Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KESEHATAN MENTAL II

“STRES, DEPRESI, SEBAB DAN AKIBAT SERTA PENANGGULANGANNYA ”


Dosen Pengampu: Dr. Zainun, M.A

Disusun Oleh: BPI-A/VI

Kelompok 4

Anisa Sukma Br. Sitepu 0102201043

Irma Nadiera Yvonne 0102201037

Muhammad Fajaruddin 0102201067

Nur Febriyani 0102201027

Rahmania Isnani Rangkuti 0102201029

Syapitri 0102201004

Yasmin Izzatunnisa 0102201015

JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan Ridha, Rahmat,
Taufiq serta bimbingan-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, Nabi besar
yang diutus sebagai rahmat bagi sekian alam, semoga pula shalawat dan salam-Nya terlimpah
ruahkan kepada segenap keluarga dan dan para sahabatnya serta seluruh umatnya yang
berketetapan mengikuti tuntutannya hingga akhir zaman.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas kelompok yang telah
diperintahkan. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kelemahan dan kekurangan serta jauh dari kesempurnaan disebabkan masih terbatasnya
kemampuan penalaran kami. Dengan bantuan dan dukungan dari anggota kelompok tugas ini
dapat diselesaikan dengan baik. Semoga Allah selalu merhidhai usaha kami untuk
kesempurnaan tugas makalah kelompok ini. Aamiin Yaa Rabbal Alamin.

Medan, 28 Maret 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN.........................................................................................................................iv
A. Latar Belakang..................................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................iv
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................................iv
BAB II.............................................................................................................................................v
PEMBAHASAN.............................................................................................................................v
A. Pengertian Stres..................................................................................................................v
B. Pengertian Depresi............................................................................................................vi
C. Reaksi Tubuh Apabila Mengalami Stres.........................................................................ix
D. Upaya Meningkatkan Kekebalan Terhadap Stres.........................................................xi
E. Terapi Penanggulangan Stres dan Depresi....................................................................xii
BAB III.......................................................................................................................................xvii
PENUTUP..................................................................................................................................xvii
A. Kesimpulan.....................................................................................................................xvii
B. Saran................................................................................................................................xvii
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................xviii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk paling mulia dan unik dibandingkan dengan ciptaan Tuhan
lainnya. Oleh karena manusia dianugerahi berbagai potensi yaitu berupa jiwa, akal, jasad
dan ruh. Keempat aspek tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya atau dengan istilah
lain manusia itu memiliki sisi luar dan sisi dalam. Yang menjadi persoalan di bidang
psikologi adalah lebih menitikberatkan pada aspek sisi dalam atau jiwa. Kesehatan mental
yang merupakan salah satu sub disiplin psikologi lebih mengkhususkan kajiannya terhadap
kesehatan mental jiwa.
Wacana tentang menyangkut stres, depresi dan cemas belum banyak dikaji, namun
dalam perkembangannya, sebenarnya pembahasan ini ada yang mirip tetapi berbeda
pembahasan. Namun penulis masih menganggap penting kajian ini dengan melihat aspek-
aspek lain yang berbeda, yakni nuansa keagamaan Islam. Hal ini penting karena ternyata
dalam teks-teks suci keagamaan banyak dijumpai petunjuk menanggulangi persoalan
kejiwaan. Maka dalam rangka mengkonstruksi dan mendeskripsikan menyangkut stres,
depresi dan cemas, maka metode yang dipakai dalam hal ini adalah ‘teknik analisis’ 1 dan
pemaparan ‘argumentatif’.
Tujuan yang ingin dicapai dan manfaat yang diharapkan dalam pembahasan ini adalah
untuk mengetahui sebenarnya bagaimana posisi stres, depresi, dan cemas dalam kehidupan
manusia yang dihubungkan dengan pendidikan. Tulisan ini diharapkan menjadi suatu bahan
informasi dan masukan bagi khazanah pengembangan keilmuan, khususnya dalam bidang
pemikiran modern Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Stres ?
2. Apa pengertian Depresi ?
3. Bagaimana reaksi tubuh apabila mengalami stres ?
4. Bagaimana upaya meningkatakan kekebalan terhadap stres ?
5. Bagaimana penanggulangan stres dan depresi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Stres.
2. Untuk mengetahui pengertian Depresi.
3. Untuk mengetahui reaksi tubuh apabila mengalami stres.
4. Untuk mengetahui upaya meningkatakan kekebalan terhadap stres.
5. Untuk mengetahui penanggulangan stres dan depresi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Stres

Istilah stress dan depresi seringkali tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Setiap
permasalahan kehidupan yang menimpa pada diri seseorang (disebut Stresor Psikososial)
dapat mengakibatkan gangguan fungsi organ tubuh. Reaksi tubuh (fisik) ini dinamakan
stres, dan memaksa fungsi organ-organ tubuh itu sampai terganggu dinamakan Distress.
Secara bahasa stres berarti tekanan dalam hal ini mempengaruhi kejiwaan. Menurut Hans
Sely, seorang ahli fisiologi dan tokoh di bidang stres yang terkemuka dari Universitas
Montreal, merumuskan bahwa stres adalah tanggapan tubuh yang sifatnya non-spesifik
terhadap tuntutan atasnya. Bilamana tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka
dinamakan distres. Tubuh akan berusaha menyelaraskan rangsangan atau stres itu dalam
bentuk penyesuaian diri. Dalam banyak hal manusia cukup cepat untuk pulih kembali dari
pengaruh stres. Manusia mempunyai suplai yang baik dan energi penyesuaian diri untuk
dipakai dan diisi kembali.1

Stres adalah tanggapan atau reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan atau beban
atasnya yang bersifat nonspesifik. Namun, di samping itu stres dapat juga merupakan faktor
pencetus, penyebab sekaligus akibat dari suatu gangguan atau penyakit. Faktor psikososial
cukup berarti bagi terjadinya stres pada seseorang. Manakala tuntutan pada seseorang
melampaui kemampuannya, maka keadaan demikian disebut stres. Stres dalam kehidupan
adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Masalahnya adalah bagaimana manusia hidup
dengan stres tanpa harus mengalami distres.

Stress merupakan suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian antara


situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial individu.
Stress adalah sebagai persepsi dari kesenjangan antara tuntutan lingkungan dan kemampuan
individu untuk memenuhinya. Stres merupakan respon individu terhadap keadaan atau
kejadian yang memicu stres (stresor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan
seseorang untuk menanganinya (coping). Robbins (2001) menyatakan bahwa stres

1
Dadang Hawari, Al-Qur`an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Jakarta: PT. Dana Bakti Primayasa,
1996), h. 4445
merupakan suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai sesuatu
kesempatan di mana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang.
Weinberg dan Gould (2003) mendefinisikan stres sebagai “a substantial imbalance between
demand (physical and psychological) and response capability, under condition where
failure to meet that demand has importance concequences”. Artinya, ada
ketidakseimbangan antara tuntutan (fisik dan psikis) dan kemampuan memenuhinya. Gagal
dalam memenuhi kebutuhan tersebut akan berdampak krusial.2

Stress merupakan fenomena yang pasti dialami oleh semua manusia. Dalam ilmu
psikologi, stress adalah perasaan tertekan dan ketegangan mental. Tingkat stress yang
rendah mungkin diinginkan, bermanfaat, dan bahkan sehat. Stress, dapat menimbulkan
dampak positif, yaitu dapat meningkatkan fasilitasi kinerja. Stress yang positif dianggap
sebagai faktor penting untuk motivasi, adaptasi, dan melakukan reaksi terhadap lingkungan
sekitar. Namun, tingkat stressnya tinggi dapat mengakibatkan masalah biologis, psikologis,
dan sosial dan bahkan bahaya serius bagi seseorang. Stress dapat berasal dari faktor
eksternal yang bersumber pada lingkungan, atau disebabkan oleh persepsi internal individu.
Stres adalah respons individu terhadap perubahan dalam situasi atau situasi yang
mengancam. Ini dapat dilihat sebagai reaksi pribadi terhadap peristiwa / permintaan
eksternal seperti menulis ujian atau kondisi pikiran internal seperti mengkhawatirkan ujian.
Fakta yang menarik adalah bahwa stres cenderung meningkat dengan saat tidak mampu
mengatasi situasi yang tidak menyenangkan yang dihadapi oleh seseorang. Bagi kebanyakan
orang, stres dipandang sebagai konsep negatif. Namun, stres dapat memacu kita untuk
mencapai yang terbaik. Misalnya, atlet sering memecahkan rekor dunia di bawah tekanan
dan tekanan Olimpiade. Jumlah stres yangmoderat membantu memotivasi kita untuk
menulis makalah atau mempersiapkan ujian, dan dalam hal ini, stress merupakan hal yang
positif. Oleh karena itu, sejumlah stres diinginkan oleh orang, tetapi terlalu banyak stress
juga akan merugikan.3

Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa Stress adalah respons organisme untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan yang berlangsung. Tuntutan tersebut dapat
berupa hal-hal yang faktual terjadi, atau hal-hal baru yang mungkin akan terjadi, tetapi
dipersepsi secara aktual. Apabila kondisi tersebut tidak teratasi dengan baik maka terjadilah
gangguan pada satu atau lebih organ tubuh yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak
dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik.4

B. Pengertian Depresi

2
Mufadhal Barseli, Ifdil Ifdil, dan Linda Fitria, “Stress akademik akibat Covid-19,” JPGI (Jurnal Penelitian Guru
Indonesia) 5, no. 2 (2020): 95.
3
Lina Nur dan Hidayati Mugi, “Tinjauan literatur mengenai stres dalam organisasi,” Jurnal Ilmu Manajemen 18, no.
1 (2021): 20–30, https://journal.uny.ac.id/index.php/jim/article/view/39339/15281.
4
Barseli, Ifdil, dan Fitria, “Stress akademik akibat Covid-19.”
Salah satu bentuk stres yang dapat menimbulkan gangguan kejiwaan kecuali
kecemasan (ansietas) adalah juga yang dinamakan depresi. Depresi adalah salah satu bentuk
gangguan kejiwaan pada alam perasaan, yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,
ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa, dan lain sebagainya. Menurut
Prof Dr. Mustafa Fahmi, orang yang terserang gejala depresi mengalami rasa cemas, tidak
percaya diri, menyendiri dan sempit lapangan perhatian. 5Depresi merupakan masalah
kesehatan jiwa yang utama dewasa ini. Hal ini amat penting karena orang dengan depresi
akan menurun produktivitasnya dan akibatnya amat buruk bagi suatu masyarakat atau
negara yang sedang membangun. Depresi adalah penyebab utama tindakan bunuh diri, dan
tindakan ini menduduki urutan ke-6 dari penyebab kematian di Amerika Serikat.6

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Keilholz dan Poldinger menunjukkan bahwa
10% dari pasien yang berobat pada dokter adalah pasien depresi, dan separuhnya merupakan
depresi terselubung. Penelitian lain yang dilakukan Klinik Psikiatri Universitas Basle
terdapat angka 18%. Sehubungan dengan hal tersebut, Sartorius memperkirakan 100 juta
penduduk dunia mengalami depresi. Angka ini semakin bertambah untuk masa mendatang
yang disebabkan antara lain: usia harapan hidup semakin bertambah, stresor sosial semakin
berat, berbagai penyakit kronik semakin bertambah, kehidupan beragama semakin
ditinggalkan (masyarakat sekuler).

Adapun ciri-ciri kepribadian depresif sebagai berikut, yaitu pemurung, sukar untuk
senang, atau sukar untuk bahagia, pesimis menghadapi masa depan, memandang diri rendah,
mudah merasa bersalah, mudah mengalah, enggan bicara, mudah merasa haru, sedih dan
menangis, gerakan lamban, lemah lesu, seringkali mengeluh sakit, mudah tegang, agitatif,
gelisah, serba cemas, mudah tersinggung, merasa tidak mampu, merasa tidak berguna dan
lain sebagainya.7

Depresi bagi orang awam diartikan sebagai keadaan emosi atau perasaan sedih, susah,
murung, ataupun tidak bahagia dan kehilangan semangat untuk hidup. Dalam pengertian
ilmiah, depresi diartikan sebagai suatu keadaan emosi yang mempunyai karakteristik seperti
perasaan sedih, perasaan gagal dan tidak berharga, dan menarik diri dari orang lain ataupun
lingkungan. Depresi mengganggu suasana hati atau semangat, cara berfikir, fungsi tubuh dan
mengganggu perilaku. Davidson G Neale (2002) menjelaskan depresi sebagai suatu keadaan
emosi yang ditandai dengan kesedihan yang sangat, perasaan tidak berharga dan perasaan
bersalah, menarik diri dari orang lain, susah tidur, kehilangan nafsu makan, kehilangan
keinginan terhadap seksual dan kehilangan minat dan kesenangan terhadap aktivitas sehari-
hari. Depresi merupakan gangguan yang seringkali tidak disadari baik oleh penderita
maupun orang-orang di sekitarnya, mengutip dari Jaka Arya Pradana (2016) dikatakan
depresi disebut juga sebagai gangguan yang tak terlihat atau invisible disease. Berbeda
dengan gangguan lain seprti flue, penderita pasti sadar bahwa ia terkena flue, penderita
5
Musthafa Fahmi, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga Sekolah dan Masyarakat, alih bahasa oleh Zakiah Daradjat
(Jakarta: Bulan Bintang, 1977), Jilid 3, h. 35.
6
Dadang Hawari, Al-Qur`an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, h. 56.
7
Dadang Hawari, Al-Qur`an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, h. 5758.
depresi sering kali tidak sadar ada masalah. Bahkan banyak orang yang sering menganggap
gangguan depresi adalah masalah yang berkaitan dengan keimanan seseorang saja dan tidak
dianggap sebagai gangguan psikologis yang memerlukan pertolongan profesional dalam
bidang terssebut.8
Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang
amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah (menarik diri, tidak dapat tidur, kehilangan
selera, minat dalam aktivitas sehari-hari), dalam Gerald C. Davison 2004. Menurut Rice PL
(1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai
seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya
mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.
Menurut Iyus Yosep (2007), depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam
perasaan (afektif, mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah
hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak
berguna dan putus asa. 9

Ciri–ciri dan Gejala– gejala Depresi Pada umumnya, individu yang mengalami depresi
menunjukkan gejala psikis, fisik dan sosial yang khas. Beberapa orang memperlihatkan
gejala yang minim, beberapa orang lainnya lebih banyak. Tinggi rendahnya gejala bervariasi
dari waktu ke waktu. Menurut Institut Kesehatan Jiwa Amerika Serikat (NIMH) dan
Diagnostic and Statistical manual IV – Text Revision (DSM IV - TR) (American Psychiatric
Association, 2000). Kriteria depresi dapat ditegakkan apabila sedikitnya 5 dari gejala
dibawah ini telah ditemukan dalam jangka waktu 2 minggu yang sama dan merupakan satu
perubahan pola fungsi dari sebelumnya. Gejala dan tanda umum depresi adalah sebagai
berikut 10 :

a. Gejala Fisik
1. Gangguan pola tidur; Sulit tidur (insomnia) atau tidur berlebihan (hipersomnia).
2. Menurunnya tingkat aktivitas, misalnya kehilangan minat, kesenangan atas hobi atau
aktivitas yang sebelumnya disukai.
3. Sulit makan atau makan berlebihan (bisa menjadi kurus atau kegemukan)
4. Gejala penyakit fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala, masalah pencernaan
(diare, sulit BAB dll), sakit lambung dan nyeri kronis
5. Terkadang merasa berat di tangan dan kaki

b. Gejala Psikis
1. Rasa sedih, cemas, atau hampa yang terus – menerus.
2. Rasa putus asa dan pesimis
8
Wandansari Sulistyorini dan Muslim Sabarisman, “Depresi : Suatu Tinjauan Psikologis,” Sosio Informa 3, no. 2
(2017): 153–164.
9
Aries Dirgayunita, “Depresi: Ciri, Penyebab dan Penangannya,” Journal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi 1,
no. 1 (2016): 1–14.
10
Ibid.
3. Rasa bersalah, tidak berharga, rasa terbebani dan tidak berdaya/tidak berguna.
4. Tidak tenang dan gampang tersinggung.
5. Berpikir ingin mati atau bunuh diri.
6. Sensitive.
7. Kehilangan rasa percaya diri.

c. Gejala Sosial
1. Menurunnya aktivitas dan minat sehari-hari (menarik diri, menyendiri, malas).
2. Tidak ada motivasi untuk melakukan apapun.
3. Hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan untuk bunuh diri.

C. Reaksi Tubuh Apabila Mengalami Stres

Saat mengalami stres, seseorang akan memiliki dua respons alami pada tubuh. Dua
respons tersebut dinamakan dengan fight dan flight. Respons seseorang terhadap stres itu
adalah fight atau flight. Jadi mau menghadapi stres tersebut (fight) atau justru menghindari
(flight). Saat seseorang mengalami stres, semua sistem dalam tubuh akan memberikan
respons. Sinyal tersebut kemudian ditangkap oleh hipotalamus yang menghasilkan hormon
adrenokortikotropik, yang akan mengeluarkan hormon adrenalin dan kortisol.

Hormon adrenalin dan kortisol itu yang akan meningkatkan detak jantung, melebarkan
bronkodilatasi. Apabila seseorang bisa beradaptasi, maka orang akan baik-baik saja. Tetapi
kalau hal ini terjadi terus-menerus, maka akan mengalami gejala gangguan secara fisik.
Terdapat tiga istilah berbeda terkait cara sistem respons stres dapat mempengaruhi tubuh.
Tiga respons tersebut adalah positive, tolerable, dan toxic. Berikut ketiga perbedaannya
yaitu:
1. Positive. Misalnya, Jika seseorang mengalami stres, ada peningkatan denyut jantung
dan sedikit peningkatan kadar hormon stres, itu masih suatu hal yang sifatnya positif
dan merupakan stres yang sehat. Biasanya dialami dalam jangka waktu yang pendek.
2. Tolerable. Sedangkan pada tahap tolerable, seseorang berada pada kondisi stres yang
serius dan memiliki respons sementara. Hal tersebut dibantu oleh peran lingkungan
dan hubungan yang mendukung.Sehingga seseorang masih bisa menghadapi stres
tersebut.
3. Toxic. Namun jika stres yang dialami terjadi dalam jangka waktu panjang, ditambah
dengan tidak adanya hubungan dan lingkungan yang mendukung, maka respons stres
tersebut masuk dalam kategori toxic. Hal ini bisa mengakibatkan stres yang
mempengaruhi kesehatan baik secara fisik maupun mental. Kalau terus-menerus dan
dipicu oleh berbagai sumber, hal ini bisa berdampak selama seumur hidup.

Stressor dapat berwujud atau berbentuk fisik, seperti interaksi sosial, Pikiran ataupun
perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun
imajinasi dapat juga menjadi stresor.
a. Aspek Biologis
Walter Canon (dalam Sarafino, 1994) memberikan deskripsi mengenai bagaimana
reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa yang mengancam. Ia menyebut reaksi tersebut
sebagai fight-or-flight response karena respon fisiologis mempersiapkan individu
untuk menghadapi atau menghindari situasi yang mengancam tersebut. Fight-or-flight
response menyebabkan individu dapat berespon dengan cepat terhadap situasi yang
mengancam. Akan tetapi bila arousal yang tinggi terus menerus muncul dapat
membahayakan kesehatan individu. Selye (Sarafino, 1994) mempelajari akibat yang
diperoleh bila stresor terus menerus muncul. Ia kemudian mengemukakan istilah
General Adaptation Syndrome (GAS) yang terdiri dari rangkaian tahapan reaksi
fisiologis terhadap stressor:
1. Alarm Reaction .Tahapan pertama ini mirip dengan fight-or-flight response. Pada
tahap ini arousal yang terjadi pada tubuh organisme berada di bawah normal yang
untuk selanjutnya meningkat diatas normal. Pada akhir tahapan ini, tubuh
melindungi organisme terhadap stresor. Tapi tubuh tidak dapat mempertahankan
intesitas arousal dari alarm reaction dalam waktu yang sangat lama.
2. Stage of Resistance. Arousal masih tinggi, tubuh masih terus bertahan untuk
melawan dan beradaptasi dengan stresor. Respon fisiologis menurun, tetapi masih
tetap lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi normal.
3. Stage of Exhaustion. Respon fisiologis masih terus berlangsung. Hal ini dapat
melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menguras energi tubuh. Sehingga terjadi
kelelahan pada tubuh. Stresor yang terus terjadi akan mengakibatkan penyakit dan
kerusakan fisiologis dan dapat menyebabkan kematian.

b. Aspek Psikologis

1. Kognisi. Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktivitas kognitif.
Stresor berupa kebisingan dapat menyebabkan defisit kognitif pada anak-anak.
Kognisi juga dapat berpengaruh dalam stres. Baum mengatakan bahwa individu
yang terus menerus memikirkan stresor dapat menimbulkan stres yang lebih parah
terhadap stresor.
2. Emosi. Emosi cenderung terkait dengan stres. Individu sering menggunakan
keadaan emosionalnya untuk mengevaluasi stres. Proses penilaian kognitif dapat
mempengaruhi stres dan pengalaman emosional. Reaksi emosional terhadap stres
yaitu rasa takut, phobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih, dan rasa marah.
3. Perilaku Sosial . Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain.
Individu dapat berperilaku menjadi positif maupun negatif. Bencana alam dapat
membuat individu berperilaku lebih kooperatif, dalam situasi lain, individu dapat
mengembangkan sikap bermusuhan. Stres yang diikuti dengan rasa marah
menyababkan perilaku sosial negatif cenderung meningkat sehingga dapat
menimbulkan perilaku agresif. Stres juga dapat mempengaruhi perilaku
membantu pada individu.

D. Upaya Meningkatkan Kekebalan Terhadap Stres

Depresi dan stress yang dibiarkan berlarut membebani pikiran, dapat mengganggu
system kekebalan tubuh. Apabila kita berada dalam emosi yang negatif seperti rasa sedih,
benci, putus asa, iri, kecemasan, dan kurang bersyukur maka sistem kekebalan kita menjadi
lemah. Upaya-upaya peningkatan kekebalan terhadap stres merupakan pencegahan agar
seseorang tidak jatuh dalam keadaan stres, maka sebaiknya upaya peningkatan kekebalan
stres perlu ditingkatkan agar mampu menanggulangi stressor psikososial yang muncul
dengan cara hidup yang teratur, serasi, selaras dan seimbang antara dirinya dengan Tuhan
(vertikal), sedangkan secara horisontal antara dirinya dengan sesama orang lain dan
lingkungannya11.

Untuk mengurangi dampak stres yang dirasakan mahasiswa, hendaknya setiap


mahasiswa mempunyai upaya-upaya peningkatan kebebalan terhadap stres yang tepat
khususnya pergaulan dan waktu. Pergaulan berguna untuk mencurahkan segala
permasalahan yang dihadapi mahasiswa sehingga dapat mengurangi beban masalah atau
stres yang dirasakan. Waktu berguna untuk membantu mahasiswa dalam mengatur waktu
untuk setiap kegiatan yang akan dilakukan sehingga dapat menjadi lebih terencana dan
terarah. Dengan waktu yang baik dapat meningkatkan daya tahan dan kebebalan fisik serta
mental mahasiswa sehingga dapat mengurangi stres yang dirasakan mahasiswa. Hal ini
didukung oleh pergaulan dan waktu. stres juga bisa diatasi dari lingkungannya misalnya
bimbingan konseling yang diberikan oleh akademik terhadap mahasiswa yang mengalami
masalah besar yang terkait dengan masalah individu maupun masalah perkuliahan. Selain
bimbingan konseling, pendidikan hendaknya mengadakan kegiatan ekstra kurikuler untuk
mengalihkan perhatian dan konsentrasi mahasiswa karena jenuh dengan jadwal
perkuliahan12.

Secara teori, untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental,
maka pengaturan waktu dalam kehidupan sehari-hari baik di asrma, di kampus atau luar
kampus, dan dalam pergaulan sosial menjadi amat penting. Bagi orang Barat betapa
pentingnya waktu sampai-sampai ada ungkapan “time is money” yang artinya waktu adalah
uang. Sehubungan dengan hal tersebut di atas seseorang hendaknya dapat mengatur waktu
kehidupan secara efektif dan efisien. Jangan biarkan waktu berlalu begitu saja tanpa
produktivitas, sebaliknya jangan pula kekurangan waktu untuk mengerjakan suatu tugas
yang diberikan oleh dosen.

Oleh karena itu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen hendaknya
11
HAWARI, Dadang. Manajemen stress, cemas dan depresi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001.
12
Astuti, Vitaria Wahyu. "UPAYA PENINGKATAN KEKEBALAN TERHADAP STRES MAHASISWA TINGKAT I PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN S1 DALAM MENGHADAPI PENDIDIKAN." Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Publikasi Ilmiah. 2017.
segera dilakukan jangan ditunda-tunda sampai menumpuk dan terdesak (“kepepet”) waktu
atau dikejarkejar “deadline” (batas waktu). Seseorang hendaknya pandai dan bijak dalam
mengatur waktu untuk belajar, tidur, olah raga, makan-minum, dan yang lebih penting serta
tidak boleh dilupakan adalah waktu untuk menjalankan ibadah.

Firman Allah surat al-Baqarah ayat 153: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Tantangan dan perjuangan hidup yang berat dan kompleks, perubahan nilai moral dan etika
pada gilirannya dapat mengakibatkan ketegangan stres. Stres adalah bagian dari kehidupan
yang tak dapat dihindari, oleh karena itu yang harus dilakukan adalah mengatur hidup agar
stres tidak menimbulkan reaksi yang disebut distres, yaitu kepatologian yang disertai
keluhan fisik atau psikis. Beberapa petunjuk untuk meningkatkan kekebalan terhadap
berbagai problema kehidupan sehari-hari menurut Dadang Hawari sebagai berikut:13

1. Makanan; makanlah secara teratur, usahakan jangan sampai terlambat. Makanan


dingin dan monoton dapat menurunkan daya tahan.
2. Tidur; tidur obat alamiah yang dapat memulihkan keletihan fisik dan mental. Atur
jadwal tidur anda secara teratur. Usahakan tidur 78 jam semalam. Paling tidak
empat malam dalam seminggu harus dapat tidur rata-rata 78 jam semalam.
Usahakan jangan sampai bangun tidur sesudah matahari terbit. Bangunlah sebelum
siang kirakira jam 5 pagi diikuti olah raga. Tetapi menurut penulis tentu terlebih
dahulu melaksanakan shalat bagi umat Islam.
3. Olah raga; tidak perlu yang mahal-mahal, bahkan tanpa biaya sekalipun, misalnya
lari-lari pagi, jalan-jalan pagi atau senam dan lain-lain. Usahakan dua kali seminggu
gerak badan hingga berkeringat, bila selesai mandi dengan air hangat.
4. Rokok; yang terbaik tidak merokok. Kalau merokok jangan lebih dari 10 batang
sehari. Bila merokok lebih banyak maka daya tahan atau kekebalan anda terhadap
stres akan jauh merosot, dan berisiko tinggi mengalami kanker paru-paru dan
penyakit jantung koroner.
5. Minuman keras; tidak peduli berapa kadar alkohol yang dikandungnya. Alkohol
dapat mempengaruhi daya pikir dan emosi, bahkan gangguan kronis pada lever.
6. Agama; dalam memeluk suatu agama, hendaknya tidak saja secara formal
memeluknya, tetapi hendaknya menghayati dan mengamalkannya, sehingga terasa
pengaruh kekuatan dan ketenangan. Usahakan setiap hari dapat menyempatkan
waktu untuk mencari ketenangan dari shalat, atau berdoa memohon ampunan dan
petunjuk Allah Swt.

E. Terapi Penanggulangan Stres dan Depresi

Dalam keyakinan umat Islam bahwa setiap gangguan dan penyakit kejiwaan atau

13
Dadang Hawari, Al-Qur`an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, h. 7982.
apapun namanya yang menyusahkan kehidupan manusia pasti ada obat dan jalan keluarnya.
Firman Allah Swt dalam Qur`an surat Yūnus ayat 67: “Hai manusia, sesungguhnya telah
datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” Selain itu,
Allah juga berfirman dalam Qur`an surat al-Ra’d ayat 28: “(yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.”
Dalam psikiatri dikenal bentuk terapi yang disebut ‘Terapi Holistik’. Dalam Terapi
Holistik dimaksudkan bentuk terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan ditujukan
hanya kepada bentuk gangguan jiwanya saja, melainkan juga mencakup aspek lain, sehingga
pasien diobati secara menyeluruh baik dari segi organ biologis, psikologis, psikososoial,
maupun spiritualnya atau dengan kata lain terapi holistik adalah bentuk terapi yang
memandang pasien secara menyeluruh (manusia yang utuh).
Menurut Dadang Hawari, dalam hal terapi pada gangguan stres, kecemasan dan
depresi dapat diberikan terapi sebagai berikut: (1) psikoterapi psikiatri, (2) psikoterapi
keagamaan, (3) psikoparma, (4) terapi somatik, (5) terapi relaksasi, (6) terapi perilaku. Yang
ideal adalah dengan jalan memberikan bentuk-bentuk terapi tersebut secara bersamaan,
berurutan dan tidak terputus.14
1. Psikoterapi Psikiatrik

Bentuk terapi ini adalah menganut asas-asas psikiatri yang lazim. Tujuan utama
jenis terapi ini adalah untuk memulihkan kepercayaan diri dan memperkuat fungsi ego.
2. Psikoterapi Keagamaan

Memberikan psikoterapi dari sudut keagamaan dapat dianjurkan, mengingat


bahwa sebagian besar pasien Indonesia beragama. Dalam agama Islam dapat ditemukan
ayat-ayat Qur`an, Hadits yang mengandung tuntunan bagaimana dalam kehidupan di
dunia ini manusia bebas dari rasa cemas, tegang, depresi, dan sebagainya. Demikian
pula doa-doa yang pada intinya memohon kepada Allah Swt agar dalam kehidupan ini
diberi ketenangan, kesejahteraan dan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.
3. Psikofarma

14
Dadang Hawari, Al-Qur`an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, h. 67.
Dari berbagai jenis terapi untuk gangguan afektif, maka terapi psikofarma
(psikoformakoterapi) dengan obat anti depresan merupakan pilihan utama, baik pada
gangguan bipolar ataupun pada depresi.
4. Terapi Somatik

Yang dimaksudkan dengan terapi di sini adalah memberikan jenis obat-obatan


yang ditujukan kepada keluhan/kelainan fisik atau organik pasien. Berbagai
keluhan/kelainan tubuh terutama yang didasari oleh sistem saraf otonom dapat muncul
sebagai manifestasi kecemasan atau depresi pada mereka yang menderita gangguan
panik atau phobik.
5. Terapi Relaksasi

Jenis terapi ini diberikan kepada pasien yang mudah disugesti. Metode ini
lazimnya dilakukan oleh terapis yang menggunakan hipnosis. Dengan terapi ini pasien
dilatih untuk melakukan relaksasi.
6. Terapi Perilaku

Dengan terapi ini dimaksudkan agar pasien berubah baik sikap ataupun perilaku
terhadap objek atau situasi yang menakutkan. Prinsip yang dilakukan adalah
desensitisasi, agar pasien tidak lagi sensitif terhadap objek tertentu. Secara bertahap
pasien dibimbing dan dilatih menghadapi objek yang menimbulkan panik atau phobik.
Latihan ini dilakukan berulang-ulang setahap demi setahap sampai pada akhirnya
pasien dapat menghadapinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Sudah barang tentu
bentuk latihan perilaku ini didahului dengan memberikan psikoterapi untuk memperkuat
kepercayaan diri, obat antidepresan dan antiansietas.
Penanggulangan terhadap problem kejiwaan pada prinsipnya dalam perspektif
psikolog muslim, adalah problem akhlak yang mulia. Maka penanggulangannya dapat
berdampak kepada ketenangan, kebahagiaan, lahir dan batin dunia akhirat serta jiwa
yang sehat.15
Rasa stres yang dialami oleh seseorang merupakan hal yang normal untuk dialami
apabila seseorang mengalami tekanan atau dipaksa untuk dapat beradaptasi dalam waktu
yang singkat. Namun demikian, bahaya stres dalam jangka waktu yang panjang akan
15
Hasan Langgulung, Peralihan Paradigma Dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial, (Jakarta: Gaya Medya
Pratama, 2002), h. 165.
membuat seseorang mengalami berbagai masalah kesehatan yang dapat mengganggu
aktivitas hariannya. Dengan pengertian diatas, maka penting bagi kita untuk bersegera dalam
mengatasi stres yang dirasakan. Berikut ini adalah beberapa aktivitas yang dapat dilakukan
untuk mengatasi rasa tidak nyaman akibat stres, diantaranya adalah:
1. Meningkatkan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Menjaga kesehatan dengan berolahraga secara teratur, seperti berjalan dan
bersepeda, serta mencukupi kebutuhan tidur dan makan makanan yang bergizi
seimbang.
3. Melakukan hobi yang sesuai dengan minat dan bakat.
4. Berfikit hal-hal yang menyenangkan dalam hidup.
5. Membicarakan perasaan dan keluhan yang dialami kepada seseorang yang dapat
dipercaya.

Banyak pendapat yang mengemukakan penyebab terjadinya depresi namun dapat


dikategorikan atas dua factor, yaitu factor dari luar individu (eksternal) dan factor dari dalam
diri individu (internal).Faktor dari luar individu (eksternal) berupa keadaan yang
berhubungan dengan masalah sosial atau sering dikatakan sebagai paradigma
psikososial.Sedangkan factor dari dalam individu (internal) berupa keadaan fisiologis dari
tubuh seseorang yang sering disebut sebagai paradigma biologis.Hal tersebut terjadi karena
adanya gangguan hormonal dan neurotransmitter di otak. Beberapa tinjauan teoretis
gangguan depresi:
1. Teori psikoanalisa.

Teori ini memandang bahwa gangguan abnormal disebabkan oleh faktor-faktor


intrapsikhis seperti konflik tak sadar, represi, mekanisme dedefensif yang mengganggu
penyesuaian individu. Psikoanalisa beranggapan bahwa esensi pribadi seseorang bukan
terletak pada apa yang ia tampilkan secara sadar (counsiousness), melainkan apa yang
tersembunyi pada alam bawa sadarnya (uncounsiouness). Teori ini beranggapan bahwa
depresi terjadi akibat dari kehilangan obyek yang dikasihi pada masa kanak-kanak. Jadi
sangat terkait dengan peristiwa masa lalunya.16
2. Teori behavioristik.

Teori ini berpandangan bahwa perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh


kejadian-kejadian di dalam lingkungannya. Perubahan perilaku sangat dipengaruhi oleh
paradigm stimulus respons (S-R).Lingkungan yang dimaksud di sini adalah lingkungan
objektif dan afektif manusia.17
3. Teori Sosiokultural.

Teori ini beranggapan bahwa gangguan mental dan emosi disebabkan oleh

16
Slamet & Markam, Psikologi Klinis. Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2003.
17
Soekamto, Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka, 1997
keadaan lingkungan sosialnya. Lingkungan sosialnya seakan-akan memaksa individu
untuk berbuat di luar batas kemampuannya demi untuk memperoleh tuntutan
lingkungannya. Jika tidak berhasil maka akan memperoleh pencitraan negative dan
terisolasi dari komunitasnya dan pada akhirnya jiwa menjadi terganggu.
4. Terapi Spiritual Islami

Terapi spiritual Islami adalah suatu pengobatan atau penyembuhan gangguan


psikologis yang dilakuan secara sistematis dengan berdasarkan kepada konsep al-qur’an
dan assunnah.18 Terapi spiritual Islami memandang bahwa keimanan dan kedekatan
kepada Allah adalah merupakan kekuatan yang sangat berarti bagi upaya perbaikan
pemulihan diri dari gangguan depresi ataupun problem-problem kejiwaan lainnya, dan
menyempurnakan kualitas hidup manusia.Pada dasarnya terapi spiritual islami tidak
hanya sekedar menyembuhkan gangguan- gangguan psikologis tetapi yang lebih
substansial adalah bagaimana membangun sebuah kesadaran diri (self awareness) agar
manusia bisa memahami hakikat dirinya.Karena pada dasarnya mereka yang terlibat
dalam psikoterapi tidak hanya sekedar menginginkan kesembuhan tetapi mereka juga
bertujuan untuk mencari makna hidupnya, dan mengaktualisasi diri.19

BAB III
PENUTUP

18
Taufiq, Panduan Lengkap & Praktis Psikologi Islam. Jakarta: Gema Insani, 2006
19
Strupp et.al Psychotheraphy for Better or Worse: The Problem of NegativeEffects. New York:Aroson 1977
A. Kesimpulan

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stress, depresi, dan kecemasan adalah reaksi
tubuh terhadap setiap tuntutan atasnya. Dalam kehidupan ini, berbagai permasalahan yang
pelik, kompleks, saling tumpang tindih adalah hal yang lumrah dan alami yang terkadang
mustahil dapat dihindari, yang terpenting sebenarnya bukan menghindari permasalahan, atau
tantangan tetapi adalah mencari pemecahannya. Namun terkadang tidak semua orang
mampu menemukan jalan keluar dari permasalahannya, seperti gangguan stres, depresi dan
kecemasan, karenanya perlu dibantu oleh yang ahli. Dalam pandangan Islam setiap penyakit
pasti ada obatnya tidak terkecuali stres dan sebagainya. Bila setiap muslim mau menjalankan
agama dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan al-Qur`an dan al-Sunnah, sehingga
akan terhindar dari gangguan dan penyakit kejiwaan.

B. Saran
Hendaklah penyakit-penyakit ini dihindari dan ditangani secara serius dengan
mendirikan lembaga-lembaga formal dan informal dalam rangka menjadikan manusia
terhindar darinya. Begitu pula para psikiater dan psikolog semakin meningkatkan kerjanya
di tengah masyarakat, dimana masyarakat di era sekarang ini sudah banyak yang kehilangan
jati dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz, El-Qussy, Pokok-pokok Kesehatan Jiwa/Mental, Jakarta:


Bulan Bintang, 1975, jilid 2, cet. I.
Achmad Mubarok, Psikologi Qur`ani, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001,
cet. I.
Aries Dirgayunita, “Depresi: Ciri, Penyebab dan Penangannya,” Journal An-
Nafs: Kajian Penelitian Psikologi 1, no. 1 (2016).
Astuti, V. W. (2017). UPAYA PENINGKATAN KEKEBALAN TERHADAP
STRES MAHASISWA TINGKAT I PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN S1 DALAM MENGHADAPI PENDIDIKAN.
In Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Publikasi Ilmiah.
Dadang Hawari, Al-Qur`an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,
Jakarta: PT. Dana Bakti Primayasa, 1996.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI; Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, t.th., cet. II.
Hasan Langgulung, Peralihan Paradigma Dalam Pendidikan Islam dan
Sains Sosial, Jakarta: Gaya Medya Pratama, 2002.
Hasan Usman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Departemen Agama,
1986.
Hawari, D. (2001). Manajemen stress, cemas dan depresi. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
John Echols dan Hassan Syadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta:
PT. Gramedia, 1976, cet. XIX.
Lina Nur dan Hidayati Mugi, “Tinjauan literatur mengenai stres dalam
organisasi,” Jurnal Ilmu Manajemen 18, no. 1 (2021).
Mufadhal Barseli, Ifdil Ifdil, dan Linda Fitria, “Stress akademik akibat Covid-
19,” JPGI (Jurnal Penelitian Guru Indonesia) 5, no. 2 (2020).
Musthafa Fahmi, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga Sekolah dan
Masyarakat, alih bahasa oleh Zakiah Daradjat Jakarta: Bulan
Bintang, 1977, Jilid 3.
Tim Penyusun Ensiklopedia, Ensiklopedia Nasional Indonesia, Jakarta:
PT. Cipta Abadi, 1984, cet. II, Jilid II.
Wandansari Sulistyorini dan Muslim Sabarisman, “Depresi : Suatu Tinjauan
Psikologis,” Sosio Informa 3, no. 2 (2017).
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung,
2001.

Anda mungkin juga menyukai