Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

DOSEN PENGAMPU :
Netismar, M.Kep.Ns.,Sp.Kom

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Bella Saqila (21006)
2. Fifi Aleyda Fiandani (21011)
3. Salsabilla Syafitri (21033)
4. Shella Zumarnis (21036)

DIPLOMA III KEPERAWATAN


Tk.3A/Semester 6

AKADEMI KEPERAWATAN KERIS HUSADA


CILADAK JAKARTA SELATAN
TAHUN AJARAN 2023/2024
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................................... 5
BAB II............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAAN .......................................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Penuaan ............................................................................................................ 6
2.2 Batasan Usia Lanjut (Lansia) ............................................................................................ 7
2.3 Teori-Teori Penuaan ............................................................................................................ 8
2.4 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Usia Lanjut ................................................ 15
2.5 Faktor-Faktor Perubahan Proses Menua ...................................................................... 17
BAB III ......................................................................................................................................... 19
PENUTUP..................................................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 19
3.2 Saran................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 20
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas tentang
"Teori Biologis Proses Penuaan" ini dengan baik dan tepat waktu, meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Kami juga berterima kasih pada Ibu Netismar, M.Kep.Ns., Sp.
Kom selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Gerontik di Akademi Keris Husada yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai bagaimana Teori Biologis Proses Penuan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya.

Jakarta, 13 February 2024


Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak awal manusia telah berusaha menjelaskan bagaimana dan


mengapa terjadi penuaan, namun tidak ada teori tunggal yang dapat menjelaskan
proses penuaan. Setiap orang akan mengalami enuaan, tetapi penuaan pada
setiap individu akan berbeda tergantung faktor herediter, stresor lingkungan, dan
sejumlah besar faktor yang lain. Walaupun tidak ada satu teori yang dapat
menjelaskan peristiwa fisik, psikologis, dan peristiwa sosial yang kompleks
yang terjadi dari waktu ke waktu, suatu pemahaman dari penelitian dan teori-
teori yang dihasilkan sangant penting bagi perawat untuk membantu orang lanjut
usia memelihara kesehatan fisik dan psikis yang sempurna.

Gerontologi, studi ilmiah tentang efek penuaan dan penyakit yang


berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi aspek biologis, fisiologis,
psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Perawat yang merencanakan dan
memberikan perawatatn pada orang diusianya yang telah lanjut mendukung dan
mengembangkan teori yang menjadi dasar untuk asuhan keperawatan selama
tahap akhir kehidupan ini.

Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi


biasanya dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan
psikosoaial. Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan
perhatian pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas pada proses penuaan,
banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial mencoba untuk
menjelaskan bagaimana proses tersebut dipandang dalam kaitan dengan
kepribadian dan perilaku.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari usia lanjut?

2. Bagaimana batasan usia lanjut?

3. Apa saja teori-teori penuaan?

4. Apa saja perubahan-perubahan pada usia lanjut?

5. Apa saja factor-faktor perubahan proses menua?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari usia lanjut.

2. Untuk mengetahui batasan usia lanjut.

3. Untuk mengetahui teori-teori penuaan.

4. Untuk mengetahui perubahan-perubahan pada usia lanjut.

5. Untuk mengetahui factor-faktor perubahan proses menua.

1.4 Manfaat Penulisan


Untuk menambah pengetahuan kelompok tentang teori-teori penuaan, dan
sebagai pembelajaran dalam melakukan tindakan keperawatan pada lansia.
BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 Pengertian Penuaan


Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa
dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia
tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figure tubuh yang tidak proporsional
(Nugroho, 2006).

Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan


jaringan untuk memperbaiki diri mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994)

WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah usia permulaan tua.

Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur


mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.

Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus menerus secara alamiah.
Dimulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya dan umunya dialami seluruh makhluk
hidup. Menua merupakan proses penurunan fungsi struktural tubuh yang diikuti penurunan
daya tahan tubuh. Setiap orang akan mengalami masa tua, akan tetapi penuaan pada tiap
seseorang berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-
faktor tersebut dapat berupa faktor herediter, nutrisi, stress, status kesehatan dan lain-lain
(Stanley, 2006).

2.2 Batasan Usia Lanjut (Lansia)


Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World Health
Organitation (WHO) lansia meliputi:

a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokkan lansia


menjadi:

a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan
jiwa (usia 55-59 tahun)

b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini
(usia 60-64 tahun)

c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia >65 tahun)

Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 Pasal 1 seseorang dapat dinyatakan


sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak
mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-
hari dan menerima nafkah dari orang lain. Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
2.3 Teori-Teori Penuaan
Teori penuaan secara umummenurut Lilik Ma'rifatul (2011)dapat dibedakan
menjadidua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial.

1. Teori Biologi

Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk


perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-
perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ
utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit.

Teori biologis juga mencoba untuk menjelaskan mengapa orang mengalami


penuaan dengan cara berbeda dari waktu kewaktu dan faktor apa yang memengaruhi umur
panjang, perlawanan terhadap organisme, dan kematian atau perubahan seluler. Suatu
pemahaman tentang perspektif biologi dapat memberikan pengetahuan kepada perawat
tentang faktor resiko spesifik dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana orang dapat
dibantu untuk meminimalkan atau menghindari resiko dan memaksimalkan kesehatan..

a. Teori Genetika

Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama disebabkan oleh


pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori
genetike, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan
dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain,
perubahan rentang hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya. Teori genetika
terdiri dari teori asam deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan, mutasi
somatik, dan teori glikogen.

Teori-teori ini menyatakan bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi
tidak terartur karena adanya informasi tidak sesuai yang diberikan dari inti sel. Molekul
DNA menjadi bersilangan (crosslink) denga unsur yang lain sehingga mengubah informasi
genetik. Adanya crosslink ini mengakibatkan kesalahan pada tingkat seluler yang akhirnya
mengakibatkan sistem dan organ tubuh gagal untuk berfungsi. Bukti yang mendukung
teori- teori ini termasuk perkembangan radikal bebas, kolagen, dan lipofusin. Selain itu,
peningkatan frekuensi kanker dan penyakit autoimun yang dihubungkan dengan
bertambahnya umur menyatakan bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat
molekular dan selular.

b. Teori Radikal Bebas

Radikal bebas adalah produk metabolisme seluler yang merupakan bagian molekul
yang sangat reaktif. Molekul ini memiliki muatan ekstraseluler kuat yang dapat
menciptakan reaksi dengan protein, mengibah bentuk dan sifatnya, molekul ini juga dapat
bereaksi dengan lipid yang berada dalam membran sel, mempengaruhi permeabilitasnya
atau dapat berikatan dengan organel sel. Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan
karena terjadinya akumulasi kerusakan irreversibel akibat senyawa pengoksidasi. Dimana
radikal bebas dapat terbentuk dialam, tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi
bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein.

c. Teori Cross Link

Teori crosslink dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan elastin,
komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan rigiditas sel,
crosslink diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan aenyawa antara molekul-
molekul yang normalnya terpisah atau secara singkatnya sel-sel tua atau usang, reaksi
kimianya menyebakan kurang elastis dan hilangnya fungsi. Contoh crosslink jaringan ikat
terkait usia meliputi penurunan kekuatan daya rentang dinding arteri, tanggalnya gigi,
tendon kering dan berserat.

d. Teori Wear and Tear

Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat
merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi
organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan
berdasarkan suatu jadwal.
Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolisme yang menyebabkan
kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh sistem
enzim pelindung pada kondisi normal. Beberapa radikal bebas berhasil lolos dari proses
perusakan ini dan berakumulasi didalam struktur biologis yang penting, saat itu kerusakan
organ terjadi.

Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada pembentukan radikal bebas,
sehingga ilmuwan memiliki hipotesis bahwa tingkat kecepatan produksi radikal bebas
berhubungan dengan penentuan waktu rentang hidup. Pembatasan kalori dan efeknya pada
perpanjangan rentang hidup mungkin berdasarkan pada teori ini. Pembatasan kalori telah
terbukti dapat meningkatkan masa hidup pada tikus percobaan. Sepanjang masa hidup,
tikus- tikus tersebut telah mengalami penurunan angka kejadian kemunduran fungsional,
dan mengalami lebih sedikit kondisi penyakit yang berkaitan dengan peningkatan umur,
berkurangnya kemunduran fungsional tubuh, dan menurunnya insidensi penyakit yang
berhubungan dengan penuaan.

e. Teori Imunitas

Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang


berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap
organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita
berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem
imun, terjadilah peningkatan dalam respons autoimun tubuh. Ketika orang mengalami
penuaan, mereka mungkin mengalami penyakit autoimun seperti artritis reumaoid dan
alergi terhadap makanan dan faktor lingkungan yang lain. Penganjur teori ini sering
memusatkan pada peran kelenjar timus. Berat dan ukuran kelenjar timus menurun seiring
dengan bertambahnya umur, seperti halnya kemampuan tubuh untuk diferensiasi sel T.
karena hilangnya diferensiasi sel T, tubuh salah mengenali sel yang tua dan tidak beraturan
sebagai benda asing dan menyerangnya.

Pentingnya pendekatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan


promosi kesehatan terhadap npelayanan kesehatan, terutama pada saat penuaan terjadi
tidak dapat diabaikan. Walaupun semua orang memerlukan pemeriksaan rutin untuk
memastikan deteksi dini dan perawatan seawal mungkin, tetapi pada orang lanjut usia
kegagalan melindungi sistem imun yang telah mengalami penuaan melalui pemeriksaan
kesehatan ini dapat mendorong ke arah kematian awal dan tidak terduga. Selain itu,
program imunisasi secara nasional untuk mencegah kejadian dan penyebaran epidemi
penyaki, seperti pneumonia dan influenza diantara orang lanjut usia juga mendukung
dasar teoritis praktik keperawatan.

f. Teori Neuroendokrin

Diskusi sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun serta interaksi antara
sistem saraf dan sistem endokrin menghasilkan persamaan yang luar biasa. Pada kasus
selanjutnya para ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh karena adanya suatu
perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi
yang diatur oleh sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis,
tiroid, adrenal, dan reproduksi.

Salah satu area neurologis yang mengalami gangguan secara universal akibat
penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses, dan bereaksi
terhadap perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respon ini kadang-kadang
diinterpretasikan sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya pengetahuan. Pada
umumnya, sebenarnya yang terjadi bukan satupun dari hal-hal tersebut, tetapi orang lanjut
usia sering dibuat untuk merasa seolah-olah mereka tidak kooperatif atau tidak patuh.
Perawat dapat memfasilitasi proses pemberian perawatan dengan cara memperlambat
instruksi dan menunggu respon mereka.

g. Riwayat Lingkungan

Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen


dari industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan
dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat
penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan
merupakan faktor utama dalam penuaan. Perawat dapat mempunyai pengetahuan
yang mendalam tentang dampak dari aspek ini terhadap penuaan dengan cara
mendidik semua kelompok umur tentang hubungan antara faktor lingkungan dan
penuaan yang dipercepat. Ilmu pengetahuan baru mulai untuk mengungkap
berbagai faktor lingkungan yang dapat memengaruhi penuaan.

2. Teori psikososia logis

Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku


yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan
anatomis. Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik
dikombinasikan dengan perubahan psikologis.

Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua adalah unik dan
memiliki pengalaman, melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan, dan melalui
banyak peristiwa. Salama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk
menggambarkan bagaimana perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat
memengaruhi reaksi manusia sepanjang tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini disebut
proses "penuaan yang sukses" contoh dari teori ini termasuk teori kepribadian.

a. Teori Kepribadian

Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam


tahun- tahun akhir kehidupannya yang telah merangsang penelitian yang pantas
dipertimbangkan. Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan
psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Juga
mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang dewasa yang
memandang kepribadian sebagai ektrovert atau introvert ia berteori bahwa
keseimbangan antara keddua hal tersebut adalah penting kesehatan. Didalam
konsep intoritas dari Jung, separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan
dengan memeiliki tujuannya sendiri yaitu untuk mengembangkan kesadaran diri
sendiri melalui aktivitas yang dapat merefleksikan diri sendiri.

b. Teori Tugas Perkembangan


Beberapa ahli teori sudah menguraikan proses maturasi dalam kaitannya
dengan tugas yang harus dikuasai pada tahap sepanjang rentang hidup manusia.
Hasil penelitian Ericson mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidang ini.
Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh
seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang
sukses.

Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan


seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada kondisis tidak adanya
pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut
beresiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa. Minat yang terbaru
dalam konsep ini sedang terjadi pada saat ahli gerontologi dan perawat gerontologi
memeriksa kembali tugas perkembanagn lansia.

c. Teori Disengagement

Teori disengagement (teori pemutusan hubungan), dikembangkan pertama kali


pada awal tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran
bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri ini
dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari
masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan bahagia apabila kontak sosial telah
berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat
pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk
merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang tidak terpenuhi,
sedangkan manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan
generasi tua pada generasi muda.

Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagian karena penelitian ini


dipandang cacat dan karena banyak lansia yang menentang "postulat" yang dibangkitkan
oleh teori untuk menjelaskan apa yang terjadi didalam pemutusan ikatan atau hubungan.
Sebagai contoh, dibawah kerangka kerja teori ini, pensiun wajib menjadi kebijakan sosial
yang harus diterima. Dengan meningkatnya rentang waktu kehidupan alami, pensiun pada
usia 65 tahun berarti bahwa seorang lanjut usia yang sehat dapat berharap untuk hidup 20
yahun lagi. Bagi banyak individu yang sehat dan produktif, prospek diri suatu langkah yang
lebih lambat dan tanggung jawab yang lebih sedikit merupakan hal yang tidak diinginkan.
Jelasnya, banyak lansia dapat terus menjadi anggota masyarakat produktif yang baik
sampai mereka berusia 80 sampai 90 tahun.

d. Teori Aktivitas

Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas penuaan, yang
berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif.
Havighurst yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat
untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia pada tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai
penelitian telah memvalidasi hubungan positif antara mempertahankan interaksi yang
penuh arti dengan oranglain dan kesejahteraan fisik dan mental orang tersebut. Gagasan
pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan
oleh orang lain.

e. Teori Kontinuitas

Teori kontinuitas, juga di kenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan suatu
kelanjutan dari dua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian
pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan
terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori ini menekankan pada kemampuan koping
individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana
seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan. Ciri
kepribadian dasar dikatakan tetap tidak berubah walaupun usianya telah lanjut.
Selanjutnya, ciri kepribadian secara khas menjadi lebih jelas pada saat orang tersebut
bertambah tua. Seseorang yang menikmati bergabung dengan orang lain dan memiliki
kehidupan sosial yang aktif akan terus menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut.
Orang yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas yang terbatas mungkin
akan menemukan kepuasan dalam melanjutkan gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa
memiliki kendali dalam membuat keputusan mereka sendiri tidak akan dengan mudah
menyerahkan peran ini hanya karena usia mereka yang telah lanjut. Selain itu, individu
yang telah melakukan manipulasi atau abrasi dalam interaksi interpersonal mereka selama
masa mudanya tidak akan tiba-tiba mengembangkan suatu pendekatan yang berbeda
didalam masa akhir krhidupannya.
f. Teori kebutuhan manusia

Banyak teori psikologis yang memberi konsep motivasi dan kebutuhan manusia.
Teori Maslow merupakan salah satu contoh yang diberikan pada lansia. Setiap manusia
yang berada pada levelpertama akan mengambil prioritas untuk mencapai.

Level yang lebih tinggi; aktualisasi diri akan terjadi apabila seseorang dengan yang lebih
rendah tingkat kebutuhannya terpenuhi untuk beberapa derajat, maka ia akan terus
bergerak di antara tingkat, dan mereka selalu berusaha menuju tingkat yang lebih tinggi.

2.4 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Usia Lanjut


Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degenerative
yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual

1. Perubahan Fisik

a. Sistem Indra

b. Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguanpada pendengaran) oleh karena hilangnya


kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi
pada usia diatas 60 tahun.

c. Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastiskering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak.
Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul
pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.

d. Sistem Muskuloskeletal Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain


sebagai berikut: Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung
utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan
menjadi bentangan yang tidak teratur. pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik,
tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah, 2011).1)Perubahan Fisik
e. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah di obserfasi adalah bagian dari penuaan
fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas
dan fraktur. (f)Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan
jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak

pada otot mengakibatkan efek negatif.

f. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia
mengalami penuaan elastisitas.

2. Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi

Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi mencakup:

a. Sistem kardiovaskuler

Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan kemampuan


peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan
lipofusin dan klasifikasi Sa nudedan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.

b. Sistem respirasi

Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap, tetapi
volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara
yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak
mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dankemampuan peregangan toraks
berkurang.

c. Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai
kemunduran fungsi yang nyata :

1) Kehilangan gigi,

2) Indra pengecap menurun,

3) Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),


4) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah.

d. Sistem perkemihan

Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya lajufiltrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.

e. Sistem saraf

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada
serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari. f. Sistem reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus.
Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

3. Perubahan Kognitif

1) Memory (Daya ingat, Ingatan)

2) IQ (Intellegent Quocient)

3) Kemampuan Belajar (Learning)

4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)

5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)

6) Pengambilan Keputusan (Decission Making)

7) Kebijaksanaan (Wisdom)

8) Kinerja (Performance)

9) Motivasi

2.5 Faktor-Faktor Perubahan Proses Menua


Faktor-faktor perubahan proses menua dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal pada perubahan proses menua.
1. Faktor internal

Pengaruh faktor-faktor internal seperti terjadinya penurunan anatomik, fisiologik dan


perubahan psikososial pada proses menua makin besar, penurunan ini akan menyebabkan
lebih mudah timbulnya penyakit dimana batas antara penurunan tersebut dengan
penyakit seringkali tidak begitu nyata. Penurunan anatomik dan fisiologik dapat meliputi
sistem saraf pusat, kardiovaskuler, pernapasan, metabolisme, ekskresi, musculoskeletal
serta kondisi psikososial.

Kondisi psikososial itu sendiri meliputi perubahan kepribadian yang menjadi faktor
predisposisi yaitu gangguan memori, cemas, gangguan tidur, perasaan kurang percaya
diri, merasa diri menjadi beban orang lain, merasa rendah diri, putus asa dan dukungan
sosial yang kurang. Faktor sosial meliputi perceraian, kematian, berkabung, kemiskinan,
berkurangnya interaksi sosial dalam kelompok lansia mempengaruhi terjadinya depresi.
Respon perilaku seseorang mempunyai hubungan dengan kontrol sosial yang berkaitan
dengan kesehatan. Frekuensi kontak sosial dan tingginya integrasi dan keterikatan sosial
dapat mengurangi atau

memperberat efek stress pada hipotalamus dan sistim saraf pusat. Hubungan sosial ini
dapat mengurangi kerusakan otak dan efek penuaan. Makin banyaknya jumlah jaringan
sosial padausialanjut mempunyai hubungan dengan fungsi kognitifatau mengurangi rata-
rata penurunan kognitif 39%.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang berpengaruh pada percepatan proses menua antara lain gaya hidup,
faktor lingkungan dan pekerjaan. Gaya hidup yang mempercepat proses penuaan adalah
jarang beraktifitas fisik, perokok, kurang tidur dan nutrisi yang tidak teratur. Hal tersebut
dapat diatasi dengan strategi pencegahan yang diterapkan secara individual pada usia
lanjut yaitudengan menghentikan merokok. Serta faktor lingkungan, dimana lansia
manjalani kehidupannya merupakan faktor yang secara langsung dapat berpengaruh pada
proses menua karena penurunan kemampuan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki
usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi
suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.

WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada
Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh.

Teori penuaan secara umummenurut Lilik Ma'rifatul (2011)dapat dibedakan menjadi dua
yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial. Teori biologis mencoba untuk menjelaskan
proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia
dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler
dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan
melawan penyakit.

Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang
menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis.
Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan dengan
perubahan psikologis.

Faktor-faktor perubahan proses menua dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal
pada perubahan proses menua.

3.2 Saran
Semoga makalah ini, menjadi sumber referensi, baik acuan sebagai pembelajan, maupun
sebagai pedoman dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan kepada lanjut usia.
DAFTAR PUSTAKA

Al Husna, C.H. Teori Proses Menua dan Permasalahannya; Diakses tanggal 14/05/2019
dari http://s1keperawatan.umm.ac.id/files/file/Teori%20Proses%20Menua%20dan
%20Permasalahannya.pdf

Notoadmodjo, S.2012. Motodologi Penelitian Kesehatan, penerbit, PT RINEKACIPTA,


jakarta

Pringgoutumo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung Seto.

Watson, R. 2003; Perawatan pada Lansia, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Anda mungkin juga menyukai