Disusun Oleh:
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat
inayah dan taufik-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan
salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi akhir zaman, Muhammad
SAW. keluarga, para bsahabatnya dan seluruh pengikutnya sampai akhir zaman.
Makalah ini membahas tentang salah satu tokoh tasawuf terkenal asal
sumatra yaitu Syaikh Syamsuddin As-Sumatrani, yang pembahasaanya akan
dilihat dari biografi beliau dan juga salah satu pemikirannya dalam bidang tasawuf
yaitu martabat tujuh. Isi makalah ini terbagi atas tiga bab. Bab I Pendahuluan,
berisi uraian tentang latar belakang masalah, permasalahan dan tujuan. Bab II
berisi pembahasan dan Bab III penutup yang menyajikan simpulan dari penulisan
makalah dan saran.
Upaya yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan penulisan ini
rasanya sudah optimal, meskipun demikian sudah pasti masih banyak kekurangan
dan kelemahan. Dengan segala kerendahan hati, penulis ajukan makalah
sederhana ini kepada Bapak Dosen untuk kiranya memperoleh masukan
penyempurnaan dan penilaian.
Semoga karya tulis ini dengan segala keterbatasan dapat bermanfaat bagi
penulis dan semua pihak yang membutuhkan. Amiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
C. Tujuan Penulisan..............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................5
A. Humanisme.......................................................................................5
A. Keimpulan .......................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
penganutnya untuk menghormati orang lain, hidup berdampingan satu sama lain
dengan harmonis. Hal itu sejalan dengan spirit humanisme, sehingga jika terjadi
disertai pemahaman yang mendalam akan dimensi esoteris dari agama dapat
beragam makna yang terkandung dalam arti humanisme itu sendiri, namun secara
diagungkan sedemikian rupa sebagai mahkota alam semesta sehingga semua yang
ada tidak akan bemakna jika tidak ditempatkan dalam konteks kepentingan
1
Abu Hatsin, “Pengantar” dalam, Islam dan Humanisme, Aktualisasi Islam di Tengah
Humanisme Universal, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 7.
2
Ali Mudhofir, Kamus Teori dan Aliran Dalam Filsafat dan Teologi, (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 1996), h. 92.
1
2
manusia.3 Ada banyak arti humanisme tetapi dapat dikerucutkan bahwa manusia
yang dijadikan pusat kehidupan. Kebebasan manusia menjadi unsur utama karena
modern Barat yang antroposentris, dimana manusia berada di pusat dan ia harus
prasyarat untuk menjadi manusia sempurna (al Insān al Kamīl), cermin yang
kemudian diutus sebagai khalifah Allah di bumi dan menjadi suatu kehormatan
Laju ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat serta manfaat yang
kelamaan didapati bahwa ternyata ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki
mengalami apa yang disebut dengan krisis sumber kehidupan, mereka kehilangan
ini tidak lain hanyalah refleksi dari Nama-nama dan Sifat Tuhan yang saling
3
Bambang Sugiharto (ed), Humanisme dan Humaniora Relevenasinya Bagi Pendidikan,
(Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h. 202.
3
dan “maha adil”. Selanjutnya nama-nama rahmat dan kasih sayang karena
merupakan dimensi batin dan kualitas Tuhan, menempati tempat yang lebih utama
dan moral akan membuatnya sebagai persembahan yang berharga kepada Tuhan,
Yang Mahaindah. Mereka yang memiliki ihsan berfikir melalui ihsan dan
kebenaran yang aura dan cahayanya adalah keindahan, tindakan mereka selalu
didasarkan oleh ihsan, yaitu kebaikan-kebaikan dan apa yang mereka buat
mencerminkan keindahan dari benda “yang diukir Tuhan pada wajahnya” serta
merupakan bagian tujuan dari alam raya yang pada hakikatnya Tuhan
Nya yang sempurna, yakni mansia universal, sehingga makalah ini dianggap
humansime.
4
Seyyed Hossein Nasr, The Heart of Islam: Pesan-Pesan Universal Islam untuk
Kemanusiaan, (Bandung: Mizan Media Utama, 2003), h. 243.
5
Seyyed Hossein Nasr, The Heart of Islam … h. 283
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
A. Humanisme
1. Definisi Humanisme
manusia.6 Karena itu, humanisme adalah aliran yang berkaitan dengan manusia.
Secara luas konsep tentang humanism ingin menempatkan manusia sebagai pusat
pendidikan dan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam satu arti humanisme adalah suatu
system filsafat yang koheren dan telah dikenal tentang kemajuan substantive,
pendidikan, estetika, etika dan hak politik. Dalam pengertian lain humanisme
lebih dipahami sebagai metode dan serangkaian pertanyaan yang bebas, terkait
kesusastraan yang pertama kali muncul di Italia pada paruh kedua abad ke14
6
Alwi, Hasan et el., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003),
h. 237.
5
6
masehi.7 Ia lahir pada Zaman Renaissance, yang terinspirasi oleh Paideia Yunani
berani berpikir dan tidak pernah percaya pada sesuatu yanh irasional. Masa ini
2. Macam-macam Humanisme
a. Humanisme Klasik, pada masa ini ada dua kekuatan besar, yaitu
7
Zainal Abidin, Filsafat Manusia; Memahami Manusia Melalui Filsafat, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2000), h. 25.
8
K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), h. 44.
9
Franz Magnis-Suseno, Menalar Tuhan, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 51-52.
10
Zainal Abidin, Filsafat Manusia … h. 25.
7
mewujud dan mengembangkan diri. Maka, filsafat pada masa ini justru
11
K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat … h. 44.
12
Ali Maksum, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Ar-ruzzmedia, 2009), h. 151-153
8
kata dalam bahasa Arab, yakni insān, basyār, banī ādam, unāsi, dan nās. Di dalam
beberapa ayat yang memuji sikap manusia dan ada pula yang merendahkan derajat
di samping tanah (jasmani) dan ruh Ilahi (akal dan ruhani), manusia juga diberi
anugerah berupa potensi untuk mengethui nama dan fungsi benda-benda alam,
kenikmatannya, maupun rayuan iblis dan akibat buruknya dan berakhir petunjuk
keagamaan.13
2. Humanisme Spiritual
akhir dari proses evolusi penciptaan alam semesta. Manusia adalah makhluk dua
13
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1997), h. 282-283.
9
dimensi, di satu pihak tersebut dari tanah yang menjadikannya makhluk fisik, di
pihak lain manusia juga makhluk spiritual karena ditiupkan kedalam dirinya roh
yang berasal dari Tuhan. Dengan demikian, manusia menduduki posisi yang unik
yakni Nύr al aqrāb (cahaya terdekat). Suhrawardi berkata yang muncul pertama
kali dari-Nya adalah cahaya murni tunggal yaitu cahaya terdekat dan cahaya
teragung. Ia menambahkan bahwa tidak ada satu yang muncul dari cahaya maha
cahaya (Allah SWT) selain cahaya terdekat. Dengan demikian, manusia tidak
berasal dari Allah SWT secara langsung, dan manusia bukan ciptaan pertama
Allah SWT. Sebab Allah SWT, hanya memunculkan Nύr al aqrāb secara
langsung.15
Hal ini dikarenakan manusia memiliki fisik, dan fisik manusia berasal dari
kegelapan, bukan cahaya. Jasad manusia pada awalnya diciptakan dari tanah, baru
Hanya manusia, makhluk yang memiliki jiwa rasional. Jiwa rasional ini
14
Mulyadhi Kartanegara, Nalar Religius: Memahami Hakikat Tuhan, Alam dan Manusia,
(Jakarta: Erlangga, 2007), h. 12.
15
Ja’far, Manusia Menurut Suhrawardi al Maqtul, (Banda Aceh: Yayasan PeNa, 2011),
h. 172-173.
16
Ja’far, Manusia Menurut Suhrawardi al Maqtul … h. 173.
10
untu membimbing, mengatur, dan menguasai daya-daya dari jiwa-jiwa yang lebih
rendah. Dengan demikian, manusia merupakan inti dari alam semesta, dan tidak
menempatkan posisi yang istimewa karena manusia dikaruniai roh oleh Allah
SWT, yang menjadikan manusia memiliki dua dimensi yang membentuk sebuah
stelah al-Nur al-anwar (Allah SWT) memunculkan Nύr al aqrāb secara langsung,
Karena Nύr al aqrāb memiliki kemandirian eksistensi sebuah anugerah dari Ilahi,
abstrak keempat,20 begitu seterusnya hingga cahaya terakhir telah melemah, tidak
dapat memancarkan cahaya lagi karena telah jauh dari sumber cahaya. Tiap-tiap
vertikal dari cahaya paling tinggi menuju cahaya paling rendah.Setiap cahaya
abstrak ini menghasilkan alam fisik masing-masing.21 Setiap alam fisik memiliki
17
Mulyadhi Kartanegara, Nalar Religus … h. 13.
18
Mulyadhi Kartanegara, Nalar Religus … h. 14.
19
Ja’far, Manusia Menurut Suhrawardi al Maqtul … h. 174.
20
Ja’far, Manusia Menurut Suhrawardi al Maqtul … h. 175.
21
Ja’far, Manusia Menurut Suhrawardi al Maqtul … h. 177.
11
manusia, (bukan fisiknya) adalah makrokosmos. Kita adalah alam lain yang lebih
besar dari alam ini. Sebagaimana perkataannya Imam Ali, “Apakah kalian
mengira kalian, hanya tubuh kecil ini, padahal kalian adalam alam yang sangat
besar.” Aneh memang manusia itu lebih banyak meneliti hal-hal diluar dirinya
sedangkan hakikat dirinya sendiri tidak pernah diteliti, tidak pernah mencoba
Beliau umpamakan bahwa manusia itu ibarat buah, dan buah merupakan
hasil akhir dan harapan petani penanam buah. Sedangkan alam ibarat ranting,
ranting recipta demi buah, ranting hanyalah sebagai wasilah untuk tumbuhnya
buah. Jadi yang paling penting itu adalah buahnya bukan ranting atau pun pohon.
merupakan tanda dari kasih sayang Allah akan manusia. Agar manusia bisa
memanfaatkannya untuk lebih mendekatkan dirinya kepada Allah. Jadi inti dari
itu semua adalah alam diciptakan untuk manusia, yang harus dijadikan sebagai
Sedangkan dalam perspektif Islam ditetapkan dengan akal atas bimbingan wahyu
22
Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 74.
12
sehingga akal tidak berdiri sendiri dan maslahat tersebut mencakup lima hal, yaitu
PENUTUP
A. Kesimpulan
tersebut mencakup lima hal, yaitu memelihara agama, jiwa, akal harta dan
keturunan.
13
DAFTAR PUSTAKA
14