Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR


“LANSIA”

DOSEN PEMBINGBING:

Dr.Nur Ulmy Mahmud,S.K.M.,M.Kes

OLEH:

Fernanda Ardelia Lailani Reissa (14120220025)


Ega (14120220029)
Salsabila (14120220045)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2024

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
"Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Pada Lansia".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam pembuatan makalah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik


dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami buat ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, 20 Februari 2024

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
A.Latar Belakang....................................................................................................................3
A. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Definisi Lanjut Usia........................................................................................................5
o Golongan Usia Lansia.................................................................................................5
o Perkembangan Lanjut Usia..........................................................................................7
B. Klasifikasi Lanjut Usia....................................................................................................9
C. Karakteristik Pada Lansia.............................................................................................10
D. Perubahan-Perubahan Pada Lansia...............................................................................10
E. Penyakit Pada Lansia....................................................................................................11
F. Pelayanan kesehatan pada lansia...................................................................................13
G. Upaya-Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia................................................14
H. Teori Proses Menua.......................................................................................................15
SARAN....................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular adalah penyakit yang tidak disebabkan oleh kuman
atau virus penyakit dan tidak ditularkan kepada orang lain, termasuk cedera akibat
kecelakaan dan tindak kekerasan. Penyakit tidak menular terjadi akibat interaksi agent
(non living agent) dan lingkungan sekitar ( source and vehicle of agent) (Susanti,
2019)
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus-menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik,
yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian.
Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Lansia juga sering dinilai konservatif, tidak kreatif,
menolak inovasi dan berorientasi ke masa silam, kembali ke masa anak-anak, susah
berubah, keras kepala dan cerewet, bingung dan tidak peduli terhadap lingkungan,
penyakitan, kesepian, dan tidak bahagia.
Banyak definisi tentang kelompok lanjut usia, tetapi umum-nya tolok ukur
lansia adalah mereka yang berumur 60 tahun ke atas (Pandji, 2013)
A. Rumusan Masalah
1. Apa definisi lanjut usia?
2. Apa saja klasifikasi lansia?
3. Bagaimana karakteristik pada masa usia lanjut?
4. Apa saja perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia?
5. Apa saja Penyakit Pada Lansia?
6. Apa saja Pelayanan kesehatan pada lansia?
7. Bagaimana Upaya-Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia?

iv
8. Apa saja teori proses penuaan lansia?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi dari lanjut usia
2. Untuk mengetahui klasifikasi lansia
3. Untuk mengetahui karakteristik pada lanjut usia
4. Untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia
5. Untuk menegetahui Penyakit pada lansia
6. Untuk mengetahui Pelayanan Kesehatan pada lansia
7. Untuk mengetahui Upaya-Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia
8. Untuk mengetahui teori proses penuaan lansia

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Lanjut Usia

Menurut World Health Organization (WHO), lansia itu adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok pada manusia
yang telah masuk ke tahap akhir dari fase kehidupanya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut dengan Anging Process atau biasa
disebut itu dengan sebutan penuaan (Paende, 2019)
Salah satu dampak dari kesuksesan pembangunan nasional adalah Usia
Harapan Hidup (UHH) yang makin meningkat. Sebagai akibat dari peningkatan UHH
yang pada tahun 2004 adalah sebesar 68,6 dan pada tahun 2009 adalah sebesar 70,6,
maka pada tahun 2020, jumlah lansia diperkirakan akan mengalami peningkatan
menjadi 28,8 juta jiwa
o Golongan Usia Lansia
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi
tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua. WHO dalam Dahlan Andi Kasrida
menjelaskan batasan lansia adalah usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun, usia
tua (old) :75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
Sedangkan Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia terbagi menjadi usia
lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun, usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
dan usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan
masalah kesehatan.
Lanjut usia mengalami masalah kesehatan. Masalah ini berawal dari
kemunduran sel-sel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor
resiko terhadap penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang sering dialami
lanjut usia adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak, dan
lain-lain. Selain itu, beberapa penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia antara lain
hipertensi, gangguan pendengaran dan penglihatan, demensia, osteoporosis, dan

vi
sebagainya (Hanafi, Giri Kriswoyo and Priyanto, 2022)
Lanjut usia atau usia tua (lansia) adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup
seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu
yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat (Akbar et al.,
2021)
Memasuki lanjut usia ada beberapa masalah yang dialami oleh para lansia,
diantaranya adalah masalah kognitif.fungsi kognitif pada lansia dapat diukur dengan
menggunakan Skor Mini Mental State Examination (MMSE), Lanjut usia juga akan
mengalami perubahan pada segi fisik, kognitif, dan psikososialnya. Kualitas hidup ada empat
domain yaitu
kesehatan fisik, kesehatan psikologi, hubungan sosial, dan lingkungan. Permasalahan
yang sering dihadapi lansia seiring dengan berjalannya waktu, akan terjadi penurunan
berbagai fungsi organ tubuh. penurunan fungsi ini disebabkan karena berkurangnya jumlah
sel secara anatomis serta berkurangnya aktivitas , asupan nutrisi yang kurang, polusi dan
radikal bebas, hal tersebut mengakibatkan semua organ pada proses menua akan mengalami
perubahan structural dan fisiologis, begitu juga otak (Bandiah, 2018).fungsi kognitif
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu bahasa, perkembangan pemikiran, perkembangan
memori atau daya ingat, dan perkembangan intelegensi yang mempengaruhi pada usia lanjut.
(Arciniegas, 2006. Inte- ligencia emocional en estudiantes de la Universidad Autónoma de
Los Andes. Revista Conrado, 17(78), 2021)
Pada masa lanjut usia, seseorang akan mengalami perubahan dalam segi fisik,
kognitif, maupun dalam kehidupan psikososialnya (Papalia, et al, 2001; Ariyanti, 2009).
Darnton-Hill (1995; Oye Gureje, 2008) juga menekankan pentingnya harapan hidup dan
kualitas hidup bagi lanjut usia. Keempat domain dalam kualitas hidup adalah kesehatan fisik,
kesehatan psikologi, hubungan sosial, dan aspek lingkungan (WHOQOL Group ). Empat
domain kualitas hidup diidentifikasi sebagai suatu perilaku, status keberadaan, kapasitas
potensial, dan persepsi atau pengalaman subjektif (WHOQOL Group). Ratna (2008) juga
menambahkan jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, akan timbul masalah-
masalah dalam kehidupan lanjut usia yang akan menurunkan kualitas hidupnya. Lansia secara
umum jika digambarkan memang kurang menggembirakan Usia tua, kesepian, sosial
ekonomi yang kurang sejahtera, serta munculnya penyakit-penyakit degeneratif seperti
kanker, jantung, reumatik, serta katarak menyebabkan produktivitas menurun serta
mempengaruhi kehidupan sosial Semua hal di atas adalah dampak dari rendahnya kualitas
hidup lanjut usia. Hal ini bisa disebabkan oleh kondisi fisik yang semakin lemah, hubungan
vii
personal yang buruk, ketiadaan kesempatan untuk memperoleh informasi, keterampilan baru,
dan sebagainya. Semua penjelasan di atas sesuai dengan konsep WHOQOL Group yang
menyatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi kualitas hidup, yaitu faktor
kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial, dan faktor lingkungan .(Rohmah,
Purwaningsih and Bariyah, 2017)
o Perkembangan Lanjut Usia
Birren and Jenner, 1977, mengusulkan untuk membedakan antara usia biologis, usia
psikologis, dan usia sosial.
a. Usia Biologis : yang menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya
berada dalam keadaan hidup tidak mati.Aspek Biologis dalam gerontologi
mencakup perubahan-perubahan anatomi dalam sel, jaringan dan organ-organ
serta fisiologi yang berhubungan dengan perubahan-perubahan tersebut. Proses
penuaan akan di tandai gejala-gejala kemunduran fisik antara lain:
1. Kemunduran-kemunduran biologis yang terlihat sebagai kemunduran fisik:
- Kulit mulai mengendur dan pada wajah timbul keriput serta garis-garis yang menetap
- Rambut mulai beruban dan menjadi putih
- Gigi mulai ompong
- Penglihatan dan pendengaran berkurang
- Mudah lelah
- Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah
- Kerampingan tubuh menghilang, disana-sini terjadi timbunan lemak terutama di
bagian perut dan pinggul
2. Kemunduran akan kemampuan kognitif akibat penuaan pada usia lanjut ini di
tandai sebagai berikut:
- Suka lupa, ingatan tidak berfungsi baik
- Ingatan kepada hal-hal yang baru terjadi yang pertama dilupakan adalah nama-nama
- Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang / tempat juga mundur yang
erat hubungan dengan daya ingat yang sudah mundur dan juga karena pandangan
biasanya sudah menyempit
- Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman, skor yang dicapai dalam tes-tes
intelegensi menjadi lebih rendah
- Tidak mudah menerima hal-hal atau ide-ide baru.
b. Usia Psikologis : yang menunjuk kepada kemampuan seseorang untuk mengadakan
penyesuaianpenyesuaian kepada situasi yang dihadapinya. Pada umumnya setiap lanjut usia

vii
i
menginginkan keadaan panjang umur, menghemat tenagatetap berperan sosial, meninggal
secara terhormat dan masuk surga. Apabila proses lanjut usia yang tidak sesuai dengan
keinginan-keinginan tersebut maka akan dirasakan sebagai beban mental yang cukup
besarPenyakit yang membahayakan, menjalani masa pensiun, ditinggal suami atau istri dan
sebab-sebab lain sering menyebabkan gangguan dalam keseimbangan mental. Psikologi
kehilangan merupakan salah satu sindroma atau gejala multikompleks dari proses lanjut
usia.Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan lima tipe kepribadian lansia
adalah sebagai berikut:
1) Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction Personality), biasanya tipe ini tidak
banyak mengalami gejolak, tenang, dan mantap sampai sangat tua.
2) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent Personality), pada tipe ini biasanya ada
kecenderungan mengalami Post Power Syndrome. Apalagi jika pada masa lansia tidak diisi
dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
3) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent Personality), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga. Apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada
lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana. Apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
4) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility Personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang
tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi
berantakan.
5)Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate Personality), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat
susah dirinya
c. Usia Sosial : yang menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan
masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.Status sosial seseorang sangat
penting bagi kepribadianya. Didalam pekerjaan, status tertentu mempunyai akibat suatu citra
tertentu pula. Perubahan status sosial lanjut usia pasti akan membawa akibat bagi yang
bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan yang baik dalam menghadapi perubahan
terebut. Aspek social tidak dapat diabaikan dan sebaiknya diketahui oleh lanjut usia sedini
mungkin, sehingga dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin. Perubahan sosial yang terjadi
pada masyarakat lanjut usia di masyarakat. Perubahan psikososial masyarakat lanjut usia baik
yang datang dari dalam dirinya, keluarga maupun lingkungan masyarakat akan membawa
dampak bagi derajat kesehatan jiwa lansia yang bersangkutan. Sebagai penyebab adalah
ix
pesatnya kegiatan pembangunan yang membawa dampak terhadap lingkungan baik berupa
urbanisasi dan polusi maupun perubahan perilaku yang secara tidak langsung berpengaruh
pada kehidupan lansia.(‘(menjadi tua)’, 2013)

B. Klasifikasi Lanjut Usia

Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World
Health Organitation (WHO) lansia meliputi :
 Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
 Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
 Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun 4) Usia sangat tua
(very old) diatas usia 90 tahun
Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006)
pengelompokkan lansia menjadi :
 Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
 Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa
usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
 Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif
(usia >65 tahun)
Batasan lansia menurut Levinson:
 Lansia peralihan awal, antara 50-55 tahun.
 Lansia peralihan menengah, antara 55-60 tahun.
 Lansia peralihan akhir, antara 60-65 tahun (Afriansyah and Santoso,
2020)

C. Karakteristik Pada Lansia

Karakteristik lansia menurut (Kemenkes.RI, 2017) yaitu :


a. Seseorang dikatakan lansia ketika telah mencapai usia 60 tahun keatas
b. Status pernikahan Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015,
penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar berstatus
kawin (60 %) dan cerai mati (37 %). Adapun perinciannya yaitu lansia

x
perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04 % dari keseluruhan yang
cerai mati, dan lansia laki-laki yang 13 berstatus kawin ada 82,84 %. Hal ini
disebabkan usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan
usia harapan hidup laki-laki, sehingga presentase lansia perempuan yang
berstatus cerai mati lebih banyak dan lansia laki-laki yang bercerai umumnya
kawin lagi.
c. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
kebutuhan biopsikososial dan spiritual, kondisi adaptif hingga kondisi
maladaptive.
d. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Ii and Lansia, 2020)

D. Perubahan-Perubahan Pada Lansia

Perubahan yang terjadi pada lanjut usia (Hutapea, 2005) meliputi :


1. Perubahan fisik
 Perubahan pada system kekebalan atau imunologi dimana
tubuh menjadi rentan terhadap penyakit dan alergi.
 Konsumsi energik turun secara nyata diikuti dengan
menurunnya jumlah energi yang dikeluarkan tubuh.
 Air didalam tubuh turun secara signifikan karena bertambahnya
sel-sel mati yang diganti lemak.
 Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal,
kemampuan mencerna makan serta penyerapan menjadi lambat
dan kurang efisien, gerakan peristaltik usus menurun sehingga
sering konstipasi.
 Sistem syaraf menurun yang menyebabkan munculnya rabun
dekat kepekaan bau dan rasa berkurang, kepekaan sentuhan
berkurang. Reaksi menjadi lambat, fungsi mental menurun dan
ingatan visual berkurang.
 Perubahan pada system pernafasan ditandai dengan
menurunnya elastisitas paru-paru yang mempersulit
pernafasaan sehingga dapat mengakibatkan munculnya rasa
sesak dan tekanan darah meningkat.

xi
 Perubahan system metabolik, yang menyebabkan gangguan
metabolisme glukosa karena sekresi juga menurun karena
timbulnya lemak.
2. Perubahan psikososial Perubahan psikososial menyebabkan rasa tidak aman,
takut, merasa penyakit selalu mengancam, sering bingung, panik dan depresi.
Hal itu disebabkan antara lain karena ketergantungan sosial finansial pada
waktu pensiun menyebabkan kehilangan rasa bangga, hubungan sosial,
kewibawaan dan sebagainya.
3. Perubahan emosi dan kepribadian Setiap ada kesempatan lanjut usia selalu
melakukan instropeksi diri. Terjadi proses kematangan dan bahkan tidak
jarang terjadi pemeranan gender yang terbalik. Para wanita lansia bisa lebih
tegar dibandingkan lansia pria, apalagi dalam memperjuangkan hak mereka.
Sebaliknya, banyak lansia pria, apalagi dalam memperjuangkan hak mereka.
Sebaliknya, banyak lanjut usia pria yang tidak segan-segan memerankan peran
yang sering wanita kerjakan, seperti mengasuh cucu, menyiapkan sarapan,
membersihkan rumah dan sebagainya. Persepsi tentang kondisi kesehatan
berpengaruh kepada kehidupan psikososial, dalam hal memilih bidang
kegiatan yang sesuai dan cara menghadapi persoalan hidup (Afriansyah and
Santoso, 2020)

E. Penyakit Pada Lansia


Menurut Stieglitz,1 ada empat penyakityang sangat erat hubungannya dengan proses
menua yaitu: gangguan sirkulasi darah, misalnya hipertensi, kelainan pembuluh darah,
gangguan pembuluh darah di otak (koroner), ginjal, dan lainnya, gangguan metabolisme
hormonal, misalnya diabetes melitus, klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid, gangguan
pada persendian, misalnya osteoartritis, gout artritis, maupun penyakit kolagen lainnya, serta
berbagai macam neoplasma. Timbulnya penyakit tersebut dapat dipercepat atau diperberat
oleh faktor luar, misalnya makanan, kebiasaan hidup yang salah, infeksi dan trauma. Sifat
penyakit dapat mulai secara perlahan, sering kali tanpa gejala dan baru diketahui sesudah
keadaannya parah.
Penyakit degeneratif yang dominan pada pasien lanjut usia adalah hipertensi, stroke,
dan osteoartritis, ketiganya berpotensi membutuhkan perawatan jangka panjang(Long- Term
Care).Oleh karena itu, dapat disebutkan bahwa jenis penyakit yang dominan diderita oleh
lansia adalah golongan penyakit tidak menular, penyakit kronik dan degeneratif terutama

xii
golongan penyakit kardiovaskular(Rohmah, Purwaningsih and Bariyah, 2017)
1. Hubungan kejadian penyakit tidak menular pada lansia
a) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan
energi. Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor resiko dari kejadian hipertensi, hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sri Narulita (2013) di RSUD Undata,
yang menyatakan bahwa aktivitas fisik yang kurang berkaitan dengan kejadian
hipertensi. Kurang aktivitas fisik yang rutin berkaitan dengan kesehatan jantung,
otak,endokrin. Anjuran sesuai standar kesehatan adalah olahraga minimal 30 menit,
dilakukan minimal 3 kali seminggu. Pada pemeriksaan skrining kami menganjurkan
kepada masyarakat dengan tinggi kolestrol total agar melaksanakan aktivitas fisik
seperti Jalan pagi minimal 15-30 menit setiap hari sesuai dengan anjuran oleh
Kemenkes yang bertujuan untuk mencegah penyakit jantung, menenangkan
pikiran,menambah volume paru, serta kekuatan otot, dan berat badan stabil.
b) Obesitas
Obesitas merupakan keadaan penimbunan lemak di jaringan tubuh yang
menimbulkan masalah kesehatan. Obesitas merupakan faktor resiko kejadian penyakit
tidak menular seperti hipertensi, hal ini sejalan dengan penelitian dari Yeni Yuvita
(2009) yaitu, adanya hubungan bermakna obesitas dan kejadian hipertensi di
Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta. Pada pemeriksaan, dilakukan skrining pada
lingkar perut yang berhubungan dengan lemak perut dan hasilnya tidak ada yang lebih
dari 126 cm, namun pada pemeriksaan ditemukan bahwa lansia dengan jenis kelamin
perempuan, hasilnya, semua perempuan lansia yang diperiksa memiliki lingkar perut
diatas 80 cm (batas aman lingkar perut wanita : 80 cm) sedangkan pada pria dengan
lingkar perut 90 cm ( batas aman lingkar perut pria : 90 cm) sebanyak 7 orang dari 12
orang.
c) Genetik
Penyakit tidak menular merupakan penyakit yang berkaitan dengan genetik, hal ini
sesuai dengan penelitian Yoon et al., penelitian didapatkan anggota keluarga dengan penyakit
jantung coroner (PJK) memiliki resiko lebih besar menderita PJK sebelum usia 50 tahun.
d) Makanan
Seseorang yang tidak mengkonsumsi buah dan sayur secara cukup memiliki resiko
menderita penyakit tidak menular, hal ini sesuai dengan penelitian Feng et al. Studi lain,
seperti Carter et al. sayuran hijau mengurangi risiko diabetes mellitus tipe 2 sebanyak 14%.
xiii
(Tanlain et al., 2021)

F. Pelayanan kesehatan pada lansia


Asfriyati (2003) menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan pada lansia yang
bersifat holistik meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Upaya promotif, merupakan upaya dalam meningkatkan semangat hidup warga
lansia agar mereka merasa tetap dihargai serta bermanfaat bagi diri mereka sendiri,
keluarga, dan masyarakat. Upaya ini dapat dilakukan dalam bentuk:
- Penyuluhan mengenai pentingnya menjaga kesehatan dan memelihara
kebersihan diri; cara menjaga kesehatan dan kebugaran diri melalui
kegiatan kesegaran jasmani yang disesuaikan dengan kemampuan lansia
dan dilakukan secara teratur;
- Pentingnya menu makanan dengan gizi seimbang; cara membina mental
lansia untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan YME;
- Cara membina keterampilan pada lansia sesuai dengan kemampuannya
untuk mengembangkan apa yang mereka sukai;
- Cara meningkatkan aktivitas sosial para lansia di masyarakat; pentingnya
menghindarkan diri dari kebiasaan buruk seperti kopi, alkohol, merokok,
maupun aktivitas yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dan mental
pada lansia; dan cara menanggulangi masalah kesehatan yang timbul pada
diri lansia sendiri secara tepat.
Upaya preventif, merupakan upaya dalam mencegah kemungkinan timbulnya
penyakit dan komplikasi yang diakibatkan oleh proses menua. Upaya ini dapat
dilakukan dalam bentuk kegiatan seperti: melakukan deteksi dini terhadap
penyakit lansia dengan secara berkala dan teratur melakukan pemeriksaan
kesehatan,menjaga kesehatan dan kebugaran lansia dengan secara teratur
melakukan kesegaran jasmani sesuai dengan kemampuannya,mengupayakan agar
lansia dapat terus berkarya serta berdaya guna dengan melakukan penyuluhan
tentang cara menggunakan alat bantu seperti kacamata, alat bantu dengar, dan
sebagainya,mencegah kemungkinan timbulnya kasus kecelakaan dengan
melakukan penyuluhan pada lansia dan meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan
YME dengan melakukan pembinaan mental.
Upaya kuratif, merupakan upaya dalam mengobati lansia yang sakit. Upaya
ini dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan seperti: pemberian layanan kesehatan

xi
v
tingkat dasar; dan pemberian layanan kesehatan spesifikasi lewat mekanisme
rujukan.
Upaya rehabilitatif, merupakan upaya dalam memulihkan penurunan fungsi
organ pada lansia. Upaya ini dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan seperti:
pemberian informasi, peningkatan pengetahuan, serta pelayanan dalam
menggunakan bermacam alat bantu seperti alat bantu dengar, kacamata, dan
sebagainya, sehingga lansia dapat terus berkarya serta merasa dirinya tetap
berguna sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan; memperkuat mental lansia dan
pengembalian rasa percaya diri; pembinaan lansia agar mampu memenuhi
kebutuhan pribadinya, serta melakukan kegiatan di dalam dan di luar rumah;
pemberian nasihat mengenai cara hidup yang disesuaikan dengan penyakit lansia;
dan perawatan dengan fisioterapi.(Halimsetiono, 2021)

G. Upaya-Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia


Beberapa upaya Pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial para lansia
ini, seperti yang tertulis dalam PP Nomor 43 tahun 2004 yaitu:
1. Pelayanan keagamaandan mental spiritual. Ditujukan untuk mempertebal rasa
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME, yang diselenggarakan melalui
peningkatan kegiatan keagamaan sesuai dengan agama dan kepercayaan lansia.
2. Pelayanan kesehatan. Tujuannya untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan dan kemampuan lansia, agar kondisi fisik, mental, dan sosialnya dapat
berfungsi secara wajar. Dilaksanakan melalui peningkatan upaya: a) penyuluhan dan
penyebarluasan informasi kesehatan lanjut usia, b) penyembuhan (kuratif) yang
diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik, c) pengembangan lembaga
perawatan lanjut usia yang menderita kronis dan/atau penyakit terminal. Menurut
Kemenkes RI (2014), jenis program yang harus dilakukan antara lain: pelayanan
dasar di Puskesmas santun lansia, pelayanan rujukan di rumah sakit, pelayanan
kesehatan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif di semua faskes, pelayanan
kesehatan jiwa bagi lansia, pelayanan home care yang terintegrasi dalam perawatan
kesehatan masyarakat, peningkatan intelegensia kesehatan, pencegahan Penyakit
Tidak Menular, pelayanan gizi dan promosi kesehatan.
3. Pelayanan kesempatan kerja. Ditujukan bagi lansia potensial dalam rangka memberi
peluang untuk mendayagunakanpengetahuan, keahlian, kemampuan, keterampilan,
dan pengalaman yang dimilikinya. Dapat dilaksanakan pada sektor formal dan

xv
nonformal, melalui perseorangan, kelompok/organisasi, atau lembaga (Pemerintah
dan masyarakat).
4. Pelayanan pendidikan dan pelatihan. Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan,
keahlian, keterampilan, kemampuan. dan pengalaman lansia potensial sesuai dengan
potensi yang dimilikinya. Dapat dilaksanakan oleh lembaga pendidikan dan
pelatihan, baik yang diselenggarakan Pemerintah maupun masyarakat.
5. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum. Dimaksudkan
sebagai wujud rasa hormat dan penghargaan kepada lanjut usia, untuk memberikan
aksesibilitas terutama di tempat-tempat umum yang dapat menghambat mobilitas
lansia. Dilaksanakan melalui upaya pemberian kemudahan dalam pelayanan
administrasi pemerintahan dan masyarakat, dalam pelayanan dan keringanan biaya,
dalam melakukan perjalanan, serta penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus.
6. Kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum. Dimaksudkan untuk melindungi dan
memberikan rasa aman kepada lansia, melalui: penyuluhan dan konsultasi hukum,
layanan dan bantuan hukum di luar atau di dalam pengadilan.
7. Perlindungan sosial. Memberikan pelayanan bagi lansia tidak potensial agar dapat
mewujudkan taraf hidup yang wajar. Dilaksanakan melalui pemeliharaan taraf
kesejahteraan sosial yang diselenggarakan baik di dalam maupun di luar panti.
8. Bantuan sosial. Bersifat tidak tetap, dimaksudkan agar lansia potensial yang tidak
mampu dapat meningkatkan taraf kesejahteraannya. Bantuan berbentuk material,
finansial, fasilitas pelayanan, dan informasi guna mendorong kemandirian.
(Misnaniarti, 2017)

H. Teori Proses Menua

Beberapa teori telah dikembangkan untuk menjelaskan aspek yang berkaitan


dengan fenomena yang kompleks yang disebut dengan proses menua meliputi :
1. Teori Biologi
Dalam teori biologi proses menua dilihat sebagai suatu kejadian
dimulai dari molekul, sel bahkan sistem. Menurut Hayflick (1996,
dalam Meiner & Lueckenotte, 2006) perubahan biologis ini akan
menurunkan fungsi suatu organisme yang mengarah pada kegagalan
yang komplit termasuk kegagalan organ atau sistem organ. Perubahan
sistem organ mengakibatkan penurunan fungsi tubuh dan dapat

xv
i
mengganggu kehidupan lansia. Penurunan fungsi tubuh ini
mengakibatkan lansia mempunyai risiko untuk mengalami penyakit
fisik yang berkaitan dengan fungsi organ tersebut. Penyakit fisik yang
sering dialami lansia adalah hipertensi, penyakit jantung, gagal
jantung, osteoporosis, diabetes melitus, katarak dan presbiakusis.
Sebagian penyakit ini merupakan kelompok penyakit kronis yang
memerlukan pengobatan dan perawatan yang cukup lama dan sangat
mengganggu fungsi kehidupan lansia, sehingga dapat menjadikan
lansia merasa malu, frustasi dan putus asa dengan kondisi penyakit
yang dialaminya. Teori Biologi ini dibagi dalam dua bagian utama
yaitu stochastic teori dan nonstochastic teori.
2. Teori Stochastic
Teori Stochastic mencakup Error teori, teori radikal bebas, teori rantai
silang dan teori pemakaian dan rusak.
 Error teori Dalam error teori ini, sel yang tua akan mengalami
perubahan secara alami pada Asam Deoksiribonukleat (DNA)
dan Asam Ribonukleat (RNA). Pada DNA terjadi kesalahan
transkrip yang mengakibatkan kesalahan dalam reproduksi
enzim atau protein dan bersifat menetap. Akibatnya terjadi
kerusakan pada aktivitas sel sehingga sistem tidak dapat
berfungsi secara optimal.
Perubahan sel ini bersamaan dengan proses menua. Proses
penuaan dan kematian organisme dapat disebabkan oleh
kejadian ini. Berdasarkan konsep error theory ini lansia dapat
mengalami kerusakan pada sistem organ yang akan
mempengaruhi aktivitas hidupnya. Lansia menjadi
ketergantungan dengan orang lain dalam perawatan dirinya
karena adanya penurunan fungsi organ tersebut.
Ketergantungan lansia dengan orang lain dalam pemenuhan
kebutuhan dirinya ini merupakan stressor psikologis dan lansia
dapat mengalami ketidakberdayaan dan keputus asaan.
3. Teori radikal bebas (Free radical theory)
Teori radikal bebas memformulasikan bahwa oksidasi lemak, protein
dan karbohidrat akan menghasilkan radikal bebas yang akan
xv
ii
menyerang dan merusak molekul lain. Radikal bebas merupakan
produk dasar dari aktivitas metabolisme dalam tubuh dan dapat
meningkat akibat polusi lingkungan seperti ozon, pestisida dan radiasi.
Secara normal, radikal bebas dinetralisir oleh aktivitas enzim atau
antioksidan alami. Jika radikal bebas tidak dinetralisir, maka radikal
bebas dapat menyerang molekul lain di dalam membran sel seperti
mitokondria, lisosom dan inti sel. Hal ini akan menurunkan fungsi
membran sel dan akhirnya merusak membran sel sehingga sel menjadi
mati Teori ini memberikan kejelasan bahwa kerusakan bahkan
kematian sel pada individu dapat disebabkan oleh adanya molekul
radikal bebas. Kerusakan sel akan berdampak pada kerusakan organ
dan pada akhirnya terjadi penurunan fungsi fisik, sehingga aktivitas
fisik lansia terbatas. Keterbatasan fisik akan mencetuskan perasaaan
ketidakberdayaan, mudah putus asa dan mengisolasikan diri dari orang
lain.
4. Teori rantai silang (Cross-Linkage theory)
Teori rantai silang ini memberikan hipotesa bahwa beberapa protein
dalam proses menua mengalami peningkatan penyilangan (pertautan)
atau saling mengikat dan akan menghambat proses metabolisme yang
akan mengganggu sirkulasi nutrisi dan produk sisa di antara
kompartemen intra sel dan ekstra sel. Akibat proses rantai silang ini,
molekul kolagen semakin kuat tetapi kemampuan transportasi nutrisi
dan pengeluaran produk sisa metabolisme dari sel menurun, sehingga
menurunkan fungsi strukturnya. Perubahan ini tampak pada kulit,
dimana kulit menjadi kehilangan kekenyalan dan elastistasnya. Cerani
telah menunjukkan bahwa glukosa darah bereaksi dengan protein
tubuh untuk membentuk rantai silang. Peningkatan glukosa darah
mengakibatkan peningkatan ikatan rantai silang yang berakibat
terjadinya kristalisasi dari lensa mata, membran ginjal dan pembuluh
darah.
Teori rantai silang ini juga menjelaskan bahwa sistem imun tubuh
menjadi kurang efisien dan mekanisme pertahanan tubuh tidak dapat
merubah ikatan rantai silang. Fungsi sistem imun yang menurun
membuat lansia rentan mengalami penyakit infeksi. Penyakit infeksi
xv
iii
merupakan penyakit yang dapat menular pada orang lain. Dengan
adanya penyakit infeksi ini dapat menimbulkan perasaan malu dan
interaksi dengan orang lain menjadi terbatas.
5. Teori pemakaian dan rusak (Wear and Tear theory)
Teori ini menyatakan bahwa sel yang dipakai dalam waktu lama secara
terus-menerus akan mengakibatkan kerusakan jaringan karena
kelelahan dan tidak dapat mengalami peremajaan. Teori ini
merefleksikan bahwa jaringan dan organ telah diprogram dengan
kemampuan energi dan mengalami kelelahan ketika energi tersebut
dipakai yang pada akhirnya mengarahkan pada kematian organisme.
Dalam teori ini, proses menua dilihat sebagai suatu proses yang
diprogram, yang mempunyai risiko untuk mengalami stress, atau
akumulasi injuri atau trauma, yang pada akhirnya akan mempercepat
kematian juga menegaskan bahwa proses menua disebabkan oleh
akumulasi pengulangan dan injuri yang terjadi serta penggunaan yang
berlebihan dari sel, jaringan, organ atau sistem. Pandangan teori ini
lebih memperjelas tentang proses menua yang berdampak pada
kematian sel, sehingga terjadi kerusakan jaringan, organ bahkan sistem
organ. Perubahan ini juga akan menimbulkan gangguan fungsi tubuh.
Beberapa gangguan fungsi tubuh yang dialami lansia adalah
kehilangan gigi, penurunan fungsi indera penglihatan, pendengaran
dan pengecap, penurunan fungsi sel otak dan penurunan kekuatan otot
pernafasan (Almeida et al., 2016)

xix
SARAN
1. Perlunya Upaya Kesehatan bagi Lanjut Usia yaknni melaksanakan upaya
Promotif, Perilaku Hidup Sehat, Gizi untuk Lanjut Usia, Upaya Preventif,
Upaya Kuratif, dan Upaya Rehabilitatif,
2. Perlunya Program alternatif yang lebih memperhatikan aspek psikologis
lansia dengan cara mengintegrasikan dengan program pemerintah yang lainnya.
3. Perlunya sosialisasi terhadap seluruh kelompok umur masyarakat, agar lebih
memahami karakteristik lansia serta faktor resiko dan juga karakterisitik
penyakit pada lansia

xx
DAFTAR PUSTAKA
‘(menjadi tua)’ (2013).
Afriansyah, A. and Santoso, M.B. (2020) ‘Pelayanan Panti Werdha Terhadap Adaptasi
Lansia’, Responsive, 2(3), p. 139. Available at:
https://doi.org/10.24198/responsive.v2i3.22925.
Akbar, F. et al. (2021) ‘Pelatihan dan Pendampingan Kader Posyandu Lansia di Kecamatan
Wonomulyo’, Jurnal Abdidas, 2(2), pp. 392–397. Available at:
https://doi.org/10.31004/abdidas.v2i2.282.
Almeida, C.S. de et al. (2016) ‘No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康
関連指標に関する共分散構造分析 Title’, Revista Brasileira de Linguística Aplicada, 5(1),
pp. 1689–1699.
Arciniegas, 2006. Inte- ligencia emocional en estudiantes de la Universidad Autónoma de
Los Andes. Revista Conrado, 17(78), 127-133. (2021) ‘No 主観的健康感を中心とした在
宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title’, 2(4), p. 6.
Halimsetiono, E. (2021) ‘Pelayanan Kesehatan pada Warga Lanjut Usia’, KELUWIH: Jurnal
Kesehatan dan Kedokteran, 3(1), pp. 64–70. Available at:
https://doi.org/10.24123/kesdok.v3i1.4067.
Hanafi, M., Giri Kriswoyo, P. and Priyanto, S. (2022) ‘Gambaran Pengetahuan dan Sikap
Pendamping Lansia Setelah Menerima Pelatihan tentang Perawatan Kesehatan Lanjut Usia’,
Jurnal Kesehatan, 11(1), pp. 65–73.
Ii, B.A.B. and Lansia, A.K. (2020) .‘(Mawaddah, 2020).’
Misnaniarti, M. (2017) ‘Situation Analysis of Elderly People and Efforts To Improve Social
Welfare in Indonesia’, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(2), pp. 67–73. Available at:
https://doi.org/10.26553/jikm.2017.8.2.67-73.
Paende, E. (2019) ‘Pelayanan Terhadap Jemaat Lanjut Usia Sebagai Pengembanggan
Pelayanan Kategorial’, Missio Ecclesiae, 8(2), pp. 93–115. Available at:
https://doi.org/10.52157/me.v8i2.99.
Pandji, D. (2013) Menembus Dunia Lansia. Elex Media Komputindo.
Rohmah, A.I.N., Purwaningsih and Bariyah, K. (2017) ‘Kualitas hidup lanjut usia’, Jurnal
Keperawatan, 3(2), pp. 120–132.
Susanti, N. (2019) ‘Bahan Ajar Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Uin Sumatra Utara
Medan.’

xxi
Tanlain, I.P. et al. (2021) ‘Skrining Penyakit Tidak Menular Pada Lansia Di Kelurahan
Uritetu’, PATTIMURA MENGABDI (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat), 1(1), pp. 83–
87. Available at: https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pattimuramengabdi/article/view/4825.

xxi
i

Anda mungkin juga menyukai