UHS
No. ID dan Nama Wahana: 2012.02.04.23.UHS / Poliklinik umum RSUD Lanto Dg.
Pasewang Jeneponto
Topik: Gangguan Anxietas Menyeluruh
Tanggal (kasus) : 7 November 2012
Nama Pasien : Ny. Nu
No. RM : 050186
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi:
Seorang wanita umur 35 tahun datang ke poliklinik dengan sering merasa jantungnya berdebardebar dan berkeringat berlebih yang dialami sejak 6 bulan terakhir dan memberat 2 bulan ini.
Pasien juga mengeluh sering merasa gelisah dan disertai nyeri di bagian ulu hati dan kadang
merasa sesak. Pasien merasa gelisah akan nasib bisnis suaminya yang sudah hampir bangkrut.
Pada mulanya pasien merasa sangat terpukul atas kematian anak bungsunya yang meninggal
akibat kecelakaann kendaraan bermotor, tetapi perasaan terpukul tersebut dapat dia redam dan
kembali beraktivitas seperti biasa. Saat ini pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga dan membuat
toko-toko kecil-kecilan di depan rumahnya. Akan tetapi 2 bulan terakhir ini pasien sering merasa
gusar dan gelisah. Pasien awalnya merasa gelisah akan nasib ekonomi keluarganya, dan kadang
kala memikirkan anaknya yang telah meninggal. Pasien masih memiliki 2 orang anak laki-laki
yang sedang kuliah di Makassar. Hal inilah juga yang membebani pikirannya pasien untuk uang
kuliah anaknya. Pasien sering terbangun tengah malam dan sulit tidur lagi. BAK: lancar, BAB:
konsistensi biasa.
Tujuan: menegakkan diagnosis gangguan anxietas menyeluruh dan pengobatannya.
Bahan
Tinjauan
bahasan:
pustaka
Riset
Kasus
Audit
Cara
Diskusi
membahas:
Presentasi dan
Pos
diskusi
Data Pasien:
Nama: Ny. Nu
No.Registrasi: 050186
Nama klinik
Status Lokalis:
Kepala
: dalam batas normal
Leher
: dalam batas normal
Dada
: dalam batas normal
Jantung
: dalam Batas normal
4
b. Teori Perilaku
Teori ini mengatakan bahwa kecemasan merupakan suatu respon terhadap stimuli
lingkungan keluarga.
c. Teori Eksistensial
Suatu konsep dan teori , bahwa bial seorang sadar akan adanya kehampaan yang
menonjol di dalam dirinya. Perasaan ini lebih mengganggu daripada penerimaan tentang
kenyataan kehilangan/ kematian seseorang yang tidak dapat dihindari. Kecemasan adalah
respons seseorang terhadapa kemampuan eksistensi tersebut.
B) Teori Biologis
a. Sistem Saraf Otonom
Stimuli sistem saraf otonom menimbulkan gejala gejala tertentu, seperti takikardi,
nyeri kepala, diare dan sebagainya.
b. Neurotransmitter
Tiga neurotransmitter yang berperan dalam gangguan cemas yaitu : norepinefrin,
serotonin dan gammma-aminobutyric acid.
c. Penelitian Genetika
Menurut hasil penelitian genetika, hampir sebagian besar penderita gangguan
panik memiliki paling sedikit satu saudara yang juga menderita gangguan tersebut.
ETIOLOGI
Menurut Mighwar (2006), secara psikologis, gangguan cemas merupakan pikiran-pikiran
negatif yang dialami seseorang yang semakin lama semakin kuat. Hal ini terjadi akibat :
a. Kurangnya pengetahuan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap pertumbuhan dan
perkembagan lingkungan sosial
b. Kurangnya dukungan dari orang tua, teman sebaya atau lingkungan masayarakat sekitar.
6
Ketakutan berlebihan
b. Gangguan Fobia
Fobia adalah ketakutan yang tidak rasional yang menyebabkan penghindaran secara sadar
terhadap objek, aktivitas, atau situasi yang ditakuti. Ada dua jenis fobia, yaitu fobia
spesifik, fobia sosial.
Pedoma Diagnostik :
Rasa takut yang jelas, menetap dan berlebihan atau tidak beralasan
Pedoman Diagnostik : gejala- gejala ini baisanya mencakup hal-hal berikut : kecemasan
tentang masa depan, ketegangan motorik, over aktivitas otonomik.
g. Gangguan campuran anxietas dann depresi
Kategori campuran harus digunakan bilamana terdapat gejala anxietas maupun
depresi, di mana masing-masing tidak menunjukkan raangkaian gejala yang cukup berat
untuk mengakkan diagnosis tersendiri.
Gejala Umum Gangguan Kecemasan
Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap stres tergantung pada kondisi
masing-masing individu, beberapa simtomp yang muncul tidaklah sama. Kadang beberapa
diantara simtom tersebut tidak berpengaruh berat pada beberapa individu, lainnya sangat
mengganggu.
1. Berdebar diiringi dengan detak jantung yang cepat
Kecemasan memicu otak untuk memproduksi adrenalin secara berlebihan pada pembuluh
darah yang menyebabkan detak jantung semakin cepat dan memunculkan rasa berdebar.
Namun dalam beberapa kasus yang ditemukan individu yang mengalami gangguan
kecemasan kontinum detak jantung semakin lambat dibandingkan pada orang normal.
2. Rasa sakit atau nyeri pada dada
Kecemasan meningkatkan tekanan otot pada rongga dada. Beberapa individu dapat
merasakan rasa sakit atau nyeri pada dada, kondisi ini sering diartikan sebagai tanda
serangan jantung yang sebenarnya adalah bukan. Hal ini kadang menimbulkan rasa panik
yang justru memperburuk kondisi sebelumnya.
3. Rasa sesak napas
Ketika rasa cemas muncul, syaraf-syaraf impuls bereaksi berlebihan yang menimbulkan
sensasi dan sesak pernafasan, tarikan nafas menjadi pendek seperti kesulitan bernafas
karena kehilangan udara.
4. Berkeringat secara berlebihan
Selama kecemasan muncul terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi. Keringat yang
muncul disebabkan otak mempersiapkan perencanaan fight or flight terhadap stressor.
5. Kehilangan gairah seksual atau penurunan minat terhadap aktivitas seksual.
6. Gangguan tidur.
7. Tubuh gemetar
Gemetar adalah hal yang dapat dialami oleh orang-orang yang normal pada situasi yang
10
menakutkan atau membuatnya gugup, akan tetapi pada individu yang mengalami
gangguan kecemasan rasa takut dan gugup tersebut terekspresikan secara berlebihan, rasa
gemetar pada kaki, atau lengan maupun pada bagian anggota tubuh yang lain.
8. Tangan atau anggota tubuh menjadi dingin dan bekeringat.
9. Kecemasan depresi memunculkan ide dan keinginan untuk bunuh diri.
10. Gangguan kesehatan seperti sering merasakan sakit kepala (migrain).
5. Planning
Terapi gangguan kecemasan
Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik dan tujuan
penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik tersebut sama-sama
mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber kecemasan
mereka. Dalam menangani gangguan kecemasan dapat melalui beberapa pendekatan:
1. Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika
Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan kepada
konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi.
Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi
dari konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari
menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat memberi
perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi peningkatan. Begitu
juga dengan yang modern, akan tetapi yang modern lebih menjajaki sumber kecemasan
yang berasal dari keadaaan hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain
itu mereka mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.
2. Pendekatan-Pendekatan Humanistik
Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri kita
yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self seseorang
yang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh sebab itu
terapis-terapis
humanistik
bertujuan
membantu
orang
untuk
memahami
dan
permukaan.
3. Pendekatan-Pendekatan Biologis
Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat-obatan untuk mengobati gangguan
kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine, Valium dan Xanax (alprazolam).
Meskipun benzodiazepine mempunyai efek menenangkan, tetapi dapat mengakibatkan
depensi fisik. Obat antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan antipanik selain juga
mempunyai efek antidepresi
4. Pendekatan-Pendekatan Belajar
Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak dibenarkan
oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu individu
menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi penyebab munculnya
kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam pendekatan belajar,
diantaranya:
a. Pemaparan Gradual
Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan setapak
demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas terapi pemaparan
sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan untuk menangani fobia
spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada penanganan agorafobia. Terapi
bersifat bertahap menghadapkan individu yang agorafobik kepada situasi stimulus yang
makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan individu ketika dihadapkan pada
tahap terakhir yang merupakan tahap terberat tanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa
suatu dorongan untuk menghindar. Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya
yang dapat bertahan lama.
b. Rekonstruksi Pikiran
Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya.
biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita fobia.
c. Flooding
Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut dan
dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety untuk
menghadapinya sendiri.
d. Terapi Kognitif
Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif, terapi
kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhan-kebutuhan
irrasional
untuk penerimaan-penerimaan
sosial
dan perfeksionisme
melahirkan
kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah
12
mereka
bisa
belajar
menghadapi
situasi
pembangkit
kecemasan.
1. Antiansietas
a. Golongan Benzodiazepin
b. Buspiron
2. Antidepresi
Golongan Serotonin Norepinephrin Reuptake Inhibitors (SNRI)
6. Implementation
Pengobatan:
1. Alprazolam 1 mg 0-1-1 tab/hari/pc
2. Edukasi pasien, rencana psikoterapi.
3. Kontrol seminggu kemudian di poliklinik Jiwa oleh SpKJ.
4.
7. Evaluation
Prognosis
Prognosis baik bila gejala berespon terhadap pengobatan konservatif. Kasus berat mungkin
akan membutuhkan psikoterapi adjuvant.
Pendidikan:
Dokter menjelaskan prognosis dari pasien, serta komplikasi yang mungkin terjadi.
Konsultasi:
Dijelaskan adanya konsultasi dengan spesialis penyakit jiwa untuk penanganan lebih
lanjut.
Rujukan:
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit dengan
sarana dan prasarana yang lebih memadai.
Peserta,
Pendamping,
14
15