GANGGUAN TIDUR
OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
2023
KATA PENGANTAR
Sukur alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk
mata kuliah Ilmu Gizi Olahraga, dengan judul:
"Gangguan tidur".
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dari banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah inidapat terselesaikan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna di karenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, saya mengharapkan segala
bentuk saran serta masukan bahkan keritik yang membangun dari berbagai pihak. Ahirnya saya
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan.................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
KESIMPULAN............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................14
BAB I PENDAHULUAN
Tidur adalah salah satu kebutuhan dasar manusia untuk kesehatan seperti penambahan energi,
penampilan dan kesejahteraan fisik. Pada saat tidur , tidur dapat membuat tubuh siapuntuk kegiatan
hari berikutnya. Selain itu, tidur juga berfungsi sebagai perbaikan dan peningkatan memori pada
seseorang,mengurangistres dankecemasan. Tetapi bagi sebagian orang sulit tidur terjadi karena mereka
dalam keadaan gelisah dan merasa belum puas tidur atau terbangun pada dini hari(Catrett & Jane,
2009) .
Gangguan tidur sering dikenal dengan istilah Insomnia, Insomnia adalah ketidak mampuan
seseorang untuk tidur selama periode yang seharusnya yang biasanya sering dialami oleh orang dewasa.
Insomniabukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai penyebab, seperti
kelainan emosional, kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan.
Orang dewasa rata-rata membutuhkan lebih dari delapan jam tidur setiap harinya dan hanya 35%
dari orang dewasa di Amerika yang secara konsisten mendapatkan hal tersebut. Orang yang menderita
insomnia cenderung untuk mengalami satu atau lebih gangguan tidur seperti kesulitan untuk tidur saat
malam, bangun terlalu awal saat pagi, atau sering terbangun saatmalam.Survei yang dilakukan baru-
baru ini mengindikasikan bahwa sedikitnya satu dari tiga orang di Amerika mengalami insomnia, tetapi
hanya 20% yang memperhatikan keadaan tersebut (Debusk, 2004).
Kelompok-kelompok tertentu mempunyai resiko lebih tinggi mengalami insomniaantara lain adalah
orang yang bekerja dengan waktu bergilir, orang lanjut usia, mahasiswa, orang dengan penyakit kronis,
wanita hamil, wanita yang mengalami menopause. Gangguan tidursecara mengejutkan sudah banyak
dialami pada mahasiswa atau usia dewasa awal. Orang usia dewasa awal membutuhkan antara enam
setengah sampai delapan jam tidur yang berkelanjutan setiap harinya. Dari penelitian yang dilakukan
pada populasi remaja terungkap bahwa sebanyak 13% diantaranya mengalami insomnia kronis.
Insomnia pada remaja dapat menyebabkan terganggunya kehidupan pribadi, prestasi sekolah dan
kehadiran di sekolah. Student Health and Welfare (2007) menyatakan bahwa Ujian adalah salah satu
yang menyebabkan stres bagi mahasiswa dan begitu banyak mahasiswa yang mengalami gangguan tidur
selama masa ujian.
Dari uraian di atas, dari beberapa kelompok yang beresiko untuk mengalami insomnia salah
satunya adalahmahasiswakarena pada mahasiswa lebih rentan mengalami banyak masalah oleh karena
akademik, terutama ketika mahasiswa sedang menghadapi ujian dan tugas yang mengharuskan mereka
terus berfikir.Mahasiswa menjalani waktu pelaksanaan ujian selama 1 sampai 2 minggu, selama masa
ujian itu jika mahasiswa mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian sehingga membuatnya
mengalami insomnia seperti yang telah dijelaskan diatas. Hal ini berarti dalam waktu yang cukup lama
mahasiswa mengalami kurang tidur, dan mahasiswa tersebut mengalami transient insomnia atau
mungkin sampai short term insomnia. Transient insomniaterjadi pada seseorang hanya dalam beberapa
hari saja, sedangkan short term insomniaterjadi mungkin hanya 2-3 minggu (Shatzberg & Nemeroff,
2004). Pada saat mereka mengalami hal tersebut, maka dapat mengganggu pelaksanaan ujian yang akan
dihadapinya, karena kurangnya tidur pada manusia dapat menimbulkan banyak kerugian untuk tubuh
manusia karena dalam menghadapi ujian seorang mahasiswa dapat merasakan berbagai macam
perasaan seperti cemas, senang maupun takut.
Untuk mengatasi gangguan tidur ini, biasanya mahasiswa mengkonsumsi obat-obatan yang
mempunyai efek bagi tubuh seseorang.Terapi non farmakologis yang berasal dari sumber internal salah
satu contohnya adalah teknik relaksasi.Salah satu teknik relaksasi yang biasa digunakan adalah terapi
musik atau terapi suara dan lavender aromatherapy eyemask, dari beberapa penelitian mengatakan
bahwa terapi music instrumental (Vibe & Vuust, 2012) dan aromatherapy lavender eyemask dapat
meningkatkan kualitas tidur pada seseorang (Neiseh, 2012).
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh (Vibe & Vuust, 2012) tentang efek musikterhadap
peningkatan kualitas tidurditempat penampungan masyarakat, didapat hasil 73% respondenmengalami
peningkatan kualitas tidur sedangkan dari uji klinis dua kelompok kontrol untuk efek masker mata
terhadap kualitas tidur yang dilakukan pada tahun 2010 di Rumah Sakit Baqiatallah di Teheran oleh
(Danesmandi, 2010) didapat hasil 57% dari responden mengalami peningkatan kualitas tidur.
Dipilihmusik instrumental karena sebagian besar mahasiswa menyukai musik, dan memilih
aromatherapy lavender eyemask karena kandungan dari lavender itu sendiri dapat menenangkan untuk
seseorang dan eyemask membantu mata semakin nyaman sehingga tidur dapat lebih lelap.
1.3 Tujuan
Memberikan informasi yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya tidur
untuk kesehatan dan kesejahteraan.
Membantu pembaca memahami faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan tidur,
memungkinkan mereka mengambil langkah-langkah pencegahan dan manajemen diri.
BAB II PEMBAHASAN
Gangguan tidur merujuk pada kondisi yang memengaruhi pola tidur seseorang secara signifikan,
baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Ini dapat mencakup kesulitan untuk tertidur (insomnia),
terbangun secara berulang selama malam (sleep maintenance insomnia), tidur terlalu banyak
(hipersomnia), atau adanya perilaku abnormal selama tidur (parasomnia). Gangguan tidur dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk stres, gangguan mental, kondisi medis tertentu, atau
kebiasaan tidur yang tidak sehat. Diagnosis dan penanganan gangguan tidur melibatkan evaluasi
mendalam terhadap pola tidur, perilaku tidur, dan faktor-faktor lain yang mungkin berkontribusi
terhadap ketidaknormalan tidur.
1.Insomnia
Kesulitan untuk memulai tidur atau mempertahankan tidur, menyebabkan gangguan pada kualitas tidur.
2.Sleep Apnea
Terhentinya pernapasan selama tidur secara periodik, dapat mengganggu tidur dan menyebabkan
kelelahan di siang hari.
3.Narcolepsy
Gangguan tidur yang ditandai dengan kecenderungan tiba-tiba untuk tertidur secara tidak terduga
selama aktivitas sehari-hari.
4.Parasomnias
Kategori gangguan yang mencakup aktivitas tidak normal selama tidur, seperti sleepwalking, teriakan
saat tidur (night terrors), atau ngompol di tempat tidur (enuresis).
Sensasi tidak nyaman atau keinginan untuk bergerak pada kaki saat istirahat, menyebabkan kesulitan
tidur.
6.Hypersomnia
Kondisi di mana seseorang tidur terlalu banyak pada malam hari atau mengalami kelelahan berlebihan
di siang hari.
Gangguan yang memengaruhi jam tidur alami seseorang, seperti sindrom pergeseran fase tidur atau
gangguan tidur jam tidur malam.
Konsumsi makanan selama tidur tanpa kesadaran atau ingatan setelah bangun tidur.
9.Bruxism
10.Nightmare Disorder
Pengalaman mimpi buruk yang sering terjadi dan dapat membangunkan seseorang dengan perasaan
ketakutan.
1.Faktor Psikologis
Stres, kecemasan, depresi, atau masalah mental lainnya dapat menjadi penyebab gangguan tidur.
2.Faktor Lingkungan
Lingkungan tidur yang tidak nyaman, suhu kamar yang tidak sesuai, kebisingan, atau cahaya yang
berlebihan dapat mengganggu tidur.
3.Faktor Fisik
Gangguan kesehatan fisik seperti nyeri kronis, gangguan pernapasan, atau gangguan hormonal dapat
mempengaruhi pola tidur.
4.Gangguan Neurologis
Gangguan otak seperti epilepsi atau penyakit neurodegeneratif dapat berkontribusi pada gangguan tidur.
Pola tidur yang tidak teratur, tidur larut malam secara konsisten, atau tidur terlalu banyak di siang hari
dapat menjadi penyebab gangguan tidur.
6.Konsumsi Zat
Penggunaan zat tertentu seperti kafein, nikotin, atau obat-obatan tertentu dapat memengaruhi tidur.
Gangguan seperti gangguan bipolar, skizofrenia, atau gangguan stres pasca trauma dapat berdampak
pada tidur.
Perubahan signifikan dalam fase hidup, seperti kehamilan, menopause, atau penuaan, dapat
memengaruhi pola tidur.
Sensasi tidak nyaman atau dorongan untuk bergerak pada kaki dapat mengganggu tidur.
Konsumsi makanan selama tidur tanpa kesadaran dapat mempengaruhi kualitas tidur.
Menurunnya konsentrasi, ketajaman mental, dan kinerja kognitif dapat mempengaruhi produktivitas
dan keamanan di tempat kerja.
Tingkat kelelahan yang tinggi dapat meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan di tempat
kerja.
Perubahan mood, irritabilitas, dan gangguan emosional lainnya dapat timbul akibat kurang tidur.
Gangguan tidur dapat menyebabkan ketegangan dalam hubungan sosial dan keluarga akibat perubahan
perilaku atau kewajaran emosional.
Menurunnya kualitas hidup karena pengaruh langsung pada kesehatan fisik dan mental.
Penelitian menunjukkan hubungan antara kurang tidur dan peningkatan risiko penyakit seperti
Alzheimer.
Kurang tidur dapat memengaruhi regulasi hormon yang mengontrol nafsu makan, meningkatkan risiko
obesitas dan masalah metabolik.
Risiko penurunan sistem kekebalan tubuh dan rentan terhadap penyakit infeksi.
Evaluasi oleh profesional kesehatan untuk memahami pola tidur, kebiasaan tidur, dan gejala yang
dialami.
2.Pencatatan Tidur
Penggunaan polisomnografi atau actigraphy untuk merekam aktivitas otak, mata, otot, dan detak
jantung selama tidur.
Menilai aktivitas otak, pernapasan, detak jantung, gerakan otot, dan faktor-faktor lain selama tidur.
Mengukur waktu yang dibutuhkan seseorang untuk tertidur dalam situasi tenang selama siang hari.
Menilai kesehatan fisik secara umum dan mencari tanda-tanda penyakit atau kondisi yang mungkin
mempengaruhi tidur.
Merubah kebiasaan tidur buruk dan pola pikir yang dapat mempengaruhi tidur.
2.Terapi Obat
Penggunaan obat tertentu seperti hipnotik atau obat penenang untuk membantu mengatasi masalah
tidur. Penggunaan obat harus dilakukan di bawah pengawasan dokter.
3.Terapi Fisik
Pengobatan yang dapat membantu mengatasi gangguan tidur yang disebabkan oleh faktor fisik, seperti
sleep apnea.
Mengadopsi kebiasaan tidur yang sehat, seperti menjaga rutinitas tidur yang konsisten, menciptakan
lingkungan tidur yang nyaman, dan menghindari stimulan sebelum tidur.
5.Manajemen Stres
Penggunaan teknik relaksasi, meditasi, atau terapi stres untuk mengurangi faktor pemicu kecemasan
atau tekanan yang dapat mengganggu tidur.
6.Pendidikan Pasien
Memberikan informasi kepada pasien tentang pentingnya tidur, kebiasaan tidur yang baik, dan cara
mengelola gangguan tidur.
Beberapa pendekatan nonfarmakologis seperti seni atau olahraga tertentu dapat membantu
mengurangi stres dan meningkatkan kualitas tidur.
Menggunakan jurnal tidur untuk mencatat pola tidur dan membantu profesional kesehatan dalam
merancang rencana pengobatan yang efektif.Pengobatan gangguan tidur seringkali melibatkan
pendekatan multidisiplin dan penyesuaian individual sesuai dengan jenis dan penyebab gangguan tidur
yang dialami oleh individu tersebut.
Menjaga rutinitas tidur yang konsisten, termasuk waktu tidur dan waktu bangun yang sama setiap hari,
bahkan pada akhir pekan.
Menjaga kamar tidur gelap, sejuk, dan tenang. Menggunakan tirai gelap, mematikan lampu, dan
menghindari kebisingan yang dapat mengganggu tidur.
Menghindari minuman atau makanan yang mengandung kafein, nikotin, atau alkohol, terutama sebelum
waktu tidur.
Hindari penggunaan perangkat elektronik, seperti ponsel atau tablet, sebelum tidur. Cahaya biru dari
layar dapat mengganggu produksi melatonin.
Berolahraga secara teratur, tetapi hindari melakukan aktivitas fisik yang berat menjelang waktu tidur.
6.Jangan Tidur Terlalu Banyak di Siang Hari
Hindari tidur siang yang berkepanjangan, karena dapat mengganggu pola tidur malam.
Terapkan teknik manajemen stres seperti meditasi, yoga, atau relaksasi otot untuk membantu
meredakan kecemasan dan stres.
Menghindari makanan berat atau makan terlalu banyak sebelum tidur dapat mencegah
ketidaknyamanan perut dan gangguan tidur.
Mempertahankan berat badan yang sehat melalui diet seimbang dan olahraga dapat mendukung
kualitas tidur yang baik.
Menghindari penggunaan obat tidur atau obat penenang secara berlebihan tanpa rekomendasi dokter,
karena penggunaan yang tidak benar dapat mengakibatkan ketergantungan.Menerapkan langkah-
langkah pencegahan ini dapat membantu meminimalkan risiko gangguan tidur dan mendukung kualitas
tidur yang optimal.
Latar Belakang
Sofia, seorang wanita berusia 35 tahun, mengalami insomnia yang mempengaruhi kesehariannya. Dia
sering kesulitan tidur, terbangun di tengah malam, dan merasa lelah setiap pagi.
Tantangan
Sofia telah mencoba beberapa obat tidur tanpa hasil yang signifikan. Dia mulai menyadari pentingnya
mencari solusi jangka panjang untuk masalah tidurnya, bukan hanya mengandalkan obat-obatan.
Pendekatan
Sofia memutuskan untuk mencoba Terapi Perilaku Kognitif untuk Insomnia (CBT-I) setelah berkonsultasi
dengan seorang ahli tidur. Proses CBT-I melibatkan sesi konseling untuk mengevaluasi pola tidur,
kebiasaan tidur, dan pikiran yang dapat memengaruhi tidur.
Hasil
Sofia belajar mengenali pikiran-pikiran stres dan kecemasan yang muncul sebelum tidur dan
menggantinya dengan pikiran yang lebih positif.Ahli tidur membantu Sofia merancang jadwal tidur yang
konsisten dan memberikan panduan untuk menghindari tidur siang yang berlebihan.Melalui teknik
relaksasi dan perubahan kebiasaan tidur, Sofia mulai melihat perbaikan dalam kualitas tidurnya.
Perubahan Positif
Setelah beberapa minggu, Sofia melaporkan peningkatan signifikan dalam kemampuannya untuk tidur
lebih cepat, bangun kurang sering di malam hari, dan merasa lebih segar di pagi hari. CBT-I membantu
Sofia mengatasi insomnia tanpa mengandalkan obat-obatan.
Testimoni Sofia
"Saya tidak pernah berpikir bahwa terapi perilaku kognitif bisa memiliki dampak begitu besar pada tidur
saya. Sekarang, saya bisa tidur nyenyak tanpa bergantung pada obat-obatan. Melalui CBT-I, saya belajar
mengelola stres dan menerapkan kebiasaan tidur yang sehat. Ini benar-benar mengubah hidup saya."
Studi kasus ini memberikan gambaran konkret tentang bagaimana pendekatan terapeutik seperti CBT-I
dapat memberikan solusi jangka panjang untuk individu yang mengalami gangguan tidur.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Mencapai Keseimbangan Tidur yang Optimal Dalam mengeksplorasi gangguan tidur dan upaya
pencegahannya, dapat disimpulkan bahwa tidur yang baik bukan sekadar kenikmatan tetapi juga
elemen krusial bagi kesehatan dan kesejahteraan kita. Gangguan tidur, seperti insomnia, sleep apnea,
dan lainnya, dapat memiliki dampak serius pada kesehatan fisik, mental, dan kualitas hidup secara
keseluruhan.
Dalam melihat diagnosa dan pengobatan, pendekatan yang holistik dan terpadu menjadi kunci.
Diagnosis yang akurat melibatkan pemahaman mendalam tentang pola tidur, perilaku tidur, dan faktor
penyebab. Pengobatan mencakup terapi perilaku kognitif, penggunaan obat-obatan secara bijak, dan
perubahan gaya hidup yang mendukung tidur yang sehat.
Pentingnya pencegahan juga tidak bisa diabaikan. Langkah-langkah sederhana seperti menjaga
rutinitas tidur yang konsisten, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, dan mengelola stres dapat
berperan besar dalam mencegah gangguan tidur.
Melalui studi kasus, kita melihat bahwa terapi perilaku kognitif dapat menjadi solusi yang efektif,
membantu individu seperti Sofia mengatasi insomnia tanpa tergantung pada obat-obatan. Ini
menggambarkan bahwa pendekatan yang lebih luas, termasuk perubahan dalam pola pikir dan
kebiasaan, dapat memberikan manfaat jangka panjang.
Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya tidur bagi kesehatan, diharapkan bahwa
masyarakat akan mengadopsi langkah-langkah pencegahan dan mencari bantuan yang tepat ketika
mengalami gangguan tidur. Seiring dengan itu, penelitian dan inovasi terus mendorong pengembangan
pendekatan pengobatan yang lebih efektif dan holistik. Dengan memprioritaskan keseimbangan tidur,
kita dapat membangun dasar yang kokoh untuk kesehatan dan kesejahteraan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Sleep Medicine. (2017). International Classification of Sleep Disorders (3rd ed.).
Dari
https://learn.aasm.org/Public/Catalog/Details.aspx?id=%2Fm5aiIF8Lz%2FU8xVezg7agQ%3D%3D&return
url=%2FUsers%2FUserOnlineEducation.aspx%3FViewCourse%3DYes%26CurrentPage%3D1%26PageSize
%3D25
Walker, M. (2017). Why we sleep: Unlocking the power of sleep and dreams. Scribner.
Morin, C. M., & Benca, R. (2012). Chronic insomnia. The Lancet, 379(9821), 1129–1141.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(11)60750-2