Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI PENUAAN
Dosen Pengampu : Ns. Abdul Karim S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :
Anti Khaerunnisa 19292011002
Irna Harisa 19292011008
Rifki Maulana Hakiki 19292011013

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKes FAATHIR HUSADA TANGERANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat limpahan
rahmatnya, karunia-Nya dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Teori
Penuaan”.
Selain bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah keperawatan gerontik
makalah ini juga disusun dengan maksud agar teman-teman mahasiswa dapat memperluas
ilmu dan pengetahuan tentang teori penuaan. Pembahasan makalah ini dilakukan secara lugas
dan sederhana sehingga akan mudah dipahami, dalam pembuatan nya kami dapat informasi
dari berbaga literature, yang berhubungan dan sesuai dengan apa yang sudah disarankan demi
untuk memperoleh hasil yang optimal walaupun masih banyak kekurangan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya teman-teman
mahasiswa. Terimakasih

Tangeranng, 23 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak awal manusia telah berusaha menjelaskan bagaimana dan mengapa terjadi
penuaan, namun tidak ada teori tunggal yang dapat menjelaskan proses penuaan. Setiap orang
akan mengalami penuaan, tetapi penuaan pada setiap individu akan berbeda tergantung faktor
herediter, stresor lingkungan, dan sejumlah besar faktor yang lain. Walaupun tidak ada satu
teori yang dapat menjelaskan peristiwa fisik, psikologis, dan peristiwa sosial yang kompleks
yang terjadi dari waktu ke waktu, suatu pemahaman dari penelitian dan teori-teori yang
dihasilkan sangat penting bagi perawat untuk membantu orang lanjut usia memelihara
kesehatan fisik dan psikis yang sempurna.
Gerontologi studi ilmiah tentang efek penuaan dan penyakit yang berhubungan
dengan penuaan pada manusia, meliputi aspek biologis, fisiologis, psikososial, dan aspek
rohani dari penuaan. Perawat yang merencanakan dan memberikan perawatan pada orang
diusianya yang telah lanjut mendukung dan mengembangkan teori yang menjadi dasar untuk
asuhan keperawatan selama tahap akhir kehidupan ini.
Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi biasanya
dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikososial. Penelitian
yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan perhatian pada indikator yang dapat
dilihat dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori
psikososial mencoba untuk menjelaskan bagaimana proses tersebut di pandang dalam kaitan
dengan kepribadian dan perilaku.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari usia lanjut?
2. Bagaimana batasan usia lanjut?
3. Apa saja teori-teori penuaan?
4. Apa saja perubahan-perubahan pada usia lanjut?
5. Apa saja faktor-faktor perubahan proses menua?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari usia lanjut
2. Untuk mengetahui batasan usia lanjut
3. Untuk mengetahui teori-teori penuaan
4. Untuk mengetahui perubahan-perubahan pada usi lanjut
5. Untuk mengetahui faktor-faktor perubahan proses menua

1.4 Manfaat Penulisan


Untuk menambah pengetahuan kelompok tentang teori-teori penuaan, dan sebagai
pembelajaran dalam melakukan tindakan keperawatan pada lansia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penuaan
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini
akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya. Yaitu anak, dewasa,
dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usi tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang di tandai dengan kulit yang
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan
semakin memburuk, gerakan lambat dan figure tubuh yang tidak proposional
(Nugroho,2006).
Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang di derita (Constantimides,1994)
WHO dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
dimulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya dan umumnya dialami seluruh makhluk
hidup. Menua merupakan proses penurunan fungsi struktural tubuh yang diikuti penurunan
daya tahan tubuh. Setiap orang akan mengalami masa tua, akan tetapi penuaan pada tiap
orang berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor
tersebut dapat berupa faktor herediter, nutrisi, stress, status kesehatan dan lain-lain (Stanley,
2006).

2.2 Batasan Usia Lanjut (Lansia)


Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World Health
Organisation (WHO) lansia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) antar usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antar usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun

Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006)


pengelompokkan lansia menjadi :
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan
kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut
dini (usia 60-64 tahun)
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia >65 tahun)
Menurut Undang-undang No. 4 Tahun 1965 Pasal 1 seseorang dapat dinyatakan
sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah bersangkutan mencapai umur 55 tahun,
tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Undang-undang No. 13
Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas.
2.3 Teori-Teori Penuaan
Teori penuaan secara umum menurut Lilik Ma’rifatul (2011) dapat dibedakan menjadi
dua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial.
1. Teori Biologi
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk
perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian.
Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam
sistem organ utama dan kemampuan tubuh untukk berfungsi secara adekuat dan
melawan penyakit.

Teori biologis juga mencoba untuk menjelaskan mengapa orang mengalami


penuaan dengan cara berbeda dari waktu kewaktu dan faktor apa yang memengaruhi
umur panjang, perlawanan terhadap organisme, dan kematian atau perubahan seluler.
Suatu pemahaman tentang perspektif biologi dapat memberikan pengetahuan kepada
perawat tentang faktor resiko spesifik dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana
orang dapat dibantu untuk meminimalkan atau menghindari resiko dan
memaksimalkan kesehatan.

a. Teori Genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama disebabkan oleh
pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut
teori genetike, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang
berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata
lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya. Teori
genetika terdiri dari teori asam deoksiribonukleat (DNA), teori ketetapan dan
kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen.
Teori-teori ini menyatakan bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler
menjadi tidak teratur karena adanya informasi tidak sesuai yang diberikan dari inti sel.
Molekul DNA menjadi bersilangan (crosslink) dengan unsur yang lain sehingga
mengubah informasi genetik. Adanya crosslink ini mengakibatkan kesalahan pada
tingkat seluler yang akhirnya mengakibatkan sistem dan organ tubuh gagal untuk
berfungsi. Bukti yang mendukung teori-teori ini termasuk perkembangan radikal
bebas, kolagen, dan lipofusin. Selain itu, peningkatan frekuensi kanker dan penyakit
autoimun yang dihubungkan dengan bertambahnya umur menyatakan bahwa mutasi
atau kesalahan terjadi pada tingkat molekular dan selular.

b. Teori Radikal Bebas


Radikal bebas adalah produk metbolisme seluler yang merupakan bagian
molekul yang sangat reaktif. Molekul ini memiliki muatan ekstraseluler kuat yang
dapat menciptakan reaksi dengan protein, mengubah bentuk dan sifatnya, molekul ini
juga dapat bereaksi dengan lipid yang berada dalam membran sel, mempengaruhii
permeabilitasnya atau dapat berikatan dengan organel sel. Teori ini menyatakan
bahwa penuaan disebabkan karena terjadinya akumulasi kerusakan irreversibel akibat
senyawa pengoksidasi. Dimana radikal bebas dapat terbentuk dialam, tidak stabilnya
radikal bebas mengakibatkan oksidasi bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
protein.

c. Teori Crosslink
Teori crosslink dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan
elastin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan
rigiditas sel, crosslink diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan senyawa
antara molekul-molekul yang normalnya terpisah atau secara singkatnya sel-sel tua
atau usang, reaksi kimianya meyebabkan kurang elastis dan hilangnya fungsi. Contoh
crosslink jaringan ikat terkait usia meliputi penurunan kekuatan daya rentang dinding
arteri, tanggalnya gigi, tendon kering dan berserat.

d. Teori Wear and Tear


Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi
dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya
malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami
kerusakan berdasarkan suatu jadwal.
Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolisme yang
menyebabkan kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas dengan cepat
dihancurkan oleh sistem enzim pelindung pada kondisi normal. Beberapa radikal
bebas berhasil lolos dari proses perusakan ini dan berakumulasi didalam struktur
biologis yang penting, saat itu kerusakan organ terjadi.
Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada pembentukan radikal
bebas, sehingga ilmuwan memiliki hipotesis bahwa tingkat kecepatan produksi
radikal bebas berhubungan dengan penentuan waktu rentang hidup. Pembatasan kalori
dan efeknya pada perpanjangan rentang hidup mungkin berdasarkan pada teori ini.
Pembatasan kalori telah terbukti dapat meningatkan masa hidup pada tikus percobaan.
Sepanjang masa hidup, tikus-tikus tersebut telah mengalami penurunan angka
kejadian kemunduran fungsional, dan mengalami lebih sedikit kondisi penyakit yangg
berkaitan dengan peningkatan umur, berkurang nya kemunduran fungsional tubuh,
dan menurunnya insidensi penyakit yang berhubungan dengan penuaan.

e. Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang
berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua pertahanan mereka
terhadap organismem asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan
untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan
berkurang nya fungsi sistem imun, terjadilah peningkatan dalam respons autoimun
tubuh. Ketika orang mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami penyakit
autoimun seperti artritis reumaoid dan alergi terhadap makanan dan faktor lingkungan
yang lain. Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran kelenjar timus. Berat dan
ukuran kelenjar timus menurun seiring dengan bertambahnya umur, seperti halnya
kemampuan tubuh untuk diferensiasi sel T. Karena hilangnya diferensiasi sel T, tubuh
salah mengenali sel yang tua dan tidak beraturan sebagai benda asing dan
menyerangnya.
Pentingnya pendekatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan
promosi kesehatan terhadap pelayanan kesehatan, terutama pada saat penuaan terjadi
tidak dapat diabaikan. Walaupun semua orang memerlukan pemeriksaan rutin untuk
memastikan deteksi dini dan perawatan seawal mungkin, tetapi pada orang lanjut usia
kegagalan melindungi sistem imun yang telah mengalami penuaan melalui
pemeriksaan kesehatan ini dapat mendorong ke arah kematian awal dan tidak terduga.
Selain itu, program imunisasi secara nasional untuk mencegah kejadian dan
penyebaran epidemi penyakit, seperti pneumonia dan influenza diantara orang lanjut
usia juga mendukung dasar teoristis praktik keperawatan.

f. Teori Neuroendokrin
Diskusi sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun serta interaksi
antara sistem saraf dan sistem endokrin menghasilkan persamaan yang luar biasa.
Pada kasus selanjutnya para ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh karena
adanya suatu dampak pada reaksi yang diatur oleh sistem saraf. Hal ini lebih jelas
ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal, dan reproduksi.
Salah satu are neurologis yang mengalami gangguan secara universal akibat
penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses, dan
bereaksi terhadap perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respon ini
kadang-kadang diinterpretasikan sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurang nya
pengetahuan. Pada umumnya, sebenarnya yang terjadi bukan satupun dari hal-hal
tersebut, tetapi orang lanjut usia sering dibutat untuk merasa seolah-olah mereka tidak
kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat memfasilitasi proses pemberian perawatan
dengan cara memperlambat instruksi dan menunggu respon mereka.
g. Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkugan (misalnya karsinogen dari
industri, cahaya matahari, trauma dan infesi) dapat membawa perubahan dalam proses
penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuan, dampak
dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder daan bukan merupakan faktor
utama dalam penuaan. Perawat dapat mempunyai pengetahuan yang mendalam
tentang dampak dari aspek ini terhadap penuaan dengan cara mendidik semua
kelompok umur tentang hubungan antara faktor lingkungan dan penuaan yang
dipercepat. Ilmu pengetahuan baru mulai untuk mengungkap berbagai faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi penuaan.

2. Teori Psikososialogis
Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku
yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada
kerusakan anatomis. Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfiksi
dikombinasikan dengan perubahan psikologis.
Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua adalah unik dan memiliki
pengalaman, melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan, dan melalui banyak
peristiwa. Selama 40 tahn terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk
menggambarkan bagaimana perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat
memengaruhi reaksi manusia sepanjang tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini disebut
proses “penuaan yang sukses” contoh dari teori ini termasuk teori kepribadian.
a. Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam tahun-
tahun akhir kehidupannya yang telah merangsang penelitian yang pantas
dipertimbangkan. Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan
psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Juga
menggambarkan suatu teori pengembangan kepribadian orang dewasa yang
memandang kepribadian sebagai ektrovert atau introvert iaberteori bahwa
keseimbangan antara keddua hal tersebut adalah penting kesehatan. Didalam
konsep intoritas dari Jung, separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan
dengan memeiliki tujuannya sendiri yaitu untuk mengembangkan kesadaran diri
sendiri melalui aktivitas yang dapat merefleksikan diri sendiri.

b. Teori Tugas Perkembangan


Beberapa ahli teori sudah menguraikan proses maturasi dalam kaitannya dengan tugas
yang harus dikuasai pada tahap sepanjang rentang hidup manusia. Hasil penelitian
Ericson mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidang ini. Tugas perkembangan
adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap
spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses.
Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan
seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada kondisis tidak
adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka
lansia tersebut beresiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa.
Minat yang terbaru dalam konsep ini sedang terjadi pada saat ahli gerontologi dan
perawat gerontologi memeriksa kembali tugas perkembanagn lansia.

c. Teori Disengagement
Teori disengagement (teori pemutusan hubungan), dikembangkan pertama kali
pada awal tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari
peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini, proses
penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting
untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan
bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab telah diambil
oleh generasi yang lebih muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia
adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan pencapaian hidupnya
dan untuk menghadapi harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi
masyarakat adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan generasi tua pada
generasi muda.
Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagian karena penelitian ini
dipandang cacat dan karena banyak lansia yang menentang “postulat” yang
dibangkitkan oleh teori untuk menjelaskan apa yang terjadi didalam pemutusan
ikatan atau hubungan. Sebagai contoh, dibawah kerangka kerja teori ini, pensiun
wajib menjadi kebijakan sosial yang harus diterima. Dengan meningkatnya rentang
waktu kehidupan alami, pensiun pada usia 65 tahun berarti bahwa seorang lanjut
usia yang sehat dapat berharap untuk hidup 20 yahun lagi. Bagi banyak individu
yang sehat dan produktif, prospek diri suatu langkah yang lebih lambat dan
tanggung jawab yang lebih sedikit merupakan hal yang tidak diinginkan. Jelasnya,
banyak lansia dapat terus menjadi anggota masyarakat produktif yang baik sampai
mereka berusia 80 sampai 90 tahun.

d. Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas penuaan, yang
berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap
aktif. Havighurst yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial
sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia pada tahun 1952. Sejak
saat itu, berbagai penelitian telah memvalidasi hubungan positif antara
mempertahankan interaksi yang penuh arti dengan oranglain dan kesejahteraan
fisik dan mental orang tersebut. Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus
seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang lain. Kesempatan
untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang
penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi
lansia. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara
negatif memengaruhi kepuasan hidup.

Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan pentingnya aktivitas mental dan fisik
yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan kesehatan
sepanjang masa kehidupan manusia.

e. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga di kenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan
suatu kelanjutan dari dua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan
dampak kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar
mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori ini
menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian
sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan
diri terhadap perubahan akibat penuaan. Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap
tidak berubah walaupun usianya telah lanjut. Selanjutnya, ciri kepribadian secara
khas menjadi lebih jelas pada saat orang tersebut bertambah tua. Seseorang yang
menikmati bergabung dengan orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang aktif
akan terus menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut. Orang yang
menyukai kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas yang terbatas mungkin akan
menemukan kepuasan dalam melanjutkan gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa
memiliki kendali dalam membuat keputusan mereka sendiri tidak akan dengan
mudah menyerahkan peran ini hanya karena usia mereka yang telah lanjut. Selain
itu, individu yang telah melakukan manipulasi atau abrasi dalam interaksi
interpersonal mereka selama masa mudanya tidak akan tiba-tiba mengembangkan
suatu pendekatan yang berbeda didalam masa akhir krhidupannya.
Ketika perubahan gaya hidup dibebankan pada lansia oleh perubahan sosial-
ekonomi atau faktor kesehatan, permasalahan mungkin akan timbul. Kepribadian
yang tetap tidak diketahui selama pertemuan atau kunjungan singkat kadang-
kadang dapat menjadi fokal dan juga menjadi sumber kejengkelan ketika situasi
mengharuskan adanya suatu perubahan didalam pengaturan tempat tinggal.
Keluarga yang berhadapan dengan keputusan yang sulit tentang perubahan
pengaturan tempat tinggal untuk seorang lansia sering memerlukan banyak
dukungan. Suatu pemahaman tentang pola kepribadian lansia sebelumnya dapat
memberikan pengertian yang lebih diperlukan dalam proses pengambilan
keputusan ini.

f. Teori kebutuhan manusia


Banyak teori psikologis yang memberi konsep motivasi dan kebutuhan manusia.
Teori Maslow merupakan salah satu contoh yang diberikan pada lansia. Setiap
manusia yang berada pada levelpertama akan mengambil prioritas untuk mencapai.
Level yang lebih tinggi; aktualisasi diri akan terjadi apabila seseorang dengan yang
lebih rendah tingkat kebutuhannya terpenuhi untuk beberapa derajat, maka ia akan
terus bergerak di antara tingkat, dan mereka selalu berusaha menuju tingkat yang
lebih tinggi.

2.4 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Usia Lanjut


Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degenerative
yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah, 2011).
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
b. Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguanpada pendengaran) oleh karena
hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti
kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
c. Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak
elastiskering dan berkerut.Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula
sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
d. Sistem Muskuloskeletal Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara
lain sebagai berikut : Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai
pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami
perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. pada diri manusia, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah,
2011).1)Perubahan Fisik
e. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah di obserfasi adalah bagian dari
penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan
nyeri, deformitas dan fraktur.(f)Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat
berfariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.
f. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia
mengalami penuaan elastisitas.

2. Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi

Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi mencakup :

a. Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan kemampuan
peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan
penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nudedan jaringan konduksi berubah
menjadi jaringan ikat.
b. Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap, tetapi
volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru,
udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi
torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dankemampuan peregangan
toraks berkurang.
c. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi
sebagai kemunduran fungsi yang nyata :
1) Kehilangan gigi,
2) Indra pengecap menurun,
3) Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
4) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
d. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya lajufiltrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh
ginjal.
e. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada
serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan
dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
f. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus.
Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

3. Perubahan Kognitif
1) Memory (Daya ingat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quocient)
3) Kemampuan Belajar (Learning)
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6) Pengambilan Keputusan (Decission Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi
2.5 Faktor-Faktor Perubahan Proses Menua
Faktor-faktor perubahan proses menua dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal pada perubahan proses menua.
1. Faktor internal
Pengaruh faktor-faktor internal seperti terjadinya penurunan anatomik, fisiologik
dan perubahan psikososial pada proses menua makin besar, penurunan ini akan
menyebabkan lebih mudah timbulnya penyakit dimana batas antara penurunan
tersebut dengan penyakit seringkali tidak begitu nyata. Penurunan anatomik dan
fisiologik dapat meliputi sistem saraf pusat, kardiovaskuler, pernapasan,
metabolisme, ekskresi, musculoskeletal serta kondisi psikososial.
Kondisi psikososial itu sendiri meliputi perubahan kepribadian yang menjadi faktor
predisposisi yaitu gangguan memori, cemas, gangguan tidur, perasaan kurang
percaya diri, merasa diri menjadi beban orang lain, merasa rendah diri, putus asa
dan dukungan sosial yang kurang. Faktor sosial meliputi perceraian, kematian,
berkabung, kemiskinan, berkurangnya interaksi sosial dalam kelompok lansia
mempengaruhi terjadinya depresi. Respon perilaku seseorang mempunyai
hubungan dengan kontrol sosial yang berkaitan dengan kesehatan.
Frekuensi kontak sosial dan tingginya integrasi dan keterikatan sosial dapat
mengurangi atau memperberat efek stress pada hipotalamus dan sistim saraf pusat.
Hubungan sosial ini dapat mengurangi kerusakan otak dan efek penuaan. Makin
banyaknya jumlah jaringan sosial padausialanjut mempunyai hubungan dengan
fungsi kognitifatau mengurangi rata-rata penurunan kognitif 39%.

2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh pada percepatan proses menua antara lain gaya
hidup, faktor lingkungan dan pekerjaan. Gaya hidup yang mempercepat proses
penuaan adalah jarang beraktifitas fisik, perokok, kurang tidur dan nutrisi yang
tidak teratur. Hal tersebut dapat diatasi dengan strategi pencegahan yang
diterapkan secara individual pada usia lanjut yaitudengan menghentikan merokok.
Serta faktor lingkungan, dimana lansia manjalani kehidupannya merupakan faktor
yang secara langsung dapat berpengaruh pada proses menua karena penurunan
kemampuan sel, faktor-faktor ini antara lain zat-zat radikal bebas seperti asap
kendaraan, asap rokok meningkatkan resiko penuaan dini, sinar ultraviolet
mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen sehingga kulit tampak lebih tua.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia
yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaan.
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah usia
permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsurangsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses
menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar
tubuh.
Teori penuaan secara umummenurut Lilik Ma’rifatul (2011)dapat dibedakan
menjadidua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial. Teori biologis
mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan
struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam
tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan
kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit.
Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku
yang
menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan
anatomis. Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik
dikombinasikan dengan perubahan psikologis.
Faktor-faktor perubahan proses menua dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal pada perubahan proses menua.

3.2 Saran
Semoga makalah ini, menjadi sumber referensi, baik acuan sebagai pembelajan,
maupun sebagai pedoman dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan kepada
lanjut usia.

Daftar pustaka
Al Husna, C.H. Teori Proses Menua dan Permasalahannya; Diakses tanggal
14/05/2019 dari http://s1keperawatan.umm.ac.id/files/file/Teori%20 Proses%20
Menua%20dan%20 Permasalahannya.pdf
Notoadmodjo, S.2012. Motodologi Penelitian Kesehatan, penerbit, PT
RINEKACIPTA, jakarta
Pringgoutumo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung
Seto.Watson, R. 2003; Perawatan pada Lansia,Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC,

Anda mungkin juga menyukai