Anda di halaman 1dari 48

Kata Pengatar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Nutrisi pada
Lansia dengan lancar meskipun terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Kami juga
menghaturkan terima kasih kepada Ibu..............selaku Dosen mata kuliah .......Akper
Universtas Muhamadiyah jember yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai kebutuhan dan pemenuhan nutrisi pada lansia. Oleh karena itu,
kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah ini, karena tidak ada hal yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah ini.

Jember, 10 Maret 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Lansia.............................................................................................................4
2.2 Proses Menua.................................................................................................5
2.3 Perubahan Sistem Pencernaan.......................................................................5
2.4 Kebutuhan Nutrisi Lansia..............................................................................6
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi pada Lansia.................6
2.6 Masalah Gizi pada Lansia..............................................................................7
2.7 Pemantauan Status Gizi.................................................................................7
2.8 Asupan Makanan pada Lansia.......................................................................8
2.9 Gizi Tepat untuk Lansia.................................................................................8
2.10 Perencanaan Makanan untuk Lansia............................................................8

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................9
3.2 Saran...............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun (Maryam dkk, 2008:32). Dalam kehidupan ini, manusia mengalami penuaan.
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang dideritanya (Constantinides, 1994). Terdapat batasan pada lanjut usia.
Batasan umur lansia menurut WHO meliputi usia pertengahan ialah kelompok usia 45-
59 tahun, lanjut usia antara 60-74 tahun, lanjut usia tua antara 75-90 tahun, dan usia
sangant tua ialah di atas 90 tahun. Selain itu, menurut Setyonegoro, dalam Padila
(2013) ialah usia dewasa muda usia 18/20-25 tahun, usia dewasa penuh usia 25-60/65,
lanjut usia >65/70.

Sesorang yang sudah memasuki masa lansia banyak mengalami masalah nutrisi
maupun perubahan-perubahan fisiknya. Perubahan-perubahan fisik pada lansia
menurut (Maryam, 2008:55) ialah sel, jumlah sel berkurang dan cairan tubuh
menurun. Kemudian, kardiovaskuler kemampuan memompa darah menurun.
Respirasi, kekuatan otot-otot pernafasan menurun. Persarafan, fungsinya menurun.
Muskuluskeletal, cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh. Gastrointestinal,
asam lambung menurun. Pendengaran, terjadi gangguan pendengaran. Penglihatan,
respon terhadap sinar berkurang. Kulit, keriput serta kulit kepala dan rambut menipis.
Sedangkan masalah nutrisi yang terjadi paa lansia misalnya tenaga berkurang, energi
menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya.
Berdasarkan data di Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas Lansia) dan Departemen
Sosial, pada tahun 2000 tercatat sekitar 7,18% penduduk Indonesia berlansia atau
setara dengan 14,4 juta orang, hingga Mei 2009 jumlah lansia mencapai kurang lebih
20 juta orang atau terbesar keempat dunia setelah AS, China, dan India, dan
diperkirakan pada tahun 2020 jumlah akan mencapai 11,34% dari seluruh penduduk
Indonesia atau setara dengan 28,8 juta orang. Namun, ada sekitar 74% dari lansia usia
60 tahun ke atas menderita penyakit kronis yang harus makan obat terus-menerus
selama hidup mereka.

Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah nutrisi pada lansia
antara lain melalui monitoring BB (kartu lansia), pendidikan gizi. Lansia dengan
penyakit degeneratif perlu diberikan konseling gizi. Konseling gizi misalnya posyandu
lansia yang bertujuan untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di
masyarakat, pendidikan gizi yang bertujuan agar masyarakt dapat memilik dan
mempertahankan pola makan, penyuluhan kesehatan dan konseling gizi yang
bertujuan untuk mengembangkan pengertian yang benar dan sikap yang positif
individu/pasien atau kelompok/keluarga pasien (receiver), keluarga sadar gizi (kadarzi)
yang bertujuan agar suatu keluarga mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi
masalah gizi setiap anggotanya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Pengertian Lansia?
1.2.2 Bagaimana Batasan Usia Lansia?
1.2.3 Bagaimana Proses Menua?
1.2.4 Bagaimana Perubahan pada Sistem Tubuh pada Lansia Akibat Gangguan Sistem
Pencernaan?
1.2.5 Bagaimana Kebutuhan Nutrisi pada Lansia?
1.2.6 Bagaimana Kebutuhan Lansia dapat Terpenuhi dan Hidup dalam Kesejahteraan pada
Masa Lansia?

1.3 Tujuan Masalah


1.3.1 Mengetahui pengertian lansia
1.3.2 Mengetahui batasan usia lansia
1.3.3 Mengetahui bagaimana proses menua
1.3.4 Mengetahui perubahan pada sistem tubuh pada lansia akibat gangguan sistem
pencernaan
1.3.5 Mengetahui kebutuhan nutrisi pada lansia
1.3.6 Mengetahui pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan lansia

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Lansia
2.1.1 Pengertian Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa
usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk,
2008). Secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke
atas. Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk kategori lansia. Lansia adalah keadaan
yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap
kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk
hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).

2.1.2 Batasan Usia Lansia


Menurut Santoso (2010 ), lansia adalah orang dengan usia di atas 60 tahun. Menurut
organisasi kesehatan dunia (WHO), batasan umur lansia ada empat tahap, yang pertama usia
pertengahan yang berkisar antara 45 sampai 59 tahun. Kedua lansia yang berkisar antaara 60
sampai 74 tahun. Ketiga lansia tua yang berkisar antara 75 sampai 90 tahun. Terakhir usia
sangat tua yang berkisar lebih dari 90 tahun. Menurut Depkes (2011), batasan usia lansia
meliputi, pra lansia kelompok usia antara 45 sampai 59 tahun, lansia antara 60 sampai 69
tahun dan lansia beresiko kelompok usia lebih dari 70 tahun.

Lima klasifikasi usia pada lansia (Maryam, 2008) yaitu, Pra lansia atau prasenilis adalah
seorang yang berusia antara 45 sampai 59 tahun, kemudian lansia adalah seorang yang
berusia 60 tahun atau lebih, lansia beresiko tinggi adalah seorang yang berusia 70 tahun atau
lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI,
2003), selain itu lansia potensial tinggi adalah lansia yang masih mampu melakukan aktivitas,
yang terakhir lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya dalam mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

2.2 Proses Menua


Proses menua adalah suatu tahapan hilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-lahan
untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi yang normal. Proses menua merupakan
proses yang terjadi secara terus-menerus dan alamiah dimulai sejak lahir dan setiap individu
berbeda kecepatannya. Menua bukanlah status penyakit yang terdapat pada diri seseorang
tetapi menua merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.

Ada beberapa macam teori yang berkaitan dengan proses penuaan menurut Darmojdo, antara
lain Teori Genetik Clock, menurut teori ini proses menua telah terprogram oleh waktu secara
genetik untuk spesies atau jenis tertentu. Kemudian Teori Mutasi somatik, menurut teori ini
telah terjadi mutasi progresif pada DNA sel somatik yang menyebabkan menurunnya
kemampuan fungsional sel somatik. Lalu adanya Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh,
menurut teori ini terjadinya mutasi yang berulang maupun perubahan protein setelah translasi
mengakibatkan sistem imun tubuh berkurang kemampuannya untuk mengenali dirinya maka
hal ini menyebabkan peristiwa autoimun. Selain itu terdapat Teori Radikal Bebas, menurut
teori ini tidak stabilnya radikal bebas di alam bebas mengakibatkan oksidasi oksigen sehingga
menyebabkan sel-sel tidak bisa regenerasi. Teori menurut Darmodjo yang terakhir adalah
Teori Menua Akibat Metabolisme, menurut teori ini penurunan jumlah kalori disebabkan
karena menurunnya salah satu proses metabolisme yang akan menghambat pertumbuhan dan
perpanjangan usia.

2.3 Perubahan Sistem Pencernaan


Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodental disease yang biasa terjadi setelah umur
30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi buruk. Indera pengecap
menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (80%),
hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis, asin, asam, dan
pahit. Esofagus (kerongkongan) melebar. Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun),
asam lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi atau sembelit.
Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu). Liver (hati) semakin mengecil dan
menurunnya tempat penyimpanan serta berkurangnya aliran darah.

2.4 Kebutuhan Nutrisi pada Lansia


Semua makhluk hidup memerlukan sumber energi untuk kelangsungan
hidupnya. Tubuh memerlukan makanan yang bergizi untuk proses metabolisme. Pemenuhan
kebutuhan gizi dengan baik dapat membantu menyesuaikan proses perubahan yang dialami
dan dapat menjaga kelangsungan pergantian sel tubuh sehingga dapat memperpanjang umur
untuk para lansia. Berdasarkan kegunaan bagi tubuh, zat gizi dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu zat energi, zat pembangun dan zat pengatur.
Pertama, zat energi. Dalam bahan makanan, zat energi ini mengandung karbohidrat dan
lemak. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, ubi, roti dll.
Sedangkan bahan makanan yang mengandung lemak seperti santan, mentega, minyak dll.
Kedua, zat pembangun. Dalam bahan makanan, zat pembangun ini mengandung protein.
Bahan makanan yang mengandung protein seperti tempe, tahu, ikan, daging dll. Ketiga, zat
pengatur. Dalam bahan makanan, zat pengatur ini mengandung vitamin dan mineral. Bahan
makanan yang mengandung vitamin dan mineral seperti buah, sayur dll.

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi pada Lansia


Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia antara lain kerusakan gigi
(ompong) sehingga kemampuan mencerna makanan berkurang, menurunnya cita rasa
terhadap makanan karena melemahnya indera pengecap, pelebaran yang terjadi pada
kerongkongan (oesophagus), asam lambung dan rasa lapar menurun, gerakan usus yang
lemah, dan menurunnya penyerapan makanan di usus.

2.6 Masalah Gizi pada Lansia


2.6.1 Gizi Berlebih
Banyak terjadi di negara bagian barat dan kota besar. Berat badan berlebih dapat diakibatkan
karena kebiasaan makan yang banyak saat muda dan pada lansia kalori yang digunakan
berkurang karena aktivitas fisiknya berkurang kegemukan adalah salah satu penyebab
terjadinya berbagai penyakit seperti jantung, darah tinggi dan kencing manis.

2.6.2 Gizi Kurang


Terjadinya kekurangan gizi disebabkan oleh masalah sosial ekonomi dan gangguan penyakit.
Berat badan yang kurang dari normal dapat disebabkan karena rendahnya konsumsi kalori
dalam tubuh, dan bila kekurangan protein dapat menyebabkan kerusakan sel yang tidak dapat
diperbaiki. Hal tersebut mengakibatkan kerontokan rambut, penurunan daya tahan tubuh, dan
mudah terkena infeksi.
2.6.3 Kekurangan Vitamin
Kurang mengkonsumsi buah, sayur serta protein dapat mengakibatkan kulit kering, lesu,
tidak semangat, kurang nafsu makan, serta penurunan penglihatan.

2.7 Pemantauan Status Gizi


2.7.1 Penimbangan Berat Badan
Penimbangan Berat Badan dilakukan secara teratur minimal satu minggu sekali.
2.7.2 Kekurangan Kalori Protein
Penurunan asupan protein pada lansia mengakibatkan tidak semangat dan mudah terserang
penyakit.
2.7.3 Kekurangan Vitamin D
Terjadi bila kurang mendapat sinar matahari, jarang minum susu, kurang mengkonsumsi
vitamin D yang terdapat pada ikan, hati, susu dll.
2.8 Asupan Makanan pada Lansia
Gangguan pengaturan nafsu makan dan asupan energi berhubungan juga dengan proses
penuaan yang dapat menimbulkan anoreksia atau obesitas. Untuk anoreksia disarankan untuk
mempertimbangkan tambahan energi dari minuman, sedangkan obesitas harus mengkonsumsi
makanan berbentuk padat.

2.9 Gizi Tepat untuk Lansia


Gizi yang tepat bagi lansia antara lain memperhatikan prinsip kebutuhan gizi, gizi yang
disajikan dalam menu harus seimbang, penyesuaian tekstur dan bentuk makanan, mengurangi
makanan berlemak tinggi, mengurangi atau menghindari mengkonsumsi makanan yang
mengandung garam natrium tinggi, serta Memperbanyak makan buah, sayur, dan air putih.

2.10 Perencanaan Makanan Untuk Lansia


Dalam perencanaan makan bagi lansia, perlu diperhatikan beberapa hal, seperti makanan
harus mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Kemudian memperhatikan
porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Lalu, mengurangi konsumsi garam dan
memperbanyak minum. Selain itu, membatasi makanan manis, berlemak serta membatasi
menum kopi atau teh, memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung zat besi, serta
disarankan pengolahan makanan yang dikukus, direbus, maupun dipanggang serta kurangi
makanan yang digoreng.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manula memiliki kebutuhan nutrisi secara khusus karena sistem jaringan dan organ mereka
mengalami penuaan. Kesehatan nutrisi membantu manula menjaga hidup yang lebih aktif dan
menyenangkan, melindungi mereka dari penyakit, mengurangi keparahan penyakit, dan
mempercepat pemulihan penyakit. Maka dari itu manula membutuhkan asupan nutrisi yang
tepat.
3.2 Saran
3.2.1 Saran bagi lansia
Sebaiknya lansia tidak mengabaikan makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan tidak
melakukan aktivitas yang terlalu berat atau memaksakan diri.
3.2.2 Saran bagi keluarga lansia
Sebaiknya keluarga lansia lebih memperhatikan asupan nutrisi, kesehatan, dan mengontrol
aktivitas lansia.
3.2.3 Saran bagi pemerintah
Sebaiknya pemerintah ikut serta memberikan bantuan tambahan asupan makanan yang
bergizi kepada masyarakat kurang mampu khususnya lansia yang sangat rentan terhadap
penyakit.
3.2.4 Saran bagi panti
Sebaiknya panti melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dengan cara makan makanan
dengan gizi seimbang, yaitu diimbangi dengan keadaan hidup bersih untuk setiap individu
dan telaten untuk mengontrol asupan nutrisi lansia.
3.2.5 Saran bagi dinas sosial
Sebaiknya dinas sosial melakukan penyuluhan pada masyarakat khususnya masyarakat desa
yang kurang paham terhadap kebutuhan nutrisi pada lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4.Jakarta :EGC

http/www. Kebutuhan nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam 11.31.wib.

http://zahryalakbar.blogspot.com/2012/11/nutrisi-pada-lansia.html

http://suparty.blogspot.com/2014/01/kebutuhan-asupan-nutrisi-pada-lanjut.html

https://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/27/gizi-pada-lansia

http://www.smallcrab.com/lanjut-usia/527-kebutuhan-nutrisi-pada-lansia, diakses pada hari


Jumat, jam 08.15 WIB.
https://www.deherba.com/perhatikan-kebutuhan-nutrisi-pada-lanjut-usia.html, diakses pada
hari Jumat, jam 08.25 WIB.
makalah Nutrisi untuk lansia

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Menurut UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan usia pada Bab Pasal 1 Ayat 2 yang
berbunyi lanjut usia adalah seorang yang mencakup usia 60 tahun keatas. Semua orang
akan mengalami proses menk\jadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang
terakhir, yang pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial
sedikit sampai tidak mrlakukan tugasnya sehari-hari lagi hingga bagi kebanyakan oaring
masa tua itu merupakan masa yang kurang menyenangkan.
Sedangkan seorang menjadi lanjut usia dikerakan adanya beberapa proses individual,
antara lain :
a. Umur biologis : fungsi berbagai sistem organnya dibandingkan dengan orang lain pada
umur yang sama.
b. Umur Psikogis : kapasitas adaptasi individu dibandingkan dengan orang lain pada umur
kronologis yang sama.
c. Umur sosial : sejauh mana individu dapat melakukan peran sosial dibandingkan dengan
anggota masyarakat dibandingkan dengan anggota masyarakat lain pada umur kronologis
yang sama.
d. Umur fungsional : tingkat kemampuan individu untuk berfungsi dimasyarakat
dibandingkan dengan orang lain pada umur kronologis yang sama.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan
yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut
dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukan apakah
memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap
peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah
perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonmi atau pendapatan
dan peran sosial (Goldstein, 1992).

B.Tujuan Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia.

a. Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial dan psikologis lanjut usia secara memadai
serta teratasinya masalah-masalah akibat usia lanjut.
b. Terlindunginya lanjut usia dari perlakuan yang salah
c. Terlaksananya kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi lanjut usia.
d. Terpeliharanya hubungan yang harmonis antara lanjut usia dengan keluarga dan
lingkungan.
e Terbentuknya keluarga dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab pelayanan terhadap
lanjut usia.
f. Melembaganya nilai-nilai penghormatan terhadap lanjut usia.
a. Tersedianya pelayanan alternative diluar pelayanan panti sosial bagi lanjut usia.

BAB II
TINJAUAN TIORITIS

1. KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANSIA

Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya,


karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan
kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik
dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh
sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena
berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan
untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus,
pernafasan dan ginjal.

Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok besar,
yaitu :
1. Kelompok zat energi, termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
a. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum, ubi, roti,
singkong dll, selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu dll.
b. Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega, margarine,
susu dan hasil olahannya.
2. Kelompok zat pembangun Kelompok ini meliputi makanan makanan yang banyak
mengandung protein, baik protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur,
kacangkacangan dan olahannya.
3. Kelompok zat pengatur Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung
vitamin dan mineral, seperti buah-buahan dan sayuran.

A.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI PADA


LANSIA

1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.


2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin,
asam, dan pahit.
3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
5. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
6. Penyerapan makanan di usus menurun.
B MASALAH GIZI PADA LANSIA

1. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar.
Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalai pada
lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu
sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung,
kencing manis, dan darah tinggi.

2. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena
gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan
berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein
menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok,
daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.

3. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun,
kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.

C.PEMANTAUAN STATUS NUTRISI

1. Penimbangan Berat Badan


a. Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai
peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5
Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan
lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
b. Menghitung berat badan ideal pada dewasa :
Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm 100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160
cm, digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam cm 100
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang

2. Kekurangan kalori protein


Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang bersosialisasi,
hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman, kesulitan mengunyah, pemasangan
gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk menyiapkan makanan, sering mangkonsumsi obat-
obatan yang mangganggu nafsu makan, nafsu makan berkurang, makanan yang ditawarkan
tidak mengundang selera. Karena hal ini dapat menurunkan asupan protein bagi lansia,
akibatnya lansia menjadi lebih mudah sakit dan tidak bersemangat.

3. Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar matahari, jarang
atau tidak pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang banyak
terkandung pada ikan, hati, susu dan produk olahannya.

2.PEMENUHAN NUTRISI UNTUK LANSIA

Lansia berisiko tinggi mengalami masalah nutrisi. Hal ini cukup beralasan sehingga
prevelansi yang tinggi mengenai masalah nutrisi pada lansia ini telah menjadi sorotan dalam
sejumlah survei
(DHSS, 1997; Coates, 1985; Lehman, 1889) karna terdapat fakta bahwa sebagian besar lansia
di komunitas mengalami masalah nutrisi.

A. Gizi tepat untuk lansia


Dengan memperhatikan prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi memang
lebih rendah dari pada usia dewasa muda (turun sekitar 5-10%), kebutuhan protein sebesar 1
gr/kg BB, kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan karbohidrat cukup (sekitar 50%),
kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia dewasa muda. Atau dengan cara praktis
melihat di DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan)

Menu yang disajikan untuk lansia harus mengandung gizi yang seimbang yakni mengandung
sumber zat energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. Dalam hal ini kita bisa
mengacu pada makanan empat sehat lima sempurna.

Karena lansia mengalami kemunduran dan keterbatasan maka konsistensi dan tekstur atau
bentuk makanan harus disesuaikan. Sebagai contoh : gangguan pada gigi (gigi
tanggal/ompong), maka bentuk makanannya harus lunak, misal nasi ditim, lauk pauk
dicincang (ayam disuwir, daging sapi dicincang/digiling)

Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan berlemak tinggi seperti seperti
jerohan (usus, hati, ampela, otal dll), lemak hewan, kulit hewan (misal kulit ayam, kulit sapi,
kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental. Karena seperti prinsip yang disebutkan tadi
bahwa kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada lansia mengalami perubahan proporsi
jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia tidak boleh mengkonsumsi lemak. Lansia harus
mengkonsumsi lemak namun dengan catatan sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh
misalnya bila menu hari ini lauknya sudah digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang
tidak bersantan seperti sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan
maka lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim.

Lansia harus diberi pengertian untuk mengurangi atau kalau bisa menghindari makanan yang
mengandung garam natrium yang tinggi. Contoh bahan makanan yang mengandung garam
natrium yang tinggi adalah garam dapur, vetsin, daging kambing, jerohan, atau makanan yang
banyak mengandung garam dapur misalnya ikan asin, telur asin, ikan pindang. Mengapa
lansia harus menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi ? Hal ini
dikarenakan pada lansia mudah mengalami hipertensi. Hal ini, seperti yang dijelaskan tadi
bahwa elastisitas pembuluh darah telah menurun dan terjadi penebalan di dinding pembuluh
darah yang mengakibatkan mudahnya terkena hipertensi. Selain itu indera pengecapan pada
lansia mulai berkurang, terutama untuk rasa asin, sehingga rasa asin yang cukup-pun terasa
masih kurang bagi mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal ini akan
meningkatkan tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang perlu sampaikan kepada lansia
bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai ukuran, karena bila dengan
panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum lansia akan terasa asin sekali.
Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan buah banyak
mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia sering mengeluhkan tentang konstipasi/susah
buang air besar, nah dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya akan serat maka akan
melancarkan buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yang bisa dimakan dengan kulitnya
karena seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya lansia
tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan.

Selain konsumsi sayur dan buah, Lansia harus banyak minun air putih. Kebutuhan air yakni
1500 2000 ml atau 6 -8 gelas perhari. Air ini sangat besar artinya karena air menjalankan
fungsi tubuh, mencegah timbulnya penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal
dan lain-lain. Air juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh
kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang. Air juga
berguna untuk mencegah sembelit, karena untuk penyerapan makanan dalam usus
memerlukan air.

B. PERENCANAAN MAKANAN UNTUK LANSIA


Perencanaan makan secara umum
1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri
dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur
merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil. Contoh
menu : Pagi : Bubur ayam Jam 10.00 : Roti Siang : Nasi, pindang telur, sup, papaya Jam
16.00 : Nagasari Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, dan pisang.
3. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar
pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan
kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.
4. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti
santan, mentega dll.
5. Bagi pasien lansia yang prose penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikanhal-hal
sebagai berikut :
Makanlah makanan yang mudah dicerna
Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan
Bila kesulitan mengunyah karena gigirusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus
lunak/lembek atau dicincang
Makan dalam porsi kecil tetapi sering
Makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan
6. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula
untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.
7. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak,
bayam, dan sayuran hijau.
8. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang
kurangi makanan yang digoreng

_ Perencanaan makan untuk mengatasi perubahan saluran cerna Untuk mengurangi resiko
konstipasi dan hemoroid :
1. Sarankan untuk mengkonsumsi makanan berserat tinggi setiap hari, seperti sayuran dan
buah-buahan segar, roti dan sereal.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih ( UU 13 tahun
1998 ). Umur manusia sebagai makluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal
sekitar enam kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun. Proses menjadi tua disebabkan
oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif.
Dalam fase regresif mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dimulai dalam sel atau
komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi aus karena lama berfungsi sehingga
mengakibatkan kemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya pemulihan. Di dalam
struktur anatomik proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini
berlangsung secara alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan
menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis pada jaringan tubuh dan akhirnya akan
mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan. Pada hakekatnya menjadi
tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya
yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua ( Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik
secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran
secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut
memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai
fungsi organ vital, sensitifitas emosional meningkat dan kurang gairah.

B.Kritik dan Saran


Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan
pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu waktu,
pemikiran dan pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu untuk kesempernuan makalah
ini kami sangat membutuhkan saran-saran dan masukan yang bersifat membangun kepada
semua pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, R. Boedhi.,dkk.1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI


Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC

Nugroho, Wahjudi.2000. Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC

Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4.Jakarta :EGC

http/www. Kebutuhan nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam 11.31.wib.
Lehman AB (1989) Review: under nutrition in elderly people. Age & Ageing 18: 339-353
Diposkan oleh andismar di 09.11
kebutuhan nutrisi pada lansia

MAKALAH

KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANJUT USIA

Di Susun Oleh :

1. Muhammad Nur Hasan. (14.401.15.060)


2. Muhammad Gimnastiyar R.P. (14.401.15.056)
3. Marfuah (14.401.15.054)
4. Silvia Ika Lestari (14.401.15.078)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI

2015-2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelasaikan makalah
yang berjudul KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANJUT USIA.
Makalah ini kami buat bertujuan untuk menjelaskan materi tentang
Kebutuhan Nutrisi Pada Lanjut Usia. Dengan adanya makalah ini di harapkan
mahasiswa lain dapat memahami materi Kebutuhan Nutrisi Pada Lanjut usia
dengan baik.

Dalam proses pembuatan makalah ini, banyak pihak yang telah


membantu dan mendukung untuk menyelesaikannya. Untuk itu pada
kesempatan ini tidak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu AnisYuliastutik, S.Kep. Ns,M.Kes selaku Direktur Akademi Kesehatan Rustida


Krikilan yang telah membantu dan menyediakan fasilitas.

2. Ibu Lina Agustiana Puspitasari selaku Dosen pembimbing mata kuliah


Keperawatan Profesional Akademi Kesehatan Rustida Krikilan.

3. Rekan-rekan mahasiswa serta semua pihak yang telah membantu dan


meyelesaikan dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin, walaupun kami


menyadari masih bnyak kekurangan yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu
kami mengharapkan saran ataupun kritik dan yang sifatnya membangun demi
tercapainya suatu kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat
berguna bagi pembaca maupun kami.

Krikilan, 02 Maret 2016

DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR ..........................................................ii

DAFTAR ISI ...................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................1
1.3 Tujuan ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 pengertian pada lanjut usia ...............................................3
2.1.1 Batasan umur pada lanjut usia ..........................................3
2.1.2 Ciri-ciri pada lansia .....................................................,4
2.1.3 kebutuhan zat gizi pada lansia ................................................5
2.1.4 Kecukupan gizi pada lansia .....................................................7
2.1.5 Solusi dan diet pada lansia......................................................7
2.2 Konsep lansia pada proses penuaan .................................8
2.2.1 perubahan fisiologis pada lansia .............................................9
2.3 resiko penyakit pada lanjut usia (penyakit degenerative) 10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ......................................................................14
3.2 Saran ...............................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

DAFTA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Gizi memegang peranan penting dalam kesehatan usia lanjut.
Masalah kekurangan gizi sering di alami oleh usia lanjut sebagai akibat
dari menurunnya nafsu makan karena penyakit yang di deritanya.
Selain masalah kekurangan gizi,masalah obesitas(kegemukan)juga
sering dialami oleh usia lanjut. Obesitas pada usia lanjut berdampak
pada peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler,diabetes mellitus dan
hipertensi. Asupan gizi sangat diperlukan bagi usia lanjut untuk
mempertahankan kualitas hidupnya. Sementara untuk usia lanjut yang
sakit,asupan gizi diperlukan untuk proses penyembuhan dan mencegah
agar tidak terjadi komplikasi.0 (Mery E. Beck,2011:155)
Dalam kehidupan ini manusia tidak dapat terhindar dari proses
penuaan yang berlaku dalam kehidupan dirinya. Pada usia lanjut terjadi
penurunan fungsi sel otak,yang menyebabkan penurunan daya ingat
jangka pendekj,melambatnya proses informasi kesulitan mengenal
benda-benda gangguan dalam penyusunan rencana yang dapat
mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang
disebut amnesia atau pikun. Gejala pertama pelupa,perubahan
kepribadian,penurunan kemampuan untuk sehari-hari dan perilaku
yang berulang-ulang dapat juga disertai delusit palanoid atau perilaku
antisosial lainnya.( Mery E. Beck,2011:156)

1.2 Rumusan masalah


a. Apa saja kebutuhan zat gizi pada lanjut usia ?.
b. Bagaimana Perubahan fisiologis pada lanjut usia yang berkaitan
dengan kebutuhan zat gizi?
c. Sebutkan Resiko penyakit penyerta pada lansia (penyakit
degenerative)
1.3 Tujuan masalah
a. Untuk mengetahui zat gizi pada lanjut usia.
b. Untuk mengetahui perubahan fisiologis pada lanjut usia yang
berkaitan kebutuhan zat gizi.
c. Untuk mengetahui resiko penyakit penyerta pada lansia (penyakit
degenerative)
1.4 Manfaat
a. Bagi penulis
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan ilmu pendidikan di bidang
kesehatan mengenai kebutuhan nutrusi pada lanjut usia
b. Bagi pembaca
Memberikan wawasan tentang kebutuhan nutrisi pada lanjut usia serta
menambah wawasan pengetahuan khususnya di bidang keperawatan.
c. Institusi pendidikan
Dapat menjadi pertimbangan untuk di terapkan di dunia pendidikan
pada lembaga-lembaga di bidang kesehatan sebagai solusi terhadap
permasalahan pendidikan yang ada.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian lansia

Pengertian lanjut usia adalah seseoramg yang telah memasuki usia


60 ke atas. Proses penuaan adalah siklus kehidupanyang di tandai
dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh
yang di tandai dengan semakin rentanya tubuh terhadap berbagai
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya
penyakit kardiovaskuler, hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya
usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta system organ. Perubahan tersebut pada umumnya
mengarah pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada
akirnya berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara
umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah 2010).

2.1.1 Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda menurut
WHO lansia meliputi :

a)Usia pertengahan, antara usia 45 sampai 59 tahun


b) Lanjut usia, antara usia 60 sampai 74 tahun
c)Lanjut usia tua, antara usia 75 sampai 90 tahun
d) Usia sangat tua, antara 90 tahun ke atas
Menurut departemen kesehatan RI (2006) mengelompokan lansia
menjadi :
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
b. Usia lanjut dini ( senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki
masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
c. Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit
degenerative (usia >65 tahun)

2.1.2 Ciri-ciri lansia

Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri


orang lanjut usia, yaitu :

a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.
Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang
rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran
itu akan lama terjadi.

b. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas

Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari


sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan
diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia.
Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang
mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat
orang lain.

c. Menua membutuhkan perubahan peran

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami


kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia


Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang
buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
(Hurlock,1980:380)

2.1.3 kebutuhan Zat gizi

a. Gizi

Gizi (nutrisi) adalah keseluruhan dari berbagai proses dalam


tubuh makhluk hidup untuk menerima bahan-bahan dari lingkungan
hidupnya dan menggunakan bahan-bahan agar menghasilkan berbagai
aktivitas penting dalam tubuhnya sendiri. Bahan-bahan tersebut
dikenal dengan istilah nutrient (unsur gizi). Istilah ini dipakai secara
umum pada setiap zat yang dicerna,diserap dan digunakan untuk
mendorong kelangsungan faal tubuh.nutrien dapat dipilah menjadi :

a. karbohidrat
ykarbohidrat merupakan sumber energy utama bagi manusia sehingga
jenis nutrient ini dinamakan pula tenaga hidratarang yang ada dalam
makananadalah pati,sukrosa,laktosa dan fruktosa. Yang paling penting
diantara jenis-jenis hidratarang ini adalah pati polisakarida yang
dicernakan oleh enzimamilase pancreas. Karbohidrat dioksidasi dalam
tubuh agar menghasilkan panas dan energy bagi segala bentuk
aktivitas tubuh. Penggunaan karbohidrat relative menurun pada usia
lanjut karena kebutuhan kalori juga menurun 1960 kal pada laki-laki.
Pada perempuan 1700 kal.
b. protein
protein sangat penting bagi tubuh yaitu sebagai pertumbuhan dan
perkembangan setiap sel dalam tubuh dan juga untuk menjaga
kekebalan tubuh. Contohnya; daging, telur, ikan, sedangkan dari nabati
bias dari jenis kacang-kacangan vitamin dan mineral. Kecukupan
protein sehari yang dianjurkan pada usia lanjut adalah sekitar 0,8
gram/kg bb atau 15-25% dari kebutuhan energy. Di anjurkan memenuhi
kebutuhan protein terutama dari protein nabati dan dari protein hewani
dengan perbandingan 2 :1 jumlah protein yang diperlukan untuk laki-
laki usia lanjut adalah 55 gram per hari dan wanita 48 gram per hari
yang terdiri 15% protein ikan, 10% protein hewani lain dan 75% protein
nabati.
c. Lemak
Lemak seperti halnya hidratarang,tersusun dari atom-atom
karbon,hirogen dan oksigen tetapi pola penataan dan proporsinya
berbeda.lemak di bentuk melalui penggabungan gliserol dengan asam-
asam lemak. Misalnya lemak dalam mentega,minyak sayur dll. Pada
usia lanjut dianjurkan konsumsi lemak jangan lebih dari 15% kebutuhan
energy dan menggunakan minyak nabati karna mengandung asam
lemak tak jenuh kecuali santan.
d. Air dan serat
Air ini merupakan unsur paling penting di antara semua nutrien dan
terdapat baik dalam makanan padat maupun dalam minuman. Sejumlah
kecil air dihasilkan oleh metabolisme. Air merupakan media tempat
proses metabolism. Kehilangan air terjadi melalui udara pernafasan
lewat keringat,urin dan feses. Pada lansia dianjurkan untuk minum
lebih dari 6-8 per hari.
e. Vitamin
Vitamin merupakan fungsi vital dalam metabolism bagi tubuh, yang
tidak dapat dihasilkan oleh tubuh sedangkan mineral sendri merupakan
unsur pelengkap yang membantu dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan didalam tubuh.contoh; sayur-sayuran, dan buah-buahan
dll. Bagi lansia komposisi energy sebanyak 20-25% berasal dari protein,
20% dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk
lansia laki-laki sebanyak 1960kalori, sedangkan untuk lansia wanita
1700kalori. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka
sebagian energi akan disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul
obesitas. Sebaliknya terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan
digunakan, sehingga tubuh akan menjadi kurus. (mary E. Beck.2011:1-
5)
2.1.4 Kecukupan gizi pada manula sama
seperti kecukupan gizi pada kelompok penduduk yang lebih muda
usianya. Satu-satunya pengecualian adalah penurunan kebutuhan
akan energi yang mengikuti pertambahan umur. Sebab-sebab yang
melandasi kondisi ini adalah :
1. Keadaan fisik menurun bersamaan dengan bertambahnya usia,
sehingga energi yang di keluarkan lebih sedikit.
2. Perubahan pada komposisi dan fungsi tubuh menyebabkan penurunan
BMR (basal metabolic rate)

Implikasi praktis pengurangan energi ini :

1. Apabila konsumsi energi tidak berkurang, berat badan akan naik


2. Diet harus mempunyai nilai gizi yang tinggi untuk menjamin
terpenuhinya kebutuhan akan nutrien sementara masukan energi
(jumblah total makanan) di kurangi.
Orang-orang tertentu dalam kelompok manula memperlihatkan
peningkatan kebutuhan akan nutrient-nutrien tertentu. Hal ini bukan
merupakan problem yang kusus bagi manula saja. Problem tersebut
dapa terjadi pada segala kelompok umur, hanya frekuensinya lebih
sering pada kelompok manula. Sebagai contoh, manula yang sehari-hari
tingal di dalam rumah tidah pernah bepergian, akan memerlukan lebih
banyak vitamin D dari makanannya. masukan vitamin D yang di
anjurkan bagi manula yang aktif keluar adalah 2,5 fjg kolekalsiferol per
hari. Sedangkan rekomendasi terahir bagi manula yang selalu tingal di
rumah adalah 10 fjg per hari. (mary E. Beck,2011:157-158)
2.1.5 Solusi dan Diet pada lansia

Solusi dan diet pada lansia yaitu dapat di ketahui dari pola makan,
karena pola makan yang tepat dapat mempengaruhi kualitas hidup
lanjut usia, mulai dari kesehatan, produktivitas, dan semangatnya.
Namun mengingat kondisi fisik dan bologis yang mengalami penurunan,
membuat lansia harus mengatur pola amakannya secara khusus.
Penurunan kondisi ini misalya lansia sering mengeluh, sulit
mengonsumsi daging dan makanan keras akibat ganguan gigi dan
gusinya. Selain itu mereka juga sering merasa tak nyaman saat
mengonsumsi susu, karena lactose intoleran di tambah kehilangan
selera makan akibat menurunnya indra perasa. Kondisi itulah lansia
memerlukan perencanaan menu kusus. Diet kusus ini penting untuk
mengurangi resiko kekurangan gizi atau sebaliknya kelebihan gizi.(Ririn
indriyani, 2011).

2.2 Proses penuaan

Proses ini berawal sejak selesainya pertumbuhan pada usia 25


tahun. Beberapa orang menyadari di mulainya proses penuaan (di luar,
rambut yang menjadi putih) dan proses ini tidak menimbulkan
permasalahaan. Kemudian proses penuaan terjadi semakin cepat dan
perubahan fisiologis semakin jelas. Kerapuhan akibat perubahan
fisiologis tidak selalu mudah di bedakan dari penurunan jasmania yang
menyertai malnutrisi. Perubahan degenerative dalam proses penuaan
mencakup :

1. Penurunan kemampuan mencium baud an mengecap


2. Penurunan daya pendengaran
3. Penurunan daya penglihatan
4. Osteoarthritis
5. Osteoporosis
6. Penyakit pembuluh arteri
7. Penurunan toleransi glukosa
8. Penurunan ukuran dan kekuatan otot
Hanya sedikit yang bias kita lakukan untuk mencegah semua
keadaan ini, kecuali mungkin menghindari keadaan kegemukan. Berat
badan yang berlebihan membuat gerakan lebih sulit dan menambah
rasa nyeri pada keadaan artritis. Kegemukan juga menggangu toleransi
glukosa dan menjadi penyabab timbulnya penyakit pembuluh nadi.

2.2.1 Perubahan fisiologis pada lanjut usia berkaitan dengan kebutuhan zat
gizi

Menurut (Darmojo,2010) adapun perubahan fisiologis sebagai berikut :

a. Komposisi tubuh
Komposisi tubuh dapat memberikan indikasi status gizi dan
tingkatbugaran jasmani seseorang. Akibat penuaan pada lansia masa
otot berkurang sedangkan masalah malah beekurang. Masa tubuh yang
berlemak berkurang sebanyak 6,3% sedangkan banyak 2% masa lemak
bertambah dari berat badan. Jumlah cairan tubuh berkurang dari 60%
dari berat badan pada orang muda menjadi 45% dari berat badan
wanita usia lanjut (kawas dan broak mayer,2006;Arisman,2008.
b. Gigi dan mulut

Gigi merupakan unsur penting untuk pencapaian derajat kesehatan dan


gizi yang baik. Perubahan fisiologis yang terjadi ]ada jaringan keras gigi
sesuai perubahan pada gigi. setelah gigi erupsi,morfologi gigi berubah
karena pemakaian kemudian tanggal digantikan gigi permanen.pada
usia lanjut gigi permanen menjadi kering,lebih rapuh,berwarna lebih
gelap,dan bahkan sebagian gigi telah tanggal (Arisman,2004).Dengan
hilangnya gigi geligi akan mengganggu hubungan oklusi gigi atas dan
bawah akan mengakibatkan daya kunyah menurun. Pada lansia saluran
pencernaan tidak dapat mengimbangi ketidaksempurnaan fungsi
kunyah sehingga akan mempengaruhi kesehatan umum (Darmojo,2010)

c. Indra pengecap dan pencium


Dengan bertambahnya umur ,kemampuan mengecap,mencerna,dan
metaboisme makanan berubah. Dalam Darmojo (2010) menyatakan 80%
tunas pengecap hilang pada usia 80 tahun. Wanita pasca menopause
cenderung berkurang kemampuan mearasakan manis dan asin.keadaan
ini dapat menyebabkan lansia kurang menikmati makanan dan
mengalami penurunan nafsu makan dan asupan makanan.
d. Gastrointestinal
Motilitas lambung dan pengosongan Lambung menurun seiring dengan
meningkatnya usia. Lapisan lambung lansia menipis di atas 60
tahun,sekresi HCL dan pepsin berkurang. Akibatnya penyerapan
vitamin dan zat besi berkurang sehingga berpengaruh pada kejadian
osteoporosis dan osteomalasia pada lansia. Pada manusia lanjut
usia,reseptor pada esophagus kurang sensitive dengan adanya
makanan. Hal ini menyebabkan kemampuan peristaltic esopha
Gus mendorong makanan ke lambung menurun sehingga pengosongan
esophagus terlambat (Darmojo.2010).
e. Hematologi
Berbagai kelainan hematologi dapat terjadi pada usia lanjut sebagai
akibat dari proses manua pada system hemkropoetik. Berdasarkan
pengamatan klinik dan laboratorium,didapatkan bukti bahwa pada
batas umur tertentu,sumsum tulang mengalami involusi ,sehingga
cadangan sumsum tulang pada usia lanjut menurun

2.3 Resiko penyakit penyerta pada lansia (penyakit degenerative)

a. Penyakit kulit

Penyakit kulit pada lansia lanjut perlu dikenal berhubungan dengan gizi
seperti ;

1) Penyakit kulit mungkin manifestasi bentuk spesifik malnutrisi.


2) Penyakit kulit membutuhkan intervensi gizi untuk
penyembuhan,seperti ulkus decubitus
3) Penyakit kulit menunjukan penyakit metabolik, seperti diabetes.
4) Penyakit kulit menimbulkan malnutrisi seperti, pada skerosis sistemik
5) Penyakit kulit membutuhkan terapi yang bersamaan dengan gizi
Tanda-tanda pada kulit pasien malnutrisi yaitu adanya defisiensi
riboflavin menumbulkan dermatitis seberrhoic di tandai dengan
kemerahan dan mengelupas lipatan kulit antara hidung dan sudut
mulut dan lesi mengelupas yang sama juga terjadi pada keriput sekitar
mata.

b. Penyakit pada rongga mulut usia lanjut usia


1. Kandidiasis rongga mulut
Infeksi ragi dalam mulut sering terjadi pada usia lanjut. Permukaan
keputihan terlihat pada membran mukosa mulut. Lokalisasi dapat
terjadi di lidah, gusi, atau bibir tetapi dapat juga terjadi infeksi
kandidiasis menyeluruh pada mulut.
2. Glositis
Masalah yang berhubungan dengan glositis adalah defisiensi besi,
defisiensi riboflavin, defisiensi folasin (Baker, Jaslow, dan Frank 1978)
3. Leukoplakia
Timbul lapisan keputihan menetap atau garis retak pada bibir dam
memban mukosa mulut. Lesi ini tidak dapat diobati dan merupakan
tempat berkembangnya kanker.
c. Penyakit saluran cerna pada usia lanjut :
1. Perdarahan saluran cerna
Perdarahan saluran cerna kronis dan berat mengakibatkan anemia
defisiensi besi, menurunnya tekanan darah pada orang yang
sebelumnya menderita tekanan darah tinggi.
2. Diare
Diare padalanjut usia di bagi atas diare akut dan kronis. Diare akut
dapat terjadi akibat adanya bakteri gastroenteritis. Diare kronis
disebabkan oleh inflamasi usus besar dan penyakit usus halus
penyebab maldigesti dan malabsorbsi.
3. Kontipasi
Kontipasi berkaitan dengan asupan yang rendah. Dapat penyebab
konstipasi berulang.
4. Nyeri perut
Penyebab paling sering dari nyeri perut akut seperti obstruksi usus
(disebabkan kanker, volvulus, atau appendicitis).
Cara menanggulanginya:
1. Makan-makanan camilan atau makanan kecil yang tepat pada saat
sebelum tidur diantara jam-jam makan.
2. Hindari makanan yang dapat mengganggu percernaan seperti
cabai,merica,dan minuman yang mengandung alcohol.
d. Penyakit system kardiovaskuler pada usia lanjut:
Aterosklerosis suatu keadaan degenerative yang prograsif arteri,
ditandai dengan fatty steak (deposit kolesterol). Komplikasi
bertambahnya lesi adalah ulserasi, kalsifikasi, dan thrombosis.
Thrombosis pada arteri dapat menimbulkan okulasi (sumbatan). Cara
menanggulanginya :
1. Mempertahankan berat barangi dan yang ideal.
2. Mengurangi konsumsi total lemak.
3. Mengurangi konsumsi garam.
e. Penyakit ginjal pada usia lanjut
Penyakit ginjal pada usia lanjut biasanya kronik merupakan keaadaan
adanya usia bertambah berat stadium penyakit ginjal yang sudah
ada.sering penyakit ginjal dengan tanda-tanda gagal ginjal kronis
(uremia), seperti polyuria (aliran volume besar urin yang encer), tanda
neurologis (sakit kepala, konfulsi, tremor, koma),dan episode
perdarahan.Cara menangulaninya memodifikasi makanan ditujukan
untuk sedapat mungkin menunda penimbunan berbagai produk akhir
metabolic.
f. Penyakit diabetes pada usia lanjut
Diabetes pada usia lanjut terdiri atas jenis yang twergantung insulin
dan jenis yang tidak sensitive terhadap insulin. Bila diabetes muncul
pada usia lanjut sering merupakan bentuk non insulin
dependent(NIDDM). Cara menanggulanginya bias dilakukan dengan
melakukan diet untuk diabetes.
g. Penyakit anemia pada usia lanjut
Anemia pada usia lanjut sama dengan kelompok usia laninnya dapat
berasal dari gizi anemia defesiensi besi dapat disebabkan oleh asupan
gizi yang rendah terutama mungkin karena diet rendah energy dan
teriri dari rendah kandungan total besi. Cara menanggulanginya
dengan cara makan vitamin B12 karena kekurangan vitamin B12 akan
menimbulkan anemia.
h. Penyakit kanker pada usia lanjut
Meningkatnya insiden kanker dan penyakit keganasan lain pada usia
lanjut. Cara menanggulangnya mengurangi paparan terhadap bahan
karsinogen misalnya tidak merokok, menghindari makanan tinggi
lemak, menambah makanan tinggi serat seperti sayuran dan buah,
hidup aktif fisik mengupayakan berat badan yang ideal.
i. Penyakit muskuluskletal pada usia lanjut
System kompleks yang melibatkan otot-otot dan kerangka tubuh dan
termasuk sendi dan ligament. Cara menanggulanginya dilakukan
dengan cukup kalsium
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

lanjut usia adalah seseoramg yang telah memasuki usia 60 ke atas.


Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Didalam makanan alami yang
kita makan mengandung dua kelompok, yaitu zat gizi dan zat non gizi.
Zat gizi terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, air, mineral, vitamin
dan serat makanan.sedangkan pada zat non gizi terdiri atas enzim :
sintesase, hydrolase; bahan menyerupai vitamin :kartinin,glutation;dan
pigmen:klorofil, flavonoid,.zat gizi esensial harus dimakan karena tidak
dapat disintesis oleh tubuh dan bila kekurangan dapat menimbulkan
gejala defisiensi

Perubahan fisiologis pada lanjut usia berkaitan dengan kebutuhan zat


gizi Menurut (Darmojo,2010) adapun perubahan fisiologis sebagai
berikut;komposisi tubuh,gigi dan mulut,indera pengecap dan
pencium,gastrointesternal dan hematologi.

Resiko penyakit penyerta pada lansia (penyakit degenerative) adalah


sebagai berikut;penyakit kulit,penyakit oada rongga mulut,penyakit
saluran cerna,penyakit system kardiovaskuler,penyakit salauran nafas
dll.

3.2 Saran
a. Bagi penulis
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan ilmu pendidikan di bidang
kesehatan mengenai kebutuhan nutrusi pada lanjut usia
b. Bagi pembaca
Memberikan wawasan tentang kebutuhan nutrisi pada lanjut usia serta
menambah wawasan pengetahuan khususnya di bidang keperawatan.
c. Institusi pendidikan
Dapat menjadi pertimbangan untuk di terapkan di dunia pendidikan
pada lembaga-lembaga di bidang kesehatan sebagai solusi terhadap
permasalahan pendidikan yang ada.

Daftar Pustaka

Oenzil,fadil.2012.Gizi meningkatkan kualitas manula.Jakarta:EGC


Beck,mary.2011.Ilmu gizi dan diet.Yogyakarta:Penerbit ANDI

Pranaka, Kris. 2010. Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut). Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Marmi.2013.Gizi dalam kesehatan reproduksi.Yogyakarta:Pustaka


pelajar

Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta : Erlangga

NUTRISI PADA LANSIA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia Lanjut Usia (MANULA) dimasukkan ke dalam kelompok rentan gizi, meskipun
tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan badan , bahkan sebaliknya sudah terjadi involusi
dan degenerasi jaringan dan sel-selnya. Timbulnya kerentanan terhadap kondisi gizi
disebabkan kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsionalnya.
Gigi-geligi pada MANULA mungkin sudah banyak yang rusak bahkan copot, sehingga
memberikan kesulitan dalam mengunyah makanan. Maka makanan harus diolah sehingga
makanan tidak perlu digigit atau dikunyah keras-keras. Makanan yang dipotong kecil-kecil,
lunak dan mudah ditelan akan sangat membantu para MANULA dalam mengkonsumsi
makanannya.
Fungsi alat pencernaan dan kelenjar-kelenjarnya juga sudah menurun, sehingga makanan
harus yang mudah dicerna dan tidak memberatkan fungsi kelenjar pencernaan.makanan yang
tidak banyak mengandung lemak, pada umumnya lebih mudah dicerna, tetapi harus cukup
mengandung protein dan karbohidrat. Kadar serat yang tidak dicerna jangan terlalu banyak,
tetapi harus cukup tersedia untuk melancarkan peristalsis dan dengan demikian melancarkan
pula defaecatie, dan menghindarkan obstipasi.
Patut diingat bahwa keperluan enersi MANULA sidah menurun, jadi jangan di sediakan
seperti masih belum berusia lanjut. Ada baiknya bila mereka dijaga jangan sampai menjadi
kegemukan karena akan lebih mudah menderita berbagai kelainan atau penyakit gizi yang
berhubungan dengan kondisi obesitas. Frekuensi penyakit Diabetes Mellitus, Cardiovascular
diseases terdapat meningkat pada kelompok MANULA. Yang umum sangat ditakuti ialah
kemungkinan meningkat untuk mendapat penyakit kanker.

BAB II
PEMBAHASAN

A. KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANSIA DALAM RANGKA PROMOSI


KESEHATAN
Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada ksehatan lansia. Status
nutrisi seseorang akan berpengaruh terhadap setiap system tubuh. Bimbingan yang
membahas secara langsung tentang kebutuhan nutrisi pada lansia masih sedikit. Pada
sebagian lansia, ketiadaan bimbingan ini terjadi karena lansia lebih heterogen daripada orang
muda dan kurang mampu dalam menghitung kebutuhan nutrisi mereka melalui nomogram.
Kekurangakuratan dan kemudahan untuk memahami informasi dalam membimbing lansia
dan para praktisi telah mengarahkan penggunaan statistic apa adanya yang berkaitan dengan
status nutrisi lansia.
Secara fisiologis, kebutuhan energi lebih dikaitkan dengan tingkat aktivitas fisik daripada
usia kronologis. Kebutuhan asupan kalori sehari-hari yang disarankan (Recommended Daily
Allowance [RDA]) pada lansia yang berusia 65 sampai 75 tahun 2300 kkal. RDA untuk
lansia di atas usia 75 tahun diturunkan menjadi 2050 kkal, konsumsi kalori dari karbohidrat
kompleks yang diharuskan sebanyak 55 sampai 65% dan kurang dari 30% lemak, serta porsi
sisanya adalah protein.
Faktor-faktor fisiologis lainnya yang dikaitkan dengan kebutuhan nutrisi yang unik pada
lansia adalah menurunnya sensitivitas olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan peningkatan
kolesistokininyang dapat memengaruhi keinginan untuk makan dan peningkatan rasa
kenyang. Proses penuaan itu sendiri sebenarnya tidak mengganggu proses penyerapan
vitamin pada berbagai tingkatan yang luas. Namun, laporan-laporan terakhir
mengindikasikan bahwa lansia mengalami defisiensi vitamin B12, vitamin D dan asam folat.
Perubahan-perubahan dan kebutuhan mineral meliputi rendahnya kebutuhan akan zat besi
pada wanita lansia daripada wanita usia produktif. Asupan kalsium sebagai salah satu mineral
esensial lainnya bagi lansia sekitar 600 mg per hari untuk wanita. Hal ini hanya
menggambarkan 30 sampai 40% dari tingkat kebutuhan yang disarankan. Panduan diet
terbaru menyarankan sedikitnya 1000 mg kalsium per hari untuk seluruh lansia dan 1500 mg
per hari untuk wanita lansia yang tidak menggunakan esterogen. Suplemen kalsium tidak
akan diabsorpsi secara merata. Karena perbedaan derajat keasaman yang dibutuhkan untuk
absorpsi yang sesuai, kalsium sitrat malat merupakan bentuk yang lebih dipilih untuk
diberikan bagi lansia yang mengalami hipoklohidria atau aklorhidria.
Pada proses penuaan yang normal, peningkatan jaringan adipose secara normal dapat
menyertai penurunan massa tubuh dan cairan tubuh total. Meskipun hasil studi
memperlihatkan bahwa orang-orang Amerika mengkonsumsi sedikit lemak, prevalensi
obesitas telah meningkat 133% dalam 10 tahun terakhir. Lemak tubuh yang berlebihan
sebaiknya akan merugikan lansia. Buku penuntun diet yang baru telah menekankan tentang
pentingnya mempertahankan berat badan yang stabil dan mengikuti program diet dan
olahraga yang tepat dalam seluruh rentang waktu kehidupan.
1. Pencagahan Primer
Proses penuaan mempengaruhi kebutuhan nutrisi dan status nutrisi pada 30 juta lansia, 6
juta dari mereka berisiko tinggi terhadap malnutrisi. Studi-studi mengindikasikan bahwa
lansia yang memiliki penghasilan kurang dari 6000 dolar per tahun atau kurang dari 35 dolar
per minggu untuk komsumsi makanan dan para lansia yang mengunjungi rekan atau
keluarganya kurang dari dua kali per minggu, dan para lansia yang kelebihan berat badan
sebesar 25 kg atau yang kekurangan berat badan 10 kg adalah mereka yang beresiko tinggi
mengalami malnutrisi, selain dari jutaan orang yang mengalami kekurangan nutrisi.
Faktor-faktor sosioekonomi, juga penderita penyakit kronis dan polifarmasi, turut
berperan terhadap masalah malnutrisi yang actual atau potensial bagi lansia. Instrument
pengkajian sebagaimana yang telah di kembangkan oleh program Nutrition Screening
Initiative untuk menentukan status nutrisi direkomundasikan dapat di gunakan oleh seluruh
pemberi pelayanan kesehatan. Lembaran instrument ini tersedia melalui Nutrition Screening
Initiative, 1010 Wisconsin Avenue NW, Washington, DC 20007. Suatu upaya yang konsisten
untuk mengidentifikasi lansia dengan gangguan nutrisi demikian juga untuk resiko gangguan
nutrisi yang seharusnya menjadi prioritas jika tujuan nasional untuk promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit ingin di capai.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder di mulai dengan pengkajian yang seksama terhadap klien dan upaya-
upaya untuk mengidentifikasi sumber masalah gisi. Kesalahan pengaturan metabolisme
seharusnya di perbaiki dan pemberian obat-obatan untuk kondisi-kondisi kronis dapat di
sesuaikan untuk mengurangi efek samping yang mengganggu nutrisi yang normal. Depresi
yang tidak terditeksi asupan diet dan malnutrisi. Selain itu, suatu pengkajian nutrisi adalah
penting untuk menentukan tujuan yang realistis dan tepat pada lansia dengan masalah nutrisi.
Pelayanan ahli diet akan menguntungkan bagi klien.
Banyak lansia tidak mengetahui bagaimana kebutuhan nutrisi mereka mengalami
perubahan sebagai akibat penuaan. Oleh karena itu, seluruh pemberi layanan kesehatan
perluh di siapkan untuk memberikan informasi yang akurat dan terbaru tentang nutrisi
normal, demikian juga tentang kebutuhan nutrisi yang menyertai proses penyakit. Suatu
penelitian terbaru mengemukakan bahwa perawat tidak di persiapkan secara adekuat untuk
memberikan jenis instruksi ini kepada klien lansia.
Asuhan keperawatan adalah suatu bagian penting dalam memperbaiki asupan nutrisi
pada institusi pelayanan akut maupun pelayanan jangka panjang. Dedikasi di perluhkan
untuk meyakinkan bahwa kebutuhan nutrisi klien di masukan sebagai bagian dari rencana
keperawatan secara total. Mengizinkan pemberian suplemen dalam kaleng untuk pembangun
tubuh yang di letakan di meja disamping tempat tidur atau untuk di kembalikan pada bagian
gizi tidak akan membantu memfasilitasi asupan yang adekuat. Suplemen sangat baik
digunakan di antara waktu makan dan sering ditoleransi dengan baik jika disajikan dalam
keadaan dingin. Alternatif -alternatif makanan, seperti nutrisi parenteral total dan
pemberian makanan dengan penduga lambung, mungkin diperluhkan jika asupan yang
adekuat tidak dapat di pertahankan melalui rute oral.
Keterlibatan keluarga sangat penting untuk menyediakan nutrisi yang baik di semua
lingkungan. Kemampuan untuk memberikan makanan kesukaan lansia dan memberikan
atmosfer sosial yang mendorong asupan makanan adalah hal terbaik yang dapat dilakukan
oleh keluarga. Keluarga sering memiliki keinginan yang kuat untuk berpatisipasi dalam cara
ini dan berespon baik terhadap saran-saran yang terdapat pada table berikut ini:
Teknik-Teknik Untuk Meningkatkan Asupan Makanan Ketika Nafsu Makan Rendah

Tambahkan susu bubuk kering tanpa lemak pada makanan yang mengandung
banyak cairan (kaldu, kentang tumbuk, puding, sereal yang dimasak).
Berikan berbagai variasi makanan kecil di antara waktu makan, berbagai
tekstur dan rasa manis yang bervariasi.
Tawarkan makanan paling banyak pada siang hari ketika lansia merasa sangat
lapar (biasanya pada pagi hari).
Anjurkan pemberian makanan dengan ukuran kecil yang mudah di makan
sendiri.
Tambahkan margarin tambahan pada sayur-sayuran, saus, dan makanan
berkrim.
Sajikan suplemen nutrisi dalam keadaan dingin atau di siapkan dalam bentuk
shake.
Anjurkan keluarga untuk membawa makanan kesukaan klien.

Walaupun suplemen tidak perluh digunakan dalam keadaan yang seimbang, laporan
terbaru saat ini tidak memenuhi jumlah makanan harian yang dianjurkan. Dosis yang
berlebihan di atas jumlah asupan harian yang dianjurkan tidak dianjurkan pada saat ini dan
terbukti dapat merugikan jika digunakan dalam waktu yang lama.
Rekomendasi tambahan termasuk penggunaan makanan berserat untuk meningkatkan
asupan vitamin dan mineral, dan meningkatkan defekasi yang normal. Rekomendasi asupan
serat yang disarankan saat ini sekitar 20 sampai 35 gram serat per hari.
B. PROSES MENUA
Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan
berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan secara biologis
ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua. Antara lain :
Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan juga jumlah
cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput
serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu, pada lansia seringkali terlihat kurus.
Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga dihubungkan dengan
kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan pada indera pengecap
dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn yang juga menyebabkan menurunnya nafsu
makan. Penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf
pendengaran.
Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi mengunyah
yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut
kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB yang dapat menyebabkan
wasir.
Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif dan
kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas kegiatan sehari-hari.
Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan daya ingat
jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan mengenal
benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang mempunyai tujuan (apraksia) dan
gangguan dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan, daya abstraksi, yang
dapat mengakibatkan kesulitan dalam emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia
atau pikun. Gejala pertama adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan
untuk pekerjaan sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi
paranoid atau perilaku anti sosial lainnya.
Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga
bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai dapat terjadi hiponatremia
yang menimbulkan rasa lelah.
Incontinentia urine (IU) adalah pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah satu
masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut, sehingga
usia lanjut yang mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan
dehidrasi.
Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan untuk mengadakan
penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain sindrom lepas jabatan yang
mengakibatkan sedih yang berkepanjangan.

BATASAN USIA LANSIA


Batasan : lansia adalah mereka yang telah diatas usia 65 tahun
Menurut Durmin : Young ederly (65-75 th), older ederly (75 th)
Munro dkk : older ederly dibagi 2, usia 75-84 th dan 85 th
M.Alwi Dahlan : usia diatas 60 th
Menurut usia pensiun : usia diatas 56 th
WHO : usia pertengahan(45-59), usia lanjut(60-74), usia tua(75-90), usia sangat tua(>90)

C. KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANSIA


Kalori
Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal pada orang-orang
berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan berkurangnya massa otot dan aktivitas.
Kalori (energi) diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan protein 4 kal per gramnya.
Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 20% dari lemak, dan
sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan kalori untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal,
sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan,
maka sebagian energi akan disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas.
Sebaliknya, bila terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga tubuh
akan menjadi kurus.
Protein
Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari adalah 1
gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan
tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena
pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang
(disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien). Beberapa penelitian
merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-
14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan
hewani dan kacang-kacangan.
Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang
dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi energi)
dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke jantung). Juga
dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly
unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam lemak tidak jenuh yang baik,
sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam lemak jenuh.
Karbohidrat dan serat makanan
Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau konstipasi
(susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan telah terbukti
dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi lansia adalah sayuran,
buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen
serat (yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan konsumsi seratnya terlalu banyak,
yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat
diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan
menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-
bijian yang berfungsi sebagai sumber energi dan sumber serat.
Vitamin dan mineral
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang mengkonsumsi vitamin A,
B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E umumnya kekurangan ini terutama
disebabkan dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan
mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral kalsium yang
menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan anemia. Kebutuhan
vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi
yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin,
mineral dan serat.
Air
Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh untuk
mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine), membantu pencernaan makanan
dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada lansia dianjurkan minum
lebih dari 6-8 gelas per hari.
Makanan Sehat Bagi Lansia
Makanan sehat bagi lansia antara lain mencakupi empat sehat lima sempurna dengan porsi
yang kurang dari orang dewasa kecuali asupan protein dan vitamin serta mineral, dimana
kalsium dan zat besi juga memerankan peranan yang penting untuk metabolisme tubuh.
Berikut ini disajikan beberapa contoh makanan sehat untuk manula yang telah
dikelompokkan:
Sumber Karbohidrat: Nasi, jagung, ketan, bihun, biskuit, kentang, mie instan, mie kering,
roti tawar, singkong, talas, ubi jalar, pisang nangka, makaroni
Sumber Protein Hewani: Daging ayam, daging sapi, hati (ayam atau sapi), telur unggas, ikan
mas, ikan kembung, ikan sarden, bandeng, baso daging
Sumber Protein Nabati: Kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo,
tahu, tempe, oncom
Buah-buahan: Pepaya, belimbing, alpukat, apel, jambu biji, jeruk, mangga, nangka, pisang
ambon, sawo, semangka, sirsak, tomat
Sayuran: Bayam, buncis, beluntas, daun pepaya, daun singkong, katuk, kapri, kacang
panjang, kecipir, sawi, wortel, selada
Kue: Bika ambon, dadar gulung, getuk lindri, apem, kroket, kue pia, kue putu, risoles

Susu: Susu sapi, susu kambing, susu kerbau, susu kedelai, skim
Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok
besar, yaitu :
1. Kelompok zat energi.
a. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum,
ubi, roti, singkong dll, selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu
dll.
b. Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega,
margarine, susu dan hasil olahannya.
2. Kelompok zat pembangun
Kelompok ini meliputi makanan makanan yang banyak mengandung protein,
baik protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacangkacangan
dan olahannya.
3. Kelompok zat pengatur
Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin dan
mineral, seperti buah-buahan dan sayuran.

Menu harian untuk lansia


Para ahli gizi menganjurkan bahwa untuk lansia yang sehat, menu sehari-hari
hendaknya :
1. Tidak berlebihan, tetapi cukup mengandung zat gizi sesuai dengan persyaratan
kebutuhan lansia.
2. Bervariasi jenis makanan dan cara olahnya

3. Membatasi konsumsi lemak yang tidak kelihatan (menempel pada bahan pangan,
terutama pangan hewani)

4. Membatasi konsumsi gula dan minuman yang banyak mengandung gula

5. Menghindari konsumsi garam yang terlalu banyak, merokok dan minuman beralkohol

6. Cukup banyak mengkonsumsi makanan berserat (buah-buahan, sayuran dan sereal)


untuk menghindari sembelit atau konstipasi

7. Minuman yang cukup.


Menu makanan manula dalam sehari dapat disusun berdasarkan konsep 4 sehat 5 sempuna
atau Konsep gizi seimbang diantaranya :
Kelompok makanan pokok (utama) : nasi (1 porsi= 200 gram)
Kelompok lauk pauk : daging (1 potong= 50 gram), tahu (1 potong = 25 gr)
Kelompok sayuran : bayam (1 mangkok = 1001 gr)
Kelompok buah-buahan : pepaya (1 potong = 100 gr) dan susu (1 gelas = 100 gr)

Kelompok makanan dan jenis makanan


Karbohidrat : nasi, jagung, ketan, bihun, biskuit, kentang, mie, roti, singkong, talas, ubi-ubian,
pisang, nangka, makaroni
Protein hewani : daging sapi, daging ayam, hati (ayam atau sapi), telur unggas, ikan, baso
daging
Protein nabati : kacang-kacangan, tahu, tempe, oncom
Buah-buahan : pepaya, belimbing, alpukat, apel, jambu biji, jeruk, mangga, nangka, pisang,
awo, sirsak, semangka
Sayuran : bayam, buncis, beluntas, daun pepaya, daun singkong, katuk, kapri, kacang panjang,
kecipir, sawi, wortel, selada
Makanan jajanan : bika ambon, dadar gulung, getuk lindri, apem, kroket, kue putu, risoles
Susu : susu kambing, susu kedelai, skim

Menu untuk manula dalam sehari

WAKTU MENU PORSI


Pagi Roti-telur-susu 1 tangkep 1 gelas
Selingan Papais 2 bungkus
Siang Nasi 1 piring
Semur 1 potong
Pepes tahu 1 bungkus
Sayur bayam 1 mangkok
Pisang 1 buah
Selingan Kolak pisang 1 mangkok
Malam Mie baso 1 mangkok
Pepaya buah
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA
Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.
Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis,
asin, asam, dan pahit.

Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.

Rasa lapar menurun, asam lambung menurun

Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi

Penyerapan makanan di usus menurun.

Masalah Gizi pada Lansia

1. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar.
Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalai pada
lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu
sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.Kegemukan merupakan salah
satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan darah
tinggi.
2. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena
gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan
berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein
menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok,
daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.

3. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan kekurangan
protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering,
penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.

Status gizi pada usia lanjut


Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi lansia cenderung
mengalami kegemukan/obesitas
Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit, akibatnya cenderung
kegemukan/obesitas
Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan, akibatnya cenderung
kegemukan/obesitas
Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi tidak enak dan nafsu makan
menurun, akibatnya lansia menjadikurang gizi (kurang energi protein yang kronis
Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang berserat (sayur, daging)
dan cenderung makan makanan yang lunak (tinggi klaori), hal ini menyebabkan lansia
cenderung kegemukan/obesitas
Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini mengganggu
penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi defisiensi zat-zat gizi mikro
Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar, sehingga lansia menderita
wasir yang bisa menimbulkan perdarahan dan memicu terjadinya anemia
Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat menurunkan nafsu makan yang
menyebabkan kurang gizi dan hepatitis atau kanker hati
Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk menyiapkan makanan
sendiri dan menjadi kurang gizi
Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu makan menurun dan
menjadi kurang gizi
Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun akibatnya menjadi
kurang gizi
Dimensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan, yang dapat
menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi.

10 Langkah agar dapat hidup lebih lama, sehat, dan berarti untuk lansia
1. Menciptakan pola makan yang baik, kemudian bersahabat dengannya. Cobalah menciptakan
suasana yang menyenangkan di meja makan semenarik mungkin sehingga dapat
menimbulkan selera
2. Memperkuat daya tahan tubuh.
Makanlah makanan yang mengandung zat gizi yang mengandung zat gizi yang penting untuk
kekebalan, seperti : biji-bijian utuh, sayuran berdaun hijau, makanan laut.
3. Mencegah tulang agar tidak menjadi keropos dan mengerut
Santaplah makanan yang mengandung vitamin D. Pada usia diatas 60 tahun kemampuan
penyerapan kalsium menurun, vitamin D membantu penyerapan kalsium dalam tubuh, contoh
makanan sumber vitamin D adalah susu
4. Memastikan agar saluran pencernaan tetap sehat, aktif dan teratur
Karena itu harus makan sedikitnya 20 gram makanan yang mengandung serat, seperti biji-
bijian, jeruk dan sayuran yang berdaun hijau tua
5. Menyelamatkan penglihatan dan mencegah terjadinya katarak
Santaplah makanan yang mengandung vitamin C, E dan B karoten (antioksidan), seperti :
sayuran berwarna kuning dan hijau, jeruk sitrun dan buah lain
6. Mengurangi resiko penyakit jantung
Yaitu dengan membatasi makanan berlemak yang banyak mengandung kolesterol dan
natrium dan harus banyak makan makanan yang kaya vitamin B6, B12, asam folat, serat yang
larut, kalsium dan aklium, seperti biji-bijian utuh, susu tanpa lemak, kacang kering daging
tidak berlemak, buah, termasuk nanas dan sayuran.
7. Agar ingatan tetap baik dan sistem syaraf tetap bagus, harus banyak makan vitamin B6, B 12
dan asam folat
8. Mempertahankan berat badan ideal dengan jalan tetap aktif secara fisik, makan rendah lemak
dan kaya akan karbohidrat kompleks
9. Menjaga agar nafsu makan tetap baik dan otot tetap lentur
Dengan jalan melakukan olah raga aerobik (berjalan atau berenang). Olah raga dilakukan
menurut porsi masing-masing usia serta tingkat kebugaran setiap orang
10. Tetaplah berlatih
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Status nutrisi seseorang akan berpengaruh terhadap setiap system tubuh. Kebutuhan
asupan kalori sehari-hari yang disarankan (Recommended Daily Allowance [RDA]) pada
lansia yang berusia 65 sampai 75 tahun 2300 kkal. RDA untuk lansia di atas usia 75 tahun
diturunkan menjadi 2050 kkal, konsumsi kalori dari karbohidrat kompleks yang diharuskan
sebanyak 55 sampai 65% dan kurang dari 30% lemak, serta porsi sisanya adalah protein.
Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan
berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut.

B. Saran
Patut diingat bahwa keperluan enersi MANULA sidah menurun, jadi jangan di sediakan
seperti masih belum berusia lanjut. Ada baiknya bila mereka dijaga jangan sampai menjadi
kegemukan karena akan lebih mudah menderita berbagai kelainan atau penyakit gizi yang
berhubungan dengan kondisi obesitas. Frekuensi penyakit Diabetes Mellitus, Cardiovascular
diseases terdapat meningkat pada kelompok MANULA.

Anda mungkin juga menyukai