Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS
GANGGUAN PSIKOSOSIAL PADA PASIEN KRITIS YANG DI RAWAT DI ICU

DI SUSUN OLEH
I KETUT MARGIANA HARIPRABAWA
201701111
4C KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA
PALU 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Kebutuhan psikososial pada pasien kritis

    Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
    
    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
    
    Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah Kebutuhan psikososial pada pasien
kritis”untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………………………………i
Daftar isi ……………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………….1
a.       Latar belakang ………………………………………………………………………1
b.      Tujuan penulisan ……………………………………………………………………1
c.       Manfaat penulisan …………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………...2
a.       Teori …………………………………………………………………………………2
b.      Intervensi psikososial pada keperawatan kritis ……………………………………...5
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………8
a.       Kesimpulan ………………………………………………………………………….8
b.      Dafar pustaka ………………………………………………………………………..9
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang


Aspek psikososial dari sakit kritis merupakan suatu tantangan yang unik bagi
perawat pada keperawatan kritis. Perawat harus secara seimbang dalam memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional dirinya maupun kliennya dalam suatu lingkungan yang
dapat menimbulkan stress dan dehumanis. Untuk mencapai keseimbangan ini perawat
harus mempunyai pengetahuan tentang bagaimana keperawatan kritis yang dialami
mempengaruhi kesehatan psikososial pasien, keluarga dan petugas kesehatan. Dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang dirawat di icu atau perawatan
kritis selalu mempertimbangkan aspek biologis, psikologis, sosiologis, spiritual,
secara komprehensif. Hal ini berarti pasien yang dirawat di ICU membutuhkan asuhan
keperawatan tidak hanya masalah patofisiologi tetapi juga masalah psiko sosial,
lingkungan dan keluarga yang secara erat terkait dengan penyakit fisiknya. (FK Unair,
RSUD Dr. Soetomo, 2001) 
B.     Tujuan
1.      Memahami respon psikososial pada pasien gawat darurat dan kritis
2.      Meningkatkan kemampuan penulisan makalah
3.      Mengetahui intervensi psikososial pada keperawatan kritis
C.     Manfaat penulisan
1.      Bagi ilmu keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran atau informasi
untuk dijadikan bahan dalam mengembangakan program pendidikan keperawatan
terhadap psikososial pada pasien gawat darurat dan kritis
2.      Bagi perawat
Dapat menambah wawasaan perawat tentang pengetahuan tentang respon
psikososial pada pasien gawat darurat dan kritis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    TEORI
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang
bersifat psikologik maupun social yang mempunyai pengaruh timbale balik. Masalah
psikososial adalah masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh
timbale balik, sebagai akibat terjadinya perubahan social dan atau gejolak social
dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa.

Teori Erik Erikson membahas tentang perkembangan manusia dikenal dengan


teori perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah
satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson
percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen
penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan ego.
Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial.
Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan
informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga
percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu
perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai
teori perkembangan psikososial.

ICU seringkali digambarkan sebagai suatu tempat yang penuh dengan stress,
tidak hanya bagi klien dan keluarganya tetapi juga bagi perawat. Pemahaman yang
baik tentang stres dan akibatnya akan membantu ketika bekerja pada unit keperawatan
kritis. Pemahaman ini dapat memungkinkan perawat untuk mengurangi efek
destruktif stress dan meningkatkan potensi positif dari stress baik pada pasien dan
dirinya sendiri.

1)      Stress
Stress didefinisikan sebagai respon fisik dan emosional terhadap tuntutan yang
dialami individu yang diiterpretasikan sebagai sesuatu yang mengancam
keseimbangan (Emanuelsen & Rosenlicht, 1986). Stres merupakan suatu fenomena
komplek, dimana sekumpulan komponen saling berinteraksi dan bekerja
serentak. Ketika sesuatu hal mengubah satu komponen subsistem, maka keseluruhan
sistem dapat terpengaruh. Jika tuntutan untuk berubah menyebabkan
ketidakseimbangan (disequilibrium) pada sistem, maka terjadilah stress. Individu
kemudian memobilisasi sumber-sumber koping untuk mengatasi stress dan
mengembalikan keseimbangan. Idealnya, stress bergabung dengan perilaku koping
yang tepat akan mendorong suatu perubahan positif pada individu. Ketika stress
melebihi kemampuan koping seseorang, maka potensi untuk menjadi krisis dapat
terjadi.

2)      Stressor
Stressor merupakan faktor internal maupun eksternal yang dapat mengubah
individu dan berakibat pada terjadinya fenomena stress (Emanuelsen & Rosenlicht,
1986). Sumber stressor dapat berasal dari subsistem biofisikal, psikososial atau
masyarakat. Stressor biofisik antara lain organisme infeksius, proses penyakit atau
nutrisi yang buruk. Sedangkan contoh stressor psikososial adalah harga diri yang
rendah, masalah hubungan interpersonal, dan krisis perkembangan. Stressor ini
berasal dari masyarakat luas seperti fluktuasi ekonomi polusi dan teknologi tinggi.
Bagaimana orang mengalami suatu stressor tergantung pada persepsinya
tentang stressor dan sumber kopingnya. Stress juga merupakan tambahan (additive).
Jika seseorang mendapat serangan stressor yang multipel, maka respon stress akan
lebih hebat.

3)      Respon stres


Rspon stress dapat diinduksi oleh stressor biofisik, psikososial atau stressor
social. Hans Selye dalam Emanuelsen & Rosenlicht (1986) mengemukakan temuanya
tentang stress kedalam suatu model stress yang disebut general adaptation
syndrome (GAS). GAS terdiri atas 3 tahap yaitu (a) alarm respon, (b) stage of
resistance dan stage of exhaustion.
-       Alarm respon. Merupakan tahap pertama dan ditandai oleh respon cepat,
singkat, melindungi/memelihara kehidupan dimana merupakan aktivitas total dari system
saraf simpatis. Tahap ini sering disebut dengan istilah menyerang atau lari (fight-or-flight
response).
-       Stage of resistance. Merupakan tahap kedua, dimana tubuh beradaptasi terhadap
ketidakseimbangan yang disebabkan oleh stressor. Tubuh bertahan pada tahap ini sampai
stressor yang membahayakan hilang dan tubuh mampu kembali kekeadaan homeostasis.
Jika semua energi tubuh tubuhnya digunakan untuk koping, maka dapat terjadi tahap yang
ketiga yaitu tahap kelelahan.
-       Stage of exhaustion. Saat semua energi telah digunakan untuk koping, maka tubuh
mengalami kelelahan dan berakibat pada terjadinya sakit fisik, gangguan psikososial dan
kematian.

4)      Klien
Klien yang sakit dan harus masuk ke ruang ICU tidak saja bertambah
menderita akibat stress sakit fisiknya tetapi juga stress akibat psikososialnya.
Konsekuensinya, perawat yang melakukan asuhan keperawatan pada unit
keperawatan kritis didesign untuk memelihara atau mengembalikan semua fungsi
fisik vital dan fungsi-fungsi psikososial yang terganggu oleh keadaan sakitnya.
5)      Respon psikososial
Respon psikososial klien terhadap pengalaman keperawatan kritis mungkin
dimediasi oleh fenomena internal seperti keadaan emosional dan mekanisme koping
atau oleh fenomena eksternal seperti kuantitas dan kualitas stimulasi lingkungan.
-       Reaksi emosional. Intensitas reaksi emosional dapat mudah dipahami jika
menganggap bahwa ICU adalah tempat dimana klien berusaha menghindari kematian.
Klien dengan keperawatan kritis memperlihatkan reaksi emosional yang dapat
diprediksi dimana mempunyai cirri-ciri yang umum, berkaitan dengan
sakitnya. Takut dan kecemasan secara umum adalah reaksi pertama yang tampak.
Klien mungkin mengalami nyeri yang menakutkan, prosedur yang tidak nyaman,
mutilasi tubuh, kehilangan kendali, dan/atau meninggal.
-       Depresi seringkali muncul setelah takut dan kecemasan. Depresi seringkali
merupakan respon terhadap berduka dan kehilangan.pengalaman kehilangan dapat
memicu memori dimasa lalu muncul kembali dengan perasaan sedih yang lebih hebat.
6)      Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan skumpulan strategi mental baik disadari
maupun tidak disadari yg digunakan untuk menstabilkan situasi yang berpotensi
mengancam dan membuat kembali ke dalam keseimbangan (Emanuelsen &
Rosenlicht, 1986). Strategi koping klien merupakan upaya untuk menimbulkan
stabilitas emosional, menguasai lingkungan, mendefinisikan kembali tugas/tujuan
hidup, dan memecahkan masalah yang ditimbulkan oleh karena sakit/penyakit.
Beberapa contoh perilaku koping adalah humor, distraksi, bertanya untuk suatu
informasi berbicara dengan yang lain tentang keluhan/perasaan-perasaannya,
mendefinisikan kembali masalah kedalam istilah yang lebih disukai, menghadapi
masalah dengan dengan melakukan beberapa tindakan, negosiasi kemungkinan
pilihan/alternatif, menurunkan ketegangan dengan minum, makan atau menggunakan
obat, menarik diri, menyalahkan seseorang atau sesuatu, menyalahkan diri
sendirimenghindar dan berkonsultasi dengan ahli agama.

B.     INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA KEPERAWATAN KRITIS


Terjadinya sakit / keadaan KRISIS atau KRITIS seseorang akan menimbulkan
stress & anxietas baik path Klien, keluarga atau orang terdekat. Ok:
a.       ancaman thd kehidupannya dan kesejahteraanya
b.       ancaman ketidakberdayaan
c.        kehilangan
d.      eratnya penyakit
e.        Kehilangan kendali
f.        Perasaan kehilangan fungsi & harga diri
g.       Kegagalan membentuk pertahanan diri
h.       Perasaan terisolasi
i.         Takut mati
Respon yang dialami baik pasien atau keluarga yang mengalami kegawatan
atau sakit kritis umunya akan :
a.       Terkejut dan tidak percaya
b.       Mengembangkan kesadaran  
c.        restitusi
d.      Resolusi
Sebagai perawat professional apabila pasien atau keluarga mengalami hal
tersebut maka penatalaksanaan keperawatan tidak terlepas dan:
1.      Proses keperawatan
2.       Memenuhi kebutuhan dasar pasien
3.       adaptasi
4.       Advokasi

Tindakan tersebut ditujukan untuk:


1.       Dukungan emosional, sosial, spiritual dan fisik di lingkungan perawatan
2.       meningkatkan kenyamanan
3.       meningkatkan integritas dan identitas pasien
4.       koping yang adaptif dan efektif
PROSES KOPING
 Proses koping path pasien yang mengalami trauma sangat dipengaruhi oleh:
a.        Gejala awal ( PS menangis / ketakutan km tidak tahu kondisinya)
b.       Penolakan klien terhadap kondisinya

WAWANCARA & INTERVENSI PSIKOSOSIAL


Bagi perawat emergensi / perawat kritis sangat diperlukan wawancara &
intervensi psikososial sebab disamping umumnya pasien dan keluarga mengalami
sakit yang tiba tiba juga terkadang disertai situasi yang buruk dan penyakit yang berat.
Keberhasilan tindakan ini sangat tergantung pada:
a.       Informasi & jawaban yg memuaskan atas permasalahan mereka
b.       Jaminan thd kesehatannya
c.        Perubahan kearah kesembuhan
d.      Harapan keluarga
e.        Sikap tenaga keperawatan
f.        Frekwensi kontak dng pasien / kel
INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Pengkajian yg ditekankan pd adanya konflik-konflik nilai, tuntutan emosional, keterlibatan
emosi yg berlebih, kurangbaiknya hubungan interpersonal., pola koping pasien & keluarga
2.      Support ps & kel. Agar koping psikososial efektif dng cara dukungan emosional, penyediaan
informasi, hubungan sosial yg baik dan dukungan fasilitas
3.       Perhatian dan sentuhan
4.       Keterlibatan keluarga dalam perawatan dan dukungan emosional path pasien
5.       Pemberian informasi yg terus menerus, terus terang ( dng cara yg sesuai ) dan terorganisir
BAB III
PENUTUP

a.      Kesimpulan
Pasien – pasien yang dirawat diruangan ICU adalah pasien – pasien yang sedang
mengalami keadaan kritis. Keadaaan kritis merupakan suatu keadaan penyakit kritis
yang mana pasien sangat beresiko untuk meninggal. Pada keadaan kritis ini pasien
mengalami masalah psikososial yang cukup serius dan karenanya perlu perhatian dan
penanganan yang serius pula dari perawat dan tenaga kesehatan lain yang
merawatanya. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien kritis ini, perawat
harus menunjukkan sikap professional dan tulus dengan pendekatan yang baik serta
berkomunikasi yang efektif kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1.    Emanuelsen, K.L. & Rosenlicht, J.McQ. (1986). Handbook of critical care nursing. New

York: A Wiley Medical Publication.


2.    file:///C:/Users/user.user-PC/Downloads/FILOSOFI%20(1).pdf

Anda mungkin juga menyukai