net/publication/339768592
CITATIONS READS
0 1,130
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Ahmad Zain Sarnoto on 07 March 2020.
ABSTRAK
Fenomena menarik yang terjadi dewasa ini dan hampir melanda umat manusia
adalah kerasnya persaingan antar individu untuk bertahan hidup. Dalam upaya
seseorang untuk bertahan hidup, tak jarang konflik yang berkepanjangan mucul
seiring dengan lewatnya waktu. Seorang sibuk memikirkan masa depannya, masa
depan anak-anaknya, kehidupannya untuk hari esok, penyakitnya yang tak kunjung
sembuh, vonis dokter bahwa tensinya tinggi hangga ia dinyatakan mengidap
penyakit darah tinggi, takut tak mampu menyelesaikan studinya, dan lain-lain
sehingga ia terfokus hanya memikirkan masalahnya tersebut. Akibatnya, ia terbawa
arus pikirannya yang tanpa ia sadari menjadikan konflik pada dirinya.
Kejadian ini terus berlangsung sepanjang hidupnya dan puncaknya ia tak mampu
lagi mengendalikan pikirannya. Jadilah ia seseorang penderita suatu penyakit yang
dalam bahasa kedokteran disebut psikosomatik atau depressi terselubung. Apa itu
psikosomatik? Psikosomatik berkaitan dengan jiwa dan raga atau berhubungan
dengan gangguan emosi atau mental pada diri manusia dimana ia tak mampu
mengendalikan pikirannya yang ia rasakan dan dampaknya menurunnya daya tahan
tubuh orang tersebut
PENDAHULUAN
Psikosomatis merupakan salah satu gangguan kesehatan atau penyakit yang ditandai
oleh bermacam-macam keluhan fisik. Berbagai keluhan tersebut acapkali berpindah-pindah.
Sebagai contoh dalam waktu beberapa hari terjadi keluhan pada pencernaan, disusul
gangguan pernafasan pada hari-hari berikutnya. Atau kadang keluhan tersebut menetap
hanya pada satu sistem saja, misal hanya pada sistem pencernaan (gangguan lambung).
Kondisi inilah yang seringkali menjadi sebab berpindah-pindahnya penderita dari satu
dokter ke dokter yang lain (―doctor shopping‖). Ada sebagian pasien yang kemudian jatuh
pada perangkap medikalisasi, yakni upaya atau tindakan dengan berbagai teknik dan taktik,
yang membuat mereka terkondisi dalam keadaan sakit dan memerlukan pemeriksaan
maupun pengobatan.
Padahal gangguan psikosomatis ini sebenarnya justru disebabkan dan berkaitan erat
dengan masalah psikis/psikososial. Alhasil, dapat terjadi gangguan fisik pada seluruh sistem
di tubuh manusia mulai dari sistem kardiovaskular, sistem pernafasan, sistem pencernaan,
kulit, saluran urogenital (saluran kencing) dan sebagainya.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian psikosomatis
Istilah psikosomatis berasal dari bahasa yunani (―psyche‖ berarti psikis dan ―soma‖
berarti badan). Istilah ini diperkenalkan oleh seorang dokter Jerman Heinroth ke dalam
kedokteran Barat. Pada tahun 1818 ia menerbitkan desertasi yang menekankan pentingnya
faktor psikososial dalam perkembangan penyakit fisik.
Gangguan psikosomatis dapat timbul bukan saja pada yang berkepribadian atau emosi
labil, tetapi juga pada orang yang dapat dikatakn stabil, atupun pada orang dengan
gangguan kepribadian dan pada orang dengan psikosa.
Menurut Teori Kelemahan Organ (Theory Of Somatic Weakness), gangguan
psikosomatis akan terjadi pada seorang yang mempunyai organ yang secara biologis sudah
lemah atau peka. Kelemahan bisa terjadi karena faktor genetic, penyakit atau luka
sebelumnya.
Teori Sindrom Adaptasi Umum (General Adaptation Syndrom) dari Hans Selse. Menurut
teori ini tubuh bereaksi terhadap stressor dalam tiga tahap :
1. Reaksi alam yaitu mobilisasi sumber daya tubuh untuk mempersiapkan organisme
untuk pertahanan diri. Pada tahap ini tubuh melakukan berbagai reaksi misalnya
sistem syaraf otonom dirangsang sehingga meningkatkan aktivitas jantung,
meningkatkan tekanan darah dsb.
2. Resistansi yaitu reaksi bertahan sampai mendekati batas adaptasi. Jika stressor
berlanjut dan tubuh berusaha terus untuk mempertahankan diri maka sumber daya
tahan pun habis dan resistansi tidak bisa dilanjutkan atau mengalami tahap
exhaustion.
3. Exhaustion yaitu kehabisan sumber daya sehingga pertahanan terhadap stressor
berhenti.
jadi psikosomatis terjadi karena reaksi pertahanan yang berlangsung lama terhadap stressor.
Teori Diathesis Stress, menggabungkan kedua teori diatas. Pendekatan ini
mempertimbangkan tidak hanya efek dari kepekaan organ dan dampak stressor lingkungan,
tetapi juga bagaimana individu mempersepsi stressor tersebut dan mengatasinya.
4. Saluran pencernaan.
Gangguan saluran pencernaan sebagai manifestasi gangguan psikosomatis paling
sering terdapat dalam praktek, akan tetapi penderita harus diperiksa betul untuk
menyingkirkan penyebab somatogenik.
Gangguan psikosomatik saluran pencernaan dapat menimbulkan berbagai gejala yang
sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya:
o Nafsu makan berasal dari susunan syaraf pusat dan timbul karena ingatan dan
asosiasi, tetapi rasa lapar juga timbul karena gerakan saluran pencernaan yang agak
keras.
o Muntah, isi lambung disemprotkan ke lar sebab ada kontraksi otot-otot dinding
perut dan diafragma serta kardia dalam keadaan relaksasi. Muntah ialah suatu
refleks yang kompleks. Muntah dipengaruhi oleh banyak sentra yang lain antara
lain : pengaruh dari olfaktorius, dari penglihatan dan dari vertibularis.
o Diare, jalannya makanan terlalu cepat dan resorpsi air kurang sekali. Dan lain
sebagainya.
5. Sistem Endokrin
Sistem endokrin memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
individu, baik fisik maupun mental. Gangguan psikosomatik mengenai sistem endokrin
yang mungkin terjadi adalah hipertiroidi dan syndrome menopause.
Sebelum gejala-gejala hipertiroidi timbul sering didahului konflik atau stress dalam
hidup penderita. Hampir semua penderita mengalami krisis emosional sebelum sakit. Sering
gejala-gejala pada hipertiroidi hanya merupakan mengerasnyasifat-sifat kepribadian yang
ada sebelumnya, seperti : lekas terpengaruh, mudah terkejut bila menerima suara atau
cahaya keras, gugup, lekas marah, rasa cemas yang ringan.
Dalam syndrom menopause sering timbul gangguan jiwa dalam waktu ini yang
merupakan gangguan psikosomatis, nerosa ataupun psikosa.
6. Otot dan tulang
Nyeri otot atau mialgi sering terdapat dalam praktek. Kecuali hawa dan pekerjaan, maka
faktor emosi memegang peranan yang penting dalam menimbulkannya. Karena tekanan
psikologik, maka tonus otot meninggi dan penderita mengeluh nyeri kepala, kaku kuduk
dan nyeri punggung bawah. Ketegangan otot dapat menyebabkan ketegangan sekitar sendi
dan menimbulkan nyeri sendi.
adanya peningkatan asam lambung disebabkan oleh faktor pikiran yang tak mampu
dikendalikannya.
Penderita psikosomatik akan merasa rak punya tenaga, dadanya berdebar-debar
kencang tanpa sebab, susah tidur, bernafas pendek sepertinya hanya sebatas leher dan tak
sampai ke paru-paru, otot-otot terasa tegang seolah-olah ia menderita penyakit darah tinggi
padahal ia tak menderita penyakit tersebut. Ia tak mampu berjalan jalan jauh sebab ia akan
merasa cepat letih, dan juga ia merasa gamang untuk berjalan apalagi pergi ketempat-
tempat ramai, seperti ke plaza-plaza atau ke pasar.
Ini terjadi karena si penderita psikosomatik sering membayangkan apa yang bakal
terjadi jika ia pergi ke suatu tempat dan kemudian ia meninggal di sana. Hal semacam ini
terus dalam pikirannya kecemasan merupakan penyakit batin, dan menyebabkan perasaan
tegang. Tak jarang orang yang mengidap penyakit ini berusaha untuk bunuh diri. Perasaan
ingin bunuh diri ini disebabkan penyakit yang dideritanya tak kunjung sembuh. Jika kondisi
ini terjadi kemana ia harus mengadu?
dengan jelas diuraikan dalam Al-Qur'an. Kita jangan cepat-cepat mengatakan bahwa si
penderita sakit "dibuat" oleh para pendengki.
Sebab ketidaktahuan kita akan suatu penyakit dewasa ini sering diasumsikan pada
orang yang dengki telah berbuat zalim kepada kita, padahal penyakit yang kita derita adalah
disebabakan tekanan kehidupan kita yang mampu kita pecahkan secara sistemaitis. Hanya
kepada Allah SWT kita mengadu dan menyerahkan masalah kita. Kita harus banyak
bersabar dan terus mendekatkan diri kepada Allah SWT, pencipta alam semesta. Hanya
Allah SWT satu-satunya yang mampu menolong semua masalah dan penderitaan kita. Jadi,
sudah sepantasnyalah kita mengadukan problem kehidupan kita hanya kepada Allah SWT
SIMPULAN
Manifestasi klinis psikosomatis yang banyak dijumpai di masyarakat berupa gejala
sakit kepala, mudah pingsan, banyak berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pada lambung, diare, mudah gatal-gatal dan sebagainya dengan frekuensi yang
berulang-ulang. Dalam ilmu kedokteran jiwa (Psikiatri) kasus semacam ini seringkali
ditemukan dengan ciri khas khusus. Yakni penderita merasa yakin bahwa gangguan-
gangguan yang dialaminya merupakan rangkaian gejala penyakit tertentu. Penderita merasa
kecewa karena meskipun telah melalui konsultasi dan mendapat pemeriksaan dokter
ternyata secara medis/fisik tidak ditemukan suatu kelainan. Karena tidak puas, penderita
cenderung mengambil inisiatif penyembuhan sendiri yaitu dengan sering berpindah-pindah
dokter. Biasanya penderita penyakit psikosomatis menyangkal dan menolak untuk
membahas serta mengutarakan problem atau konflik dalam kehidupan yang dialaminya
ketika berhadapan dengan dokter. Meskipun sudah didapatkan gejala ansietas (kecemasan)
dan depresi pada dirinya
Psikosomatis sebenarnya justru disebabkan dan berkaitan erat dengan masalah
psikis/psikososial. Alhasil, dapat terjadi gangguan fisik pada seluruh sistem di tubuh
manusia mulai dari sistem kardiovaskular, sistem pernafasan, sistem pencernaan, kulit,
saluran urogenital (saluran kencing) dan sebagainya
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin, J.P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Rajawli Press
Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University
Press
Sulistyaningsih, 2000, Psikologi Abnormal dan Psikopatologi, Buku Ajar.
Kaplan dan Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta : Binarupa Aksara
Kartono, Kartini. 1989. Psikologi Abnormal Dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Mandar
Maju
—-. 1989. Hygiene Mental Dan Kesehatan Mental Dalam Islam. Bandung : Mandar Maju.
K.H. SS. Djam’an, Islam dan Psikosomatis, Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1975