Anda di halaman 1dari 11

SIKOSOMATIS A. PENGERTIAN Istilah psikosomatis berasal dari bahasa yunani (psyche berarti psikis dan soma berarti badan).

Istilah ini diperkenalkan oleh seorang dokter Jerman Heinroth ke dalam kedokteran Barat. Pada tahun 1818 ia menerbitkan desertasi yang menekankan pentingnya faktor psikososial dalam perkembangan penyakit fisik. Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul psikologi abnormal mendefinisikan psikosomatis yaitu bentuk macam-macam penyakit fisik yang ditimbulakn oleh konflik-konflik psikis/psikologis dan kecemasankecemasan kronis. Dia juga mendefinisikan psikosomatis sebagai kegagalan sistem syaraf dan sistem fisik disebabkan oleh kecemasan-kecemasan, konflik-konflik psikis dan gangguan mental. J.P Chaplin dalam kamus psikologi menyebutkan bahwa psikosomatis adalah satu penyakit yang disebabkan oleh satu kombinasi dari faktor organis dan psikologis. Gangguan psikosomatis secara tradisional didefinisikan sebagai penyakit fisik yang dipengaruhi oleh faktor psikologis. Gangguan psikosomatis sebenarnya tidak termasuk faktor psikologis yang terlalu berat untuk digolongkan ke dalam gangguan mental tetapi gangguan ini sangat berperan mempengaruhi gangguan medis. Pada psikosomatis penyakit-penyakit fisik dan kegagalan sistem syaraf tadi terus berlangsung, walaupun tanpa ada stimulus atau perangsang khusus yang jelas ada kaitan antara tubuh dan jiwa, seperti pada perasaan/ emosi-emosi yang mempunyai latar belakang komponen mental dan komponen jasmaniah. Jadi, ada interdependensi (saling ketergantungan) diantara proses-proses mental dengan fungsi fungsi somatic (jasmani,fisik). Dalam hal ini ada kegagalan pada sistem syaraf dan sistem fisik untuk menyalurkan peringan kecemasan dan gangguan mental. Konflik-konflik psikis atau psikologis dan kecemasan bisa menjadi sebab timbulnya bermacam-macam penyakit jasmani atau bakhan bisa menjadi penyebab semakin beratnya suatu penyakit jasmani yang telah ada. Sebagai contoh : karena rasa takut yang hebat, detak jantung jadi sangat cepat, dan ada kelelahan ekstrim dari reaksi asthenis (kelemahan) pada badan yang lemah. kedua-duanya adalah benar-benar gejala fisiologis atau jasmaniah yang diidentifikasikan sebagai akibat dari konflik-konflik emosional yang sifatnya psikologis. Gangguan psikosomatik biasanya digolongkan menurut organ yang terkena, yaitu:

1. Gangguan kulit misalnya neurodermatitis dan hiperhidrosis (kulit kering) 2. Gangguan pernafasan misalnya asma bronchial, hiperventilasi (bernafas sangat cepat seringkali
menjadi pingsan)

3. Gangguan kardiovaskular misalnya migraine dan tekanan darah tinggi (hipertensi) 4. Gangguan gastrointestinal misalnya luka lambung.

B. PENYEBAB TIMBULNYA GANGGUAN DAN GEJALA Suatu konflik yang menimbulkan ketegangan pada manuia dan bila hal ini tidak diselasaikan dan disalurkan dengan baik maka timbullah reaksi-reaksi yang abnormal pada jiwa yang dinamakan nerosa. Banyak sekali sebab mengapa perkembangan nerotik sebagian besar menjadi manifes pada badan. Mudah sukarnya timbul gangguan tergantung sebagian besar pada kematangan kepribadian individu, tetapi juga pada berat dan lamanya stress itu. adapun sebab-sebabnya antara lain :

1. Penyakit organic yang dulu pernah diderita dapat menimbulkan predisposisi untuk timbulnya 2. 3. 4.
gangguan psikosomatis pada bagian tubuh yang pernah sakit. Contoh : dulu pernah sakit disentri, lalu kemudian dalam keadaan emosi tertentu timbullah keluhan pada saluran pencernaan. Tradisi keluarga dapat mengarahkan emosi kepada fungsi tertentu. Misalnya bila menu dan diit selalu diperhatikan, maka mungkin nanti sering mengeluh tentang lambung. Suatu emosi menjelma secara simbolik elementer menjadi suatu gangguan badaniah tertentu. Misalnya bila seorang cemas, maka timbul keluhan dari pihak jantung begitu juga sebaliknya, rasa benci menimbulkan rasa muntah. Dapat ditentukan juga oleh kebiasaan, anggapan dan kepercayaan masyarakat di sekitar. Misalnya anggapan bahwa menopous menyebabkan wanita sakit, maka nanti ia mengeluh juga ketika menopous.

Gangguan psikosomatis dapat timbul bukan saja pada yang berkepribadian atau emosi labil, tetapi juga pada orang yang dapat dikatakn stabil, atupun pada orang dengan gangguan kepribadian dan pada orang dengan psikosa. Menurut Teori Kelemahan Organ (Theory Of Somatic Weakness), gangguan psikosomatis akan terjadi pada seorang yang mempunyai organ yang secara biologis sudah lemah atau peka. Kelemahan bisa terjadi karena faktor genetic, penyakit atau luka sebelumnya. Teori Sindrom Adaptasi Umum (General Adaptation Syndrom) dari Hans Selse. Menurut teori ini tubuh bereaksi terhadap stressor dalam tiga tahap :

1. Reaksi alam yaitu mobilisasi sumber daya tubuh untuk mempersiapkan organisme untuk 2. 3.
pertahanan diri. Pada tahap ini tubuh melakukan berbagai reaksi misalnya sistem syaraf otonom dirangsang sehingga meningkatkan aktivitas jantung, meningkatkan tekanan darah dsb. Resistansi yaitu reaksi bertahan sampai mendekati batas adaptasi. Jika stressor berlanjut dan tubuh berusaha terus untuk mempertahankan diri maka sumber daya tahan pun habis dan resistansi tidak bisa dilanjutkan atau mengalami tahap exhaustion. Exhaustion yaitu kehabisan sumber daya sehingga pertahanan terhadap stressor berhenti.

jadi psikosomatis terjadi karena reaksi pertahanan yang berlangsung lama terhadap stressor. Teori Diathesis Stress, menggabungkan kedua teori diatas. Pendekatan ini mempertimbangkan tidak hanya efek dari kepekaan organ dan dampak stressor lingkungan, tetapi juga bagaimana individu mempersepsi stressor tersebut dan mengatasinya. C. BERBAGAI JENIS GANGGUAN PSIKOSOMATIS Konflik dan gangguan jiwa dapat menimbulkan gangguan badaniah yang terus menerus, biasanya hanya pada satu alat tubuh saja, tetapi kadang-kadang juga berturut-turut atau serentak beberapa organ yang terganggu. Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa Gangguan psikosomatik biasanya digolongkan menurut organ yang terkena.

1. Kulit
Emosi dapat menimbulkan gangguan pada kulit telah lama diketahui. Baru tahun-tahun belakangan ini diperhatikan dan diselidiki hubungan antara timbulnya neurodermatitis dan hiperhidrosis dan reaksi kulit lain dengan kesukaran penyesuain diri terhadap stress dalam hidup manusia.

1. Sistem pernafasan
Gangguan psikosomatis yang sering timbul dari saluran pernapasan ialah sindrom hiperventilasi dan asma bronkiale dengan bermacam-macam keluhan yang menyertainya. hiperventilasi biasanya merupakan tarikan nafas panjang, dan dapat menjadi suatu kebiasaan, seperti ada orang yang mengisap rokok bila ia tegang, yang lain mulai bernafas panjang. Kecemasan dapat menggangu ritme pernapasan dan diketahui juga dapat menimbulkan serangan asma. Stimuli emosi bersama dengan alergi penderita menimbulkan kontruksi bronkoli bila sistem saraf vegetatif juga tidak stabil dan mudah terangsang.

1. Jantung dan pembuluh darah


Stres yang menimbulkan kecemasan mempercepat denyut jantung, meningkatkan daya pompa jantung dan tekanan darah, menimbulkan kelainan pada ritme dan EKG. Kehilangan semangat dan putus asa mengurangi frekwensi, daya pompa jantung dan tekanan darah. Adapun gejala yang sering didapati yaitu : Hipertensi, migren, sakit kepala vaskuler. Belum diketahui dengan jelas berapa banyak pengaruh emosi dalam pembentukan hipertensi. Tetapi banyak gejala yang dikatakan karena hipertensi sebenarnya disebabkan oleh emosi.

1. Saluran pencernaan.
Gangguan saluran pencernaan sebagai manifestasi gangguan psikosomatis paling sering terdapat dalam praktek, akan tetapi penderita harus diperiksa betul untuk menyingkirkan penyebab somatogenik. Gangguan psikosomatik saluran pencernaan dapat menimbulkan berbagai gejala yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya: 1.

2.

Nafsu makan berasal dari susunan syaraf pusat dan timbul karena ingatan dan asosiasi, tetapi rasa lapar juga timbul karena gerakan saluran pencernaan yang agak keras. o Muntah, isi lambung disemprotkan ke lar sebab ada kontraksi otot-otot dinding perut dan diafragma serta kardia dalam keadaan relaksasi. Muntah ialah suatu refleks yang kompleks. Muntah dipengaruhi oleh banyak sentra yang lain antara lain : pengaruh dari olfaktorius, dari penglihatan dan dari vertibularis. o Diare, jalannya makanan terlalu cepat dan resorpsi air kurang sekali. Dan lain sebagainya. Sistem Endokrin

Sistem endokrin memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, baik fisik maupun mental. Gangguan psikosomatik mengenai sistem endokrin yang mungkin terjadi adalah hipertiroidi dan syndrome menopause. Sebelum gejala-gejala hipertiroidi timbul sering didahului konflik atau stress dalam hidup penderita. Hampir semua penderita mengalami krisis emosional sebelum sakit. Sering gejala-gejala pada hipertiroidi hanya merupakan mengerasnyasifat-sifat kepribadian yang ada sebelumnya, seperti : lekas terpengaruh, mudah terkejut bila menerima suara atau cahaya keras, gugup, lekas marah, rasa cemas yang ringan. Dalam syndrom menopause sering timbul gangguan jiwa dalam waktu ini yang merupakan gangguan psikosomatis, nerosa ataupun psikosa.

1. Otot dan tulang


Nyeri otot atau mialgi sering terdapat dalam praktek. Kecuali hawa dan pekerjaan, maka faktor emosi memegang peranan yang penting dalam menimbulkannya. Karena tekanan psikologik, maka tonus otot meninggi dan penderita mengeluh nyeri kepala, kaku kuduk dan nyeri punggung bawah. Ketegangan otot dapat menyebabkan ketegangan sekitar sendi dan menimbulkan nyeri sendi. D. TERAPI Adapun tipe-tipe terapi yang digunakan bagi para penderita psikosomatis adalah : a) Psikoterapi Kelompok dan Terapi keluarga

Karena kepentingan psikopatologis dari hubungan ibu-anak dalam perkembangan gangguan psikosomatik, modifikasi hubungan tersebut telah diajukan sebagai kemungkinan focus penekanan dalam psikoterapi untuk gangguan psikosomatik. Toksoz Bryam Karasu menulis bahwa pendekatan kelompok harus juga menawarkan kontak intrapersonal yang lebih besar, memberikan dukungan ego yang lebihh tinggi bagi ego pasien psikosomatis yang lemah dan merasa takut akan ancaman isolasi dan perpisahan parental. Terapi keluarga menawarkan harapan suatu perubahan dalam hubungan antara keluarga dan anak. Kedua terapi memiliki hasil klinis awal yang sangat baik. b) Terapi Perilaku

Biofeedback. Ini adalah terapi yang menerapkan teknik behavior dan banyak digunakan untuk mngatasi psikosomatik. Terapi yang dikembangkan oleh Nead Miller ini didasari oleh pemikiran bahwa berbagai respon atau reaksi yang dikendalikan oleh sistem syaraf otonam sebenarnya dapat diatur sendiri oleh individu melalui operant conditioning. Biofeedback mempergunakan instrumen sehingga individu dapat mengenali adanya perubahan psikologis dan fisik pada dirinya dan kemudian berusaha untuk mengatur reaksinya. Misalnya seseorang penderita migrain atau sakit kepala. Dengan menggunakan biofeedback, ia bisa berusaha untuk rileks pada saat mendengan singal yang menunjukkan bahwa ada kontraksi otot atau denyutan dikepala. Penerapan teknik ini pada pasien dengan hipertensi, aritmia jantung, epilepsy dan nyeri kepala tegangan telah memberikan hasil terapetik yang membesarkan hati tetapi tidak menyakitkan. Teknik Relaksasi, Terapi hipertensi dapat termasuk penggunaan teknik relaksasi. Hasil yang positif telah diterbitkan tentang pengobatan penyalahgunaan alcohol dan zat lain dengan menggunakan meditasi transcendental. Teknik meditasi juga digunakan dalam pengobatan nyeri kepala.

Definisi Krisis adalah :

Suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dalam kehidupan seseorang yang mengganggu keseimbangan selama mekanisme coping individu tersebut tidak dapat mecahkan masalah

Ganggaun internal yang disebabkan oleh kondisi penuh stress atau yang dipersepsikan oleh individu sebagai ancaman

Selama krisis, individu kesulitan dalam melakukan sesuatu, koping yang biasa digunakan tidak efektif lagi dan terjadi peningkatan kecemasan. Konsep krisis :

1. 2. 3. 4. 5.

Krisis terjadi pada semua individu, tidak selalu patologis Krisis dipicu oleh peristiwa yang spesifik Krisis bersifat personal Krisis bersifat akut, tidak kronis, waktu singkat ( 4-6 minggu ) Krisis berpotensi terhadap perkembangan psikologis atau bahkan akan membaik

Faktor yang berpengaruh :

Pengalaman problem solving sebelumnya Persepsi individu terhadap suatu masalah Adanya bantuan atau bahkan hambatan dari orang lain Jumlah dan tipe krisis sebelumnya Waktu terakhir mengalami krisis Kelompok beresiko Sense of mastery Resilence; factor perlindungan berupa perilaku yang berkontribusi terhadap keberhasilan koping dengan stress lain. Faktor perlindungan antara lain kompetensi social, ketrampilan memecahkan masalah, otonomi, berorientasi pada tujuan, ide belajar, dukungan keluarga, dukungan social. Resilient ( individu yang tabah/ulet ) mempunyai harga diri tinggi, berdaya guna, mempunyai keterampilan memecahkan masalah, mempunyai kepuasan dalam hubungan interpersonal.

Faktor resiko :

Wanita Etnik minoritas Kondisi social ekonomi rendah Problematik predisaster functioning and personality

Macam krisis : 1. Krisis maturasi/krisis perkembangan

Dipicu oleh stressor normal dalam proses perkembangan Terjadi pada masa transisi proses pertumbuhan dan perkembangan. Setiap tahap perkembangan tergantung pada tahap sebelumnya, setiap tahap perkembangan merupakan tahap krisis bila tidak difasilitasi untuk dapat menyelesaikan tugas perkembangan Misal : Masuk sekolah, pubertas, menikah, meninggalan rumah, menjadi orang tua, pensiun dll

2. Krisis situasional

Merupakan respon terhadap peristiwa traumatic yang tiba-tiba dan tidak dapat dihindari yang mempunyai pengaruh besar terhadap peran dan identitas seseorang Cenderung mengikuti proses kehilangan, seperti kehilangan pekerjaan, putus sekolah, putus cinta, penyakit terminal, kehamilan/kelahiran yang tidak diinginkan. Respon yang biasa mucul terhadap kehilangan adalah depresi Kesulitan dalam beradaptasi dengan krisis situasional ini berhubungan dengan kondisi dimana seseorang sedang berjuang menyelesaikan krisis perkembangan

3. Krisis social

Krisis yang terjadi di luar kemampuan individu. Adanya situasi yang diakibatkan kehilangan multiple dan perubahan lingkungan yang luas Contoh : terorisme, kebakaran, gempa bumi, banjir, perang

Tipe krisis yang lain (Townsend, 2006):

1. Dispisitional crises, merupakan respon akut terhadap stressor eksternal 2. Crises of anticipated life transition, suatu transisi siklus kehidupan yang normal yang diantisipasi
secara berlebihan oleh individu saat merasa kehilangan kendali

3. Crises resulting from traumatic stress, krisis yang dipicu oleh stressor eksternal yang tidak 4. 5. 6.
diharapkan sehingga individu merasa menyerah karena kurangnya atau bahkan tidak mempunyai control diri. Developmental crises, krisis yang terjadi sebagai respon terhadap situasi yang mencetuskan emosi yang berhubungan dengan konflik kehidupan yang tidak dapat dipecahkan Crises reflecting psychopathology, misalnya neurosis, schizophrenia, borderline personality Psychiatric emergency, krisis yang secara umum telah mengalami kerusakan yang parah terhadap fungsi kehidupan. Misalnya acute suicide, overdosis, psikosis akut, marah yang tidak terkontrol, intoksikasi alcohol, reaksi terhadap obat-obatan halusinogenik

Kecemasan Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).

Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998). Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya hiperaktifitas sistem syaraf otonom. Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik yang sering ditemukan dan sering kali merupakan suatu emosi yang normal (Kusuma W, 1997). Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual (Kaplan, Sadock, 1997). Teori Kecemasan Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan. Stres dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap suatu harapan yang mencetuskan cemas. Hasilnya adalah bekerja untuk melegakan tingkah laku (Rawlins, at al, 1993). Stress dapat berbentuk psikologis, sosial atau fisik. Beberapa teori memberikan kontribusi terhadap kemungkinan faktor etiologi dalam pengembangan kecemasan. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut : a. Teori Psikodinamik Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik psikis yang tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk mengambil aksi penurunan cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan menurun dan rasa aman datang lagi. Namun bila konflik terus berkepanjangan, maka kecemasan ada pada tingkat tinggi. Mekanisme pertahanan diri dialami sebagai simptom, seperti phobia, regresi dan tingkah laku ritualistik. Konsep psikodinamik menurut Freud ini juga menerangkan bahwa kecemasan timbul pertama dalam hidup manusia saat lahir dan merasakan lapar yang pertama kali. Saat itu dalam kondisi masih lemah, sehingga belum mampu memberikan respon terhadap kedinginan dan kelaparan, maka lahirlah kecemasan pertama. Kecemasan berikutnya muncul apabila ada suatu keinginan dari Id untuk menuntut pelepasan dari ego, tetapi tidak mendapat restu dari super ego, maka terjadilah konflik dalam ego, antara keinginan Id yang ingin pelepasan dan sangsi dari super ego lahirlah kecemasan yang kedua. Konflik-konflik tersebut ditekan dalam alam bawah sadar, dengan potensi yang tetap tak terpengaruh oleh waktu, sering tidak realistik dan dibesar-besarkan. Tekanan ini akan muncul ke permukaan melalui tiga peristiwa, yaitu : sensor super ego menurun, desakan Id meningkat dan adanya stress psikososial, maka lahirlah kecemasan-kecemasan berikutnya (Prawirohusodo, 1988). b. Teori Perilaku Menurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon terhadap stimulus khusus (fakta), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon kondisi untuk stimulus yang penting. Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi, sehingga akan mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di inginkan. c. Teori Interpersonal Menjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan antar individu, sehingga menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berharga. d Teori Keluarga Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat adanya konflik dalam keluarga. e. Teori Biologik

Beberapa kasus kecemasan (5 - 42%), merupakan suatu perhatian terhadap proses fisiologis (Hall, 1980). Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk kecemasan sekunder (Rockwell cit stuart & sundeens, 1998).

Faktor Predisposisi Kecemasan Setiap perubahan dalam kehidupan atau peristiwa kehidupan yang dapat menimbulkan keadaan stres disebut stresor. Stres yang dialami seseorang dapat menimbulkan kecemasan, atau kecemasan merupakan manifestasi langsung dari stres kehidupan dan sangat erat kaitannya dengan pola hidup (Wibisono, 1990). Berbagai faktor predisposisi yang dapat menimbulkan kecemasan (Roan, 1989) yaitu faktor genetik, faktor organik dan faktor psikologi. Pada pasien yang akan menjalani operasi, faktor predisposisi kecemasan yang sangat berpengaruh adalah faktor psikologis, terutama ketidak pastian tentang prosedur dan operasi yang akan dijalani.

Gejala Kecemasan Penderita yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas dan terbagi dalam beberapa fase, yaitu : a. Fase 1 Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan nor adrenalin. Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam persiapannya untuk berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988). b. Fase 2 (dua) Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada motifasi diri (Wilkie, 1985). Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie, 1988). c. Fase 3 Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti : intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988).

2.

PSIKOFARMAKA

Psikofarmaka adalah obat obatan kimia, yaitu obat obatan psikotropika, yang dapat mempengaruhi bagian bagian otak tertentu dan menekan atau mengurangi atau menghilangkan gejala gejala tertentu pada penderita. Gejala tersebut meliputi : yang berhubungan dengan proses pikir, berhubungan dengan alam perasaan dan emosi, dan perilaku (behaviour), penghayatan pribadi manusia Macam 1. 2. 3. 4. Cara P Injeksi macam Golongan Golongan Golongan Golongan pemberian O DROP(Bentuk IM psikofarmaka anti anti anti anti (per , : psikotik cemas depresi maniak obat; oral) tetes) IV

Menurut dosis paruhnya obat psikotropika diberikan Long term atau short term,obat longterm diberikan secara injeksi IM Jenis jenis sediaan obat Golongan anti psikotik :Obat-obat jenis ini digunakan untuk menghilangkan gejala psikotik seperti waham dan halusinasi ,penghayatan diri.Untuk obat jenis konvesional biasanya hanya mampu menghilangkan gejala psitip saja, tetapi obat jenis atipkal bisa menghilangka gejala positip dan gejala negatip. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. chlorpromazine trifluoperazine (stelasin (promagtil,largagtil) haloperidol(haldol2mg,5mg) 2mg 5mg) perphenazine fluphenazine thioridazine(meleril) pimozide clozapine(clozaril) sulpirideh risperidone(Persidal) quetiapine olanzapine

Golongan anti cemas Obat ini memberi kasiat menghilangkan rasa cemas melalui penguatan inhibitor GABA (gama acid amino biturat). Sehingga obat ini akan Gangguan Cemas memberi Gangguan terapi pada cemas karena kasuskasus: umum stress tidur

Macam 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Cemas Cemas Cemas dengan karena Gangguan

karena kondisi tindakan

Phobia PTS medik medis kejang Histeria

-macam

lorazepam

obatnya : Diazepam(Valium,Valisanbe,Validex) Chlordiazepoxide(Cetabrium) Alprazolam(Atarax,Xanax) Clobazam (Ativan) buspirone hidroxyzine bromazepam

Golongan anti depresi Obat obat ini sangat bermanfaat untuk pengobatan gejala depresi seperti mutisme ,hipoaktif dan disforik,.Disamping itu bisa untuk mengobati keadaan panic,enurises,pada anak dengan gangguan perhatian,bumilia narkolepsi dan ,obsesi kumpulsif.Tiga jenis obat anti depresan yaitu Golongan Tricyclik,selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI),monoamine oksidase inhibitor Macam 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. macam obat anti depresan. Amitriptyline(trilin} Imipramine Clomipramine Fluoxentine(Kalcetin) Srtraline(Fridep) Amoxapine Moclobenide Citalopram Duloxetine Venlafaxine Maprotiline Fluvoxamine Mirtazapine Paroxetine Tianeptine Mianserine

Golongan anti maniak :obat-obat ini berguna untuk menghilangkan gejala manik seperti logorhoe,hiperaktive euforia 1. Lithium carbonte 2. Carbazepine 3. haloperidol KEWASPADAAN PERWAT; Dalam memberikan terapi psikofarmaka sering menimbulkan efek samping yang tidak

diinginkan. Oleh sebab itu perwat harumewaspadai setelah obat masuk kedalam tubuh pasien ,Sebagai berikut: Kewaspadaan pada Obat anti psikotik; Kebutuhan individu sangat bervariasi Gejala akan mereda setelah diberi obat 3hari sampai 2 minggu Beberapa jenis skizofrenia butuh obat sepanjang hidupnya EPS dan diskinesia Tardif bisa terjadi sebagai efek samping. Terjadinya efek agranulosis Obesitas Obat Obat anti anti depresan bisa letal Efek Mulut pada dosis depresan: yang berlebih mengantuk kering

Obat anti mania : Lithium karbonat sangat toxik dan lethal oleh sebab itu perlu pemantauan ketat setiap waktu tertentu diperiksa laborat kandungan garam litium dalam tubuh pasien Carbamecepim dapat menimbulkan steven jhonson Obat anti Efek Masalah adiksi Efek cemas sangat masalah : kuat mengantuk memori

MENGATASI EFEK SAMPING OBAT Untuk adanyanya gejala EPS diberikan injeksi Diphenhydramin 2 cc dan sulfas atropin 1ampul Untuk adanya timbul adiksi dilakukan tapering off Untuk efek sedasi diberi nasehat tidak boleh menjalankan mesin Untuk mencegah adanya diskinesia tardive dengan hati-hati pemberian dosis yang meningkat terutama obat anti psikotik Untuk mendeteksi ambang letal di periksa laborat tiap 3 bulan

Anda mungkin juga menyukai