Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Manajemen Stres dalam Nafsiologi

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Sufisme dan Nafsiologi
Dosen Pengampu: Drs. H. Asep Haerul Gani, Psi.

Disusun Oleh:

ENCEP MAULANA YUSUP


NIM: 2176.010
maulanayusupencep@gmail.com

PASCASARJANA ILMU TASAWUF


INSTITUT AGAMA ISLAM LATIFAH MUBAROKIYAH
SURYALAYA - TASIKMALAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat
inayah dan taufik-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan
salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi akhir zaman, Muhammad
SAW. keluarga, para bsahabatnya dan seluruh pengikutnya sampai akhir zaman.
Makalah ini membahas tentang upaya untuk menurunkan tingkat stres
menurut psikologi Islam. Bab I Pendahuluan, berisi uraian tentang latar belakang
masalah, permasalahan dan tujuan. Bab II berisi pembahasan dan Bab III penutup
yang menyajikan simpulan dari penulisan makalah dan saran.
Upaya yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan penulisan ini
rasanya sudah optimal, meskipun demikian sudah pasti masih banyak kekurangan
dan kelemahan. Dengan segala kerendahan hati, penulis ajukan makalah
sederhana ini kepada Bapak Dosen untuk kiranya memperoleh masukan
penyempurnaan dan penilaian.
Semoga karya tulis ini dengan segala keterbatasan dapat bermanfaat bagi
penulis dan semua pihak yang membutuhkan. Amiin.

Tasikmalaya, 17 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................1

B. Rumusan Masalah ............................................................................3

C. Tujuan Penulisan..............................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................4

A. Definisi Stres....................................................................................4

B. Gejala Stres.......................................................................................6

C. Faktor yang Mempengaruhi Stres.....................................................7

D. Manajemen Stres..............................................................................9

BAB III PENUTUP ...........................................................................................14

A. Keimpulan .......................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia pasti memiliki tekanan yang dirasakan dalam hidupnya.

Tekanan itu dapat terjadi pada masa pendidikan, masa bekerja, masa pernikahan

dan lainnya. Tekanan yang dirasakan oleh seseorang diapat disebabkan oleh

banyak hal, baik itu datang dari dalam maupun dari luar diri orang tersebut.

Seseorang yang mengalami tekanan, apabila tubuhnya tidak kuat, tidak siap dan

tidak mampu lagi melawan tekanan tersebut maka dia akan mengalami gangguan

yang didalam bahasa psikologi disebut dengan stress.

Stress merupakan kondisi yang tidak menyenangkan dimana manusia

melihat adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau di luar batas

kemampuan mereka untuk memenuhi tututan tersebut (Nasir & Muhith, 2011).1

Stres dapat mempengaruhi hidup seseorang dalam banyak hal, seperti terpengaruh

fisiknya, pikirannya, perasaannya, ucapannya, tingkah lakunya bahkan relasi

sosialnya.

Stres adalah peristiwa yang menekan sehingga seseorang dalam keadaan

tidak berdaya dan menimbulkan dampak negatif, misalnya pusing, tekanan darah

tinggi, mudah marah, sedih, sulit berkonsentrasi, ataupun sulit tidur. Hal ini

ditunjukan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Henricus pada tahun 2016

tentang “Stres pada mahasiswa penulis skripsi” bahwa gejala stres negatif yang

dialami mahasiswa terdiri dari: 1. Gejala Fisik; Tidur dan makan tidak teratur,
1
Nasir & Muhith, Dasar-dasar keperawatan jiwa. Hak Cipta 2011, (Jakarta: Salemba
medika, 2011), h. 5.

1
2

sakit kepala, mudah lelah, dan sakit punggung. 2. Gejala Emosional; Kegelisahan,

ketakutan berlebih dari dalam diri, dan mudah marah. 3. Gejala Kognitif; Mudah

lupa, mudah melakukan kesalahan, sulit menemukan ide. 4. Gejala Interpersonal;

Minder, malu, lebih suka menyendiri.2

Islam mengenalkan stres di dalam kehidupan ini sebagai cobaan. Allah

SWT berfirman di dalam Al Qur’an surat Al Baqarah (2) ayat 155 yang artinya

“dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,

kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita

gembira kepada orang-orang yang sabar”.

Datangnya cobaan kepada diri kita inilah yang akan dirasakan sebagai

suatu stres (tekanan) dalam diri, atau disebut juga sebagai beban. Banyak contoh

dalam keseharian kita bentuk-bentuk cobaan ini, misalnya kematian, sakit, dan

kehilangan. Bukan hanya kondisi yang buruk menjadi cobaan, namun kekayaan,

anak, kepandaian dan jabatan juga menjadi cobaan bagi manusia. Surat al Baqarah

ayat 10 menyatakan kondisi stres dan gangguan psikologis yang mengikuti

manusia sebagai penyakit hati. Penyakit hati ini diartikan sebagai sifat

kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap orang lain. Sifat dan perasaan ini

menjadikan seseorang senantiasa merasa terancam oleh sesuatu yang

sesungguhnya dapat dihindari.3

Islam sebagai rahmatan lilalamin dan pedoman hidup umat manusia,

memberikan upaya-upaya yang dapat menjadi syariat bagi manusia dalam

2
Jehan Syahnaz Azahra, Hubungan Antara Stres Akademik Dengan Coping Stress Pada
Mahasiswa Yang Sedang Mengerjakan Skripsi Di Fakultas Pendidikan Psikologi, (Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta, 2017), h. 3.
3
Susatyo Yuwono, “Mengelola Stres dalam Perspektif Islam dan Psikologi”, ditulis di
PSYCHO IDEA, Tahun 8 No.2, Juli 2010, h. 15.
3

menghadapi dan menanggulangi rasa stres yang mereka alami. Psikologi Islam

atau Nafsiologi mempelajari aspek dalam manusia lebih jauh dari apa yang bisa

dilakukan oleh psikologi modern, dalam hal ini nafsiologi bisa masuk lebih jauh

sampai pada bahasan tentang roh atau spirit. Oleh karena itu, hemat penulis

nafsiologi bisa menjawab tekanan stres yang banyak dialami oleh manusia zaman

sekarang.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dari skripsi ini, penulis

tertarik untuk membuat sebuah makalah dengan judul “Manajemen stres dalam

Nafsiologi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pokok permasalahan dalam

makalah ini yaitu sebagai berikut :

1. Apa pengertian, gejala dan faktor yang mempengaruhi stres?

2. Bagaimana manajemen stres dalam Nafsiologi?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :

1 Untuk mengetahui pengertian, gejala dan faktor yang mempengaruhi stres.

2 Untuk mengetahui manajemen stres dalam Nafsiologi.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Stres

Stres di dalam istilah bahasa asing dikenal dengan stress, diartikan oleh

seorang psikolog perkembangan JW Santrock (2000) sebagai respon individu

terhadap situasi dan peristiwa yang dianggap mengancam. Ahli lain, Magill

(1996) juga menyatakan bahwa stres merupakan reaksi adaptif individu terhadap

situasi yang dipersepsikan sebagai ancaman. Situasi mengancam ini menjadi

situasi yang sulit diatasi oleh individu yang bersangkutan. Seringkali

membutuhkan waktu lama dan bahkan tidak jarang gagal mengatasinya, sehingga

pada tahap berikutnya ia mengalami kesulitan dalam bekerja ataupun melakukan

aktivitas keseharian lainnya.4

Holmes dan Rahe (dalam Jehan Syahnaz, 2017) mendefinisikan stres sebagai

sebuah stimulus. Menurut teori Holmes dan Rahe, perubahan yang terjadi didalam

hubungan pribadi, pekerjaan, keuangan dapat menyebabkan stres walaupun

mereka adalah peristiwa yang menyenangkan. Menurut Lazarus dan Folkman

stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh

atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai memiliki potensi membahayakan

dan tidak terkendali.5

Stres ini bisa disebabkan oleh banyak hal yang disebut dengan stressor.

Stressor merupakan suatu peristiwa atau keadaan yang menimbulkan stres.

4
Susatyo Yuwono, “Mengelola Stres … h. 14-15.
5
Jehan Syahnaz Azahra, Hubungan Antara Stres Akademik … h. 9.

4
5

Perubahan psikososial dapat merupakan tekanan mental (stressor psikosial)

sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan

dan berusaha beradaptasi untuk menanggulanginya. Berikut adalah beberapa

contoh dari jenis stressor psikososial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari,

yaitu perkawinan, problem orang tua, hubungan interpersonal (antar-pribadi),

pekerjaan, lingkungan hidup, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik

dan cedera, faktor keluarga dan trauma. Dari kesemuanya itu terdapat tiga sumber

potensial yang menyebabkan stres, yaitu lingkungan, organisasi dan individu.6

Menurut Berne dan Selye, ada beberapa jenis stres berdasar pada efeknya

yaitu Eustress, Distress, Hiperstress, Hypostress.7 Eustress (good stress)

merupakan stres yang menimbulkan stimulasi dan kegairahan, sehingga memiliki

efek yang bermanfaat bagi individu yang mengalaminya. Distress merupakan stres

yang memunculkan efek yang membahayakan bagi individu yang mengalaminya.

Misalnya, tuntutan yang tidak menyenangkan atau berlebihan yang menguras

energi individu sehingga membuatnya lebih mudah jatuh sakit. Hiperstress, yaitu

stres yang berdampak luar biasa bagi yang mengalaminya. Contohnya, stres akibat

serangan teroris. Hypostress merupakan stres yang muncul karena kurangnya

stimulasi. Contohnya, stres karena bosan atau pekerjaan rutin.

6
Muhimmatul Hasanah, “Stres Dan Solusinya Dalam Perspektif Psikologi Dan Islam”,
ditulis dalam Jurnal Ummul Qura Vol XIII, No. 1, Maret 2019, h. 105.
7
Sapuri, R. Psikologi Islam Tuntutan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008), 421-425.
6

B. Gejala Stres

Gejala stres berbeda pada setiap orang karena pengalaman stres bersifat

pribadi. Mengenai gejala tersebut, para ahli memberikan beberapa penjelasan.

Berikut gejala stres menurut Hardjana:8

1. Gejala Fisik

Gejala stres secara fisik, meliputi: sakit kepala, pusing, dan pening; tidur

tidak teratur, insomnia (sulit tidur), tidur melantur, bangun terlalu awal; sakit

punggung terutama dibagian bawah; diare dan radang usus besar; sulit buang

air besar, sembelit; gatal-gatal pada kulit; urat tegang-tegang terutama pada

leher dan bahu; terganggu pencernaannya; bisulan; tekanan darah tinggi atau

serangan jantung; berkeringat banyak; tidak berselera makan; lelah atau

kehilangan energi; dan bertambah banyak melakukan kekeliruan atau

kesalahan dalam mengerjakan sesuatu.

2. Gejala Emosional

Gejala emosional tersebut antara lain: gelisah atau cemas; sedih, depresi,

mudah menangis; merana jiwa dan hati, suasana hati berubahubah cepat;

mudah panas dan marah; terlalu peka dan mudah tersinggung; marah-marah;

mudah menyerang dan bermusuhan dengan orang lain; dan merasa sudah

tidak ada harapan sama sekali (burn out).

3. Gejala Kognitif

Gejala kognitif ini misalnya: sulit berkonsentrasi atau memusatkan

pikiran sulit membuat keputusan; mudah terlupa; pikiran kacau; daya ingat

menurun; sering melamun; pikiran dipenuhi oleh satu pikiran saja; kehilangan
8
Hardjana, Stres tanpa Distres, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), h. 40.
7

rasa humor yang sehat; produktivitas atau prestasi menurun; mutu kerja

rendah; dan bertambah jumlah kekeliruan yang dibuat.

C. Faktor yang Mempengaruhi Stres

Santrock menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan stres terdiri

atas:9

1. Beban yang terlalu berat, konflik dan frustrasi

Beban yang terlalu berat menyebabkan perasaan tidak berdaya, tidak memiliki

harapan yang disebabkan oleh stres akibat pekerjaan yang sangat berat dan

akan membuat penderitanya merasa kelelahan secara fisik dan emosional.

2. Faktor kepribadian

Tipe kepribadian A merupakan tipe kepribadian yang cenderung untuk

mengalami stres, dengan karakteristik kepribadian yang memiliki perasaan

kompetitif yang sangat berlebihan, kemauan yang keras, tidak sabar, mudah

marah dan sifat yang bemusuhan.

3. Faktor kognitif

Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung bagaimana individu menilai dan

menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif. Penilaian secara kognitif

adalah istilah yang digunakan oleh Lazarus dan Folkman (2006) untuk

menggambarkan interpretasi individu terhadap kejadiankejadian dalam hidup

individu sebagai sesuatu yang berbahaya, mengancam atau menantang dan

keyakinan individu dalam menghadapi kejadian tersebut dengan efektif.

9
Santrock, Adolescent- Perkembangan Remaja. (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 66.
8

Faktor yang mempengaruhi stres menurut Sukadiyanto dalam (Damar

Aditama) adalah sebagai berikut:10

1. Perasaan cemas mengenai hasil yang dicapai, sebagai contoh jika seorang guru

terlalu banyak beban dalam pekerjaan di kantor dan pekerjaan itu harus selesai

secara bersamaan maka akan menimbulkan stres.

2. Aktivitas yang tidak seimbang ketidakseimbangan aktivitas akan

menimbulkan stres terutama aktivitas yang berlebihan sehingga individu

tidak memiliki waktu yang cukup untuk merecovery dirinya.

3. Tekanan dari diri sendiri, bagi individu yang selalu ingin tampil

sempurna (perfectionist). Segala sesuatu yang tidak sesuai keinginan akan

mendorong individu itu untuk menyempurnakannya sementara

pekerjaan yang diembannya cukup banyak sehingga menyita waktu yang

banyak pula.

4. Suatu kondisi ketidakpastian, hal ini akan menimbulkan stres karena

ketidakpastian membuat individu tidak menentu.

5. Perasaan cemas, perasaan cemas adalah kondisi yang khawatir terhadap

suatu masalah yang tidak jelas penyebabnya.

6. Perasaan bersalah, individu yang selalu merasa bersalah akan dapat

mengakibatkan munculnya stres karena apa saja yang dikerjakannya tidak

pernah benar.

7. Jiwa yang dahaga secara emosional, kebutuhan akan cinta kasih sayang,

dihormati, dihargai dan lain sebagainya oleh orang lain, adapun jiwa

10
Damar Aditama, “Hubungan Antara Spiritualitas dan Stres pada Mahasiswa yang
Mengerjakan Skripsi”, ditulis dalam Jurnal eL-Tarbawi, Voleme X, No. 2, 2017, h. 46.
9

yang dahaga secara spiritual juga dapat menyebabkan stres karena individu

yang tidak mengenal dan tidak dekat dengan Tuhan maka pendiriannya labil

dan mudah goyah. Individu yang menyalahkan tuhan merupakan indikasi

tidak dekatnya dengan Tuhan.

D. Manajemen Stres

Smith mendefinisikan manajemen stres sebagai suatu keterampilan yang

memungkinkan seseorang untuk mengantisipasi, mencegah, mengelola dan

memulihkan diri dari stres yang dirasakan karena adanya ancaman dan

ketidakmampuan dalam coping yang dilakukan.11

Dalam nafsiologi, psikologi dan psikoterapi Islam, hal yang bisa digunakan

untuk mengantisipasi, mencegah, mengelola dan memulihkan diri dari stres yaitu

dengan sholat, dzikir, dan Al-Quran.12

1. Sholat

Sholat memiliki pengaruh yang sangat luar biasa untuk terapi rasa galau,

gundah dan cemas yang bersemayam dalam diri manusia. Dengan

mengerjakan sholat secara khusyuk, yakni dengan niat menghadap dan

berserah diri secara total kepada Allah serta meninggalkan semua kesibukan

maupun problematika kehidupan maka seseorang akan merasa tenang, tentram

dan damai. Rasa gundah, stres, cemas dan galau akan senantiasa menekan

kehidupannya akan sirna. Hubungan seseorang dengan Tuhannya ketika sholat

akan menghasilkan kekuatan spiritual sangat besar yang memberikan


11
Badri, R.A. Manajemen Stres Kerja pada Beberapa Karyawan dan Buruh PT Monier,
(Tangerang: Thesis Universitas Indonesia, 2012).
12
Muhimmatul Hasanah, “Stres Dan Solusinya … h. 111.
10

pengaruh dan perubahan penting dalam fisik dan psikisnya. Kekuatan spiritual

ini seringkali menghilangkan stres, menyingkirkan kelemahan dan

menyembuhkan berbagai penyakit.

Hasil penelitian Mohammad Sabiq Azam dan Zaenal Abidin membuktikan

bahwa stres santri menurun sebagai efek dari menjalankan sholat tahajud yang

dilakukan oleh santri selama berada di Pondok Nurul Amal. Penurunan tingkat

stres santri meliputi 2 aspek yaitu aspek biologis dan aspek psikologis. Pada

kelompok yang menjalankan sholat tahajud, stres santri sebelum masuk ke

Pondok Nurul Amal Cibarusa Cikarang pada awalnya tinggi, setelah

mengikuti kegiatan sholat tahajud yang diadakan oleh Pondok, stres menurun

secara signifikan. Hal ini membuktikan bahwa sholat tahajud mampu

menghilangkan perasaan pesimis, rendah diri, minder, kurang berbobot, dan

berganti dengan sikap selalu optimis, penuh percaya diri, dan pemberani tanpa

disertai sifat sombong dan takabur.13

2. Dzikir

Subandi mengatakan bahwa untuk menurunkan stres dan afek negatif

diperlukan kegiatan dzikrullah yaitu cara mendekatkan diri pada Allah SWT.

Tidak hanya untuk penangan stres, psikoterapeutik dengan terapi dzikir juga

memiliki pengaruh yang signifikan dalam mengurangi kecemasan yang

dialami oleh ibu pada kehamilan pertama.14 Penelitian lain mengenai dzikir

juga dilakukan oleh Supradewi, penelitian tersebut menunjukkan adanya

13
Azam, S. & Abidin, Z. “Efektivitas Sholat Tahajud Dalam Mengurangi Tingkat Stres
Santri Pondok Islam Nurul Amal Bekasi Jawa Barat”. Jurnal Empati. Volume 4(1), 154-160.
Januari 2015
14
Maimunah & Retnowati, “Pengaruh relaksasi dengan dzikir untuk mengatasi
kecemasan ibu hamil pertama”. Jurnal PSIKOISLAMIKA, 8 (1),2011, 1-22.
11

pengaruh yang sangat signifikan antara pelatihan dzikir dengan penurunan

afek negatif pada mahasiswa.15

3. Al-Quran

Penelitian Khan menunjukkan bahwa membaca Al-Quran dengan

menggunakan visualisasi dan sistem multimedia dapat memberikan relaksasi,

menghilangkan kebosanan, kelelahan, depresi dan stres. Efek pembacaan Al-

Quran tersebut akan bersifat permanen dan bertahan lama ketika dilakukan

setiap hari secara rutin dan terus menerus.16 Dalam Al-Quran terdapat banyak

kandungan nilai seperti tentang keimanan, ibadah, ilmu pengetahuan, tentang

kisah-kisah tertentu, filsafat, dan juga ada sebagai tata hubungan manusia

sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Kandungan dalam AlQuran

dapat diharapkan menjadi motivasi dan penyemangat bagi penderita depresi

yang sedang putus asa.

Hasil penelitian Juliani dan Subandi menunjukkan bahwa pelatihan

membaca Al Fatihah reflektif intuitif dapat menurunkan depresi. Subjek yang

mengalami depresi merasa kehilangan kendali terhadap perasaannya dan

adanya pengalaman yang subjektif terhadap suatu hal yang dianggapnya

sebagai suatu penderitaan yang berat. Dalam tahap stres, depresi termasuk

tahap ke enam yang harus segera diatasi. Biasanya penderita depresi akan

merasa kehilangan energi, minat dan nafsu makan. Penderita depresi juga akan

kesulitan berkonsentrasi, adanya perasaan bersalah dan berfikir kearah

15
Supradewi, “Efektivitas pelatihan dzikir untuk menurunkan afek negatif pada
mahasiswa”. Jurnal Psikologi, 1 (2), 2008, 199-215.
16
Khan, dkk, “Mental and spiritual relaxation by recitation of the holy Quran. Second
International Conference on Computer Research and Development.” http://dx.doi/org/
10.1109/ICCRD.2010. 62. 2010.
12

kematian atau bunuh diri26. Pelatihan membaca Al Fatihah reflektifintuitif

dapat membantu subjek menemukan semangat dan mempersepsikan positif

kejadian dalam hidupnya.17

4. Bersyukur dan Berserah diri (Tawakkal).

Salah satu kunci dalam menghadapi stressor adalah dengan selalu

bersyukur dan menerima segala pemberian Allah SWT. Allah SWT sudah

mengajarkan di dalam Al Qur’an Surat Al Fatihah ayat 2 dan Al Baqoroh : 156

: (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:

"Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Kedua ucapan di atas sangat familier

dilidah kita, dan apabila kita pahami maknanya setiap kali mengucapkannya

saat menghadapi cobaan maka niscaya akan muncul kekuatan psikologis yang

besar untuk mampu menghadapi musibah itu. "Segala puji bagi Allah Rabb

semesta alam”, dan “Kami ini kepunyaan Allah, dan kepadanya jua kami akan

kembali".

Cara berpikir negaatif yang menekankan kepada persepsi stressor sebagai

sesuatu yang mengancam dan merugikan, perlu diubah menjadi berpikir positif

yang menekankan kepada pengartian stressor sebagai sesuatu yang tidak perlu

dicemaskan. Bahkan individu perlu melihat adanya peluangpeluang untuk

mengatasi stressor dan harapan-harapan positif lainnya. Saat stressor musibah

datang menghampiri, biasanya akan mudah timbul rasa kehilangan sesuatu dari

dalam diri. Hal ini membutuhkan rasa percaya (keimanan) bahwa diri kita ini

bukan siapa-siapa, diri ini adalah milik Allah SWT, dan apa pun yang ada pada

17
Kaplan, J. B., & Sadock, T. C. Sinopsis Psikiatri (2th). (Jakarta: Binarupa Aksara,
1997), h. 83.
13

sekeliling kita adalah milik Allah SWT. Mensyukuri apa yang sudah diberikan

dan selalu berserah diri akan menghindarkan kita dari perasaan serakah dan

beban pikiran lainnya.18

E. Telaah Aspek Psikologi dari Tema Sufisme dan Nafsiologi

1. dimensi raga (somatic)

2. dimensi kejiwaan (psikis)

3. dan dimensi noetic (dimensi spiritual). 

18
Susatyo Yuwono, “Mengelola Stres … h. 22.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan materi mengenai manajemen stress dalam nafsiologi,

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Stres merupakan reaksi adaptif individu terhadap situasi yang

dipersepsikan sebagai ancaman. Gejalanya meliputi gejala fisik, gejala

emoaional dan gejala kognitif. Ada beberapa factor yang mempengaruhi

stress diantaranya beban yang terlalu berat, konflik dan frustrasi, faktor

kepribadian dan faktor kognitif.

2. Manajemen stres yang dapat dilakukan dalam perspektif nafsiologi,

psikologi dan psikoterapi Islam yaitu sholat, dzikir, membaca Al-Quran,

bersyukur dan berserah diri (tawakal).

14
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, D. 2017. “Hubungan Antara Spiritualitas dan Stres pada Mahasiswa


yang Mengerjakan Skripsi”, ditulis dalam Jurnal eL-Tarbawi, Voleme X,
No. 2, 2017.
Azahra, J. S. 2017. Hubungan Antara Stres Akademik Dengan Coping Stress
Pada Mahasiswa Yang Sedang Mengerjakan Skripsi Di Fakultas
Pendidikan Psikologi. Jakarta: Skripsi Universitas Negeri Jakarta.
Azam, S. & Abidin, Z. 2015. “Efektivitas Sholat Tahajud Dalam Mengurangi
Tingkat Stres Santri Pondok Islam Nurul Amal Bekasi Jawa Barat”. Jurnal
Empati. Volume 4(1), 154-160. Januari 2015
Badri, R.A. 2012. Manajemen Stres Kerja pada Beberapa Karyawan dan Buruh
PT Monier. Tangerang: Thesis Universitas Indonesia.
Hardjana. 2002. Stres tanpa Distres. Yogyakarta: Kanisius.
Hasanah, M. 2019. “Stres Dan Solusinya Dalam Perspektif Psikologi Dan
Islam”, ditulis dalam Jurnal Ummul Qura Vol XIII, No. 1, Maret 2019.
Kaplan, J. B., & Sadock, T. C. 1997. Sinopsis Psikiatri (2th). Jakarta: Binarupa
Aksara.
Khan, dkk. 2010. “Mental and spiritual relaxation by recitation of the holy
Quran. Second International Conference on Computer Research and
Development.” http://dx.doi/org/ 10.1109/ICCRD.2010. 62. 2010.
Maimunah & Retnowati. 2011. “Pengaruh relaksasi dengan dzikir untuk
mengatasi kecemasan ibu hamil pertama”. Jurnal PSIKOISLAMIKA, 8
(1),2011, 1-22.
Nasir & Muhith. 2011. Dasar-dasar keperawatan jiwa. Hak Cipta 2011. Jakarta:
Salemba medika.
Santrock. 2003. Adolescent- Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Sapuri, R. 2008. Psikologi Islam Tuntutan Jiwa Manusia Modern. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Supradewi. 2008. “Efektivitas pelatihan dzikir untuk menurunkan afek negatif
pada mahasiswa”. Jurnal Psikologi, 1 (2)
Yuwono, S. 2010. “Mengelola Stres dalam Perspektif Islam dan Psikologi”,
ditulis di PSYCHO IDEA, Tahun 8 No.2, Juli 2010

15

Anda mungkin juga menyukai