Anda di halaman 1dari 5

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/378830320

Makan Siang di Sekolah: Memajukan Pendidikan dengan Pemenuhan Gizi


Peserta Didik

Preprint · March 2024


DOI: 10.13140/RG.2.2.10707.80166

CITATIONS READS
0 97

1 author:

Ismail Suardi Wekke


Institut Agama Islam Negeri Sorong
1,122 PUBLICATIONS 2,114 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ismail Suardi Wekke on 09 March 2024.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Makan Siang di Sekolah: Memajukan Pendidikan dengan Pemenuhan Gizi Peserta Didik

Ismail Suardi Wekke

Makan siang di sekolah bukan hanya tentang mengisi perut, tetapi juga tentang menyediakan
energi dan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk belajar dan berkembang. Program makan siang
yang sehat dan bergizi dapat membantu meningkatkan prestasi belajar, mengurangi absenteisme,
dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Dengan kampanye Calon Presiden 2024, salah satu program yang dipercakapkan adalah
tentang “Makan Siang Gratis”. Di Indonesia, ini sebuah program yang asing. Walaupun
sebenarnya, kita pernah melaksanakan program PMTAS pada tahun 1996/1997. Tantangan yang
dihadapi antara lain:
 Dana: Sekolah seringkali kekurangan dana untuk menyediakan makanan yang sehat dan
bergizi bagi semua anak.
 Infrastruktur: Banyak sekolah tidak memiliki dapur atau ruang makan yang memadai untuk
menyediakan makanan yang sehat dan bergizi.
 Kebiasaan Makan: Banyak anak terbiasa makan makanan yang tidak sehat dan bergizi.
Tidak terjebak pada bisa atau tidak, maka pemerintah, sekolah, dan orang tua dapat
bekerja sama untuk mengatasi tantangan ini dan menyediakan program makan siang yang sehat
dan bergizi bagi semua anak. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat dilakukan:
 Pemerintah: Pemerintah dapat menyediakan dana untuk membantu sekolah menyediakan
makanan yang sehat dan bergizi.
 Sekolah: Sekolah dapat bekerja sama dengan organisasi nirlaba dan sektor swasta untuk
menyediakan program makan siang yang sehat dan bergizi.
 Orang Tua: Orang tua dapat membantu anak-anak mereka untuk mengembangkan kebiasaan
makan yang sehat dan bergizi.
Makan siang di sekolah adalah program terobosan pendidikan. Program makan siang yang
sehat dan bergizi dapat membantu meningkatkan prestasi belajar, mengurangi absenteisme, dan
meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Pemerintah, sekolah, dan orang tua dapat bekerja
sama untuk menyediakan program makan siang yang sehat dan bergizi bagi semua anak.
Pengalaman India dalam Menyediakan Makan Siang Gratis
India memiliki program makan siang sekolah terbesar di dunia, yang menyediakan
makanan gratis kepada lebih dari 120 juta anak setiap hari. Program ini diluncurkan pada tahun
1995 dengan tujuan untuk meningkatkan akses pendidikan dan memerangi gizi buruk pada anak-
anak.
Program ini telah memberikan banyak manfaat bagi anak-anak di India, di antaranya:
 Peningkatan Pendaftaran Sekolah: Pendaftaran sekolah meningkat karena orang tua lebih
terdorong untuk mengirim anak-anak mereka ke sekolah ketika mereka tahu bahwa mereka
akan mendapatkan makanan gratis.
 Peningkatan Prestasi Belajar: Prestasi belajar anak-anak meningkat karena mereka
memiliki energi dan fokus yang lebih baik di kelas setelah makan siang yang sehat.
 Pengurangan Gizi Buruk: Angka gizi buruk pada anak-anak menurun karena mereka
mendapatkan makanan yang bergizi setiap hari.
Meskipun program ini telah memberikan banyak manfaat, masih ada beberapa tantangan
yang dihadapi, di antaranya:
 Kualitas Makanan: Kualitas makanan yang disediakan di beberapa sekolah masih perlu
ditingkatkan.
 Korupsi: Telah terjadi beberapa kasus korupsi dalam program ini, di mana dana yang
dialokasikan untuk program ini disalahgunakan.
 Infrastruktur: Banyak sekolah di India tidak memiliki infrastruktur yang memadai untuk
menyediakan makanan yang sehat dan bergizi.
Program makan siang gratis di India telah memberikan banyak manfaat bagi anak-anak di
India. Namun, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi untuk meningkatkan kualitas
program ini.

Pengalaman Indonesia dalam PMTAS (Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah)


Program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) adalah inisiatif
pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan asupan gizi peserta didik di jenjang
sekolah dasar, khususnya di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T). Program ini telah
berjalan sejak tahun 1996/1997 dan dilaksanakan secara lintas sektoral, melibatkan berbagai
pihak terkait.
Jenis Makanan Tambahan
Makanan yang diberikan dalam program PMT-AS berupa makanan selingan/kudapan yang
aman, bergizi, dan bervariasi. Kudapan ini harus mengandung minimal 300 kkal energi dan 5
gram protein. Beberapa contoh makanan yang bisa diberikan dalam program ini:
 Bubur kacang hijau
 Puding susu
 Telur rebus
 Biskuit tinggi protein
 Buah-buahan

Pelaksanaan Program
 PMT-AS dikoordinasikan oleh Forum Koordinasi PMT-AS yang melibatkan berbagai instansi
seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, dan pemerintah
daerah.
 Dana untuk program ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
 Sekolah bekerjasama dengan masyarakat setempat dalam penyediaan makanan, yang bisa
berupa hasil pertanian atau olahan pangan lokal.
 Pemantauan dan evaluasi program dilakukan secara rutin untuk memastikan efektivitas dan
keberlanjutan program.
Meskipun program PMT-AS telah memberikan dampak positif, beberapa tantangan masih
perlu diatasi:
 Keterbatasan dana yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas makanan yang diberikan.
 Kesulitan akses transportasi di daerah 3T yang dapat menghambat distribusi makanan.
 Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang pada anak.
Dengan terus dilakukan perbaikan dan peningkatan program, diharapkan PMT-AS dapat
terus berkontribusi dalam mewujudkan generasi Indonesia yang sehat, cerdas, dan berprestasi.

Unggul dari Budaya Indonesia


Setelah reformasi, terkadang wujud kesan bahwa apa yang dipraktikkan di masa lalu
semasa orde baru merupakan sesuatu yang “jelek”. Padahal, bolehjadi ada yang tetap relevan
dengan maa kini, seperti posyandu, pos kamling. Ini mewujudkan budaya gotong royong. Justru
yang menjadi masalah adalah jikalau budaya gotong royong itu beralih ke budaya yang lain.
Sebagaimana kita lihat bahwa kemajuan Korea Selatan hari ini, tidak dapat dilepaskan
dari Semauel Undeng. Merupakan budaya gotong royong dalam konteks Korea Selatan.
Sehingga ketika gagasan makan siang gratis dimunculkan, sebuah kesempatan untuk
menggulirkannya. Dimulai dengan skala yang terbatas, kemudian dijadikan sebagai sebuah
program nasional yang berkesinambungan. Sebagaimana pelaksanaan dana BOS, begitu pula
dengan LPDP, KIP Kuliah. Semuanya digagas dalam pemerintahan yang berbeda-beda. Hanya
saja, dipandang ebagai sebuah program yang mendasar dan berdampak luas, sehingga tetap
dipertahankan. Maka, keunggulan yang dapat dicapai dengan khazanah budaya nasional.

Ismail Suardi Wekke, dosen pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sorong, Papua
Barat Daya. Menyelesaikan pendidikan doktor dengan dukungan Ford Foundation International
Fellowship Program di Universiti Kebangsaan Malaysia (2009). Sebelum itu, menamatkan
program magister di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malang (2002). Sementara
program sarjana dirampungkan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin Ujungpandang.
Minat penelitian tertentang dari pendidikan Islam, sampai ke gender, dan juga perbatasan.
Menerbitkan buku, artikel, dan publikasi lainnya baik dalam skala nasional maupun
internasional. Diundang sebagai guru besar tamu di UCYP University (Malaysia), Fatno
University (Thailand), dan Necmettin Erbakan University (Turkiye). Dapat dihubungi melalui
email: iswekke@gmail.com.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai