Anda di halaman 1dari 26

Manajemen Gangguan

Psikososial Pada Pasien Kritis


Latar belakang
• Aspek psikososial dari sakit kritis merupakan suatu tantangan yang

unik bagi perawat pada keperawatan kritis. Perawat harus secara

seimbang dalam memenuhi kebutuhan fisik dan emosional dirinya

maupun kliennya dalam suatu lingkungan yang dapat menimbulkan

stress dan dehumanis. Untuk mencapai keseimbangan ini perawat

harus mempunyai pengetahuan tentang bagaimana keperawatan

kritis yang dialami mempengaruhi kesehatan psikososial pasien,

keluarga dan petugas kesehatan. 


• Dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien yang dirawat di icu atau perawatan kritis
selalu mempertimbangkan aspek biologis,
psikologis, sosiologis, spiritual, secara
komprehensif. Hal ini berarti pasien yang dirawat di
ICU membutuhkan asuhan keperawatan tidak hanya
masalah patofisiologi tetapi juga masalah psiko
sosial, lingkungan dan keluarga yang secara erat
terkait dengan penyakit fisiknya. (FK Unair, RSUD Dr.
Soetomo, 2001) 
B.     Tujuan

1. Memahami respon psikososial pada pasien


gawat darurat dan kritis
2. Meningkatkan kemampuan penulisan
makalah
3. Mengetahui intervensi psikososial pada
keperawatan kritis
C.     Manfaat penulisan
1. Bagi ilmu keperawatan
• Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran atau informasi untuk dijadikan bahan dalam
mengembangakan program pendidikan keperawatan
terhadap psikososial pada pasien gawat darurat dan
kritis
2. Bagi perawat
• Dapat menambah wawasaan perawat tentang
pengetahuan tentang respon psikososial pada pasien
gawat darurat dan kritis
Landasan  Teori

• Psikososial adalah setiap perubahan dalam


kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik
maupun social yang mempunyai pengaruh
timbale balik. Masalah psikososial adalah
masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang
mempunyai pengaruh timbale balik, sebagai
akibat terjadinya perubahan social dan atau
gejolak social dalam masyarakat yang dapat
menimbulkan gangguan jiwa.
• Teori Erik Erikson membahas tentang perkembangan
manusia dikenal dengan teori perkembangan psiko-
sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah
salah satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi.
Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa
kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan.
Salah satu elemen penting dari teori tingkatan
psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan
ego.
• Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita
kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut
Erikson, perkembangan ego selalu berubah
berdasarkan pengalaman dan informasi baru
yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan
orang lain. Erikson juga percaya bahwa
kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan
dapat membantu perkembangan menjadi
positif, inilah alasan mengapa teori Erikson
disebut sebagai teori perkembangan psikososial.
• ICU seringkali digambarkan sebagai suatu
tempat yang penuh dengan stress, tidak hanya
bagi klien dan keluarganya tetapi juga bagi
perawat. Pemahaman yang baik tentang stres
dan akibatnya akan membantu ketika bekerja
pada unit keperawatan kritis. Pemahaman ini
dapat memungkinkan perawat untuk
mengurangi efek destruktif stress dan
meningkatkan potensi positif dari stress baik
pada pasien dan dirinya sendiri.
1)      Stress
• Stress didefinisikan sebagai respon fisik dan
emosional terhadap tuntutan yang dialami
individu yang diiterpretasikan sebagai sesuatu
yang mengancam keseimbangan (Emanuelsen
& Rosenlicht, 1986). Stres merupakan suatu
fenomena komplek, dimana sekumpulan
komponen saling berinteraksi dan bekerja
serentak. Ketika sesuatu hal mengubah satu
komponen subsistem, maka keseluruhan
sistem dapat terpengaruh
• Jika tuntutan untuk berubah menyebabkan
ketidakseimbangan (disequilibrium) pada
sistem, maka terjadilah stress. Individu
kemudian memobilisasi sumber-sumber
koping untuk mengatasi stress dan
mengembalikan keseimbangan. Idealnya,
stress bergabung dengan perilaku koping yang
tepat akan mendorong suatu perubahan
positif pada individu. Ketika stress melebihi
kemampuan koping seseorang, maka potensi
untuk menjadi krisis dapat terjadi.
2)  Stressor
• Stressor merupakan faktor internal maupun eksternal yang
dapat mengubah individu dan berakibat pada terjadinya
fenomena stress (Emanuelsen & Rosenlicht, 1986). Sumber
stressor dapat berasal dari subsistem biofisikal, psikososial atau
masyarakat. Stressor biofisik antara lain organisme infeksius,
proses penyakit atau nutrisi yang buruk. Sedangkan contoh
stressor psikososial adalah harga diri yang rendah, masalah
hubungan interpersonal, dan krisis perkembangan. Stressor ini
berasal dari masyarakat luas seperti fluktuasi ekonomi polusi dan
teknologi tinggi.
• Bagaimana orang mengalami suatu stressor tergantung pada
persepsinya tentang stressor dan sumber kopingnya. Stress juga
merupakan tambahan (additive). Jika seseorang mendapat
serangan stressor yang multipel, maka respon stress akan lebih
hebat.
3)      Respon stres
• Rspon stress dapat diinduksi oleh stressor biofisik,
psikososial atau stressor social. Hans Selye dalam
Emanuelsen & Rosenlicht (1986) mengemukakan temuanya
tentang stress kedalam suatu model stress yang
disebut general adaptation syndrome (GAS). GAS terdiri atas
3 tahap yaitu (a) alarm respon, (b) stage of
resistance dan stage of exhaustion.
• - Alarm respon. Merupakan tahap pertama dan ditandai
oleh respon cepat, singkat, melindungi/memelihara
kehidupan dimana merupakan aktivitas total dari system
saraf simpatis. Tahap ini sering disebut dengan istilah
menyerang atau lari (fight-or-flight response).
• Stage of resistance. Merupakan tahap kedua, dimana
tubuh beradaptasi terhadap ketidakseimbangan yang
disebabkan oleh stressor. Tubuh bertahan pada tahap
ini sampai stressor yang membahayakan hilang dan
tubuh mampu kembali kekeadaan homeostasis. Jika
semua energi tubuh tubuhnya digunakan untuk
koping, maka dapat terjadi tahap yang ketiga yaitu
tahap kelelahan.
• Stage of exhaustion. Saat semua energi telah
digunakan untuk koping, maka tubuh mengalami
kelelahan dan berakibat pada terjadinya sakit fisik,
gangguan psikososial dan kematian.
4) Klien
• Klien yang sakit dan harus masuk ke ruang ICU
tidak saja bertambah menderita akibat stress
sakit fisiknya tetapi juga stress akibat
psikososialnya. Konsekuensinya, perawat yang
melakukan asuhan keperawatan pada unit
keperawatan kritis didesign untuk memelihara
atau mengembalikan semua fungsi fisik vital
dan fungsi-fungsi psikososial yang terganggu
oleh keadaan sakitnya.
5)   Respon psikososial
• Respon psikososial klien terhadap pengalaman
keperawatan kritis mungkin dimediasi oleh fenomena
internal seperti keadaan emosional dan mekanisme
koping atau oleh fenomena eksternal seperti kuantitas
dan kualitas stimulasi lingkungan.
• Reaksi emosional. Intensitas reaksi emosional dapat
mudah dipahami jika menganggap bahwa ICU adalah
tempat dimana klien berusaha menghindari kematian.
Klien dengan keperawatan kritis memperlihatkan reaksi
emosional yang dapat diprediksi dimana mempunyai
cirri-ciri yang umum, berkaitan dengan sakitnya. 
• Takut dan kecemasan secara umum adalah reaksi
pertama yang tampak. Klien mungkin mengalami
nyeri yang menakutkan, prosedur yang tidak nyaman,
mutilasi tubuh, kehilangan kendali, dan/atau
meninggal.
• Depresi seringkali muncul setelah takut dan
kecemasan. Depresi seringkali merupakan respon
terhadap berduka dan kehilangan.pengalaman
kehilangan dapat memicu memori dimasa lalu muncul
kembali dengan perasaan sedih yang lebih hebat.
6)  Mekanisme koping

• Mekanisme koping merupakan skumpulan strategi mental

baik disadari maupun tidak disadari yg digunakan untuk

menstabilkan situasi yang berpotensi mengancam dan

membuat kembali ke dalam keseimbangan (Emanuelsen &

Rosenlicht, 1986). Strategi koping klien merupakan upaya

untuk menimbulkan stabilitas emosional, menguasai

lingkungan, mendefinisikan kembali tugas/tujuan hidup, dan

memecahkan masalah yang ditimbulkan oleh karena

sakit/penyakit.
• Beberapa contoh perilaku koping adalah humor,
distraksi, bertanya untuk suatu informasi berbicara
dengan yang lain tentang keluhan/perasaan-
perasaannya, mendefinisikan kembali masalah
kedalam istilah yang lebih disukai, menghadapi
masalah dengan dengan melakukan beberapa
tindakan, negosiasi kemungkinan pilihan/alternatif,
menurunkan ketegangan dengan minum, makan
atau menggunakan obat, menarik diri,
menyalahkan seseorang atau sesuatu,
menyalahkan diri sendirimenghindar dan
berkonsultasi dengan ahli agama.
B.  INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA KEPERAWATAN KRITIS
Terjadinya sakit / keadaan KRISIS atau KRITIS seseorang akan
menimbulkan stress & anxietas baik path Klien, keluarga atau
orang terdekat. Ok:
a.   Ancaman thd kehidupannya dan kesejahteraanya
b.   Ancaman ketidakberdayaan
c.    Kehilangan
d.   Eratnya penyakit
e.   Kehilangan kendali
f.   Perasaan kehilangan fungsi & harga diri
g.   Kegagalan membentuk pertahanan diri
h.   Perasaan terisolasi
i.   Takut mati
• Respon yang dialami baik pasien atau keluarga yang mengalami
kegawatan atau sakit kritis umunya akan :
a.  Terkejut dan tidak percaya
b.  Mengembangkan kesadaran  
c.   restitusi
d.  Resolusi

• Sebagai perawat professional apabila pasien atau keluarga mengalami


hal tersebut maka penatalaksanaan keperawatan tidak terlepas dan:
1.  Proses keperawatan
2.  Memenuhi kebutuhan dasar pasien
3.  adaptasi
4.  Advokasi
• Tindakan tersebut ditujukan untuk:
1.  Dukungan emosional, sosial, spiritual dan fisik di lingkungan
perawatan
2.  meningkatkan kenyamanan
3.  meningkatkan integritas dan identitas pasien
4.  koping yang adaptif dan efektif

PROSES KOPING
• Proses koping path pasien yang mengalami trauma sangat
dipengaruhi oleh:
a.  Gejala awal ( PS menangis / ketakutan km tidak tahu
kondisinya)
b.  Penolakan klien terhadap kondisinya
WAWANCARA & INTERVENSI PSIKOSOSIAL
•  Bagi perawat emergensi / perawat kritis sangat diperlukan
wawancara & intervensi psikososial sebab disamping
umumnya pasien dan keluarga mengalami sakit yang tiba tiba
juga terkadang disertai situasi yang buruk dan penyakit yang
berat. Keberhasilan tindakan ini sangat tergantung pada:
a.  Informasi & jawaban yg memuaskan atas permasalahan
mereka
b.  Jaminan thd kesehatannya
c.  Perubahan kearah kesembuhan
d.  Harapan keluarga
e.  Sikap tenaga keperawatan
f.   Frekwensi kontak dng pasien / kel
INTERVENSI KEPERAWATAN
1.  Pengkajian yg ditekankan pd adanya konflik-konflik nilai,
tuntutan emosional, keterlibatan emosi yg berlebih,
kurangbaiknya hubungan interpersonal., pola koping
pasien & keluarga
2.  Support ps & kel. Agar koping psikososial efektif dng
cara dukungan emosional, penyediaan informasi,
hubungan sosial yg baik dan dukungan fasilitas
3.  Perhatian dan sentuhan
4.  Keterlibatan keluarga dalam perawatan dan dukungan
emosional path pasien
5.  Pemberian informasi yg terus menerus, terus terang
( dng cara yg sesuai ) dan terorganisir
PENUTUP
Kesimpulan
Pasien – pasien yang dirawat diruangan ICU adalah pasien –
pasien yang sedang mengalami keadaan kritis. Keadaaan
kritis merupakan suatu keadaan penyakit kritis yang mana
pasien sangat beresiko untuk meninggal. Pada keadaan
kritis ini pasien mengalami masalah psikososial yang cukup
serius dan karenanya perlu perhatian dan penanganan
yang serius pula dari perawat dan tenaga kesehatan lain
yang merawatanya. Dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien kritis ini, perawat harus
menunjukkan sikap professional dan tulus dengan
pendekatan yang baik serta berkomunikasi yang efektif
kepada pasien.

Anda mungkin juga menyukai