Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TENTANG ASKEP INJURI PADA LANSIA


( Keperawatan Gerontik )

Disusun Oleh Kelompok 3 :


Ivania Airell Neldi ( 1902034 )
Liza Oktaria ( 1902036 )
Monika Liski ( 1902037 )
Novia Gusma Dewi ( 1902034 )

Dosen Pembimbing :

NS. DWI CHRISTINA RAHAYUNINGRUM M, Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SYEDZA SAINTIKA


S1 KEPERAWATAN
PADANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami kepada Allah SWT karena atas izin dan kehendaknya makalah
sederhana ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.Penulisan dan pembuatan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Keperawatan Gerontik
“ Adapun yang kami bahas dalam makalah sederhana ini mengenai “ ASKEP
INJURI PADA LANSIA “ Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai
hambatan yang dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang
berkenan dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu sudah sepantasnya kami
berterima kasih kepada dosen pembimbing kami yakni Ibu NS. DWI CHRISTINA
RAHAYUNINGRUM. yang telah memberikan limpahan ilmu berguna kepada
kami.
Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih terbatas. Dalam makalah
ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi kami yakin makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan juga kritik
membangun agar lebih maju di masa yang akan datang. Kami berharap, makalah
ini dapat menjadi track record dan menjadi referensi bagi kami. Kami juga berharap
agar makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya.

Padang , 09 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii


DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 3
C. TUJUAN PENELITIAN ......................................................................................... 3
D. MANFAAT PENELITIAN..................................................................................... 4
BAB II................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 5
A. PENGERTIAN ....................................................................................................... 5
B. ETIOLOGI .............................................................................................................. 5
C. FAKTOR RISIKO .................................................................................................. 6
D. KOMPLIKASI ........................................................................................................ 7
E. PENCEGAHAN TERHADAP JATUH.................................................................. 8
F. PENATALAKSANAAN ........................................................................................ 8
G. PENDEKATAN DIAGNOSTIK .......................................................................... 10
BAB III............................................................................................................................. 12
ASKEP INJURI PADA LANSIA .................................................................................. 12
A. PENGKAJIAN ...................................................................................................... 12
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN .......................................................................... 13
C. INTERVENSI ....................................................................................................... 14
BAB IV ............................................................................................................................. 17
PENUTUP ........................................................................................................................ 17
A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 17
B. SARAN ................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan
kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan
baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya. Kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi
Lanjut Usia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai
mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai
kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup
berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki
selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal,
siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase
hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya
(Darmojo, 2009).
Keselamatan dan keamanan adalah suatu keadaan seseorang atau
lebih yang terhindari dari ancaman bahaya atau kecelakaan, keadaan aman
dan tentram. Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan keselamatan dan
keamanan yaitu usia, tingkat kesadaran, emosi, status mobilisasi, gangguan
sensori,informasi / komunikasi, penggunaan antibiotik yang tidak rasional,
keadaan imunitas, ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah
putih, status nutrisi, tingkat pengetahuan.
Jatuh merupakan masalah fisik yang sering terjadi pada lansia,
dengan bertambahnya usia kondisi fisik, mental, dan fungsi tubuh pun
menurun. Jatuh dan kecelakaan pada lansia merupakan penyebab kecacatan

1
yang utama. Jatuh adalah kejadian secara tiba-tiba dan tidak disengaja yang
mengakibatkan seseorang mendadak terbaring atau terduduk dilantai
(Maryam, 2008).
Penyebab jatuh pada lansia adalah penyakit yang sedang diderita,
seperti hipertensi, stroke, sakit kepala/pusing, nyeri sendi, reumatik dan
diabetes. Perubahan-perubahan akibat proses penuaan seperti penurunan
pendengaran, penglihatan, status mental, lambatnya pergerakan, hidup
sendiri, kelemahan otot kaki bawah, gangguan keseimbangan dan gaya
berjalan. Faktor lingkungan terdiri dari penerangan yang kurang,
bendabenda dilantai (tersandung karpet), tangga tanpa pagar, tempat tidur
atau tempat buang air yang terlalu rendah, lantai yang tidak rata, licin serta
alat bantu jalan yang tidak tepat. Jatuh (falls) merupakan suatu masalah
yang sering terjadi pada lansia (Maryam, 2008).
Faktor risiko jatuh meliputi faktor intrinsik dan ekstrinsik, faktor
intrinsik antara lain sistem saraf pusat, demensia, gangguan sistem sensorik,
gangguan sistem kardiovaskuler, gangguan metabolisme, dan gangguan
gaya berjalan. Faktor ekstrinsik meliputi lingkungan, aktifitas, dan obat-
obatan, selama proses menua, lansia mempunyai konsekuensi untuk jatuh
salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia adalah
instabilitas yaitu berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh. Jatuh
dianggap sebagai konsekuensi alami tetapi jatuh bukan merupakan bagian
normal dari proses penuaan (Stanley, 2006).
Upaya pencegahan perlu dilakukan untuk meminimalisir kejadian
jatuh pada lansia. Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya jatuh pada lansia, mengidentifikasi faktor risiko dilakukan untuk
mencari adanya faktor intrinsik risiko jatuh, keadaan lingkungan rumah
yang berbahaya yang dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan.
Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan dilakukan untuk berpindah
tempat dan pindah posisi, penilaian postural sangat diperlukan untuk
mengurangi faktor penyebab terjadinya risiko jatuh, serta mengatur atau

2
mengatasi fraktur situasional dapat dicegah dengan melakukan
pemeriksaaan rutin kesehatan lansia secara periodik (Mariyam, 2008).

B. RUMUSAN MASALAH
Jatuh adalah suatu kejadian secara tiba-tiba dan tidak disengaja yang
mengakibatkan seseorang terbaring atau terduduk dilantai (Maryam, 2008).
jatuh pada lanjut usia merupakan masalah yang sering terjadi, penyebabnya
adalah multi-faktor, serta banyak yang berperan didalamnya, baik faktor
intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Pencegahan risiko jatuh pada lansia
misalnya dengan memindahkan benda berbahaya, ruangan tidak gelap,
lantai tidak licin dan lain-lain. Peningkatan jumlah penduduk lansia
berdampak pada masalah-masalah yang ditimbulkan seperti yang diuraikan
diatas salah satunya adalah risiko jatuh.

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus sebagai
berikut:
1. Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawatan pada klien gerontik dengan gangguan
keamanan : resiko jatuh.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami pengertian dari resiko jatuh.
b. Memahami penyebab dari jatuh pada lansia.
c. Memahami faktor risiko jatuh pada lansia.
d. Memahami pencegahan jatuh pada lansia.
e. Memahami komplikasi jatuh pada lansia.
f. Memahami pendekatan diagnostik dari jatuh pada lansia.
g. Memahami penatalaksanaan jatuh pada lansia.
h. Memahami asuhan keperawatan pada lansia

3
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah terdiri dari:
1. Bagi Intitusi Pendidikan
Sebagai bahan informasi untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada
Klien Gerontik dengan Gangguan Keamanan : Resiko Jatuh dan sebagai
sumber bacaan bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan perbandingan, bahan kajian, atau
pengembangan terhadap ilmu keperawatan khususnya keperawatan
gerontik.
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada keluarga
dan masyarakat bahwa kejadian jatuh pada lanjut usia berhubungan erat
dengan faktor kondisi lingkungan fisik rumah yang membahayakan
sehingga keluarga dan masyarakat dapat memodifikasi kondisi
lingkungan fisik rumah yang baik dan aman bagi lanjut usia dalam
mencegah kejadian jatuh pada lanjut usia.
3. Bagi Peneliti
Sebagai bahan masukan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat, memberikan kritik dan saran, serta tambahan informasi
guna memecahkan masalah atau mencari solusi untuk menurunkan
faktor risiko yang dapat menyebabkan jatuh pada lansia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Jatuh merupakan masalah keperawatan utama pada lansia, yang
menyebabkan cedera, hambatan mobilitas dan kematian (Sattin, 2004).
Selain cedera fisik yang berkaitan dengan jatuh, individu dapat
mengalami dampak psikologis, seperti takut terjatuh kembali, kehilangan
kepercayaan diri, peningkatan kebergantungan dan isolasi sosial (Downton
dan Andrews, 2006).
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi
mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran atau luka (Ruben, 2005).
Berdasarkan beberapa pengertian jatuh di atas, dapat disimpulkan
bahwa jatuh adalah kejadian tiba-tiba dan tidak disengaja yang
mengakibatkan seseorang terbaring atau terduduk di lantai dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran atau luka.

B. ETIOLOGI
1. Osteoporosis menyebabkan tulang menjadi rapuh dan dapat
mencetuskan fraktur.
2. Perubahan refleks baroreseptor
Cenderung membuat lansia mengalami hipotensi postural,
menyebabkan pandangan berkunang-kunang, kehilangan
keseimbangan, dan jatuh.
3. Perubahan lapang pandang, penurunan adaptasi terhadap keadaan gelap
dan penurunan penglihatan perifer, ketajaman persepsi kedalaman, dan

5
persepsi warna dapat menyebabkan salah interpretasi terhadap
lingkungan, dan dapat mengakibatkan lansia terpeleset dan jatuh.
4. Gaya berjalan dan keseimbangan
berubah akibat penurunan fungsi sistem saraf, otot, rangka, sensori,
sirkulasi dan pernapasan. Semua perubahan ini mengubahpusat
gravitasi, mengganggu keseimbangan tubuh dan menyebabkan limbung,
yang pada akhirnya mengakibatkan jatuh. Perubahan keseimbangan dan
properosepsi membua lansia sangat rentan terhadap perubahan
permukaan lantai (contoh lantai licin dan mengkilat). Akhirnya, usia
yang sangat tua atau penyakit parah dapat mengganggu fungsi refleks
perlindungan dan membuat individu yang bersangkutan berisiko
terhadap jatuh (Lord, 2005).

C. FAKTOR RISIKO
1. Faktor intrinsik
Faktor intrinsik yang dapat mengakibatkan insiden jatuh termasuk
proses penuaan dan beberapa kondisi penyakit, termasuk penyakit
jantung, stroke dan gangguan ortopedik serta neurologik.
Faktor intrinsik dikaitkan dengan insiden jatuh pada lansia adalah
kebutuhan eliminasi individu. Beberapa kasus jatuh terjadi saat lnsia
sedang menuju, menggunakan atau kembali dari kamar mandi.
Perubahan status mental juga berhubungan dengan peningkatan insiden
jatuh.
Faktor intrinsik lain yang menimbulkan resiko jatuh adalah
permukaan lantai yang meninggi, ketinggian tmpat tidur baik yang
rendah maupun yang tinggi dan tidak ada susut tangan ditempat yang
strategis seperti kamar mandi dan lorong.

2. Faktor Ekstrinsik

6
Faktor ekstrinsik juga memengaruhi terjadinya jatuh. Jatuh umumnya
terjadi pada minggu pertama hospitalisasi, yang menunjukkan bahaw
megenali lingkungan sekitar dapat mengurangi kecelakaan.
Obat merupakan agen eksternal yang diberika kepada lansia dan
dapat digolongkan sebagai faktor risiko eksternal.obat yang
memengaruhi sistem kardiovaskular dan sistem saraf pusat
meningkatkan risiko terjadinya jatuh, biasanya akibat kemungkina
hipotensi atau karena mengakibatkan perubahan status ,emtal. Laksatif
juga berpengaruh terhadap insida jatuh.
Individu yang mengalami hambatan mobilitas fisik cenderung
menggunakan alat bantu gerak seperti kursi roda, tongkat tunggal,
tongkat kaki empat dan walker. Pasien yang menggunakan alat banu
lebih mungkin jatuh dibandingkan dengan pasien yang tidak
menggunakan alat bantu.
Penggunaan restrain mengakibatkan kelemahan otot dan konfusi,
yang merupakan faktor ekstrinsik terjadinya jatuh.

D. KOMPLIKASI
Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi – komplikasi seperti : ( Kane,
2005; Van – der – Cammen, 2000 )
1. Perlukaan ( injury )
a. Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau
tertariknya jaringan otot, robeknya arteri / vena.
b. Patah tulang ( fraktur ) : Pelvis, Femur ( terutama kollum ), humerus,
lengan bawah, tungkai bawah, kista.
c. Hematom subdural
2. Perawatan rumah sakit
a. Komplikasi akibat tidak dapat bergerak ( imobilisasi ).
b. Risiko penyakit – penyakit iatrogenik.
3. Disabilitas
a. Penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik.

7
b. Penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri, dan
pembatasan gerak.

E. PENCEGAHAN TERHADAP JATUH


1. Pencegahan primer
Proses yang berlangsung sepanjang kehidupan , mobilitas dan
aktifitas bergantung pada fungsi system muskuluskaletal
kardiovaskuler dan pulmonal ,latihan sangat bermanfaat bagi lansia
yang sehat maupun mereka yang mengalami masalah fisik atau
mental yang kronis . latihan dan aktifitas fisik secara teratur dapat
menunda proses penuaan.

2. Pencegahan sekunder
Dicegah dengan intervensi berasal dari suatu pengertian tentang
berbagai factor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap
imobilitas dan konsekwensi fisiologis dari interaksi antara imobilasi
penuaan , pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan
fungsi dan pencegahan komlikasi .

3. Pencegahan tersier
Upaya – upaya rehabilitative untuk memaksimalkan mobilitas bagi
lansia melibatkan upaya multi disiplin yang terdiri dari perawat ,
dokter, ahli fisioterapi, dan terapi okupasi ,seorang ahli gizi ,
keluarga dan teman-teman .

F. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan ini untuk mencegah terjadinya jatuh berulang dan
menerapi komplikasi yang terjadi, mengembalikan fungsi AKS terbaik,
mengembalikan kepercayaan diri penderita.

8
1. Penatalaksanaan penderita jatuh dengan mengatasi atau meneliminasi
faktor risiko, penyebab jatuh dan menangani komplikasinya.
Penatalaksanaan ini harus terpadu dan membutuhkan kerja tim yang
terdiri dari dokter (geriatrik, neurologik, bedah ortopedi, rehabilitasi
medik, psikiatrik, dll), sosiomedik, arsitek dan keluarga penderita.
2. Penatalaksanaan bersifat individual, artinya berbeda untuk setiap kasus
karena perbedaan factor – factor yang bekerjasama mengakibatkan
jatuh. Bila penyebab merupakan penyakit akut penanganannya menjadi
lebih mudah, sederhanma, dan langsung bisa menghilangkan penyebab
jatuh serta efektif. Tetapi lebih banyak pasien jatuh karena kondisi
kronik, multifaktorial sehingga diperlukan terapi gabungan antara obat
rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan perbaikan kebiasaan lansia itu.
Pada kasus lain intervensi diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh
ulangan, misalnya pembatasan bepergian / aktifitas fisik, penggunaan
alat bantu gerak.
3. Untuk penderita dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan
penurunan fungsional terapi difokuskan untuk meningkatkan kekuatan
dan ketahanan otot sehingga memperbaiki nfungsionalnya. Sayangnya
sering terjadi kesalahan, terapi rehabilitasi hanya diberikan sesaat
sewaktu penderita mengalami jatuh, padahal terapi ini diperlukan terus
– menerus sampai terjadi peningkatan kekuatan otot dan status
fumgsional. Penelitian yang dilakukan dalam waktu satu tahun di
Amerika Serikat terhadap pasien jatuh umur lebih dari 75 tahun,
didapatkanpeningkatan kekuatan otot dan ketahanannya baru terlihat
nyata setelah menjalani terapi rehabilitasi 3 bulan, semakin lama lansia
melakukan latihan semakin baik kekuatannya.
4. Terapi untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan
difokuskan untuk mengatasi / mengeliminasi penyebabnya/faktor yang
mendasarinya. Penderita dimasukkan dalam program gait training,
latihan strengthening dan pemberian alat bantu jalan. Biasanya program
rehabilitasi ini dipimpin oleh fisioterapis. Program ini sangatmembantu

9
penderita dengan stroke, fraktur kolum femoris, arthritis,
Parkinsonisme.
5. Penderita dengan dissines sindrom, terapi ditujukan pada penyakit
kardiovaskuler yang mendasari, menghentikan obat – obat yang
menyebabkan hipotensi postural seperti beta bloker, diuretik, anti
depresan, dll.
6. Terapi yang tidak boleh dilupakan adalah memperbaiki lingkungan
rumah / tempat kegiatan lansia seperti di pencegahan jatuh
(Reuben,2005).

G. PENDEKATAN DIAGNOSTIK

Setiap penderita lansia jatuh, harus dilakukan assesmen seperti dibawah ini
1. Riwayat Penyakit ( Jatuh )
Anamnesis dilakukan baik terhadap penderita ataupun saksi mata jatuh
atau keluarganya ( Kane,2005).
Anamnesis ini meliputi :
a. Seputar jatuh : mencari penyebab jatuh misalnya terpeleset,
tersandung, berjalan, perubahan posisi badan, waktu mau berdiri
dari jongkok, sedang makan, sedang buang air kecil atau besar,
sedang batuk atau bersin, sedang menoleh tiba – tiba atau aktivitas
lain.
b. Gejala yang menyertai : nyeri dada, berdebar – debar, nyeri kepala
tiba-tiba, vertigo, pingsan, lemas, konfusio, inkontinens, sesak
nafas.
c. Kondisi komorbid yang relevan : pernah stroke, Parkinsonism,
osteoporosis, sering kejang, penyakit jantung, rematik, depresi,
defisit sensorik.
d. Review obat – obatan yang diminum : antihipertensi, diuretik,
autonomik bloker, antidepresan, hipnotik, anxiolitik, analgetik,
psikotropik.

10
e. Review keadaan lingkungan : tempat jatuh, rumah maupun tempat –
tempat kegiatanny.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda vital : nadi, tensi, respirasi, suhu badan ( panas / hipotermi )
b. Kepala dan leher : penurunan visus, penurunan pendengaran,
nistagmus, gerakan yang menginduksi ketidakseimbangan, bising
c. Jantung : aritmia, kelainan katup
d. Neurologi : perubahan status mental, defisit fokal, neuropati perifer,
kelemahan otot, instabilitas, kekakuan, tremor.
e. Muskuloskeletal : perubahan sendi, pembatasan gerak sendi
problem kaki ( podiatrik ), deformitas.

11
BAB III

ASKEP INJURI PADA LANSIA

A. PENGKAJIAN

1. Aktivitas/Istirahat:
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan
stres pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan
simetris.Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu
senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda :Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit,
kontraktor/kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskular:
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal).
3. Integritas Ego:
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, keputusan dan
ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan), ancaman pada konsep diri,
citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/Cairan:
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.

5. Hygiene:
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi, ketergantungan.
6. Neurosensori:

12
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
7. Nyeri/Kenyamanan:
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi).
8. Keamanan:
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah
tangga. Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran
mukosa.
9. Interaksi Sosial:
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan peran; isolasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan keterbataan


rentang gerak.
2. Gangguan nyaman nyeri yang berhubungan dengan trauma jaringan
akibat jatuh
3. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan
fraktur, pemasangan traksi pen, imobilitas fisik.

13
C. INTERVENSI
1. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan keterbatasan
rentang gerak
Tujuan atau kriteria hasil yang diharapkan:
- Klien mampertahankan kekuatan dan ketahanan sistem
muskuloskeletal dan fleksibilitas sendi-sendi dibuktikan oleh tidak
adanya kontraktur.
Intervensi Keperawatan Rasional
Observasi tanda dan gejala penurunan Memberikan informasi sebagai dasar
mobilitas sendi, dan kehilangan dan pengawasan keefektifan intervensi.
ketahanan
Observasi status respirasi dan fungsi Memberikan informasi tentang status
jantung klien. respirasi dan fungsi jantung klien.
Observasi lingkungan terhadap bahaya- Mencegah risiko cedera pada lansia
bahaya keamanan yang potensial. Ubah
lingkungan untuk menurunkan bahaya-
bahaya keamanan.
Ajarkan tentang tujuan dan pentingnya Meningkatkan harga diri:
latiha meningkatkan rasa kontrol dan
kemandirian klien
Ajarkan penggunaan alat-alat bantu yang Membantu perawatan diri dan
tepat kemandirian pasien.

2. Gangguan nyaman nyeri yang berhubungan dengan trauma jaringan


akibat jatuh Tujuan atau kriteria hasil yang diharapkan:
- Klien menyatakan nyeri terkontrol
- Klien mampu membatasi fungsi posisi dengan pembatasan
kontraktur

14
- Klien mampu mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan
fungsi kompensasi tubuh.
- TTV dalam batas normal
Intervensi Keperawatan Rasional
1. Evaluasi atau lanjutkan pemantauan Tingkat aktifitas atau latihan
tingkat inflamasi atau rasa sakit pada tergantung dari perkembangan atau
sendi. resolusi dari proses inflamasi
2. Bantu dan ajari keluarga klien untuk Istirahat sistemik dianjurkan selama
pertahankan istirahat tirah baring atau eksaserbasi akut dan seluruh fase
duduk jika diperlukan, jadwal aktifitas penyakit yang penting untuk mencegah
untuk memberikan periode istirahat yang kelelahan dan mempertahankan
terus menerus dan tidur dimalam hari kekuatan.
yang tidak terganggu.
3. Bantu dan ajari keluarga dengan rentang Mempertahankan atau menigkatkan
gerak aktifatau pasif, demikian juga fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina
latihan resistif dan isometric jika umum. Catatan: latihan yang tidak
memungkinkan. adekuat dapat menyebabkan kekakuan
sendi
4. Ajari klien dan keluarga ubah posisi Menghilangkan tekanan pada jaringan
dengan sering dengan personel cukup dan meningkatkan sirkulasi, tehnik
serta demonstrasikan atau bantu tehnik pemindahan yang tepat dapat
pemindahan dan penggunaan bantuan mencegah robekan abrasi kulit.
mobilitas, mis: trapeze.
5. Dorong klien mempertahankan postur Memaksimalkan fungsi sendi,
tegak dan duduk tinggi, berdiri, berjalan. mempertahankan mobilitas.
6. Ajarkan keluarga untuk memberikan
lingkungan yang aman, mis: menaikkan Menghindari cedera akibat kecelakaan
kursi atau kloset, menggunakan atau jatuh.
pegangan tangga pada bak atau pancuran

15
dan toilet, penggunaan alat bantu
mobilitas atau kursi roda

3. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan


fraktur, pemasangan traksi pen, imobilitas fisik.
Tujuan atau kriteria hasil yang diharapkan:
- Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang
- Klien menunjukkan perilaku untuk mencegah kerusakan kulit atau
memudahkan penyembuhan sesuai indikasi
- Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu atau penyembuhan lesi
terjadi

Intervensi Keperawatan Rasional


Kaji kulit untuk luka terbuka, benda Memberikan informasi tentang sirkulasi
asing, kemerahan , perdarahan, kulit dan pembentukan edema yang
perubahan warna, kelabu, memutih. membutuhkan intervensi medik lanjut
1. Mengurangi tekanan konstan pada area
Ajarkan keluarga lansia agar mengubah yang sama dam meminimalkan resiko
posisi sesering mungkin. kerusakan kulit .
2. Menurunkan kadar kontaminasi kulit
3. Ajarkan keluarga lansia agar sesering
mungkin membersihkan kulit dengan air
sabun hangat. Mencegah cedera pada bagian tubuh
4. Tekuk ujung kawat atau tutup ujung lain
kawat atau pen dengan karett atau gabus
pelindung atau tutup jarum. Mencegah tekanan berlebihan pada
5. Ajarkan keluarga agar memberikan kulit, meningkatkan eaporasi
bantalan atau pelindung dari kulit domba kelembapan yang menurunkan resiko
atau busa. ekskoriasi.

16
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi


mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Ruben, 2005), komlikasi dari injuri
pada lansia :

a. Perlukaan ( injury )
1) Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa
robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri / vena.
2) Patah tulang ( fraktur ) : Pelvis, Femur ( terutama kollum ),
humerus, lengan bawah, tungkai bawah, kista.
3) Hematom subdural

b. Perawatan rumah sakit


1) Komplikasi akibat tidak dapat bergerak ( imobilisasi ).
2) Risiko penyakit – penyakit iatrogenik.

c. Disabilitas
1) Penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan
fisik.
2) Penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan
diri, dan pembatasan gerak.

17
B. SARAN

Disadari oleh penulis bahwa makalah yang telah disusun oleh penulis yang
berjudul” ASKEP INJURI PADA LANSIA ” masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran terhadap
makalah yang bersifat membangun agar makalah yang dibuat dapat
menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain masyarakat pada
umumnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adelheid Maria, Widodo Dyah, Sutriningsih Ani. (2017). Hubungan

Gangguan Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Lansia.

https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/view/456 .

Tanggal, 8 Juni 2019.

Aminuddin Syahrul. (2014). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga

Tentang Pencegahan Hipertensi Dengan Kejadian Hipertensi Tahun

2013. http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/article/view/2799.

Tanggal, 8Juni 2019.

Aspiani Yuli Reny. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan

Kardiovaskuler Aplikasi Nic-Noc. Jakarta: EGC, hal 211.

19

Anda mungkin juga menyukai