggunakan lembar observasi
dismenorhea primer.
Berdasarkan observasi sebelum dan setelah diberikan dark chocolate 100 gram pada
responden dismenorhea primer, didapatkan hasil mengalami penurunan tingkat nyeri.
Responden sebelum di berikan dark chocolate terdapat 31 orang (70,5%) mengalami nyeri
sedang, akan tetapi setelah diberikan dark chocolate 100 gram terjadi penurunan, 3 orang
(6,9%) berada pada skala tidak nyeri, 26 orang (59,1%) berada pada skala nyeri ringan, 2 orang
(4,5%) berada pada skala nyeri sedang. Sedangkan untuk 7 orang (15,9%) responden yang
mengalami nyeri ringan setelah diberikan dark chocolate 100 gram mengalami penurunan pada
skala tidak nyeri. Kemudian 6 orang (13,6%) responden sebelumnya mengalami skala nyeri
berat, setelah diberikan dark chocolate 100 gram, mengalami penurunan 1 orang (2,3%) berada
pada skala tidak nyeri, 1 orang (2,3%) berada pada skala nyeri ringan dan 4 orang (9,0%)
berada pada skala nyeri sedang. Hasil analisis skala nyeri sebelum dan setelah diberikan dark

17
chocolate dengan ratarata intensitas skala nyeri 5 (skala nyeri sedang) menjadi intensitas skala
nyeri 2 (nyeri ringan).
Pemberian dark chocolate 100 gram terbukti menurunkan tingkat nyeri dismenorhea primer
terhadap responden mahasiswi. Dengan demikian pemberian dark chocolate 100 gram dapat
digunakan untuk alternatif terapi non farmakologis nyeri dismenorhea primer.
Dark chocolate mengandung banyak zat gizi yang dapat menurunkan nyeri pada saat
dismenorhea primer. Terutama zat gizi seperti mineral, karena gizi mengandung banyak
manfaat khususnya untuk responden yang dismenorhea primer. Selain itu, kandungan dark
chocolate seperti magnesium merupakan mineral keempat di dalam tubuh dan dark chocolate
itu sendiri dapat memperbaiki mood seseorang. Menurut Ide (2008), magnesium berfungsi
dalam membantu relaksasi otot dan sebagai penenang alamiah sehingga magnesium dapat
meringankan dismenorhea atau nyeri saat menstruasi. Sumber magnesium terutama terdapat
di dalam dark chocolate. Dark chocolate berupaya mencetuskan reaksi positif terhadap kimia
otak dan diketahui dapat memperbaiki mood. Selain itu, dark chocolate juga mengandung
beberapa zat gizi yang sangat dibutuhkan pada saat menstruasi, zat gizi yang dapat
meringankan nyeri terutama dari golongan vitamin dan mineral.

18
BAB IV
PENUTUP

a. Kesimpulan
Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid/menstruasi
yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan pengobatan yang ditandai
dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut maupun panggul. Dismenorea
terjadi pada 30-75 % wanita dan memerlukan pengobatan. Dismenoreadalah
nyeri selama haid yang dirasakan di perut bawah atau di pinggang, bersifat
seperti mulas-mulas, seperti ngilu, dan seperti ditusuk-tusuk. Dismenoreatau
yang lebih dikenal dengan nyeri haid adalah keluhan yang sering dialami wanita,
kejadian nyeri haid ini memang cukup tinggi dan penyakit ini juga sudah lama
dikenal. Dismenore adalah sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari.

b. Saran
Dismenore atau nyeri haid yang dialami oleh perempuan menyebabkan
sering kali perempuan tidak merasa nyaman dengan kondisi tersebut. Oleh
karena itu kami memberi solusi dengan menggunakan dark chocolate dimana
dapat memberikan reaksi positif kimia otak dan diketahui dapat memperbaiki
mood.

19
DAFTAR PUSTAKA

Putra, J. S. (2012, Desember 15). LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN MENTRUASI


DISMENORE. Dipetik April 20, 2019, dari
https://iputujuniarthasemaraputra.wordpress.com/2012/12/15/laporan-pendahuluan-
gangguan-mentruasi-dismenore/
Solekhah, A. (2011). BAB II . Dipetik April 20, 2019, dari
http://repository.ump.ac.id/7170/3/Ainis%20Solekhah%20BAB%20II.pdf
Swari, R. C. (2019, April 10). Apa itu dismenore? Dipetik April 20, 2019, dari
https://hellosehat.com/penyakit/dismenore/
wikipedia. (2019, februari 25). Dismenore. Dipetik April 20, 2019, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Dismenore
Willy, T. (2019, Maret 18). Dismenore. Dipetik April 20, 2019, dari
https://www.alodokter.com/nyeri-haid
Zan, F. (2015, Oktober 22). Askep Dismenore. Dipetik April 20, 2019, dari
https://www.scribd.com/doc/286421041/AsKep-Dismenore-docx
Abdul, H. 2015. Dark Chocolate dan Dimenorhea. Jurnal Informasi kesehatan Indonesia
Devi, N. 2012. Gizi Saat Sindrom Menstruasi. Jakarta. PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok
Gramedia

20

Anda mungkin juga menyukai