Anda di halaman 1dari 21

KARYA TULIS ILMIAH

PENELITIAN DESKRIPTIF PENERAPAN METODE JALAN KAKI PAGI


BAGI LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI
DI DESA PROYOGATEN KABUPATEN KARANGANYAR
JAWA TENGAH

Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Ahli Madya
Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Tujuh Belas Surakarta

Oleh :

SAVILA CHRISTINE

1806.1491.4401.065

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Tujuh Belas Surakarta

2020/2021
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik diperlukan untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Aktivitas fisik merupakan
pergerakan anggota tubuh yang dapat menyebabkan pengeluaran tenaga
untuk pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan
kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik
sangat penting peranannya terutama bagi orang dengan lanjut usia (lansia).
Dengan melakukan aktivitas fisik maka lansia dapat mempertahankan dan
meningkatkan derajat kesehatannya (Fatmah, 2010). Lansia yang
mempunyai tekanan darah tinggi (hipertensi) menikmati waktu
senggangnya untuk bersantai. Sedangkan lansia yang kurang melakukan
aktivitas fisik dan olahraga dapat mempengaruhi perubahan pada tekanan
darah ( Nugroho, 2008 ).
Lansia sendiri memiliki batasan umur. Batasan-batasan umur yang
mencakup batasan umur lansia dari pendapat berbagai ahli yang di kutip
dari Nugroho (2008), Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998
dalam bab I pasal 1 ayat II yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang
yang mencapai usia 60 tahun keatas”. Menurut WHO: Usia pertengahan :
45-59 tahun, Lanjut usia : 60 – 74 tahun, Lanjut usia tua : 75- 90 tahun,
Usia sangat tua : diatas 90 tahun (Kushariyadi, 2010).
Hipertensi merupakan penyakit yang dapat diminimalisasikan tingkat
kekambuhannya, hal tersebut dapat dilakukan dengan tetap menjaga gaya
hidup berupa asupan makanan seimbang serta aktivitas fisik yang cukup.
Pada lansia penderita hipertensi diperlukan pengukuran tekanan darah
yang rutin agar tekanan darahnya dapat terpantau dengan baik. Hipertensi
dapat dicegah dengan menghindari faktor penyebab terjadinya hipertensi
yaitu pengaturan pola makan, gaya hidup yang benar, menghindari kopi,
merokok dan alkohol, mengurangi konsumsi garam yang berlebihan dan
aktivitas yang cukup seperti olahraga yang teratur (Dalimartha, 2008).
Olahraga merupakan salah satu aktivitas fisik yang mudah dilakukan oleh
berbagai kalangan. Bagi lansia sendiri sangat diajurkan untuk melakukan
aktivitas fisik seperti jalan pada pagi hari untuk mengisi waktu luang.
Olahraga teratur bisa menjadi cara yang efektif untuk melancarkan
sirkulasi darah. Jalan pagi memiliki gerakan yang dinamis, mudah
dilakukan, menimbulkan rasa gembira dan semangat serta beban yang
rendah ( Giriwijoyo, 2012 ).
Aktifitas jalan kaki pagi ini membantu tubuh agar tetap bugar karena
dapat melatih tulang menjadi kuat, mendorong jantung bekerja optimal
dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran didalam
tubuh. Jalan pagi ini dapat membentuk dan mengoreksi sikap dan gerak
serta memperlambat proses degenerasi karena perubahan usia, serta
mempermudah penyesuaian kesehatan jasmani terutama kesehatan
kardiovaskuler dalam adaptasi kehidupan lanjut usia. Hipertensi sekarang
jadi masalah utama kita semua, tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia,
karena hipertensi ini merupakan salah satu pintu masuk atau factor resiko
penyakit seperti jantung, gagal ginjal, diabetes, stroke. Data Word
Organization (WHO) tahun 2015 menunjukan sekitar 1,13 miliar orang di
dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis
hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya,
di perkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena
hipertensi, dan di perkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal
akibat hipertensi dan komplikasinya ( Kemenkes RI, 2019).
Riskesdas 2018 menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk usia lebih dari 18 tahun sebesar 34, 1%,
tertinggi di Kalimantan selatan ( 44.1% ) sedangkan terendah di Papua
sebesar ( 22,2% ), sedangkan di Jawa Tengah sendiri penderita hipertensi
mencapai 12, 59% (BPS, 2017). Estimasi jumlah kasus hipertensi di
Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Hipertensi terjadi
pada kelompok usia 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%),
umur 55-64 tahun (55,2%), dapat di lihat bahwa pada orang yang terbilang
lanjut usia lebih beresiko terkena hipertensi. Dari prevalensi hipertensi
sebesar 34,1% di ketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosa hipertensi dan
13,3% orang yang terdiagnosa hipertensi tidak minum obat serta 32,3%
tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar
penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya terkena hipertensi
sehingga tidak melakukan pengobatan. Hipertensi seringkali disebut
sebagai pembunuh gelap ( silent killer ), dan masih menjadi masalah
kesehatan pada kelompok lansia karena jika tidak terkendali akan
berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Oleh sebab itu
di lakukan penelitian cara mengatasi penyakit hipertensi melalui alternatif
lain seperti penggunaan metode jalan pagi yang di pusatkan pada lansia,
terutama bagi lansia yang berda di wilayah karanganyar tepat nya di Desa
Proyogaten.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini dan berdasarkan uraian dari latar belakang
diatas maka dapat di jabarkan bahwa penerapan jalan kaki pagi terhadap
perubahan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi, di karenakan
olahraga jalan kaki di pagi hari dapat menurunkan tekanan darah rata-rata
sebanyak 3.4/0.8 mmHg pada lansia.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum :
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penerapan jalan pagi terhadap
lansia dengan hipertensi di Desa Proyogaten, Kabupaten Karanganyar,
Jawa Tengah.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui manfaat dari penerapan Jalan Kaki Pagi Bagi Lansia
Dengan resiko Hipertensi di Desa Proyogaten.
b. Menganjurkan lansia dengan resiko hipertensi untuk menerapkan
metode jalan kaki singkat di pagi hari.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu terkait dengan Keperawatan
Gerontik yang membahasa tentang penerapan jalan kaki pagi bagi lansia
dengan resiko hipertensi.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Yaitu dapat menabah pengetahuan, pemahaman dan pengalaman
tentang penerapan Metode Jalan Pagi pada Lansia dengan Hipertensi,
terkhususnya bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tujuh Belas
Surakarta.
2. Bagi Peneliti
Menambah wawasan keilmuan serta pengalaman dalam
menggambarkan pengetahuan bagi lansia serta komponen lain di
masyarakat tentang partisipasi lansia maupun keluarga dalam
mendukung penggunaan metode jalan pagi serta merupaka persyaratan
untuk menyelesaikan program pendidikan pada Diploma III
Keperawatan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tujuh Belas Surakarta.
3. Manfaat Bagi Lansia
Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan lansia tentang bentuk
partisipasinya dalam memberikan dukungan atau mendukung
penggunaan Metode Jalan Pagi bagi Lansia dengan Hipertensi.
4. Bagi Petugas Kesehatan
a) Sebagai bahan masukan kepada petugas kesehatan terkhusus
perawat dalam membantu meningkatkan dukungan lansia terhadap
penggunaan metode jalan pagi pada lansia dan jika memungkinkan
menumbuhkan kesadaran dan minat penggunaan metode jalan pagi
bagi lansia.
b) Agar petugas kesehatan khususnya perawat dapat menganjurkan
dan mengajarkan pada suami tentang dukungan yang dapat ia
berikan pada penggunaan metode jalan pagi.
c) Agar petugas kesehatan dapat memberikan pengetahuan kepada
lansia tentang pemberian pentingnya dukungan dalam
penggunaanmetode jalan pagi terhadap lansia.
5. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini juga di harapkan dapat menjadi sumber informasi dan
refrensi untuk memungkinkan peneliti selanjutnya dalam melakukan
penelitian mengenai topik-topik yang berkaitan dengan penelitian ini
serta mengembangkan ragam aktivitas fisik lainnya, baik yang bersifat
melanjutkan ataupun melengkapi.
6. Bagi Masyarakat
Metode tersebut dapat di gunakan sebagai alternative menurunkan
tekanan darah jika di lakukan secara teratur dan rutin sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup sehat.

F. Keaslian Penelitian

No Peneliti, Judul, Nama Jurnal, Metode Hasil Penelitian


Tahun Terbit. Penelitian
1 Dian Ika Puspitasari, Mujid Desain penelitian Hasil penelitian
Hannan dan Leviana Dea Chindy, pre-experiment menunjukan bahwa
Pengaruh Jalan Pagi Terhadap menggunakan one sebelum di lakukan
Perubahan Tekanan Darah Pada group pre-post jalan pagi sebagian
Lanjut Usia Dengan Hipertensi di test design, besar (60%) tekanan
Desa Kalianget Timur Kabupaten dengan teknik darah systole 140-159
Semenep, Jurnal Ners LENTERA, simple random mmHg dan tekanan
2017. sampling. darah diastole
seluruhnya
(100%)>100 mmHg.
Dan setelah di lakukan
nya jalan pagi tekanan
darah menurut
sebagian besar (55%)
2 Arista Sari, Suratini, Pengaruh Metode quasi Tingkat hipertensi
Aktivitas Fisik Jalan Pagi exsperiment, setelah di lakukan
Terhadap Tingkat Hipertensi dengan non- aktivitas fisik jalan
Lansia di Dusun Biru Trihanggo equivalent control pagi sebanyak 5
Gamping Sleman, Jurnal Unisa , grup design, responden dalam
2018. sampel dengan ketegori normal, 4
teknik purposive orang dalam kategori
sampling. pra hipertensi dan 1
responden dalam
kategori hipertensi
derajat 1.
3 Ellis Makawekes, Levi Suling, Metode survey penelitian ini
Vandri Kallo, Pengaruh Aktivitas cross sectional, mengungkapkan p-
Fisik Terhadap Tekanan Darah sampel data value = 0,000 yang
Pada Usia Lanjut 60-70 Tahun, berupa lembar kurang dari nilai
Jurnal Keperawatan (JKp), 2019. observasi aktifitas signifikan 0,005. uji
fisik, analisis data diperoleh yaitu tekanan
menggunakan uji darah sebelum aktivitas
Wilcoxon. fisik memiliki nilai
lebih kecil dari tekanan
darah sesudah aktivitas
dimana didapatkan
tekanan darah rata-rata
meningkat dari
sebelum melakukan
aktivitas yaitu 142,25
menjadi 159,81

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
Tinjauan studi sejenis yang pertama yaitu oleh Dian Ika Puspitasari,
Mujib Hannan dan Leviana Dea Chindy yang di dclakukan pada tahun 2017
dengan judul “ Pengaruh Jalan Pagi Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Pada Lanjut Usia Dengan Hipertensi di Desa Kalianget Timur Kecamatan
Kalianget Kabupaten Semenap’’. Desain penelitian pre-experiment
menggunakan one group pre-post test design, dengan teknik simple random
sampling. Populasi dalam penelitian adalah lansia dengan hipertensi di Desa
Kalianget Timur sebanyak 71 orang, sampel sebanyak 60 orang. Analisa data
menggunakan uji statistik Wilcoxon. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebelum dilakukan jalan pagi sebagian besar (65%) tekanan darah
sistole 140-159 mmHg dan tekanan darah diastole seluruhnya (100%) >100
mmHg. Kemudian sesudah dilakukan jalan pagi tekanan darah menurun,
sebagian besar (55%) tekanan darah sistole 140-159 mmHg dan hampir
seluruhnya (88,3%) tekanan darah diastole >100 mmHg. Hasil analisa data
diperoleh p= 0,000 (<0,05). Lansia dapat melakukan aktifitas ringan seperti
jalan kaki di pagi hari sebagai bentuk olahraga dalam menjaga kebugaran.
Tinjauan studi sejenis yang kedua yaitu, oleh Arista Sari dan Suratini
yang dilakukan pada tahun 2018 dengan judul penelitian “ Pengaruh
Aktivitas Fisik Jalan Pagi Terhadap Tingkat Hipertensi di Dusun Biru
Trihanggo Gamping Sleman’’. Dengan menggunakan metode penelitian
quasi eksperimen atau rancangan non equivalent control grup yaitu
penelitian yang di lakukan dengan membandingkan antar kelompok control
dan kelompok intervensi. Variable penelitian ini terdiri dari variable bebas
adalah aktivitas fisik jalan pagi, sedangkan variable terikat adalah tingkat
tekanan darah. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berusia 60-
74 tahun yang tercatat warga Dusun Biru dan aktif di kegiatan posyandu
lansia. Populasi dalam penelitian ini adalah 75 lansia, jumlah sampel yang di
gunakan sebanyak 20 orang. Responden tersebut dibagi menjadi dua
kelompok yaitu sebanyak 10 lansia kelompok intervensi dan 10 lansia
kelompok control dengan dengan metode purposive sampling. Dari hasil
penelitian tersebut menunjukan tingkat hipertensi lansia pada kelompok
control pretest menunjukan 6 orang (60%) dalam kategori hipertensi derajat
1, 2 orang (20%) dalam kategori pra hipertensi, 1 orang (10%) dalam
kategori normal. Terdapat pengaruh aktivitas fisik jalan pagi terhadap tingkat
hipertensi lansia.
Tinjauan sejenis yang ketiga yaitu oleh Ellis Makawekes, Levi Suling
dan Vandri Kallo pada tahun 2019 dengan judul penelitian “ Pengaruh
Aktifitas Fisik Terhadap Tekanan Darah Pada Usia Lanjut 60-70 Tahun’’.
Dengan menggunkan metode penelitian yaitu survey cross. Penelitian telah
di lakukan pada bulan desember 2019, populasi dalam penelitian ini semua
lansia sebanyak 316, teknik pengambilan sampel di tentukan berdasarkan
rumus penentuan secara umum, sampel yang di ambil yaitu 10% dari total
lansia 316. Jadi besar sampel yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu
sebanyak 32 responden. Instrument pada penelitian ini menggunakan alat
pengumpulan data berupa lembar observasi dan responden di minta
memberikan ceklis pada jawabana yang di pilih dan untuk tekanan darah
peneliti melakukan pengukuran tekanan darah. Hasil analisis dari penelitian
pengaruh aktivitas fisik terhadap tekanan darah sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas fisik pada usia lanjut di desa Tolorane Kec.Manganitu
dapat di lihat dari uji wilcoxom, P-Value Sig. ( 2-tailed)= 0,000. Di bagi dua
sehingga nilai P-Value Sig (1-tailed)= 0,000. Hasil tersebut menunjukan
bahwa dengan demikian dapat di simpulkan bahwa terdapat pengaruh hasil
dari tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik.

B. Landasan Teori
1. Jalan Kaki
a. Definisi Jalan Kaki
Jalan kaki adalah salah satu aktivitas fisik yang bersifat sebagai
ketahanan dan kekuatan serta merupakan salah satu latihan aerobik
paling sederhana dan teraman yang dapat kita lakukan. Jalan kaki
juga merupakan olahraga dengan risiko cedera kecil. Bila
dibandingkan dengan jogging yang membebani tubuh dengan
benturan sebesar 3-4,5 kali bobot badan, jalan kaki hanya membebani
tubuh sebesar 1,25 kali bobot badan. Berikut beberapa fakta tentang
jalan kaki: Jalan kaki selama 20 menit setiap hari akan membakar 7
pound lemak per tahun; Jalan kaki lebih lama setiap hari selama 40
menit adalah cara terbaik untuk menurunkan berat badan; Jalan kaki
cepat dari 20 sampai 25 menit adalah kondisi terbaik bagi jantung dan
paru.
Manfaat dari jalan kaki yang teratur adalah ; Meningkatkan
metabolisme sehingga tubuh membakar kalori lebih cepat, bahkan
sekalipun tengah istirahat, meningkatkan energi. Penelitian yang
dilakukan oleh Dr. Nozomi Okamoto dari Nara Medical University
School of Medicine yang dipublikasikan dalam International Journal
of Sport Medicine menjelaskan bahwa berjalan kaki selama 20 menit
sebanyak dua kali dalam sepekan di rumah sudah efektif secara
signifikan meningkatkan stamina, vitalitas, dan kesehatan fisik dan
mental. Jika jumlah langkah tiap harinya ditambah, dalam 32 minggu
kita bisa merasakan efek positif secara nyata. Sumber lain (US Dept
of Health 1996, UK Dept of Health 2000, Health Education Authority
1996) menyatakan “For general health, experts recommend
accumulating a total of 30 minutes of brisk walking on most,
preferably all days of the week”. Jadi, untuk mencapai kesehatan
umum, berjalan kakilah total 30 menit setiap hari ( dr. Danny, 2018 ).

Aktivitas fisik seperti jalan pagi adalah setiap gerakan tubuh yang
membutuhkan energi untuk mengerjakannya, seperti berjalan, menari,
mengasuh cucu, dan lain sebagainya. Sedangkan olah raga merupakan
aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur serta melibatkan gerakan
tubuh berulangulang dan bertujuan untuk meningkatkan kebugaran
jasmani (Farizati, 2002).
b. Cara jalan kaki yang baik dan benar
Postur tubuh yang baik memang memiliki pengaruh dalam
efektifitas kegiatan dan aktivitas sehari-hari, juga memiliki dampak
terhadap kesehatan. Berjalan, berdiri, dan duduk memiliki bentuk
sendiri-sendiri yang baik dalam menjaga postur tubuh.
Cara berjalan yang baik atau disarankan, diantaranya :
1) Berjalan dengan tubuh yang tegak, dan jangan membungkuk
2) Jangan berjalan sambil menunduk, sebaiknya dagu terangkat
sejajar dengan lantai, tatapan / pandangan lurus kedepan
3) Tumpuan berat badan pada kaki
4) Tarik kedua bahu sedikit ke belakang untuk juga menjaga posisi
tubuh yang tegak
5) Ayunkan lengan saat berjalan
6) Berjalan dengan melangkahkan kaki tumit dan telapak kaki
menyentuh lantai bergantian, jangan berjalan dengan menyeret
kaki
7) Jangan melangkah terlalu jauh jaraknya
8) Jangan terlalu menghentakkan kaki
9) Jarak antara kaki kiri dan kanan disesuaikan dengan lebar tulang
panggul, jangan membuka terlalu lebar

Disamping hal tersebut alas kaki juga berperan dalam menunjang


postur tubuh dan berjalan yang baik. Gunakan alas kaki yang
nyaman, lebih baik dengan permukaan yang sejajar. Penggunaan alas
kaki yang tidak nyaman dapat menimbulkan sakit pada kaki atau
telapak kaki, terlalu sering menggunakan sepatu hak tinggi juga dapat
mempengaruhi tulang belakang.
Postur tubuh yang baik dan cara berjalan yang baik ini berpengaruh
terhadap kesehatan dan postur tulang belakang tubuh seseorang. Hal-
hal yang dapat tyerjadi jika postur tubuh tidak dijaga dengan baik
yaitu :

1) Nyeri punggung
2) Tegang otot
3) Penjepitan saraf
4) Perubahan bentuk tulang belakang
c. Beberapa hal yang perlu di perhatikan saat melakukan jalan
kaki
1) Perhatikan postur tubuh dalam setiap kegiatan berdiri,  duduk,
berjalan
2) Olahraga teratur
3) Jaga berat badan ideal
4) Jangan terlalu sering membawa beban / tas yang terlalu berat
5) Jangan terlalu sering menggunakan sepatu hak tinggi
6) Gunakan alas kaki yang nyaman
2. Lanjut Usia
a. Pengertian Lanjut Usia
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia
apabila usianya 60 tahun ke atas,baik pria maupun wanita
( Maryam, 2016 ). Sedangkan Departeman kesehatan RI
menyebutkan seseorang dikatakan berusia lanjut usia dimulai dari
usia 55 tahun keatas. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) usia
lanjut dimulai dari usia 60 tahun ( Kushariyadi, 2010; Indriana,
2012; Wallnce, 2007).

C. Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia


Menurut Mujahidullah (2012) dan Wallace (2007), beberapa perubahan yang
akan terjadi pada lansia diantaranya adalah perubahan fisik, intlektual, dan
keagamaan.
1. Perubahan fisik
a. Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam tubuh akan
berubah, seperti jumlahnya yang menurun, ukuran lebuh besar sehingga
mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan proposi protein di otak,
otot, ginjal, darah dan hati beekurang.
b. Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada lansia akan
mengalami perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca indra. Pada
indra pendengaran akan terjadi gangguan pendengaran seperti
hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga. Pada indra
penglihatan akan terjadi seperti kekeruhan pada kornea, hilangnya daya
akomodasi dan menurunnya lapang pandang. Pada indra peraba akan
terjadi seperti respon terhadap nyeri menurun dan kelenjar keringat
berkurang. Pada indra pembau akan terjadinya seperti menurunnya
kekuatan otot pernafasan, sehingga kemampuan membau juga
berkurang.
c. Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunya selara
makan , seringnya terjadi konstipasi, menurunya produksi air liur
(Saliva) dan gerak peristaltic usus juga menurun.
d. Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami pengecilan
sehingga aliran darah ke ginjal menurun.
e. Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan kehilangan cairan dan
makin rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek, persendian kaku dan
tendon mengerut.
f. Sistem Kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami pompa
darah yang menurun , ukuran jantung secara kesuruhan menurun
dengan tidaknya penyakit klinis, denyut jantung menurun , katup
jantung pada lansia akan lebih tebal dan kaku akibat dari akumulasi
lipid. Tekanan darah sistolik meningkat pada lansia kerana hilangnya
distensibility arteri. Tekanan darah diastolic tetap sama atau meningkat.
1) Perubahan intelektual
Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah (2012),
akibat proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada
kemampuan otak seperti perubahan intelegenita Quantion ( IQ)
yaitu fungsi otak kanan mengalami penurunan sehingga lansia akan
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi nonverbal, pemecehan
masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah seseorang.
Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan , karena penurunan
kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk
menerima rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga
kemampuan untuk mengingat pada lansia juga menurun.
2) Perubahan keagamaan
Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada umumnya lansia
akan semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal tersebut
bersangkutan dengan keadaan lansia yang akan meninggalkan
kehidupan dunia.
2. Tugas perkembangan pada lanjut usia
Menurut Havighurst dalam Stanley (2007), tugas perkembangan adalah
tugas yang muncul pada periode tertentu dalam keidupan suatu individu.
Ada beberapa tahapan perkembangan yang terjadi pada lansia, yaitu :
a. Penyesuaikan diri kepada penurunan kesehatan dan kekuatan fisik.
b. Penyesuaian diri kepada masa pension dan hilangnya pendapatan.
c. Penyesuaaian diri kepada kematian pasangan dan orang terdekat
lainnya.
d. Pembantukan gabungan (pergelompokan) yang sesuai denganya.
e. Pemenuhan kewajiban social dan kewarganegaraan.
f. Pembentukan kepuasan pengaturan dalam kehidupan.
3. Konsep Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole
mengalami kenaikan yang melebihi batas normal yaitu tekanan darah
systole > 140mmHg dan diatole . 90 mmHg. Hipertensi atau tekanan
darah tinggi adalah suatu penyakit salah satu resiko tinggi yang bisa
menjadi penyakit jantung, stroke dan gagal ginjal ( Muwarni, 2011
;Zhao, 2013). Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan
memperhatikan usia dan jenis kelamin ( Soeparman dalam buku
Udjianti, 2010).
1) Pria berusia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan
darah pada waktu berbaring lebih dari 120/90 mmHg.
2) Pria berusia 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya
lebih dari 145/95 mmHg.
3) Wanita, hipertensi bila tekanan darah lebih dari 150/95 mmHg
b. Klasifikasi Hipertensi
Berikut adalah klasifikasi hipertensi (Potter, et al, 2009):
Table 1.1 Klasifikasi Hipertensi

Batas Tekanan Darah (mmHg) Ketegori


Diastolic
< 80 Tekanan Darah Normal
80-89 Prehipertensi
90-99 Hipertensi stage 1
≥100 Hipertensi stage 2
Sistolik
≤120 Tekanan Darah Normal
120-139 Prehipertensi
140-159 Hipertensi stage 1
≥160 Hipertensi stage 2

c. Macam-macam Hipertensi
Hipertensi dapat terbagi menjadi dua golongan
1) Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer
Sekitar 95% kasus hipertensi primer atau esensial merupakan
hipertensi yang sampai saat ini masih belum diketahui
penyebabnya secara pasti ( Rudianto, 2013).
2) Hipertensi Sekunder
Pada sekitar 5% kasus hipertensi sekunder adalah hipertensi yang
disebabkan oleh penyakit lain seperti diabetes, kerusakan
vaskuler, kerusakan ginjal dan lain-lain (Rudianto, 2013).
d. Tanda dan Gejala Hipertensi
Menurut Udjianti (2010) tanda dan gejala hipertensi yang sering
terjadi adalah:
1) Sakit kepala( rasa berat di tengkuk)
2) Kelelahan
3) Keringat berlebihan
4) Tremor otot
5) Mual, muntah

Adapun menurut Sustrani,et al (2004), bahawa tanda dan gejala


hipertensi antara lain:

1) Sakit kepala
2) Jantung berdebar-debar
3) Sulit bernafas setelah bekerja keras
4) Mudah lelah
5) Penglihatan kabur
6) Dunia terasa berputar (vertigo)
7) Hidung berdarah
8) Wajah memarah

e. Faktor penyebab mempengaruhi hipertensi


2) Diit
3) Merokok
4) Kegiatan fisik (gaya hidup)
5) Obesitas
6) Stress
7) Umur
8) Genetis
9) Ras atau suku
10) Pekerjaan
11) Jenis kelamin
f. Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan Hipertensi
1) Gaya hidup
Kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan kandungan garam
yang tinggi memicu naiknya tekanan darah (Martuti, 2009).
2) Stress
Realitas kehidupan setiap hari yang tidak bisa dihindari, stress
atau ketegaan emosional dapat mempengaruhi system
kardiovaskuler, khusus hipertensi, stress dianggap sebagai faktor
psikologis yang dapat meningkatkan tekanan darah (Marliani,
2007).
3) Merokok
Pada sistem kardiovaskuler, rokok menyebabkan peningkatan
tekanan darah. Merokok juga mengakibatkan dinding pembuluh
darah menebal secara bertahap yang dapat menyulitkan jantung
untuk memompa darah. Kerja jantung yamg lebih berat tentu
dapat meningkatkan tekanan darah (Marliani, 2007).
g. Pencegahan Hipertensi Menurut Febry, et al (2013), pencegahan
terjadi hipertensi meliputi :
1) Mengurangi konsumsi garam . kebutuhan garam per hari yaitu 5
gr ( 1 dst).
2) Mencegah kegemukan
3) Membatsi konsumsi lemak
4) Olah raga teratur
5) Makan buah dan sayuran segar
6) Hindari merokok dan tidak minum alcohol
7) Latihan relaksasi/ meditasi
8) Berusaha membina hidup yang positif
h. Pengobatan Hipertensi Menurut Rudianto (2013) pengobatan
hipertensi dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1) Pengobatan Non Farmakologi diantaranya:
a) Diit rendah garam/ kolesteral/ lemak jenuh.
b) Mengurangi asupan garam kedalam tubuh
c) Ciptakan keadaan rileks
d) Melakukan olah raga seperti senam aerobic atau jalan cepat
selama 30-45 sebanyak 3-4 kali seminggu.
e) Berhenti merokok dan Alkohol
i. Pengobatan dalam Farmakologi
Terdapat banyak jenis obat antihipertensi saat ini. Untuk pemilihan
obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter diantaranya ( dr.
Rizki Tamin, 2020) :
Pada beberapa kasus, penderita hipertensi harus mengonsumsi obat
penurun tekanan darah untuk seumur hidup. Akan tetapi, dokter dapat
menurunkan dosis atau menghentikan pengobatan jika tekanan darah
pasien sudah terkendali melalui perubahan gaya hidup. Dokter akan
meresepkan obat antihipertensi pada pasien yang tekanan darahnya
lebih dari 140/90 mmHg dan berisiko terserang komplikasi.
Beberapa jenis obat yang sering digunakan untuk menangani
hipertensi adalah:
1. Diuretik, seperti hydrochlorothiazide
2. Antagonis kalsium, seperti amlodipine dan nifedipine
3. Penghambat Beta, seperti atenolol dan bisoprolol
4. ACE inhibitor, seperti captopril dan ramipril
5. Diuretik hemat kalium, seperti spironolactone
6. Angiotensin-2 receptor blocker (ARB), seperti losartan
dan valsartan
7. Penghambat renin, seperti aliskiren
8. Vasodilator, seperti minoxidil
Penting bagi pasien untuk mengonsumsi obat di atas dalam dosis yang
sudah ditentukan dan memberitahu dokter jika ada efek samping yang
muncul.

D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara
logis beberapa faktor yang di anggap penting untuk masalah (Hidayat,
2009 ). Yaitu mengenai penerapan metode jalan kaki pagi bagi lanjut usia
dengan hipertensi.

Faktor yang Aktivitas fisik Ruang


mempengaruhi
aktivitas fisik : 1. Indeks pekerjaan
2. Indeks olah raga Sedang
1. Umur 3. Indeks waktu luang
2. Jenis kelamin
3. Pola makan Berat
4. Penyakit /
kelainan pada
tubuh

Faktor penyebab Normal


hipertensi :
Kejadian
1. Daya tahan Ringan
hipertensi pada
tubuh terhadap lansia
penyakit
Sedang
2. Genetis
3. Umur
4. Jenis kelamian Berat
5. Pola makan Penerapan metode jalan
Keterangan :
6. Pekerjaan kaki pagi bagi lansia
7. Ras atau suku
= Variabel yang di teliti

= Variabel yang tidak di teliti

E. Kerangka Teori
Berdasarkan tunjauan pustaka dan tujuan yang telah di kemukakan
sebelumnya maka kerangka teori dalam penelitian “ Penerapan Metode
Jalan Kaki Pagi bagi Lansia dengan Hipertensi yang berada di Desa
Proyogaten” , dapat di gambarkan sebagai berikut :

Penerapan metode
jalan kaki pagi bagi Hipertensi
lansia

F. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
( Arikunto, 2010 ).
Dari kajian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini dapat di rumuskan
sebagai berikut :
H0 : Tidak ada hubungan aktivitas fisik yaitu penerapan metode jalan
pagi dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa Proyogaten.
H1 : Ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada Lansia
di Desa Proyogaten.
G. Pertanyaan Peneliti
Adapun pertanyaan yang akan peneliti ajukan yaitu :
2) Apa manfaat dari penerapan Metode Jalan Kaki Pagi bagi Lansia dengan
Hipertensi di Desa Proyogaten.
3) Bagaimana cara menerapkan Metode Jalan Kaki Pagi bagi Lansia dengan
Hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai