Dosen Pengampu :
Dr. Mira Asmirajanti, S.Kp, M.Kep.
Disusun oleh :
KELOMPOK 3
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan kami kemudahan
dalam menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang di tentukan. Tanpa
rahmat dan pertolongannya, kami tidak akan mampu menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahakan kepada Nabi
Muhammad SAW, Risalah Beliaulah yang bermanfaat bagi semua petunjuk
menjalani kehidupan.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................iii1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
TINJAU PUSTAKA...............................................................................................................2
D. Pengertian Bunyi.........................................................................................................2
E. Pengertian Gelombang................................................................................................2
F. Pengertian Frekuensi...................................................................................................2
G. Pengertian Bioakustik..................................................................................................2
H. Anatomi dan Fisiologis Sistem Pendengaran..............................................................2
I. Anatomi Luar Telinga.................................................................................................3
J. Anatomi Telinga Tengah.............................................................................................3
K. Anatomi Telinga Dalam..............................................................................................4
L. Fisiologi Pendengaran.................................................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................7
IMPLEMENTASI..................................................................................................................7
M. Penerapan Konsep Bioaskutasi Pada Dunia Keperawatan terdiri dari;.......................7
BAB IV......................................................................................................................................9
PENUTUP..............................................................................................................................9
N. Simpulan......................................................................................................................9
O. Saran............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan pertumbuhan seseorang, usia merekapun bertambah.dari
anak anak, remaja awal, remaja akhir, dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa
akhir. Pertumbuhan ini juga akan di ikuti oleh perkembangan yang melatar
belakangi perubahan-perubahan tertentu. Perubahan yang bisa terjadi adalah
perubahan fisik, perubahan kognitif, perubahan sosio emosi.
Perubahan fisik yang terjadi akan sangat berdampak kepada individu itu
sendiri baik itu berpengaruh pada perannya ataupun hubungan dirinya dengan
lingkungannya. Menurunnya fungsi dari anggota tubuh membuat individu
tersebut mulai meninggalkan aktifitas-aktifitas sosial yang biasa di jalaninya.
Hal ini secara tidak langsung dan secara perlahan akan membuat individu
tersebut kehilangan perannya di masyarakat.
Masa dewasa akhir merupakan masa tatkala seseorang mengalami
berbagai kemunduran fungsi diri yaitu fisiologis, psikologis, sosial dan ekonomi.
Orang dewasa akhir adalah mereka yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas
(UU RI No. 13/ 1998) sedangkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan
65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara
nyata.
Secara umum kondisi fisik orang yang telah memasuki masa dewasa
Akhir mengalami penurunan. Kemunduran fungsi fisik pada dewasa akhir
ditandai dengan menurunnya daya tahan tubuh, tenaga, dan kekuatan. Semakin
menurunnya fungsi otak yang menyebabkan menurunnya daya ingat, perubahan
kulit yang menjadi keriput serta terakumulasinya penyakit-penyakit yang
sifatnya degenerative.
Penurunan kondisi fisik berpengaruh pada penurunan kondisi psikologis,
yaitu ketidakberdayaan yang menjadikan orang dewasa akhir bergantung pada
keluarga atau orang-orang di sekitarnya. Masalah psikologis lainnya yang sering
terjadi di antaranya adalah kesepian karena berpisah dengan pasangan hidup atau
anak (emptynest syndrome), terasing dari lingkungan, kurang percaya diri, dan
penelantaran oleh sanak keluarga terutama pada orang dewasa akhir yang
miskin.
B. Rumusan Masalah
a. Apa Itu Dewasa Akhir?
b. Apa Itu Perawatan Dewasa Akhir?
c. Bagaimana proses perkembangan fisik dan kognitif yang dialami di masa
dewasa akhir?
C. Tujuan Penulisan
a. Dapat Memahami pengertian dewasa akhir
b. Dapat Memahami perawatan dewasa akhir
c. Dapat Mengetahui proses perkembangan fisik dan kognitif yang dialami
dimasa dewasa akhir
BAB II
TINJAU PUSTAKA
D. Pengertian Masa Dewasa Akhir
Masa dewasa akhir disebut juga masa penutupan dalam rentang hidup
pada seseorang, dimana masa ini bisa dikatakan masa yang beranjak jauh dari
kehidupan /masa sebelumnya. Dalam pandangan psikologi masa tua atau lansia
memiliki umur sekitar 60 sampai meninggal, dimana pada usia ini terjadi
penurunan kekuatan fisik, dan penurunan daya ingat seseorang.
1. Masa dewasa akhir ini merupakan proses perubahan menjadi tua atau dalam
istilah lain disebut “senescence”. Proses perubahan ini dialami dengan
berubanya fisik dan juga psikis pada seseorang.
2. Dalam masa dewasa akhir ini keagamaan seseorang cenderung meningkat
karena pada masa ini merupakan masa perenungan, persiapan dan
perencanaan untuk menghadapi kematian, hal demikian merupakan suatu hal
yang normal dalam kehidupan lansia.
E. Klasifikasi Lansia
1. Menurut WHO
Usia pertengahan (Midle Age) kelompok usia 45-59 tahun.
Usia lanjut (Ederly) antara 60-74 tahun.
Usia lanjut tua (Old) antara 75-90 tahun.
Usia sangat tua (Very Old) diatas 90 tahun.
2. Menurut UU No: 13 Tahun 1998
Tentang kesejahteraan lanjut usia: “lanjut usia adalah seorang yang telah
mencapai usia 60 tahun keatas.”
3. Menurut Depkes RI
Kelompok lansia dini (55-64 tahun)
Kelompok lansia pertengahan (65 tahun keatas)
Kelompok lansia dengan resiko tinggi (usia 70 tahun keatas)
4. Menurut Bernice Neu Garden (1975)
Lansia muda yaitu orang yang berumur diantara 55-75 tahun.
Lansa tua yaitu orang yang berumur lebih dari 75 tahun.
5. Menurut Levison (1978)
Lansia peralihan awal,antara 50-55 tahun.
Lansia peralihan menengah antara 55-60 tahun.
Lansia peralihan akhir antara 60-65 tahun.
1. Faktor penyakit
Menurut Jamie Reilly (2010), perubahan fisik pada dewasa akhir
disebabkan oleh penyakit, dimana penyakit itu adalah penyakit demensia dan
Alzheimer. Penyakit demensia itu sendiri adalah penyakit semantic klasik
yang terkait dengan atrofi korteks temporal lateral (Mummery, 2001),
sedangkan penyakit Alzheimer yaitu penyakit yang ditandai dengan
pemutusan dan atrofi struktur lobus temporal medial. Kedua penyakit ini
berkaitan dengan berkurangnya daya ingat pada masa dewasa akhir.
Penyebab spesifik dari penyakit demensia yaitu bisa disebabkan beberapa
penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan
tingkah laku, misalnya penyakit yang diderita yaitu stroke, Huntington,
Parkinson, dan AIDS. Sedangkan penyebab spesifik dari penyakit Alzheimer
itu sendiri belum dapat dipastikan hingga sekarang, tetapi kemungkinannya
disebabkan karena adanya peran plak, kemungkinan adanya peran
neurofibrillary tangles, inflamasi serta kekurangan zat kimiawi pengantar di
otak. Faktor usia pun juga ada dalam penyakit ini.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan juga berpengaruh dalam perkembangan fisik usia lanjut.
Menurut Widjayanti (2007), kualitas fisik yang terjaga disebabkan oleh
adanya lingkungan yang baik. Yang dimaksut lingkungan baik itu adalah
sebuah rumah yang memiliki tata udara yang baik, pencahayaan yang cukup,
suhu kelembapan yang sesuai, terdapat MCK, serta jaluran air hujan atau air
limbah tersedia. Jika lingkungan yang baik terjaga dengan baik, maka
kualitas fisik yang dimiliki oleh lansia akan meningkat. Jika kualiatas itu
meningkat, maka kesehatan dari lansia tidak akan terganggu dan dapat
menurunkan tingkat kematian yang lebih cepat. Lingkungan yang baik ini
berpengaruh pada kualitas fisik sudah terbukti di daerah Kelurahan Pudak
Payung Kecamatan Banyumanik, Semarang. Penelitian di daerah itu
menghasilkan hasil yang akurat dan memang lingkungan berpengaruh pada
perkembangan fisik usia lanjut.
Menurut Astari, Adiatmika, dan Pande (2011), perkembangan fisik ini
juga dipengaruhi oleh olahraga. Disini olahraga yang dimaksut adalah
senam. Jika senam ini dilakukan secara rutin, maka resiko terkena gangguan
kardiovaskuler akan berkurang karena kegiatan senam ini dapat
menstabilkan tekanan darah kita. Secara alami, lansia dapat menderita
penurunan fungsi organ dan mengalami labilitas tekanan darah (Mubarak,
dkk, 2006). Menurut Handono dan Richard (2013), aspek dalam
perkembangan fisik juga terdapat dalam hal pengobatan atau yang biasanya
disebut dengan terapi. Terapi yang dimaksut disini adalah pengobatan
medikamentosa. Pengobatan medikamentosa adalah pengobatan untuk
penderita nyeri sendi lutut. Pengobatan ini juga berkenaan dengan obat-
obatan dalam pengobatan atau perawatan penyakit (Stanley, 2007).
Persendian yang biasanya terkena nyeri adalah persendian pada jari jari,
tulang punggung, sendi penahan berat tubuh (lutut dan panggul). Penyakit
sendi ini disebabkan karena adanya kerusakan pada permukaan sendi tulang
dan kegemukan pada lansia.
3. Faktor Olahraga
Menurut Astari, Adiatmika, dan Pande (2011), perkembangan fisik ini
juga dipengaruhi oleh olahraga. Disini olahraga yang dimaksut adalah
senam. Jika senam ini dilakukan secara rutin, maka resiko terkena gangguan
kardiovaskuler akan berkurang karena kegiatan senam ini dapat
menstabilkan tekanan darah kita. Secara alami, lansia dapat menderita
penurunan fungsi organ dan mengalami labilitas tekanan darah (Mubarak,
dkk, 2006). Menurut Handono dan Richard (2013), aspek dalam
perkembangan fisik juga terdapat dalam hal pengobatan atau yang biasanya
disebut dengan terapi. Terapi yang dimaksut disini adalah pengobatan
medikamentosa. Pengobatan medikamentosa adalah pengobatan untuk
penderita nyeri sendi lutut.Pengobatan ini juga berkenaan dengan obat-
obatan dalam pengobatan atau perawatan penyakit (Stanley, 2007).
Persendian yang biasanya terkena nyeri adalah persendian pada jari-jari,
tulang punggung, sendi penahan berat tubuh (lutut dan panggul). Penyakit
sendi ini disebabkan karena adanya kerusakan pada permukaan sendi tulang
dan kegemukan pada lansia.
1. Faktor Depresi
Menurut Djaali & Sappaile (2013) Faktor-faktor yang mempengaruhi
depresi sangat terkait dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
mereka saat memasuki usia lanjut, seperti pensiun dari pekerjaan, penurunan
pekerjaan, perubahan rutinitas, dan hilangnya lingkungan sosial, dimana
semua hal tersebut terjadi bersamaan dengan penurunan fungsi tubuh,
penurunan kodisi kesehatan, penurunan fungsi kognitif, dan munculnya
penyakit-penyakit kronis.
Masalah yang timbul atau dampak dari depresi adalah perubahan
perilaku pada dirinya dan dapat mengganggu fungsi kehidupannya mulai
dari kognitif, motivasi, emosi dan perasaan, tingkah laku, sampai pada
penurunan kondisi fisiknya. Dan perubahan inilah yang merupakan indicator
terdapatnya masalah psikososial pada lansia yaitu depresi. Hal tersebut akan
berdampak pada penurunan kualitas hidup lansia hingga pada kematian, dan
meningkatnya kebutuhan akan pelayanan terhadap lansia.
Depresi lansia di pelayanan kesehatan lebih tinggi dari pada lansia yang
mendapatkan asuhan rumah, peneliti jurnal ini adalah Nur Asniati Djaalia &
Dra. Nursiah Sappaileb, Akademi Kebidanan Suluh Bangsa, Universitas
Negeri Jakarta.
Dapat disimpulkan bahwa depresi merupakan gangguan kejiwaan yang
umum dialami oleh usia lanjut. Kejadian depresi tersebut didukung oleh
adanya proses penuaan yang dialami para lansia yang menyebabkan
penurunan dalam fungsi hidup dan timbulnya berbagai kondisi psikologis
seperti kehilangan pekerjaan, perubahan status sosial, berkurangnya
kemandirian, dan munculnya penyakit degeneratif. Gejala yang timbul akibat
depresi dapat berupa perubahan motivasi, emosi, kognitif atau fungsi diri,
tingkah laku, dan biologis. Hal tersebut berakibat pada penurunan kualitas
hidup lansia.
3. Faktor Penyakit pada Saraf Otak seperti Demensia dan Gangguan Aktivitas
Menurut Muharyani (2010) faktor yang menyebabkan timbulnya
demensia adalah penyakit, trauma, obat-obatan, dan depresi. Disamping itu
juga disebabkan oleh melambatnya proses peredaran darah dikarenakan
kurangnya aktivitas.
Dampak yang ditimbulkan seperti penurunan kemampuan intelektual
progresif yang menyebabkan kemunduran kognitif dan fungsional.
Gangguan dalam aktivitas sehari-hari maupun hubungan dengan orang
sekitarnya.Kehilangan kemampuan untuk memecahkan masalah, mengontrol
emosi, dan bahkan bisa mengalami perubahan kepribadian dan masalah
tingkah laku seperti mudah marah dan berhalusinasi.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Salah satu sistem tubuh yang
mengalami kemunduran adalah sistem kognitif atau intelektual yang sering
disebut demensia.Demensia adalah suatu sindrom penurunan kemampuan
intelektual progresif yang menyebabkan kemunduran kognitif dan
fungsional. Seorang penderita demensia memiliki fungsi intelektual yang
terganggu dan menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari maupun
hubungan dengan orang sekitarnya. Penderita demensia juga kehilangan
kemampuan untuk memecahkan masalah, mengontrol emosi, dan bahkan
bisa mengalami perubahan kepribadian dan masalah tingkah laku seperti
mudah marah dan berhalusinasi.
Perkembangan Intelektual
Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran
kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara
umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa setelah
mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan
seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku
pada seorang lansia.
Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau
yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit,
kecemasan atau depresi. Tatapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada
dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat
mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah dengan menyediakan
lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih ketrampilan intelektual
mereka, serta dapat mengantisipasi terjadinya kepikunan.
Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap
menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan
para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan
masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih,
tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti
penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan
sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus
dihadapi lanjut usia.
Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan
fungsional, keadaan depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut
usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga
lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung
menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya.
Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah
kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat
perubahan perubahan fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya
dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam
diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan
mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat
memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah
baru.
Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat
dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan
hidup, harga diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan)
sangat berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para
Lansia. Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali
penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar
pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental,
hal ini ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1997),
bahwa :
1. Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar
daripada orang yang religius.
2. Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat
dibandingkan yang non religius.
3. Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi
atau masalah hidup lainnya.
4. Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres
daripada yang nonreligius, sehingga gangguan mental emosional jauh
lebih kecil.
5. Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat
terakhir (kematian) daripada yang nonreligius.
Namun, kebutuhan lain dari lansia sangat tergantung pada tiap-tiap individu,
karena kondisi tubuh dan kemampuan tiap lansia bisa sangat berbeda. Sebagai
contoh, ada lansia yang harus disuapi saat makan, ada pula yang masih bisa
makan sendiri.
Hal ini bisa sangat membantu agar lansia tidak mudah merasa bosan, hidupnya
tak berarti, dan berbagai pikiran dan perasaan pemicu stres lainnya. Selain itu,
lansia yang aktif dan bahagia cenderung memiliki tubuh
BAB III
IMPLEMENTASI
O.
BAB IV
PENUTUP
P. Simpulan
Bioakustik adalah ilmu terapan yang dimaksudkan untuk memanjakan
indra pendengaran di suatu ruang tertutup yang terutama relatif besar atau juga
disebut sebagai ilmu yang mempelajari tentang bunyi, bioakustik sendiri dapat
diadaptasi konsep dan prinsipnya pada dunia kesehatan, banyak dampak positive
dari adanya bioakustik tersebut, telinga adalah organ yang sangat berperan
dalam penerapan bioakustik, seperti penggunaan stetoskop untuk memeriksa
detak jantung atau bising nafas dan usus.
Q. Saran
Pada bidang kesehatan peran bioakustik sangatlah penting, maka dari itu
fasilitas yang diberikan untuk bidang ini sebaiknya dimaksimalkan dan
tingkatkan agar semakin berkembang dan beragam pengaplikasian bioakustik
pada bidang kesehatan agar dapat mencakup lebih luas lagi kemasyarakat.
Daftar Pustaka