DATE SIGNATURE
Oleh:
Residen Pembimbing
dr. Andi Fajar Apriani
Supervisor Pembimbing
dr. Denny Mathius, SH, Sp. FM
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Kedokteran Forensik
dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hassanuddin.
Mengetahui,
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAN....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii
DAFTAR PENYAKIT ILMU KEDOTERA FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL.......... iv
KERANGKA TEORI.......................................................................................................... v
KERANGKA KONSEP...................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
2.1 Definisi.......................................................................................................................... 1
2.1.1 Definisi Keluarga................................................................................................ 1
2.1.2 Definisi Kekerasan.............................................................................................. 1
2.1.3 Definisi Kekerasan Dalam Rumah Tangga......................................................... 3
2.2 Ruang Lingkup KDRT.................................................................................................. 3
2.3 Jenis-jenis KDRT.......................................................................................................... 4
2.4 Siklus KDRT................................................................................................................. 5
2.5 Alur Pelaporan dan Penanganan Kasus KDRT.............................................................
2.6 Pemeriksaan Forensik Klinis Terkait KDRT.................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................
BAB III KESIMPULAN.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
iii
DAFTAR PENYAKIT ILMU KEDOKTERAN
iv
KERANGKA TEORI
v
KERANGKA KONSEP
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
Kekerasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan suatu sifat atau
hal yang keras, kekuatan dan paksaan. Paksaan berarti adanya suatu tekanan dan desakan yang
keras. Kekerasan dapat terjadi dalam berbagai bentuk termasuk dalam kekerasan fisik, kekerasan
verbal, kekerasan seksual, kekerasan psikis, serta kekerasan ekonomi. Kekerasan yang terjadi
dapat berdampak menimbulkan bahaya terhadap badan, nyawa, serta kemerdekaan orang,
termasuk menjadikan seseorang tidak berdaya.1
Sedangkan Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah suatu bentuk pelanggaran hak asasi
manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta merupakan bentuk diskriminasi.
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan setiap perbuatan yang dialami seseorang
terutama Perempuan, yang menyebabkan timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk suatu ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga.1
Tingginya kejadian KDRT dapat memberikan dampak buruk bagi Kesehatan istri selaku
korban. Dampak buruk tersebut meliputi rasa takut, letih, cemas, stress post traumatik, serta
adanya gangguan makan, tidur ataupun dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Selain itu, akibat
tindakan kekerasan terutama pada istri dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan reproduksi
secara biologis yang pada akhirnya dapat menyebabkan terganggunya secara sosiologis.1
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
melakukan tindakan seksual yang memalukan dan menimbulkan rasa tidak nyaman.
4,5
Korban KDRT secara global umumnya merupakan perempuan, WHO menyatakan bahwa
1 dari 3 perempuan di dunia mengalami kekerasan sepanjang hidupnya. Hal ini didukung
bahwa laki-laki sering menggunakan kekerasan untuk membela diri. Sejumlah penelitian
telah mendemonstrasikan korelasi terhadap tingkat kesetaraan gender dengan laju KDRT
disebuah negara, yang menunjukkan bahwa negara dengan tingkat kesetaraan gender
3
yang rendah maka memiliki laku KDRT yang tinggi. KDRT merupakan salah satu
kejahatan yang masih jarang dilaporkan baik dari laki-laki maupun perempuan. Serta
adanya stigma sosial yang menyebabkan laki-laki yang menjadi korban kekerasan dalam
rumah tangga sering diabaikan.7
4
Penelantaran rumah tangga
Menurut UU PKDRT UU No. 23 tahun 2004 pasal 9, penelantaran rumah tangga
merupaan perbuatan menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, dimana
menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib
memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Hal ini
juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan
cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar
rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut.Penlantaran rumah
tangga yang dimaksud bukan hanya penelantaran secara finansial tapi juga
penelantaran yang menyangkut hidup rumah tangga (pendidikan, memberikan kasih
sayang, dan pemberian pelayanan kesehatan).6
2.4 Siklus KDRT
Perilaku kekerasan dalam rumah tangga sering kali mengulangi siklus perilaku dalam
setiap hubungan yang dapat menghalangi korban untuk berpisah, meskipun beberapa
kasus mungkin tidak selalu terjadi dalam urutan yang sama, atau beberapa di antaranya
mungkin tidak terjadi dalam beberapa kasus, banyak korban yang menggambarkan siklus
hubungan mereka sebagai berikut:9,10,11,12
1. Periode Pembentukan Ketegangan (Period of Tension Building)
Pasangan yang melakukan kekerasan sering kali menyerang sebagai respons terhadap
pemicu stress eksternal. Apapun dapat menjadi penyebab stress tersebut seperti
adanya masalah keluarga, ekonomi yang sulit, masalah di tempat kerja, penyakit fisik,
dan kelelahan. Pada periode ini ditandai dengan ketegangan yang mulai dan terus
berkembang, pelaku mulai marah, komunikasi dapat terputus, korban merasa bersalah
dan perlu untuk mengalah kepada pelaku, kondisi ketegangan menjadi bertambah dan
menumpuk sehingga dapat menyebabkan korban menjadi tidak nyaman karena
gelisah dengan situasi ketegangan yang sedang berlangsung. Fase ini dapat
berlangsung selama beberapa jam atau berbulan-bulan. Selama tahap ketegangan,
pasangan yang melakukan kekerasan mungkin mulai menunjukkan tanda-tanda
pelecehan atau kekerasan yang perlahan-lahan meningkat intensitas dan frekuensinya.
5
Periode ini terjadi saat ketegangan dari tahap sebelumnya mulai mereda atau pelaku
kekerasan pada akhirnya melepaskan ketegangan ini pada oranglain, dengan cara
melakukan kekerasan secara terang-terangan dengan tujuan mendapatkan kembali
rasa berkuasa dengan membangun kendali. Pada tahap ini semua jenis kekerasan
dapat terjadi baik fisik ataupun psikologis, antara lain:
Mengancam dan intimidasi (mengendalikan korban)
Menyerang korban secara fisik
Kekerasan seksual
Menghina, pemanggilan nama, dan kekerasan verbal lainnya
Mempermalukan dan menyalahkan korban
Ancaman bahaya atau perusakan properti
Manipulasi emosional (taktik manipulasi seperti perlakuan mendiamkan korban)
Menelantarkan atau memberhentikan akses korban terhadap kebutuhan dasarnya
seperti mengganti kunci rumah atau memutus akses ke rekening korban atau
tidak memberi nafkah pada korban)
Ada kemungkinan bahwa tahap insiden akan meningkat pada setiap siklus. Misalnya
intimidasi dan penghinaan mungkin muncul dalam beberapa siklus pertama, yang
kemudian dapat berubah menjadi kekerasan fisik pada siklus kedua.
6
janji yang telah dibuat saat periode bulan madu dapat terpenuhi, pelaku akan berusaha
meyakinkan korban dengan cara menunjukkan rasa penyesalan dan lebih
memperhatikan kebutuhan korban dibandingkan biasanya, pelaku juga terkadang
akan memberikan hadiah kepada korban untuk membuat korban semakin percaya
bahwa pelaku telah benar-benar menyesal dan berubah, serta membuat korban lupa
akan ingatan tindakan kekerasan yang sempat dialami olehnya (korban).
Siklus ini dapat terjadi secara berulang seiring waktu, sehingga pada periode tenang
tidak menutup kemungkinan bahwa selanjutnya korban mungkin dapat mulai
mengalami ketegangan lagi. Lamanya waktu antar tiap pengulangan bisa berbeda-
beda. Seringkali durasinya semakin singkat seiring dengan meningkatnya
kekerasan/pelecehan. Seiring berjalannya waktu, periode tenang juga mungkin dapat
menjadi sangat singkat atau bahkan hilang sama sekali dari siklus.
7
BAB III
KESIMPULAN
8
DAFTAR PUSTAKA
1. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. CATAHU 2023: Catatan tahunan
kekerasan terhadap perempuan tahun 2022 [internet]. Jakarta: Komnas perempuan;
[update 2023 Maret 07]. Available from: http://www.komnasperempuan.go.id.
2. Wahid A, Halilurrahman M. keluarga institusi awal dalam membentuk Masyarakat
berperadaban [jurnal]. Unknown place; Cendekia. [update 2019 Juni 01]. Available from:
291593-keluarga-institusi-awal-dalam-membentuk-fb870963.pdf.
3. Wirarti A. Menilik ulang arti keluarga pada Masyarakat Indonesia [jurnal]. Place
unknown; Jurnal Kependudukan Nasional. [update 2018 Juni 01]. Available from: 305-
1003-1-PB.pdf.
4. Anjari W. Fenomena kekerasan sebagai bentuk kejahatan (Violence) [internet]. Jakarta;
unknown. [update 2014 April 01]. Available from: 246968-fenomena-kekerasan-sebagai-
bentuk-kejaha-60c284aa.pdf.
5. Ramadani M, Yuliani F. kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebagai salah satu isu
Kesehatan Masyarakat secara global [jurnal]. Sumatra Barat; JKMA. [update 2015 April
01]. Available from: admin,+Journal+manager,+jurnal+volume+9.2+hal+80-87+.pdf.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT). Available from: Trauma Fisik Pada
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.pdf.
7. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. CATAHU 2023: Catatan tahunan
kekerasan terhadap perempuan tahun 2022 [internet]. Jakarta: Komnas perempuan;
[update 2023 Maret 07]. Available from: http://www.komnasperempuan.go.id.
8. Santos AB. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap perempuan: prespektif
pekerjaan sosial. KOMUNITAS: Jurnal pengembangan masyarakat islam. Juni 2019: 10
(1). Available from: https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/komunitas/article/view/
1072
9. Rakovec-Felser Z. Domestic violence and abuse in intimate relationship from public
health perspective. Heal Psychol Res. 2014;2(3)
10. White MA. Understanding the Cycle of Abuse [Internet]. Healthline. 2020 November
[cited 7 December 2023]. Available from:
https://www.healthline.com/health/relationships/cycle-of-abuse
9
11. Focht J, Chu A. The Cycle of Domestic Violence [Internet]. National Center for Health
Research. 2023 [cited 8 December 2023]. Available from:
https://www.center4research.org/the-cycle-of-domestic-violence/
12. Kubala K. The 4 Stages of the Cycle of Abuse: From Tension to Calm and Back
[Internet]. Psych Central. 2022 July [cited 8 December 2023]. Available from:
https://psychcentral.com/health/how-to-deal-with-verbal-abuse#how-to-deal-with-verbal-
abuse
13.
10