PERAWATAN LANSIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Kesehatan dan Perawatan Keluarga
Dosen Pengampu: Diah Indah Pratiwi, S.Pd.,M.Pd
Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah dengan judul “Perawatan Lansia” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Diah Indah Pratiwi,
S.Pd.,M.Pd selaku dosen mata kuliah kesehatan dan keperawatan keluarga dan
anggota kelompok atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Penyusunan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah kesehatan dan keperawatan
keluarga.
Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Serta diharapkan pembaca dapat
mengetahui cara perawatan lansia yang baik dan benar. Semoga makalah sederhana
ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini. Sekali lagi penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menjadi tua secara alami akan dialami oleh setiap orang, dimana
seseorang mengalami penurunan fungsi tubuh secara perlahan. Seiring
bertambahnya usia, lansia mengalami proses penuaan secara terus menerus,
yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu tubuh semakin
rentan terhadap serangan penyakit. Hal ini disebabkan karena pada lansia
terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan serta sistem organ.
Perubahan fisik dan penurunan fungsi organ tubuh akan mempengaruhi
konsumsi dan penyerapan zat makanan oleh tubuh dimana hal ini akan
berakibat pada terjadinya masalah masalah gizi kurang maupun kegemukan.
Maka dari itu peran gizi sangatlah penting dalam mengurangi risiko
penyakit, dan meningkatkan kualitas hidup lansia.
C. TUJUAN
D. MANFAAT
1. Manfaat untuk penulis adalah meningkatkan pemikiran kritis, belajar
bertanggung jawab dengan sumber yang dicantumkan, lebih peka terhadap
permasalahan di lingkungan sekitar seputar Lansia, serta dapat menambah
pengetahuan tentang lansia.
2. Manfaat Bagi Pembaca. Makalah dapat dijadikan sumber penelitian
selanjutnya serta menambah ilmu pengetahuan tentang lansia.
Bab II
PEMBAHASAN
Lanjut usia (lansia) merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Menua (menjadi tua = aging) proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuanpada jaringan untuk memperbaiki diri ataupun mengganti diri dan
mempertahankan struktur serta fungsi normalnya, sehinga dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk inferksi) dan memperbaiki kerusakan yang di derita
(Dharmojo, 2009)
Lanjut usia merupakan kejadian yang sudah pasti akan dilalui oleh
semua orang yang dikarunia usia panjang (Murwani, 2011). Tahap lansia
adalah tahap siklus akhir hidup manusia dan merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindari dan akan dialami oleh siapapun. Masa
lansia adalah periode perkembangan yang mulai masuk pada usia 60 tahun
dan berakhir dengan kematian. Masa ini adalah masa menurunnya kekuatan
dan kesehatan sehingga harus mulai menyesuaikan diri (Santrock, 2006).
Masuk pada tahap ini seseorang akan mengalami banyak perubahan
baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai
fungsi serta kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik
sebagian dari proses penuaan yang normal, seperti rambut yang mulai
memutih, muncul kerutan di wajah, berkurangnya kemampuan melihat, serta
kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia
lanjut. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangannya peran diri,
kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orangorang yang dicintai. Semua
perubahan tersebut membutuhkan kemampuan beradaptasi yang cukup besar
agar dapat menyikapi secara bijak (Soejono, dkk., 2007).
Lanjut usia memiliki patokan umur yang berbeda-beda, umumnya
berkisar antara 60 - 65 13 tahun. Menurut WHO terdapat empat tahap batasan
umur yaitu masuk usia pertengahan (middle age) antara 45 - 59 tahun, usia
lanjut (elderly) antara 60 - 74 tahun, dan usia lanjut usia (old) antara 75 - 90
tahun, serta usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2008).
b. Perubahan psikologis
Lansia dapat dinilai dari keadaan adaptasi terhadap kehilangan
fisik, sosial, emosional, dan mencapai kebahagiaan, keadaan dan
kepuasan hidup.
c. Perubahan kognitif
Lansia akan terjadi proses melambatnya berpikir, mudah lupa,
bingung dan pikun. Pada lansia kehilangan jangka pendek dan baru
adalah hal yang sering terjadi (Fatimah, 2010).
d. Perubahan sosial
Post power syndrom, single womant, single parent, kesendirian,
kehampaan saat lansia lainnya meninggal, maka akan muncul perasaan
kapan akan meninggal (Siti dkk, 2008).
2. Ciri-ciri lansia (Hurlock, 2006) adalah
a. Periode kemunduran mengakibatkan penyakit khusus karna proses
menua.
b. Perbedaan individual terhadap efek menua. Setiap orang menjadi tua
karena mempunyai sifat bawaan yang berbeda, sosio ekonomi, latar
pendidikan berbeda, dan pola hidup yang berbeda.
c. Dinilai dari kriteria yang berbeda. Menilai lanjut usia dalam cara yang
sama dengan penilaian orang dewasa, dalam penampilan diri, yang
dapat dan tidak dapat dilakukan.
d. Streotipe pada lansia. Pria dan wanita yang fisik dan mentalnnya yang
loyo, sering pikun, jalannya membungkuk, dan sulit untuk bergaul
atau hidup dengan siapapun.
e. Menua membutuhkan perubahan peran.
f. Penyesuaian yang buruk merupakan ciri-ciri lansia.
g. Keinginan menjadi muda kembali sangat kuat pada lansia.
Masalah Kesehatan yang Sering Terjadi pada Lansia Menurut dr. Nedya
Safitri, Sp.PD (2018), masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada
lansia berbeda dari orang dewasa, yang sering disebut dengan sindroma
geriatri yaitu kumpulan gejalagejala mengenai kesehatan yang sering
dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau keluarganya (istilah 14 I) yaitu :
1. Immobility (kurang bergerak)
Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih. Penyebab
utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidak
seimbangan, masalah psikologis, depresi atau demensia. Komplikasi yang
timbul adalah luka di bagian yang mengalami penekanan terus menerus
timbul lecet bahkan infeksi, kelemahan otot, kontraktur/kekakuan otot dan
sendi, infeksi paru-paru dan saluran kemih, konstipasi dan lainlain..
2. Instability (Instabilitas dan Jatuh)
Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset, sinkop/kehilangan
kesadaran mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi orthostatik, proses
penyakit dan lain-lain. Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko
yang ada pada pasien misalnya kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan
pendengaran, penglihatan, gangguan keseimbangan, penyakit misalnya
hipertensi, DM, jantung, dll) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang
terdapat di lingkungan misalnya alas kaki tidak sesuai, lantai licin, jalan
tidak rata, penerangan kurang, benda-benda dilantai yang membuat
terpeleset dll).
3. Incontinence Urin dan Alvi (Beser BAB dan BAK)
Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak
dikehendaki dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga menimbulkan
masalah sosial dan atau kesehatan. Inkontinensia urin akut terjadi secara
mendadak dapat diobati bila penyakit yang mendasarinya diatasi misalnya
infeksisaluran kemih, gangguan kesadaran, obat-obatan, masalah
psikologik dan skibala. Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan
atau ketidakmampuan untuk mengendalikan pembuangan feses melalui
anus, penyebab cedera panggul, operasi anus/rektum, prolaps rektum,
tumor dll. Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering mengompol
pasien sering mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.
4. Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia dan
Delirium)
Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori yang
disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan
tingkat kesadaran sehingga mempengaruhi aktifitas kerja dan sosial secara
bermakna. Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia
mencakup berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir,
menyimpan atau mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan
pola sentuh, pasien menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas.
5. Faktor risiko : hipertensi, DM, gangguan jantung, PPOK dan obesitas.
Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang ditandai
dengan gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau
gangguan persepsi yang timbul dalam jangka pendek dan berfluktuasi.
Gejalanya: gangguan kognitif global berupa gangguan memori jangka
pendek, gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan proses pikir
(diorientasi waktu, tempat, orang), komunikasi tidak relevan, pasien
mengomel, ide pembicaraan melompat-lompat, gangguan siklus tidur.
6. Infection (infeksi)
Pada lanjut usia terdapat beberapa penyakit sekaligus, menurunnya daya
tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasipada lanjut
usia sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi
secara dini. Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai
dengan meningkatnya temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai
pada usia lanjut, malah suhu badan yang rendah lebih sering dijumpai.
Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa
konfusi/delirium sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba,
badan menjadi lemas, dan adanya perubahan tingkah laku sering terjadi
pada pasien usia lanjut.
7. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran,
penglihatandan penciuman)
Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia dan
menyebabkan pasien sulit untuk diajak komunikasi. Gangguan penglihatan
bisa disebabkan gangguan refraksi, katarak atau komplikasi dari penyakit
lain misalnya DM, HT dll.
8. Isolasi (Depression)
Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada lanjut usia
adalah kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup, anak,
bahkan binatang peliharaan. Selain itu kecenderungan untuk menarik diri
dari lingkungan, menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi.
Keluarga yang mulai mengacuhkan karena merasa direpotkan
menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi.
Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang
berkepajangan.
9. Inanition (malnutrisi)
Asupan makanan berkurang sekitar 25% pada usia 40- 70 tahun.
Anoreksia dipengaruhi oleh faktor fisiologis (perubahan rasa kecap,
pembauan, sulit mengunyah, gangguan usus dll), psikologis (depresi dan
demensia) dan sosial (hidup dan makan sendiri) yang berpengaruh pada
nafsu makan dan asupan makanan.
10. Impecunity (Tidak punya penghasilan)
Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental
akan berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan
ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan
sehingga tidak dapat memberikan penghasilan. Usia pensiun dimana
sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup dari tunjangan hari
tuanya. Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman
sejawat, berarti interaksi sosial pun berkurang memudahkan seorang lansia
mengalami depresi.
11. Iatrogenic (penyakit karena pemakaian obat-obatan)
Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga
membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering
menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan
dokter sehingga dapat menimbulkan penyakit. Akibat yang ditimbulkan
antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat tersebut yang
dapat mengancam jiwa.
12. Insomnia (Sulit tidur)
Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan
seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat
menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan gangguan kelenjar
thyroid, gangguan di otak juga dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur
yang sudah berubah juga dapat menjadi penyebabnya. Berbagai keluhan
gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia yaitu sulit untuk masuk
kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, jika
terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun dini hari, lesu setelah
bangun di pagi hari. Agar bisa tidur : hindari olahraga 3-4 jam sebelum
tidur, santai mendekati waktu tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari
minum minuman berkafein saat sore hari, batasi asupan cairan setelah jam
makan malam ada nokturia, batasi tidur siang 30 menit atau kurang,
hindari menggunakan tempat tidur untuk menonton tv, menulis tagihan
dan membaca.
13. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)
Daya tahan tubuh menurun bisa disebabkan oleh proses menua disertai
penurunan fungsi organ tubuh, juga disebabkan penyakit yang diderita,
penggunaan obat-obatan, keadaan gizi yang menurun. Impotence
(Gangguan seksual), Impotensi/ ketidakmampuan melakukan aktivitas
seksual pada usia lanjut terutama disebabkan oleh gangguan organik
seperti gangguan hormon, syaraf, dan pembuluh darah dan juga depresi.
14. Impaction (sulit buang air besar)
Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan yang kurang
mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu dan lain-lain.
Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi tertahan,
kotoran dalam usus menjadi keras dan kering dan pada keadaan yang berat
dapat terjadi penyumbatan didalam usus dan perut menjadi sakit.
D. Perawatan Yang Baik Untuk Lansia.
1. Memprioritaskan keamanan lansia
Dalam perawatan lansia, salah satu hal yang perlu Anda perhatikan
adalah keamanannya. Apalagi, seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
pertambahan usia memang membuat tubuh menjadi tidak sekuat dahulu.
Hal ini membuat lansia lebih rentan jatuh. Untuk menghindari hal tersebut,
lakukan modifikasi terhadap tempat tinggal lansia. Sebagai contoh,
mengatur tata letak perabotan dan benda-benda sekitar lansia dengan tepat,
agar lansia lebih mudah bergerak atau berpindah tempat.Pastikan barang-
barang yang dibutuhkan dan digunakan sehari-hari mudah dijangkau oleh
lansia untuk meminimalkan kemungkinan lansia hilang keseimbangan
hingga terjatuh. Perawatan lansia ini penting karena jika lansia terjatuh,
bisa mengakibatkan kondisi yang fatal, misalnya patah tulang, gegar otak,
dan kondisi serius lainnya. Oleh sebab itu, sebisa mungkin
mengantisipasinya dengan menjaga agar lansia tetap aman.
2. Perhatikan kebutuhan nutrisi
Penting memerhatikan kebutuhan gizi untuk lansia sebagai bagian dari
perawatan lansia. Sama seperti orang kebanyakan, lansia juga memerlukan
zat gizi yang seimbang dan beragam. Menerapkan pola makan sehat lansia
dapat membantu mencegah timbulnya penyakit.
Untuk mengatasi selera makan yang menurun, Anda dapat mencoba tips
berikut:
a. Beralih ke porsi makan untuk lansia yang lebih sedikit tetapi
memberikannya dengan frekuensi yang lebih sering.
b. Meningkatkan asupan kalori dengan mengonsumsi olahan susu
seperti keju.
c. Menghindari mengonsumsi makanan tinggi lemak dan gula seperti
minuman ringan, kue, dan biskuit.
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya lansia dapat Anda lakukan
dengan cara memasukkan buah dan sayur dalam menu sehari-hari untuk
mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral harian lansia. Jika lansia sudah
sulit mengunyah, maka Anda dapat membuat jus sayur dan buah.
Kombinasikan berbagai cara mengolah makanan agar kesulitan mengunyah
tidak menjadi halangan untuk memenuhi kebutuhan gizi harian dari lansia.
Jangan lupa asupan air untuk lansia juga tetap harus terpenuhi. Jika lansia
tidak bisa minum air terlalu banyak, siasati dengan cara menyajikan
makanan berkuah atau buah-buahan yang banyak mengandung air.
3. Memenuhi kebutuhan lainnya
Dalam perawatan lansia, selain memenuhi kebutuhan gizi, Anda
juga perlu memenuhi kebutuhan lansia lainnya. Sebagai contoh, Anda
perlu membantu lansia untuk berbelanja kebutuhannya, melakukan
pekerjaan rumah, dan menemaninya selama berada berada dalam rumah.
Namun, kebutuhan lain dari lansia sangat tergantung pada tiap-tiap
individu, karena kondisi tubuh dan kemampuan tiap lansia bisa sangat
berbeda. Sebagai contoh, ada lansia yang harus disuapi saat makan, ada
pula yang masih bisa makan sendiri. Oleh sebab itu, pertimbangkan pula
aktivitas lansia sehari-hari untuk memastikan bahwa Anda telah
memenuhi semua kebutuhannya. Mulai dari menjaga kebersihan, termasuk
mandi dan buang air, kegiatan makan, mobilitas, berpakaian, dan masih
banyak lagi.
Dharmojo. 2009. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Edisi 4, Jakarta : Balai.
Penerbit FKUI.
Maryam, Siti. 2008. “Menengenal Usia Lanjut dan Perawatannya”. Jakarta: Salemba
Medika
Murwani, Arita, 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi I. Yogyakarta.
Putri Ariani, A. 2017. Ilmu Gizi Dilengkapi dengan Standar Penilaian Status Gizi
Erlangga.
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo.
Persada.
Day 2013. WHO. 2013.