Anda di halaman 1dari 28

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

REFARAT
RSUD UNDATA PALU FAKULTAS KEDOKTERAN
DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TADULAKO

FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI KONDISI MEDIS


UMUM (PSIKOSOMATIS)

OLEH :
RIZQI KARIMA PUTRI
N 111 14 028

PEMBIMBING KLINIK :
dr. DEWI SURYANI A, Sp.KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSUD UNDATA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
APRIL
2015

1
BAB I

PENDAHULUAN

Istilah psikosomatis berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang berarti jiwa

dan soma atau badan. Dijelaskan oleh Kartono dan Gulo (1987) bahwa, psikosomatis

adalah gangguan fisik yang disebabkan oleh tekanan-tekanan emosional dan

psikologis atau gangguan fisik yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan psikologis

yang berlebihan dalam mereaksi gejala emosi. Selanjutnya Hakim (2004)

menjelaskan bahwa, keluhan-keluhan psikosomatis dapat berupa, jantung berdebar-

debar, sakit maag, sakit kepala (pusing, migren), sesak nafas dan lesu 3.

Kedokteran psikosomatik menekankan kesatuan pikiran dan tubuh serta

interaksi antara keduanya. Kedokteran psikosomatik menganggap factor psikologis

penting di dalam timbulnya semua penyakit; meskipun demikian, peranannya di

dalam predisposisi, mulainya, perkembangan, atau perburukan suatu penyakit atau

reaksi terhadap penyakit masih menjadi perdebatan dan bervariasi antargangguan 1.

Gangguan psikosomatis secara umum digambarkan sebagai satu atau lebih

factor psikologis atau masalah perilaku yang secara jelas memperburuk perjalanan

atau hasil kondisi medis umum; atau secara jelas meningkatkan risiko seseorang

mengalami hasil atau kondisi yang lebih buruk 2.

DSM-IV-TR menggambarkan factor psikologis yang mempengaruhi keadaan

medis sebagai satu atau lebih masalah psikologis atau perilaku yang memiliki

pengaruh dengan cara menghambat dan bermakna terhadap perjalanan dan hasil

2
keadaan medis umum, atau yang meningkatkan risiko seseorang secara signifikan

untuk memperoleh hasil yang merugikan 1.

Dalam pandangan kedokteran psikosomatik, yaitu interdisiplin beberapa

cabang kedokteran yang memelajari penyakit-penyakit psikosomatik, yang sekarang

lebih tertuju kepada penyakit-penyakit psiko-fisiologis, memandangnya sebagai suatu

gangguan yang gejalanya lebih disebabkan oleh proses mental dari pada penyebab

fisiologis secara langsung 2.

Situasi klinis atau proses psikologis merupakan factor utama yang

mempengaruhi kondisi klinis, kepatuhan klinis dan atau hasil terapi (mis.

Pembedahan), adalah kompetensi dari kedokteran Psikosomatik 2.

Kartono & Gulo (1987) menerangkan bahwa, psikosomatis adalah gangguan

fisik akibat dari kegiatan fisiologis yang berlebihan dalam mereaksi gejala emosi.

Gangguan yang menyerang fisik adalah pusing, tubuh lemas, dan keluar keringat

dingin 3.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Psikosomatis diartikan sebagai gangguan fisik yang disebabkan oleh keadaan

emosi yang berlebihan dan kronis dalam merespon tekanan-tekanan yang ada, seperti

jantung berdebar-debar, sakit maag, sakit kepala (pusing, migren), sesak nafas dan

lesu 3.

Mekanisme terjadinya psikosomatis dijelaskan bahwa, ketika ada suatu

stimulus emosi datang pada diri individu kemudian akan ditangkap oleh panca indera,

stimulus tersebut diteruskan ke sistem limbik yang merupakan pusat emosi. Dari

sistem limbik, emosi disadari dan kemudian diambil keputusan-keputusan untuk

mengambil tindakan-tindakan, yang kemudian diekspresikan, lalu muncul perintah-

perintah dari sistem limbik yang disalurkan melalui thalamus dan hipotalamus ke

organ-organ yang kemudian diekspresikan dalam berbagai bentuk perangai emosi,

seperti muka yang cerah atau cemberut, muka merah atau pucat, dan menangis atau

tertawa. Jika dirasa stimulus tersebut berbahaya bagi individu, maka akan

menimbulkan reaksi psikis yang berujud ketegangan emosi yang diikuti oleh aktifitas

organ tubuh secara hiperaktif, misalnya detak jantung yang bertambah cepat,

ketegangan otot atau meningkatnya tekanan darah. Apabila gangguan tersebut

berlangsung terus-menerus maka dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh,

sehingga terjadilah psikosomatis 4,5.

4
Adapun jenis-jenis psikosomatis menurut Maramis (2004) dan McQuade &

Aickman (1991) adalah : 5,6

1. Psikosomatis yang menyerang kulit

Gangguan psikosomatis yang sering menyerang kulit adalah alergi.

2. Psikosomatis yang menyerang otot dan tulang

Gangguan psikosomatis yang sering menyerang otot dan tulang adalah

rematik, nyeri otot dan nyeri sendi

3. Psikosomatis pada saluran pernafasan

Gangguan psikosomatis yang sering menyerang saluran pernafasan yaitu,

sindroma hiperventilasi dan asma.

4. Psikosomatis yang menyerang jantung dan pembuluh darah

Gangguan psikosomatis yang sering menyerang jantung dan pembuluh darah

adalah, darah tinggi, sakit kepala vaskuler, sakit kepala vasosvastik dan

migren.

5. Psikosomatis pada saluran pencernaan

Gangguan psikosomatis yang sering menyerang saluran pencernaan adalah

sindroma asam lambung dan muntah-muntah.

6. Psikosomatis pada alat kemih dan kelamin

Gangguan psikosomatis yang sering menyerang alat kemih dan kelamin

adalah nyeri di panggul, frigiditas, impotensi, ejakulasi dini, dan mengompol.

5
7. Psikosomatis pada sistem endokrin

Gangguan psikosomatis yang sering menyerang sistem endokrin adalah,

hipertiroid dan sindroma menopause

Atkinson (1999) berpendapat bahwa faktor utama yang menyebabkan

terjadinya psikosomatis adalah stres. Faktor lain yang menyebabkan psikosomatis

adalah pola perilaku individu dan kondisi rentan individu terhadap tekanan fisik dan

psikis (McQuade & Aickman, 1991). Selain itu faktor terakhir yang menyebabkan

psikosomatis adalah emosi 7.

A. TEORI STRES

Walter Cannon (1875-1945), pada tahun 1920an memperkenalkan studi

sistematis tentang hubungan antara stres dengan suatu penyakit. Stress yang

menstimulasi system saraf otonom, terutama system simpatis, menimbulkan

reaksi fight or flight pada binatang. Pada manusia, yang karena peradabannya

tidak bias melakukan keduanya, stress memicu timbulnya suatu penyakit 2.

Harold Wolf (1898-1962), menjelaskan hubungan antara kondisi emosi

spesifik dengan fisiologis pada saluran gastrointestinal. Hostilitas berhubungan

dengan hiperfungsi, sedangkan kesedihan berkaitan dengan hipofungsi. Reaksi

tersebut dianggap sebagai reaksi nonspesifik, yang ditandai oleh situasi umum

serta persepsinya terhadap suatu stressfuk event. Sebelumnya, William Beumont

(1785-1853), mengenali bahwa aliran darah keperut dipengaruhi oleh emosi 2.

6
Hans Selye (1907-1982) mengembangkan model stress yang disebut

sebagai general adaptation syndrome yang terdiri atas 3 fase, yaitu fase reaksi

alarm, fase pertahanan, yaitu saat diharapkan terjadinya proses adaptasi, serta fase

kelelahan. Stress yang dimaksud bias berupa kondisi yang menyenangkan

ataupun yang tidak menyenangkan. Diperlukan proses adaptasi untuk dapat

menerima kedua tipe stress tersebut 2.

1. Sistem Neurotransmiter

Tubuh manusia bereaksi terhadap stress dan memberikan respons

yang bertujuan meredakan stress tersebut dan terciptanya kembali suatu

homeostasis 2.

Respons neurotransmitter terhadap stress mengaktivasi system

noradrenergic di otak, tepatnya di locus coreleus, menyebabkan pelepasan

katekolamin dari system saraf otonom. Stress juga mengaktivasi system

serotonergik di otak. Demikian pula, stress meningkatkan neurotransmisi

dopaminergik pada jalur mesofrontal 2.

Respons terhadap stress juga terjadi pada corticotrpin-releasing factor

(CRF), glutamate dan gama-amino butiric acid (GABA) 2.

2. Sistem Endokrin

Sebagai respon terhadap stress, hipotalamus mengeluarkan CRF

kedalam system hypophysial-pituitary-portal. CRF mencetuskan pelepasan

ACTH yang merangsang pembuatan dan pelepasan glukokortikoid di korteks

adrenal. Efek glukokortikoid terhadap tubuh sangat banyak, namun dapat

7
digabung dalam waktu singkat menimbulkan peningkatan penggunaan tenaga,

meningkatkan aktivasi kardiovaskular, dan menghambat beberapa fungsi

seperti pertumbuhan, reproduksi dan imunitas 2.

3. System imunologik

Stress menyebabkan glukokortikoid menghambat system imun.

Inhibisi ini menimbulkan aksi kompensasi aksis hipotalamik-pituitari-adrenal

untuk mengurangi efek fisiologis lain dari stress. Sebaliknya, stress juga dapat

mengakibatkan aktivasi system imun melalui beberapa jalur 2.

CRF merangsang pelepasan norepinefrin melalui reseptor CRF di

locus ceruleus, yang kemudian mengaktifkan system saraf simpatik sehingga

meningkatkan pelepasan epinefrin dari medulla adrenal. Sebagai tambahan,

juga ada jalur neuron norepinefrin yang bersinaps di sel target imun.

Peningkatan aktivitas system imun juga melalui pelepasan factor imun

humoral.

B. KLASIFIKASI 1

Kriteria diagnostic DSM-IV-TR untuk factor psikologis yang

mempengaruhi keadaan medis adalah

a. Terdapat suatu kondisi medis umum

b. Faktor psikologis secara merugikan mempengaruhi kondisi medis umum

dalam salah satu cara berikut:

1) Faktor psikologis telah mempengaruhi perjalanan kondisi medis

umum, dalam hal perkembangan atau keterlambatan penyembuhan

8
2) Faktor psikologis mempengaruhi terapi kondisi medis umum

3) Faktor psikologis menyumbang risiko kesehatan tambahan bagi

individu

4) Respon psikologis yang berhubungan dengan stres mencetuskan

atau mengeksaserbasi gejala kondisi medis umum

Pilih nama berdasarkan sifat factor psikologis (jika ada lebih satu factor,

tunjukkan yang paling menonjol) :

Gangguan jiwa yang memengaruhi.[tunjukkan keadaan medis

umum] (cth., gangguan Aksis I seperti gangguan depresif berat

menunda pemulihan dari infark miokardium).

Gangguan psikologis yang memengaruhi.[tunjukkan keadaan

medis umum] (cth., gejala depresif menunda pemulihan setelah

pemebedahan; asma yang diperburuk ansietas).

Ciri kepribadian atau gaya koping yang

memengaruhi[tunjukkan keadaan medis umum] (cth.,

penyangkalan patologis kebutuhan operasi pada pasien kanker;

perilaku tertekan dan bermusuhan yang turut menyebabkan penyakit

kardiovaskular).

Perilaku kesehatan maladaptive yang memengaruhi[tunjukkan

keadaan medis umum] (cth.,makan berlebihan; tidak ada olah raga;

seks yang tidak aman).

9
Respons fisiologis Terkait-Stres yang memengaruhi[tunjukkan

keadaan medis umum] (cth., perburukan ulkus karena stress,

hipertensi, aritmia, atau tension headache)

Factor psikologis lain atau tidak terinci yang

memengaruhi[tunjukkan keadaan medis umum] (cth., factor

interpersonal, budaya, atau religious).

Yang tidak termasuk adalah : 1) gangguan jiwa klasik yang memiliki

gejala fisik sebagai bagian dari gangguan (cth., gangguan konversi, yaitu

gejala fisik ditimbulkan oleh konflik psikologis); 2) gangguan somatisasi,

yaitu gejala fisik tidak didasari oleh patologi organic; 3) hipokondriasis, yaitu

pasien memiliki kepedulian yang berlebihan dengan kesehatan mereka; 4)

keluhan fisik yang sering berkaitan dengan gangguan jiwa (cth., gangguan

distimik yang biasanya memiliki penyerta somatic, seperti kelemahan otot,

asthenia, lelah, dan keletihan); serta 5) keluhan fisik yang dikaitkan dengan

gangguan terkait-zat (cth., batuk dikaitkan dengan ketergantungan nikotin) 1.

C. PERUBAHAN KEHIDUPAN

Thomas Holmes dan Richard Rahe membuat skala penilaian reaksi

penyesuaian yang terjadi akibat perubahan peristiwa kehidupan; penilaian

dilakukan terhadap seratus orang dari berbagai latar belakang. Mereka yang

menghadapi stress secara optimis lebih jarang mengalami gangguan psikosomatis

10
ketimbangan mereka yang menghadapinya dengan pesimis. Kalaupun terjadi

gangguan, biasanya akan lebih cepat pulih kembali 2.

Skor Interpretasi, Skor : 1

a. 300 +, memiliki risiko tinggi atau sangat tinggi menjadi sakit dalam waktu

dekat.

b. 150-299, memiliki kesempatan tinggi sedang sampai menjadi sakit dalam

waktu dekat.

11
c. <150, memiliki kesempatan rendah sampai sedang menjadi sakit dalam waktu

dekat.

D. FAKTOR STRES SPESIFIK VERSUS NONSPESIFIK

a. Tanda dan gejala

Gangguan psikosomatik ini ditandai dengan adanya satu atau lebih

factor psikologis atau masalah perilaku yang bermakna dan tidak

menyenangkan, memengaruhi perjalanan ataupun hasil dari suatu kondisi

medis umum 2.

Pengaruh yang tidak menyenangkan tersebut bisa berupa suatu

gangguan atau hambatan dalam pengobatan, meningkatkan risiko kesehatan

seseorang, mencetuskan atau mengeksaserbasi suatu gejala dari kondisi

medis umum, dengan ditimbulkannya respons fisiologis akibat stress 2.

b. Gangguan spesifik

Yang terjadi pada gangguan psikosomatik, antara lain :

1. Sistem Gastrointestinal

a) Gastroeusophageal reflux disease

Penderitaan psikologis meningkatkan keparahan gejala pada

pasien yang rentan terhadap penyakit ini. Di dalam survey pada

penderita GERD, stress yang berlebihan, terlalu banyak kegairahan,

argument keluarga, dan depresi sementara dirasakan dapat memicu

gejala 1,2.

12
b) Ulkus peptikum

Factor psikologis memiliki pernanan di dalam terbentuknya

kerentanan ulkus, diperantarai melalui peningkatan ekskresi asam

lambung yang disebabkan oleh stress psikologis. Factor psikososial

dapat terlibat di dalam ekspresi klinis gejala, mungkin dengan

mengurangi respons imun, yang menimbulkan kerentanan terhadap

infeksi H. pylori 1,2.

c) Colitis ulserativa

Studi-studi pasien dengan colitis ulseratif menunjukkan

dominasi cirri obsesif-kompulsif. Mereka rapi, teratur, tepat waktu,

dan memiliki kesulitan untuk mengekspresikan kemarahan 1,2.

d) Crohns disease

Satu studi mengenai gejala psikiatrik pada penyakit Crohn

sebelum onset gejala fisik menemukan angka yang lebih tinggi

adanya gangguan panic sbelumnya daripada subjek control dan

subjek dengan colitis ulseratif 1,2.

2. System Kardiovakular

a) Penyakit jantung koroner

Gangguan psikiatri sering terjadi sebagai komplikasi atau

keadaan komorbid pada orang dengan penyakit kardiovaskular.

Depresi, ansietas, delirium, dan gangguan kognitif terutama sering

terjadi 1,2.

13
b) Penyakit katup jantung dan gangguan ansietas

Pengalaman panik subjektif prolaps katup (palpitasi, flutter,

tekanan dada) dapat memicu sensasi panic atau hubungannya dapat

benar-benar kebetulan 1,2.

c) Hipertensi

3. System pernapasan

a) Asma bronchial

Tiga puluh persen orang dengan asma memenuhi criteria

gangguan panic atau agoraphobia. Rasa takut akan dispnea dapat

secara langsung memicu serangan asma, dan tingkat ansietas yang

tinggi 1,2.

b) Sindroma hiperventilasi

4. System endokrin

a) Hipertiroidisme

Gambaran psikiatrik mencakup kegugupan, lelah, insomnia,

labilitas mood, dan distorfia. Pembicaraan menjadi berteknanan, dan

pasien dapat menunjukkan tingkat aktivitas yang meninggi. Gejala

kognitif mencakup rentang atensi yang pendek, hendaya memori

jangka pendek dan respon terkejut yang berlebihan 1,2.

b) Hipotiroidisme

Gejala psikiatri hipotirodisme mencakup mood depresi, apati,

hendaya memori , dan defek kognitif lainnya 1,2.

14
c) Diabetes mellitus

Factor psikologis yang tampak signifikan adalah perasaan

frustasi, kesepian, dan kesedihan. Ketika depresi dan sedih mereka

sering makan dan minum 1,2.

5. Gangguan adrenal 2

a) Sindrom Cushing

b) Penyakit Addison

6. Gangguan kulit

a) Dermatitis atopic

Pasiem dermatitis atopic cenderung lebih cemas dan depresi.

Ansietas atau depresi memperburuk dermatitis atopic dengan

mnimbulkan perilaku menggaruk dan gejala depresif tampak

memperkuat persepsi gatalnya 1,2.

b) Psoriasis

c) Ekskoriasi psikogenik

d) Hiperhidrosis

7. System musculoskeletal 2

a) Rheumatoid atritis

b) Systemis lupus erythematosus

c) Low back pain

d) Fibromyalgia

15
8. Nyeri kepala

a) Migraine (vascular) and cluster headache

b) Tension headache

9. Psiko-onkologi

Depresi pada berbagai jenis kanker yaitu terdiri atas 5 fase :

penyangkalan, amarah, tawar menawar, depresi dan penerimaan 2.

E. DETEKSI DINI

Beberapa kondisi medis merupakan gangguan psikosomatik, sehingga bila

kondisi tersebut didapati ruang periksa/klinik, perlu dieksplorasi keberadaan

gangguan tersebut antara lain : 2

1. Akne

2. Reaksi alergi

3. Angina pectoris

4. Angineurotic edema

5. Aritmia

6. Wheezing pada asma

7. Asma bronchial

8. Kardio spasme

9. Sindroma nyeri kronis

10. Penyakit jantung koroner

11. Diabetes mellitus

12. Ulkus duodenum

16
13. Hipertensi esensial

14. Ulkus gastric

15. Nyeri kepala

16. Herpes

17. Hiperinsulinisme

18. Hipertiroidisme

19. Hipoglikemia

20. Penyakit imun

21. Iritabel kolon

22. Migren

23. Colitis mukosa

24. Mual

25. Neurodermatitis

26. Obesitas

27. Menstruasi yang sakit

28. Pruritus ani

29. Spasme pylorus

30. Enteritis regional

31. Arthritis rematoid

32. Sacroiliac pain

33. Psoriasis colitis spastic

34. Takikardia

17
35. Tension headache

36. Tuberculosis

37. Koloitis ulseratif

38. Urtikaria

39. Muntah

40. Warts

F. PENATALAKSANAAN

Konsep penggabungan psikoterapetik dan pengobatan medis, yaitu

pendekatan yang menekankan hubungan pikiran dan tubuh dalam penbentukan

gejala dan gangguan, memerlukan tanggung jawab bersama di antara berbagai

profesi. Permusuhan, depresi, dan kecemasan dalam berbagai proporsi adalah

akar dan sebagian besar gangguan psikomatik. Kedokteran psikosomatik terutama

mempermasalahkan penyakit-penyakit tersebut yang menampakkan manifestasi

somatic 8,9.

Terapi kombinasi merupakan pendekatan di mana dokter psikiatrik

menangani aspek psikiatrik, sedangkan dokter ahli penyakit dalam atau dokter

spesialis lain menangani aspek somatik. Tujuan terapi medis adalah membangun

keadaan fisik pasien sehingga pasien dapat berperan dengan berhasil, serta

psikoterapi untuk kesembuhan totalnya. Tujuan akhirnya adalah kesembuhan,

yang berarti resolusi gangguan struktural dan reorganisasi kepribadian.

Psikoterapi kelompok dan terapi keluarga. Terapi keluarga menawarkan harapan

18
suatu perubahan dalam hubungan keluarga dan anak, mengingat kepentingan

psikopatologis dari hubungan ibu-anak dalam perkembangan gangguan

psikosomatik. keluarga dan anak, mengingat kepentingan psikopatologis dari

hubungan ibu-anak dalam perkembangan gangguan psikosomatik 8,9.

a. Bersifat holistik: 10

1) Pengobatan Psikofarmaka 10

Benzodiazepin (BZD)

- Semua BZD mempunyai efek anxiolitik, hipnotik, relaksasi otot dan

antikonvulsan.

- Indikasi utama adalah mengurangi anxietas (cemas) dan insomnia jika

pendek.

- Efektif untuk mengatasi insomnia jangka pendek.

- Penggunaan untuk pasien anxietas harus dinilai setiap 4 6 bulan.

- Kurang efektif untuk mengatasi depresi bahkan dapat mencetuskan

atau memperberat depresi.

19
Antidepresan 10

Efektif untuk gangguan depresi dan berbagai jenis gangguan cemas

Antidepresan digolongkan menjadi:

Trisiklik (TCA), contoh: amitriptyline, imipramin,

clomipramin

SSRI, contoh: paroxetine, fluoxetine, fluvoxamine, sertraline

Golongan lain, contoh: mirtazapine, trazodone

20
Pengobatan Fisik

Pendekatan Psikoterapi

Fungsi utama : 10

- Mengembalikan individu ke keadaan yang tidak begitu sensitif

terhadap gejala yang diakibatkan reaksi emosional

- Membantu mengubah struktur kepribadian dasar sehingga individu

tidak mudah terkena gangguan psikosomatis

Psikoterapi suportif : 10

Terapi, secara psikologis, memberi dorongan pasien mengatasi

kejiwaannya

- Reassurance, meyakinkan pasien akan kemampuannya, misal

memberi dukungan & umpan balik terhadap hal positif

21
- Sugesti, saran/dorongan untuk atasi masalah

- Ventilasi, terapis bertindak sebagai pendengar yang baik

Terapi perilaku kognitif

Salah satu psikoterapi akan menghilangkan tanda, dan gejala, atau

problem emosional dengan cara merubah & membangun kembali status

kognitif menjadi perilaku dan reaksi somatik yang sehat 10.

Terapi kombinasi 10

Bertujuan kesembuhan

Penyesuaian kehidupan umum yang matur

Kapasitas aktivitas fisik & kerja membaik

Menghilangkan perkembangan penyakit

Menghindari komplikasi proses penyakit dasar

Pemakaian tujuan sekunder berkurang

Penyesuaian adanya penyakit membaik

2) Relaksasi 10

Rangsangan fisiologik dan ketegangan menurun dan menyebabkan

ansietas menurun. Parameter fisiologik (nadi, pernafasan, ketegangan otot)

normal dicapai penurunan stres fisiologik 10.

Tipe relaksasi : 10

Relaksasi progresif : Menegangkan & merelaksasikan otot secara

progresif

22
1. Subyek mengambil posisi enak, santai

2. Mengepalkan salah satu tangan dengan kencang

3. Setelah 5-7 detik, biarkan subyek rileks

4. Ulangi prosedur ini dengan kedua kepalan tangan sekaligus

5. Prosedur yang sama untuk otot wajah, rahang, leher dan bahu

6. Daerah dengan ketegangan tertentu dapat diulangi beberapa kali

Pernafasan terkontrol

Visualisasi

Meditasi

Umpan balik bio

Hipnosis

Aplikasi :

Banyak gangguan psikosomatik berespon dengan relaksasi, seperti

sindroma usus iritabel, sindroma nyeri kronik, mual

Gangguan tidur, anxietas, fobia, serangan panik, dapat berespon baik

Relaksasi dapat digunakan dengan murni, untuk menimbulkan

keadaan pikiran yang lebih menyenangkan, rileks.

3) Umpan Balik Bio (Biofeedback) 10

Proses dimana respon fisiologik, diperbesar & dipertontonkan pada

pasien melalui umpan balik pendengaran & penglihatan

Parameter yang lazim diukur nadi, ketegangan otot (EMG), tekanan

darah, suhu kulit, dan hantaran kulit

23
Pasien diberikan umpan balik parameter fisiologik untuk belajar

dikendalikan

Biasanya digunakan bersama teknik pelatihan relaksasi

Psikosomatik berkembang atau memburuk jika mekanisme

homeostatik N dipengaruhi oleh stres, isolasi sosial, & konflik tak

sadar

Contoh penggunaan umpan balik untuk memperkecil nadi atau

memaksimalkan suhu kulit, secara tak langsung menurunkan tonus

simpatik & meningkatkan parasimpatik

4) Hipnoterapi 10

Hypnosis induksi dari keadaan konsentrasi fokal dengan pengecilan

dari kesadaran perifer, ditimbulkan melalui penggunaan sugesti. Dalam

hipnosis, persepsi subyek dapat alami perubahan, > responsif terhadap

saran. Dapat memberikan respon terhadap saran yang diberikan setelah

hipnosis berakhir.

Hipnoterapi suatu bentuk terapi pemberdayaan pikiran bawah sadar

dengan mengistirahatkan pikiran sadar.

5) Terapi keluarga 10

Pengobatan terhadap lebih 1 anggota famili, serempak dalam 1

pertemuan

Bentuk terapi:

a. Suportif direktif

24
b. Interpretasi

Adanya dugaan gangguan mental pada salah satu anggota keluarga,

manifestasi dari gangguan anggota yg lain, dapat saling

mempengaruhi

6) Terapi tingkah laku 10

- Mengubah tingkah laku dengan manipulasi lingkungan

Teori belajar kondisioning klasik dari Pavlov

Kondisioning Instrumental dari Thorndike

Kondisioning operan dari Skinner

- Menekankan perilaku yang nyata berbeda dengan psikoanalitik

- Psikoterapi tingkah laku

Mengutamakan perubahan pada pola tingkah laku, yaitu pola

kebiasaan tidak baik menjadi pola baru yang lebih baik

Mengutamakan pembentukan tingkah laku baru dengan proses

belajar, yaitu operant conditoning

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan H.I, Sadok B.J, 2013, Buku Ajar Psikiatri Klinis. EGC. Jakarta.

2. Kusumadewi, I, 2014, Buku Ajar Psikiatri : Faktor Psikologik yang

Memengaruhi Kondisi Medis (Gangguan Psikosomatik). Badan Penerbit FKUI.

Jakarta.

3. Pratiwi. D & Lailatushifah. S, 2012. Kematangan Emosi dan Psikosomatis pada

Mahasiswa Tingkat Akhir , diakses pada tanggal 3 April 2015 dari

(http://fpsi.mercubuana-yogya.ac.id/wp-

content/uploads/2012/06/KEMATANGAN-EMOSI-DAN-PSIKOSOMATIS-

PADA-MAHASISWA-TINGKAT-AKHIR_Noor.pdf).

4. Maramis, W. E. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga

University Press.

5. Aji, S. S. B. 2001. Stress Minor Dan Gangguan Psikosomatis Pada Ibu Rumah

Tangga Tidak Bekerja. Skripsi . Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas

Wangsa Manggala.

6. McQuade, W.& Aickman, A. 1991. Stress. Alih Bahasa Stella. Jakarta : Erlangga

7. Hakim, T. 2004. Mengatasi Gangguan Mental Dan Fisik.Jakarta : Puspa Swara

8. Saputral. M, 2010. Psikosomatik. Diakses pada tanggal 3 April 2015. Dari

(http://marizal/2010/03/psikosomatik.html)

9. Pardamean, E. 2011. Gangguan Psikosomatik. Diakses pada tanggal 3 April

2015. Dari (http://drhasto./2011/09/gangguan-somatoform.html).

26
10. Woroasih, 2011. Penatalaksanaan Psikosomatik. Diakses pada tanggal 3 April

2015. Dari (http://eprints.undip.ac.id/13935/10/.pdf)

27
28

Anda mungkin juga menyukai