Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik yang
dibina Ns. Rahmawati Maulidya, S.Kep, M.Kep
Disusun Oleh
Kelompok 2
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kekuatan dan
kesehatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini pada waktu yang
tepat, walaupun dalam bentuk yang sederhana. Dan pada tugas ini kami membahas tentang
“ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA PENDERITA STROKE”
Dengan adanya makalah ini, kami harap dapat membantu kita untuk menigkatkan
minat baca dan belajar kita semua. Selain itu, kami juga berharap semua dapat mengetahui
dan memahami tentang berita ini, karena akan menigkatkan mutu individu kita.
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih sangat minim,
sehingga saran dari dosen serta kritikan dari teman-teman masih kami harapkan demi
perbaikan makalah ini. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan tugas ini.
Penyusun
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran
dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada
beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun,
65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan tahun sebagai usia
yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah
disebut lanjut usia. Dari 19 juta jiwa penduduk Indonesia 8,5% mengalami stroke yaitu
lansia.
Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara tiba-
tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Insiden stroke meningkat
secara eksponensial dengan bertambahnya usia dan 1,25 kali lebih besar pada pria
dibanding wanita. Kecenderungan pola penyakit neurologi terutama gangguan susunan
saraf pusat tampaknya mengalami peningkatan penyakit akibat gangguan pembuluh
darah otak, akibat kecelakaan serta karena proses degenerative system saraf tampaknya
sedang merambah naik di Indonesia. Walaupun belum didapat data secara konkrit
mengenai hal ini.
Faktor penyebab munculnya masalah ini adalah adanya perkembangan ekonomi dan
perubahan gaya hidup terutama msayarakat perkotaan. Kemampuan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidup terlihat semakin mudah sehingga meningkatkan
hasratmereka untuk terus berjuang mencapai tujuan dengan bertambahnya usia maka
permasalahan kesehatan yang terjadi akan semakin kompleks. Salah satu penyakit yang
sering dialami oleh lansia adalah stroke. Usia merupakan factor resiko yang paling
penting bagi semua jenis stroke.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dari Lansia?
2. Apa Saja Teori-Teori Dari Penuaan?
3. Apa Saja Pembagian Dari Lansia?
4. Apa Saja Perubahan Akibat Dari Penuaan?
5. Apa Saja Faktor yang mempengaruhi penuaan?
6. Apa Saja Konsep Penyakit Lansia?
7. Apa Pengertian Dari Stroke?
8. Apa Saja Klasifikasi Dari Stroke?
1
9. Apa Saja Etiologi Dari Stroke?
10. Apa Saja Menisfestasi Klinis Dari Stroke?
11. Apa Saja Pemeriksaan Penunjang Dari Stroke?
12. Apa Saja Patofiologi Dari Stroke?
13. Apa Saja Pentalaksanaan Dari Stroke?
14. Apa Saja Komplikasi Dari Stroke?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Lansia.
2. Untuk Mengetahui Teori-Teori Dari Penuaan.
3. Untuk Mengetahui Pembagian Dari Lansia.
4. Untuk Mengtahui Perubahan Akibat Dari Penuaan.
5. Untuk Mengetahui Faktor yang mempengaruhi penuaan.
6. Untuk Mengetahui Konsep Penyakit Lansia.
7. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Stroke.
8. Untuk Mengetahui Klasifikasi Dari Stroke.
9. Untuk Mengetahui Etiologi Dari Stroke.
10. Untuk Mengetahui Menisfestasi Klinis Dari Stroke.
11. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Dari Stroke.
12. Untuk Mengetahui Patofiologi Dari Stroke.
13. Untuk Mengetahui Pentalaksanaan Dari Stroke.
14. Untuk Mengetahui Komplikasi Dari Stroke.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Pengertian Lansia
Usia lanjut usia dalah suatu proes alami yang tidak dapat dihindari (azwar,
2006). Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berati menalami kemunduran,
misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
putih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin
memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh tidak proporsional (Nugroho, 2006)
WHO dan Undang – Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah
usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses
menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dalam luar tubuh.
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Bencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi,
aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998). Secara biologis penduduk lanjut
usia dalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini desebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari sebagian
sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak
memberikan banyak manfaat, bahkan ada sampai ada yang berangggapan bahwa
kehidupan maa tua, seringkali dipersepsika secara negatif sebagai baban keluarga
dan masyarakat.
2.1.2 Teori-Teori Tentang Penuaan
Menurut Depkes RI (2016) tentang proses penuaan
3
a) Genetik dan Mutasi (somatic mutatie theory)
Menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu.
Menua terjadi akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul-molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akanmengalami
muasi sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsionel sel.
b) Pemakian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh telah rusak.
c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d) “Immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya
virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
e) Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel – sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan
internal. Kelebihan usaha dan stres menyababkan tubuh sel – sel terpakai.
f) Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam beba, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebad ini dapat menyebaban sel-
sel dapat regenerasi.
g) Rantai silang
Sel-sel yang telah usang reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen ikatan ini akibat kurangnya elastis, kekacuan
hilannya fungsi.
Teori kejiwaan sosial
a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya.
Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif
dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup)
dilanjutkan pada cara hidup dari lansia berupa mempertahankan hubungan
antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil.
4
b. Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c. Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan
ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas
maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss),
yakni: (1) Kehilangan peran; (2) Hambatan kontak sosial; (3) Berkurangnya
kontak komitmen.
5
Kelompok lansia dini (55-54 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia
Kelompok lansia (65 tahun keatas)
Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70
tahun
2.1.4 Perubahan Akibat Lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif
yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual (Azizah dan Lilik
M, 2011).
1. Prubahan Fisik
Sistem Indra
Sistem pendengaran:Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh
karenahilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga
dalam, terutamaterhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi,
suara yang tidak jelas, sulitdimengerti kata-kata, 50% terjadi pada
usia diatas 60 tahun.
Sistem Integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastiskering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis
danberbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea
dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit
dikenal dengan liver spot.
Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaringan
penghubung (kolagendan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.
Kolagen sebagai pendukungutama kulit, tendon, tulang, kartilago
dan jaringan pengikat mengalamiperubahan menjadi bentangan
yang tidak teratur.
Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa
jantungbertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga
peregangan jantungberkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan
6
jaringan ikat. Perubahan inidisebabkan oleh penumpukan lipofusin,
klasifikasi SA Node dan jaringankonduksi berubah menjadi jaringan
ikat.
Sistem Respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas
total parutetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk
mengkompensasi kenaikanruang paru, udara yang mengalir ke paru
berkurang. Perubahan pada otot,kartilago dan sendi torak
mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dankemampuan
peregangan toraks berkurang.
Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksisebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan
gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa
lapar menurun), liver (hati) makinmengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak
fungsi yangmengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi,
ekskresi, dan reabsorpsi olehginjal.
Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang
progresifpada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan
koordinasi dankemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya
ovary danuterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki- laki testis
masih dapat memproduksispermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur.
2. Sistem Kognitif
Daya Ingat (Memory); IQ (Intellegent Quotient); Kemampuan Belajar
(Learning); Kemampuan Pemahaman (Comprehension); Pemecahan
7
Masalah (Problem Solving); Pengambilan Keputusan (Decision Making);
Kebijaksanaan (Wisdom); Kinerja (Performance); Motivasi (Motivation)
3. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
Kesehatan umum
Tingkat pendidikan
Keturunan (hereditas); Lingkunga
Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian
Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan keluarga.
Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri,perubahan konsep diri. Perubahan spiritual agama
atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia
semakinmatang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini
terlihat dalam berfikir danbertindak sehari-hari.
4. Perubahan Psikososial
Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal
terutama jikalansia mengalami penurunan kesehatan, seperti
menderita penyakit fisik berat,gangguan mobilitas atau gangguan
sensorik terutama pendengaran.
Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangandapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada
lansia. Hal tersebutdapat memicu terjadinya gangguan fisik dan
kesehatan.
Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu
diikuti dengankeinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi
suatu episode depresi. Depresijuga dapat disebabkan karena stres
lingkungan dan menurunnya kemampuanadaptasi
8
Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas
umum,gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif
kompulsif, gangguan-gangguantersebut merupakan kelanjutan dari
dewasa muda dan berhubungandengan sekunder akibat penyakit
medis, depresi, efek samping obat, atau gejalapenghentian mendadak
dari suatu obat.
Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham
(curiga), lansiasering merasa tetangganya mencuri barang- barangnya
atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang
terisolasi/diisolasi ataumenarik diri dari kegiatan sosial.
Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku
sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia
bermain-main dengan feses dan urinnya, sering menumpuk barang
dengan tidak teratur.Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut
dapat terulang kembali.
2.1.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan Dan Penyakit Yang Sering Di
Jumpai
Menurut Siti Bandiyah (2009) dalam Muhith dan Siyoto (2016) penuaan dapat
terjadi secara fisiologis dan patologis. Penuaan yang terjadi sesuai dnegan
kronologis usia. Fakor yang mempengaruhi yaitu hereditas atau genetik, nutrisi
atau makanan, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan, dan stres.
Hereditas atau genetik
Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang dikaitkan
dengan peran DNA yang penting dalam mekanisme pengendalian
fungsi sel. Secara genetik, perempuan ditentukan oleh sepasang
kromosom X sedangkan laki-laki oleh satu kromosom X. Kromosom
X ini ternyata membawa unsur kehidupan sehingga perempuan
berumur lebih panjang daripada laki-laki.
9
Nutrisi/makanan
Berlebihan atau kekurangan mengganggu keseimbangan reaksi
kekebalan.
Status kesehatan
Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses penuaan,
sebenarnya bukan disebabkan oleh proses menuanya sendiri, tetapi
lebh disebkan oleh faktor luas yang merugikan yang berlangsung
tetap dan berkepanjangan.
Lingkungan
Proses menua secara biologik berlangsung secara alami da tidak
dapat dihindari, tetapi seharusnya dapat tetap dipertahankan dalam
status sehat.
Stres
Tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekerjaan,
ataupun masyarakat yang tercemin dalam bentuk gaya hidup akan
berpengaruh terhadap poses penuaan.
10
2.2.2 Klasifikasi
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, stroke dapat dibagi menjadi tiga kategori,
antara lain :
Serangan iskemik
sepintas, yang merupakan gangguan neurolgis fokal atau saraf pusat
yang timbul secara mendadak dan menghilang beberapa menit sampai
17 beberapa jam. Stroke ini bersifat sementara, namun jika tidak
ditanggulangi akan berakibat pada serangan yang lebih fatal.
Progresif atau involution (stroke yang sedang berembang),
yaitu perjalanan stroke berlangsung perlahan meskipun akut. Stroke
dimana defisit neurologisnya terus bertambah atau gangguan pada
sistem saraf pusat mengalami gangguan.
Stroke lengkap/completed,
yaitu gangguan neurlogis maksimal sejak awal serangan dengan
sedikit perbaikan. Stroke di mana fungsi sistem saraf menurun pada
saat onset atau serangan lebih berat. Stroke ini dapat menyebabkan
kelumpuhan permanen jika tidak segera ditanggulangi (Arya, 2011).
2.2.3 Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2013) stroke biasanya diakibatkan oleh salah satu dari
empat kejadian dibawah ini, yaitu:
Trombosis
yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
Arteriosklerosis serebral adalah penyebab utama trombosis, yang
merupakan penyebab paling umum dari stroke. Secara umum,
trombosis tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara
sementara, hemiplegia, atau paresthesia pada setengah tubuh dapat
mendahului paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
Embolisme
serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain. Embolus biasanya menyumbat arteri
serebral tengah atau cabangcabangnya yang merusak sirkulasi
serebral (Valante dkk, 2015).
11
Iskemia
yaitu penurunan aliran darah ke area otak. Iskemia terutama karena
konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak
(Valante dkk, 2015).
Hemoragi serebral
yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Pasien dengan
perdarahan dan hemoragi mengalami penurunan nyata pada tingkat
kesadaran dan dapat menjadi stupor atau tidak responsif.
Akibat dari keempat kejadian di atas maka terjadi penghentian suplai darah ke
otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen fungsi otak dalam
gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi.
12
Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari
sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskular.
Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada
carespiratori ratean lumbal menunjukkan adanya hernoragi pada
subaraknoid atau perdarahan pada intrakranial. Peningkatan jumlah
protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan
likuor merah biasanya dijumpaipada perdarahan yang masif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
CT scan.
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan
posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan
hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau
menyebar ke permukaan otak.
MRI
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang
magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya
perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah
sistem karotis).
EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls
listrik dalam jaringan otak.
2.2.6 Patofisilogi
Oksigen sangat penting untuk otak, jika terjadi hipoksia seperti yang terjadi
pada stroke, di otak akan mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan
13
kerusakan permanen (AHA, 2015). Pembuluh darah yang paling sering terkena
adalah arteri serebral dan arteri karotis interna yang ada di leher (Guyton & Hall,
2014). Adanya gangguan pada peredaran darah otak dapat mengakibatkan cedera
pada otak melalui beberapa mekanisme, yaitu :
Penebalan dinding pembuluh darah (arteri serebral) yang
menimbulkan penyembitan sehingga aliran darah tidak adekuat yang
selanjutnya akan terjadi iskemik.
Pecahnya dinding pembuluh darah yang menyebabkan hemoragik.
Pembesaran satu atau sekelompok pembuluh darah yang menekan
jaringan otak.
Edema serebral yang merupakan pengumpulan cairan pada ruang
interstitial jaringan otak (Smeltzer & Bare, 2013).
Penyempitan pembuluh darah otak mula-mula menyebabkan perubahan pada
aliran darah dan setelah terjadi stenosis cukup hebat dan melampaui batas krisis
terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat. Obtruksi suatu pembuluh darah
arteri di otak akan menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal
sekitarnya masih mempunyai peredaran darah yang baik berusaha membantu suplai
darah melalui jalur-jalur anastomosis yang ada. Perubahan yang terjadi pada kortek
akibat oklusi pembuluh darah awalnya adalah gelapnya warna darah vena,
penurunan kecepatan aliran darah dan dilatasi arteri dan arteriola (AHA, 2015).
2.2.7 Pentalaksanaan
Menurut (Tarwoto & Wartonah, 2015) penatalaksanaan stroke terbagi atas :
1) Penatalaksanaan umum
1. Pada fase akut
Terapi cairan, stroke beresiko terjadinya dehidrasi karena
penurunan kesadaran atau mengalami disfagia. Terapi cairan ini
penting untuk mempertahankan sirkulasi darah dan tekanan
darah. The American Heart Association sudah menganjurkan
normal saline 50 ml/jam selama jam-jam pertama dari stroke
iskemik akut. Segera setelah stroke hemodinamik stabil, terapi
cairan rumatan bisa diberikan sebagai KAEN 3B/KAEN 3A.
Kedua larutan ini lebih baik pada dehidrasi hipertonik serta
memenuhi kebutuhan hemoestasis kalium dan natrium. Setelah
14
fase akut stroke, larutan rumatan bisa diberikan untuk
memelihara hemoestasis elektrolit, khususnya kalium dan
natrium.
Terapi oksigen, pasien stroke iskemik dan hemoragik mangalami
gangguan aliran darah ke otak. Sehingga kebutuhan oksigen
sangat penting untuk mengurangi hipoksia dan juga untuk
mempertahankan metabolism otak. Pertahankan jalan napas,
pemberian oksigen, penggunaan ventilator, merupakan tindakan
yang dapat dilakukan sesuai hasil pemeriksaan analisa gas darah
atau oksimetri.
Penatalaksanaan peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK)
Peningkatan intra cranial biasanya disebabkan karena edema
serebri, oleh karena itu pengurangan edema penting dilakukan
misalnya dengan pemberian manitol, control atau pengendalian
tekanan darah
Monitor fungsi pernapasan : Analisa Gas Darah
Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG
Evaluasi status cairan dan elektrolit
Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan
cegah resiko injuri
Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi labung
dan pemberian makanan
Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan
Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan
pupil, fungsi sensorik dan motorik, nervus cranial dan reflex
2. Fase rehabilitasi
Pertahankan nutrisi yang adekuat
Program manajemen bladder dan bowel
Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi
(ROM)
Pertahankan integritas kulit
Pertahankan komunikasi yang efektif
15
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Persiapan pasien pulang
2.2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat stroke diantaranya bisa menyebabkan
aspirasi, paralitic illeus, atrial fibrilasi, diabetus insipidus, peningkatan TIK, dan
hidrochepalus (Padila, 2015)
16
2.2.9 Pathway
17
A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data umum klien
Nama : Abah sutomo
Usia : 72 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Desa Kademangan, Dsn Gunung Pandak
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SPG
TB/BB : 160 cm/ 45 Kg
Penampilan umum : Baik, Rapi tidak kumuh
Orang terdekat yg bisa dihubungi : Istri
Hubungan dengan usila : -
Tanggal Masuk panti :-
Dx medis : Stroke
Tgl pengkajian : 25 September
Reg :
2. Keluhan utama
Saat Masuk panti : ……………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Saat pengkajian : Ekstremitas tubuh bagian kanan tidak bisa bergerak atau mengalami
gangguan dibagian tubuh sebelah kanan
18
3. Riwayat penyakit sekarang
CVA (cerebrovaskular accident) atau Stroke
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis keturunan
: Hubungan pernikahan
: Klien
: Tinggal dalam satu rumah
: Meninggal dunia
Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : pensiun
Alamat pekerjaan :-
19
Pekerjaan sebelumnya : guru di SDN Kanigoro
20
Liburan perjalanan :-
Sistem pendukung :-
7. Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan ritual :-
Hal lainnya :-
Obat-obatan
NO Nama Obat Dosis Keterangan
1. Amlodipin 10g 1 x sehari Masih digunakan
9. Kebutuhan ADL
ADL Sebelum di Panti Saat di Panti
Nutrisi Nasi Putih, Nasi Merah dan ……………………………….........
Nasi Jagung. …………………………………….
Sayur-sayuran, ikan dan juga …………………………………….
tahu tempe …………………………………….
…………………………………….
21
Pola dan Tidur Siang 2 jam ……………………………………
kebutuhan Tidur Malam 12 jam ……………………………………
tidur ……………………………………
……………………………………
……………………………………
Eliminasi Pengeluaran Eliminasi ……………………………………
lancar ……………………………………
……………………………………
……………………………………
……………………………………
Aktivitas Hanya berjalan di rumah ……………………………………
……………………………………
……………………………………
……………………………………
……………………………………
22
Mata : reflek pupil(+/+), sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis
Hidung : bentuk simetris, lesi dan jejas (-) tidak ada sumbatan pada hidung
Mulut : simetris, tidak ada lesi dan luka, gigi lengkap, dan bersih
Telinga : bentuk simetris, tidak ada lesi dan jejas, tumor (-) pasien terawat
Wajah : simetris, tidak ada lesi dan jejas, tidak ada benjolan, terawat
Dada / Thorax :
- Jantung :
Inpeksi : bentuk simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : S1 S2 tunggal regular, S3 S4 tidak terdengar murmur
- Paru :
Inspeksi : pergerakan dada simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, pergerakan dada simetris
Perkusi : shifting dullness(-)
Aukultasi : rinchi (-) tidak ada suara tambahan
Abdomen :
Inspeksi : umbilicus terlihat datar dan masuk kedalam
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : shifthing dullness (-)
Aukultasi : bising usus normal 13x/menit
Genetalia :-
Integumen : CRT< 2 detik
Punggung :-
Ekstrimitas :
Inspeksi : warna kulit sawo mateng, terdapat lesi pada kaki
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Pemeriksaan TTV
Nadi : 90x/mnt RR : 20 x/mnt
TD : 200/90mmHg S : 36,6 ºC
23
11. Pengkajian Status Fungsional, Kognitif Dan Afektif
a. Pengkajian Status Fungsional
INDEKZ KATZ
Skor Kriteria
A. Kemandirian dalam hal makan, berpindah tempat, kekamar kecil,
berpakaian dan mandi
B. Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut.
C. Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali mandi dan
satu fungsi tersebut.
D. Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E. Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali
mandi, berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
F. Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari – hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G. Ketergantungan pada ke lima fungsi tersebut.
Lain – Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
Lain sebagai C, D, E atau F
Analisa Klien mandiri dalam aktifitas sehari-hari kecuali mandi, berpakaian dan ke
klien kamar kecil
24
9. Siapa Presiden Indonesia sekarang ? Salah
10. Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1? Benar
Jumlah Kesalahan Total 3 (Ringan)
Keterangan :
1. Kesalahan 0 -2 : Fungsi Inteletual Utuh
2. Kesalahan 3-4 : Kerusakan Inteletual Ringan
3. Kesalahan 5-7 : Kerusakan Inteletual Sedang
4. Kesalahan 8-10 : Kerusakan Intelektual Berat
Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subyek hanya berpendidikan
sekolah dasar.
25
5 BAHASA
a. Penamaan
Tunjukkan 2 benda minta klien
menyebutkan :
22. Jam tangan √
23. Pensil √
b. Pengulangan
Minta klien mengulangi tiga kalimat
berikut
24. “Tak ada jika, dan, atau tetapi “ √
c. Perintah tiga langkah
25. Ambil kertas ! √
26. Lipat dua ! √
27. Taruh dilantai ! √
d. Turuti hal berikut
28. Tutup mata √
29. Tulis satu kalimat √
30. Salin gambar √
JUMLAH
Analisis hasil : Hasil pemeriksaan klien mendapatkan skor 20 ( <21) yang artinya ada
kerusakan kognitif pada kondisi klien
Nilai < 21 : Kerusakan kognitif
26
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apa pun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah – olah saya sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk atau tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar benar bersalah
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran – pikiran mengenai membahyakan diri sendiri
H. Menarik Diri Dari Lingkungan Social
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli pada
mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu – raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan – perubahan yang permanen dalam
penampilan saya dan ini membuat saya tak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya
K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri sya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira – kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
27
1 Saya lelah lebih dari yang biasanya
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak lebih buruk dari yang biasanya.
Nilai total = 8 (Depresi Sedang)
Keterangan :
0–4 : Depresi Tidak Ada Atau Minimal
5–7 : Depresi Ringan
8 – 15 : Depresi Sedang
> 16 : Depresi Berat
28
f. Apgar Keluarga
APGAR KELUARGA
No Fungsi Uraian Skor
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga 2
(teman - teman) saya untuk membantu pada saat
saya sedang mengalami kesusahan.
2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman - teman)
saya membicarakan sesuatu dengan saya dan 2
mengungkapkan masalah dengan saya.
3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman - teman) saya 2
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau kegiatan baru.
4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman - teman) 2
saya mengekpresikan afek, dan berespon terhadap
emosi – emosi saya, seperti marah, sedih, atau
mencintai.
5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman – teman saya dan saya 1
menyediakan waktu bersama – sama.
Keterangan : jika pertanyaan – pertanyaan yang dijawab dengan kata selalu (poin
2), kadang – kadang (poin 1), hampir tidak pernah (poin 0)
Analisa klien :
Hasil pemeriksaan klien didapatkan skor 8
29
antihipertensi, obat hipoglikemik, anti
depressant, neuroleptic, NSAID)
8 Riwayat jatuh dalam waktu 12 bulan 2
sebelumnya
9 Osteoporosis 1
10 Gangguan pendengaran dan atau 1
penglihatan
11 Usia >70 tahun 1
TOTAL SKOR
Keterangan:
Tingkat resiko:
1. Resiko rendah bila skor 1-3 : lakukan intervensi resiko rendah
2. Resiko tinggi bila skor > 4 : lakukan intervensi resiko tinggi
30
ANALISA DATA
ketidak efektifan
2. Ds : -
perfusi jaringan
Do : perifer
Thrombus/emboli di
Td : 200/90 mmHg serebral
N : 90x/menit ↓
31
batas normal
Diagnosa keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik bd penurunan kekuatan otot (domain 4, kelas 2, kode dx 00085)
2. ketidak efektifan perfusi jaringan perifer bd tekanan darah meningkat ( domain 4, kelas 4
kode dx 00204)
32
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
33
1-3 kebutuhan
Mematuhi asupan garam yang dianjurkan instruksikan pasien mengenai tindakan untuk
1-3 mencegah/ meminimalkan efek samping
penanganan dari penyakit, sesuai kebutuhan
34
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
3. koalborasi
35
instruksikan pasien
mengenai tindakan
untuk mencegah/
meminimalkan efek
samping penanganan
dari penyakit, sesuai
kebutuhan
3. kolaborasi
-
36
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan
fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa
pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70
tahun.
Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara tiba-tiba
dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Kecenderungan pola penyakit
neurologi terutama gangguan susunan saraf pusat tampaknya mengalami peningkatan
penyakit akibat gangguan pembuluh darah otak, akibat kecelakaan serta karena proses
degenerative system saraf tampaknya sedang merambah naik di Indonesia. Walaupun belum
didapat data secara konkrit mengenai hal ini.
Faktor penyebab munculnya masalah ini adalah adanya perkembangan ekonomi dan
perubahan gaya hidup terutama msayarakat perkotaan. Kemampuan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidup terlihat semakin mudah sehingga meningkatkan hasratmereka
untuk terus berjuang mencapai tujuan dengan bertambahnya usia maka permasalahan
kesehatan yang terjadi akan semakin kompleks.
37
DAFTAR PUSTAKA
Bare, S. &. (2005). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Iin Cintami Pengabean, d. (2013). Kebijakan dan Program Kesehatan Lansia Retrieved. April 11,
2019: From Scrib: https://www.scribd.com.
Muttaqi, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan . Jakarta:
Selemba Medika.
Nina. (2009). Solusi Sehat Mengatasi Stroke. Jakarta: Agro Mdeia Pustaka.
38