Anda di halaman 1dari 16

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANJUT USIA

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psychology Of Aging

Dosen pengampu :

DR. dr. Hj. Siti Nur Asiyah, M.Ag.

Disusun Oleh:

Dinda I.R J01218011


Endah Susilowati J71218040

Fahrul Ilham Al- Fisyahri J91218088

Fajar Mustafa J71216060


Sofwatun NadaYuliana Puteri J01218025
Yusril Ihza J91218120

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN


PRODI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan
dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mengenai “Gambaran Kualitas
Hidup Pada Lanjut Usia”. Tak lupa pula shalawat dan salam kami haturkan kepada
Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari masa yang penuh kemunduran ke masa
yang penuh petunjuk ini.

Kami yang bertanggung jawab atas tugas penelitian ini telah berusaha semaksimal
mungkin untuk membuat tugas ini dengan baik. Sebelumnya kami mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Dr. dr. Hj. Siti Nur Asiyah, M.Ag selaku dosen pembimbing mata kuliah
psychology of aging serta rekan-rekan sekalian yang telah mendukung kami dalam
menjalankan tugas ini. Akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini, kami berharap
bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Surabaya, 4 Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 5
C. Tujuan ............................................................................................................................ 5

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Definisi Lansia ............................................................................................................... 6


B. Definisi Kualitas hidup .................................................................................................. 7
C. Aspek – Aspek Kualitas Hidup ...................................................................................... 9
D. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Lansia ................................................... 11
E. Dampak Dari Rendahnya Kualitas Hidup Lansia ........................................................ 13

BAB 3 PENUTUP

A. Simpulan ...................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penuaan adalah siklus normal yang tidak dapat dicegah dan itu wajar bagi
individu yang diberi anugrah umur panjang, dimana semua orang ingin melanjutkan
hidup dengan tenang, damai, dan menikmati berkumpul dengan anak-anak dan cucu-
cucu tersayang dengan kehangatan yang luar biasa (Hamid, 2006). Tidak semua yang
tua bisa terasa ini adalah kondisi ini. Penuaan tetap menyebabkan masalah aktual,
biologi, mental dan finansial (Nugroho, 2000).
Jumlah lansia ini telah mengalami peningkatan kritis sejak enam puluh tahun
terakhir dari 8% menjadi 10% dari total populasi (Beardetal., 2012). Indonesia sendiri
berdasarkan informasi dari Komite Lansia Nasional (2010) menunjukkan perluasan
besar-besaran jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia selama 30 tahun terakhir.
Lansia merupakan sebuah siklus hidup manusia pasti dialami setiap orang. Pengalaman
hidup, menempatkan lansia bukan hanya sebagai orang yang dituakan dan dihormati di
lingkungannya, tetapi juga dapat berperan sebagai agen perubahan (agent of change) di
lingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya dalam mewujudkan keluarga sehat,
dengan memanfaatkan pengalaman yang sudah dimiliki dan diperkaya dengan
pemberian pengetahuan kesehatan yang sesuai.
Proses lanjut usia menimbulkan permasalahan baik secara fisik, biologis,
mental maupun sosial ekonomi (Nugroho, 2000). Jumlah penduduk lanjut usia semakin
bertambah banyak, bahkan cenderung lebih cepat dan pesat. Cohen dan Lazarus
(Sarafino, 1994) menyatakan bahwa kualitas hidup adalah tingkatan yang
menggambarkan keunggulan seorang individu yang dapat dinilai dari kehidupan
mereka. Idealnya masa lanjut usia memiliki kualitas hidup yang dapat membangkitkan
semangat pada lansia tidak hanya masalah fisik, ekonomi, psikis.
Kualitas hidup tidak hanya ditemukan pada orang-orang yang sukses atau
orangorang yang kaya raya. Kualitas hidup justru sering kali ditemukan pada
orangorang yang mulai bangkit dari keterpurukan, orang-orang yang ingin berusaha
menjadi hebat, dan dekat dengan sang pencipta. Banyak perubahan dan masalah yang
terjadi pada lansia seiring dengan sistem penuaan, seperti penurunan fungsi biologis,
psikologis, sosial, atau finansial. Segala perkembangan yang terjadi pada lansia jelas
akan menjadi stressor bagi lansia dan akan mempengaruhi bantuan pemerintah bagi

4
yang lebih tua. kesejahteraanhiduplansia. Kesejahteraan hidup lansia yang meningkat
akan meningkatkan pula kualitas hidup (Quality ofLife/QOL) karena sistem penuaan,
penyakit, dan berbagai perubahan dan penurunan fungsi yang dialami oleh lansia
mengurangi kualitas hidup lansia secara progresif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lanjut usia?
2. Apa yang dimaksud dengan kualitas hidup?
3. Apa saja aspek dari kualitas hidup?
4. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia?
5. Dampak apa saja yang membuat rendahnya kualitas hidup pada lansia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari lanjut usia.
2. Untuk mengetahui definisi dari kualitas hidup.
3. Untuk mengetahui aspek-aspek dari kualitas hidup.
4. Untuk mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pada lansia.
5. Untuk mengetahui dampak dari rendahnya kualitas hidup pada lansia.

5
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Definisi Lansia
Menurut peraturan pemerintah republik indonesia nomor 43 tahun 2004, lanjut
usia merupakan seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Sedangkan
menurut Hurlock pada tahun 1999, beliau mengatakan bahwa lansia dimulai sejak
umur 60 tahun sampai meninggal dunia yang dapat ditandai dengan adanya
berbagai perubahan yang bersifat fisik dan psikologisnya karena semakin
menunjukkan penurunan dalam setiap perubahan usia. Masalah penurunan fungsi
fisik dan psikologis pada lansia jika tidak diberikan penanganan maka akan
berkembang menjadi masalah yang kompleks yang nantinya dapat mengarah pada
interaksi sosial dengan lingkungan (Mubina, 2018).
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses menjadi tua akan
dialami oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir,
dimana pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental dan
social secara bertahap sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari (tahap
penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup,
termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional.
Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit,
tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya.
Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terkena
berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain.
Pada lansia akan mengalami proses hilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri secara perlahan sehingga tidak dapat mempertahankan tubuh dari
infeksi dan tidak mampu memperbaiki jaringan yang rusak. Beberapa pendapat ahli
dalam Efendi (2009) (dalam Sunaryo, et.al, 2016) tentang batasan-batasan umur
pada lansia sebagai berikut:
a. Undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab 1 pasal 1 ayat 2 yang berbunyi
“ lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas”.
b. World Health Organization (WHO), lansia dibagi menjadi 4 kriteria yaitu usia
pertengahan (middle ege) dari umur 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) dari umur
60-74 tahun, lanjut usia (old) dari umur 75-90 tahun dan usia sangat tua (very
old) ialah umur diatas 90 tahun.

6
c. Dra. Jos Mas (Psikologi UI) terdapat empat fase, yaitu : fase invenstus dari umur
25-40 tahun, fase virilities dari umur 40-55 tahun, fase prasenium dari umur 55-
65 tahun dan fase senium dari 65 tahun sampai kematian.
d. Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age) dibagi
menjadi 3 kriteria, yaitu young old dari umur 75-75 tahun, old dari umur 75-80
tahun dan very old 80 tahun keatas.

B. Definisi Kualitas Hidup


Kualitas hidup lanjut usia merupakan suatu komponen yang kompleks,
mencakup usia harapan hidup, kepuasan dalam kehidupan, kesehatan psikologis
dan mental, fungsi kognitif, kesehatan dan fungsi fisik, pendapatan, kondisi tempat
tinggal, dukungan sosial dan jaringan sosial (Sutikno 2011). Kualitas hidup pada
lanjut usia menggambarkan fase kehidupan yang dimasuki lanjut usia. Kualitas
hidup individu yang satu dengan yang lain akan berbeda, hal itu tergantung pada
definisi atau interpretasi masing-masing individu tentang kualitas hidup yang baik.
Kualitas hidup yang tinggi menggambarkan bahwa individu memasuki fase
integritas dalam tahap akhir hidupnya, begitu juga dengan kualitas hidup yang
rendah berdampak pada keputusasaan yang dialami oleh lanjut usia. kualitas hidup
juga berkaitan erat dengan kebahagiaan, kepuasan hidup dan kesejahteraan
subjektif yang saling berhubungan satu dan lainnya. Kualitas hidup juga dikaitkan
dengan lingkungan yang nyaman, usia dan kesehatan individu secara menyeluruh
yang dipandang sebagai komponen dari kualitas hidup (Phillips, 2006).
Menjaga kualitas hidup yang baik pada lanjut usia sangat dianjurkan dalam
kehidupan sehari-hari. Hidup lanjut usia yang berkualitas merupakan kondisi
fungsional yang optimal, sehingga mereka dapat menikmati masa tuanya dengan
bahagia dan dapat berguna. World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)
mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di
masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan
tujuan, harapan, standar, dan perhatian. Kualitas hidup merupakan suatu konsep
yang sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis, tingkat
kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan.

7
Kualitas hidup lansia adalah tingkat kesejahteraan dan kepuasan dengan
peristiwa atau kondisi yang dialami lansia, yang dipengaruhi oleh penyakit atau
pengobatan. Kualitas hidup lansia bisa didapatkan dari kesejahteraan hidup lansia,
emosi, fisik, pekerjaan dan kehidupan sosial.
Econimic and Social Research Council (ESRC, 2004) menyebutkan bahwa
kualitas hidup dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini, yaitu dukungan sosial
yang baik dengan keluarga, teman dan tetangga; standar harapan hidup; keterlibatan
dalam kegiatan sosial dan kegiatan amal; kegiatan hobi dan kesukaan; kesehatan
yang baik dan kemampuan fungsional; rumah dan lingkungan yang baik serta
perasaan aman; kepercayaan/ nilai diri positif; kesejahteraan psikologis dan
emosional; pendapatan yang cukup; akses yang mudah dalam transportasi dan
pelayanan; dan perasaan dihargai dan dihormati orang lain.
Menurut Cohen & Lazarus kualitas hidup adalah tingkat kepuasan atau
ketidakpuasan yang dirasakan seseorang tentang berbagai aspek dalam
kehidupannya. Kualitas hidup termasuk kemandirian, privacy, pilihan, penghargaan
dan kebebasan bertindak. Kualitas hidup adalah tingkatan yang menggambarkan
keunggulan seorang individu yang dapat dinilai dari kehidupan mereka.
Keunggulan tersebut biasanya dilihat dari tujuan hidupnya, kontrol pribadinya,
hubungan interpersonal, perkembangan pribadi, intelektual dan kondisi materi.
Diener, dkk dalam artikelnya yang berjudul Quality of Life : Definition and
Measurement menyebutkan bahwa kualitas hidup adalah bagaimana seorang
individu merasakan kebahagiaan hidup, yang dilihat dari kondisi emosional,
kepuasan terahadap kehidupan, kepuasan terhadap pekerjaan dan kepuasan
terhadap hubungan sosial.
Ekasari menyebutkan kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap
kesehatan fisik, sosial dan emosi yang dimilikinya, hal tersebut berkaitan dengan
keadaan fisik dan emosi individu tersebut dalam kemampuannya melaksanakan
ekatifitas sehari-hari yang ditunjang dengan sarana dan prasarana yang ada di
lingkungan sekitar. Quality of life adalah suatu terminologi yang menunjukkan
tentang kesehatan, fisik, sosial dan emosi seseorang serta kemampuannya
melaksanakan tugas sehari – hari.

8
Cummins dalam Kualitas hidup menurut Rebbeca, et.al dalam bukunya yang
berjudul Quality of Life in Health Promotion and Rehabilitastion : Concept
Approaches, issues, and Applications adalah tingkatan seseorang merasa senang
dengan berbagai pilihan penting dalam kehidupannya.
Menurut Van Leeuwen et al. (2019) kualitas hidup di usia tua berarti diri yang
terpelihara dan makna yang ada. Area yang berkontribusi terhadap pengalaman
kualitas hidup adalah: nilai-nilai kehidupan, ingatan akan kehidupan sebelumnya,
aktivitas, kesehatan, orang yang penting dalam kehidupan, kekayaan materi, dan
rumah.
Menurut Seangpraw et al. (2019) kualitas hidup merupakan salah satu indikator
hidup sehat. Kualitas hidup lanisa yang baik akan mendorong lansia menjadi
produktif, sejahtera, mandiri, dan lebih sehat.
Kualitas hidup dipengaruhi oleh kesehatan fisik, keadaan psikologis, tingkat
kemandirian, hubungan sosial, dan hubungan dengan aspek penting dalam
lingkungan (Bowling, 2003). Kualitas hidup merupakan hal yang penting dalam
kehidupan lansia, yaitu meningkatkan harapan hidup lansia. Sarafino dan Smith
(2011) mengungkapkan bahwa kualitas hidup membuat individu tidak mudah sakit
dan mempercepat proses kesembuhan serta menjadi pertimbangan yang penting
dalam usaha pencegahan munculnya penyakit, baik sebelum maupun sesudah rasa
sakit itu dirasakan. Menjaga kualitas hidup merupakan usaha untuk menjaga
kesehatan, membantu lansia sembuh dengan cepat, dan mengurangi dampak negatif
dari penyakitnya.

C. Aspek –aspek kualitas hidup


Menurut WHOQOL Group (Power dalam Lopers dan Snyder, 2004), kualitas
hidup memiliki enam aspek yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, tingkat
kemandirian, hubungan sosial, hubungan dengan lingkungan, dan keadaan spiritual.
WHOQoL ini kemudian dibuat lagi menjadi insturment WHOQoL –BREF dimana
enam aspek tersebut dipersempit menjadi empat aspek yaitu kesehatan fisik,
kesejahteraan psikologis, hubungan sosial dan hubungan dengan lingkungan (
Power, dalam Lopez dan Snyder, 2004).
1. Aspek Kesehatan fisik
Kesehatan fisik dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan
aktivitas. Aktivitas yang dilakukan individu akan memberikan pengalaman-

9
pengalaman baru yang merupakan modal perkembangan ke tahap selanjutnya.
Kesehatan fisik mencakup aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada obat-obatan
dan bantuan medis, energi dan kelelahan, mobilitas (keadaan mudah bergerak),
sakit dan ketidak nyamanan, tidur dan istirahat, kapasitas kerja.

2. Aspek psikologis
Aspek psikologis yaitu terkait dengan keadaan mental individu. Keadaan mental
mengarah pada mampu atau tidaknya individu menyesuaikan diri terhadap berbagai
tuntutan perkembangan sesuai dengan kemampuannya, baik tuntutan dari dalam
diri maupun dari luar dirinya. Aspek psikologis juga terkait dengan aspek fisik,
dimana individu dapat melakukan suatu aktivitas dengan baik bila individu tersebut
sehat secara mental.
Kesejahteraan psikologis mencakup bodily image dan appearance, perasaan positif,
perasaan negatif, self esteem, spiritual/agama/keyakinan pribadi, berpikir, belajar,
memori dan konsentrasi.

3. Aspek hubungan sosial


Aspek hubungan sosial yaitu hubungan antara dua individu atau lebih dimana
tingkah laku individu tersebut akan saling mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki tingkah laku individu lainnya. Mengingat manusia adalah mahluk
sosial maka dalam hubungan sosial ini, manusia dapat merealisasikan kehidupan
serta dapat berkembang menjadi manusia seutuhnya. Hubungan sosial mencakup
hubungan pribadi, dukungan sosial, aktivitas seksual.

4. Aspek lingkungan
Aspek lingkungan yaitu tempat tinggal individu, termasuk di dalamnya
keadaan, ketersediaan tempat tinggal untuk melakukan segala aktivitas kehidupan,
termasuk di dalamnya adalah saran dan prasarana yang dapat menunjang
kehidupan. Hubungan dengan lingkungan mencakup sumber financial, kebebasan,
keamanan dan keselamatan fisik, perawatan kesehatan dan social care termasuk
aksesbilitas dan kualitas; lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan
berbagai informasi baru maupun keterampilan (skill), partisipasi dan mendapat
kesempatan untuk melakukan rekreasi dan kegiatan yang menyenangkan di waktu

10
luang, lingkungan fisik termasuk polusi/kebisingan/keadaan air/iklim, serta
transportasi.

D. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia


Menurut Bond dan Corner (2004) menjelaskan bahwa kualitas hidup lansia
secara umum memiliki beberapa dimensi, di antaranya yaitu:
1. Kepuasan subjektif, yaitu kualitas hidup global yang dinilai oleh individu yang
bersangkutan, dimana penilaian tersebut sangat bergantung pada keseluruhan
aspek fisik, psikologis, dan sosial dari individu.
2. Lingkungan fisik, yaitu standar kehidupan dalam tempat tinggal, akses terhadap
fasilitas umum, seperti tempat berbelanja, transportasi publik, dan penyedia jasa
hiburan. Standar dan akses yang baik akan membantu aktivitas individu dalam
memenuhi kualitas hidup.
3. Lingkungan sosial, yaitu dukungan keluarga dan jejaring sosial, tingkat
aktivitas rekreasi, dan juga relasi terhadap organisasi sukarela.
4. Sosio-ekonomi, yaitu pendapatan dan kekayaan, serta standar kehidupan secara
keseluruhan.
5. Budaya, yaitu umur, jenis kelamin, etnis, agama, dan latar belakang sosial yang
mempengaruhi pola perilaku, kondisi fisik dan interaksi sosial individu.
6. Status kesehatan, yaitu kesejahteraan fisik, fungsi tubuh, dan kesehatan mental.
7. Kepribadian, yaitu kesejahteraan psikologis, moral, kepuasan hidup, dan
kebahagiaan.
8. Otonomi pribadi, yaitu kemampuan untuk membuat pilihan, dan bernegosiasi
dengan lingkungan pribadi. Individu dengan pilihan dan kendali yang baik dan
tinggi akan memperbanyak dan memperdalam opsi-opsi individu dalam
kehidupan sehingga memungkinkan pencapaian kualitas hidup yang baik
(Kiling & Novianti, 2019).

11
Menurut Renwick et al., (1996) faktor yang mempengaruhi kualitas hidup,
meliputi :
A. Environment
1. Faktor lingkungan makro
a) Biospheric
b) Ekonomi
c) Sosial
d) Budaya
e) Politik
2. Faktor lingkungan immediate
a) Keluarga
b) Tetangga
c) Tempat kerja
d) Asosiasi masyarakat
B. Pribadi
1. Biological
a) Aspek tubuh
b) Otak
c) Penyakit somatic
d) Perilaku
e) Kejadian atau tragedi
2. Psychological
a) Kemampuan kognitif
b) Kebiasaan
c) Emosi
d) Persepsi
e) Pengalaman
Dalam salah satu penelitian yang dilakukan oleh Ardiani et al., (2019),
menjelaskan bahwa faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup lansia,
yaitu :
a. Jenis kelamin
b. Usia
c. Status perkawinan
d. Pekerjaan dan penghasilan

12
E. Dampak Dari Rendahnya Kualitas Hidup Lansia
Penuaan dikaitkan dengan perubahan status kesehatan dan penurunan kapasitas
fungsional yang mempengaruhi kesejahteraan umum individu dengan peningkatan
prevalensi penyakit tidak menular kronis Perubahan ini akan memberikan pengaruh
pada aspek fisik, mental, biologis, maupun sosial ekonomi, yang mana nantinya
akan menentukan pada kualitas hidup lansia tersebut. Pada umumnya lanjut usia
memang mengalami keterbatasan, sehingga kualitas hidup pada lanjut usia
mengalami penurunan (Destriande dkk., 2021).
Kualitas hidup yang rendah menyebabkan lansia tidak dapat menikmati masa
tuanya dengan penuh makna, bahagia dan berguna. Kualitas hidup lansia di
Indonesia masih dalam kategori yang cukup rendah. Hal ini disebabkan karena
terciptanya pergeseran nilai sosial yang disebabkan banyaknya keluarga yang sibuk
bekerja sehingga lansia menjadi terlantar. Rendahnya kualitas hidup lansia akan
berpengaruh pada kesejahteraan lansia (Hayulita dkk., 2018).
Tidak hanya berpengaruh pada kesejahterannya saja, biasanya para lansia yang
tidak memiliki teman untuk mengobrol atau sendirian dirumah sering dilanda stress
dan terkadang suka mencari perhatian terhadap orang sekitar dengan cara
melakukan hal yang tidak harus dilakukan agar menarik simpati tetangga
sekitarnya.

13
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Menjaga kualitas hidup
yang baik pada lanjut usia sangat dianjurkan dalam kehidupan sehari-hari. Hidup lanjut
usia yang berkualitas merupakan kondisi fungsional yang optimal, sehingga mereka
dapat menikmati masa tuanya dengan bahagia dan dapat berguna. Aspek yang terdapat
dalam lansia yaitu aspek kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial serta lingkungan.
Kualitas hidup yang rendah menyebabkan lansia tidak dapat menikmati masa tuanya
dengan penuh makna, bahagia dan berguna. Kualitas hidup lansia di Indonesia masih
dalam kategori yang cukup rendah. Hal ini disebabkan karena terciptanya pergeseran
nilai sosial yang disebabkan banyaknya keluarga yang sibuk bekerja sehingga lansia
menjadi terlantar.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kurniasari, K., & Leonardi, T. (2013). Kualitas Perempuan Lanjut Usia yang Melajang. Jurnal
Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 2(3).
Mubina, N. (2018). Gambaran Kualitas Hidup Lansia. Psychopedia Jurnal Psikologi
Universitas Buana Perjuangan Karawang, 3(2).
Destriande, I. M., Faridah, I., & Rahman, S. (2021). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KUALITAS HIDUP PADA LANJUT USIA. Jurnal Psikologi Wijaya Putra, Vo2.
No.1.
Hayulita, S., Bahasa, A., & Sari, A. N. (2018). FAKTOR DOMINAN YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA. AFIYAH, VOL.V NO. 2.
Ardiani, H., Lismayanti, L., & Rosnawaty, R. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kualitas Hidup Lansia di Kelurahan Mugarsari Kecamatan Tamansari Kota
Tasikmalaya Tahun 2014. 1.

Kiling, I. Y., & Novianti, B. K. (2019). Pengukuran dan Faktor Kualitas Hidup pada Orang
Usia Lanjut. 1, 149–165.

Renwick, R., Brown, I., & Nagler, M. (1996). Quality of Life in Health Promotion and
Rehabilitation. Sage publications.

Bowling, A. (2003). Current state of the art in quality of life measurement.In Allison J. Carr,
Irene J. Higginson, & Peter G. Robinson eds. Quality of life. London: BMJ Books.
Ekasari, Nia Fatma, dkk. 2018. Meningkatkan kualitas Hidup Lansia : Konsep dan berbagai
strategi intevensi. Jakarta: Wineka Media.
Nurrizka, Rahmah Hida. 2019. Kesehatan Ibu dan Anak : dalam Upaya Kesehatan
Masyarakat. Depok: PT Rajawali Pers.
Phillips, David. (2006). Quality of Life. New York Taylor & Francis Group
Sarafino, E., & Smith, T. (2011). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions (7th ed.).
USA: John Wiley & Sons, Inc.
Seangpraw, K., Ratanasiripong, N. T., & Ratanasiripong, P. (2019). Predictors of quality of
life of the rural older adults in Northern Thailand. Journal of Health Research, 33(6),
450–459. https://doi.org/10.1108/JHR-11-2018-0142
Sutikno, E. (2011). Hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia. Diperoleh tanggal
26 januari 2015 dari http://www. Feprints.uns.ac.id.

15
Van Leeuwen, K. M., Van Loon, M. S., Van Nes, F. A., Bosmans, J. E., De Veti, H. C. W.,
Ket, J. C. F., Widdershoven, G. A. M., & Ostelo, R. W. J. G. (2019). What does quality
of life mean to older adults? A thematic synthesis. In PLoS ONE (Vol. 14, Issue 3).
Yulianti, Amalia, et al. 2014. Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di Komunitas
dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 2 (No. 1).
Januari 2014.
Yulianti, Ika Septia, 2017. Gambaran Dukungan Sosial Keluarga dan Kualitas Hidup Lansia
dengan Hipertensi di Puskesmas Citangkil Kota Cilegon. Skripsi Keperawatan.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

16

Anda mungkin juga menyukai