Anda di halaman 1dari 17

LIBRARY MANAGER

DATE SIGNATURE

BAGIAN ILMU KEDOKTERANFORENSIK REFERAT


DAN MEDIKOLEGAL DESEMBER 2023
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Oleh:

Aditya Eka Saputri 2022820


Adri Samudra Ramandey 202282002
Klara Sitta Deffi 2022820
Silvia Sharon Rumfabe 202282012
Sisilia Nova G. Soindemi 2022820

Residen Pembimbing
dr. Andi Fajar Apriani

Supervisor Pembimbing
dr. Denny Mathius, SH, Sp. FM

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN


FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
[[2023
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa :

Aditya Eka Saputri 2022820


Adri Samudra Ramandey 202282002
Klara Sitta Deffi 2022820
Silvia Sharon Rumfabe 202282012
Sisilia Nova G. Soindemi 2022820

Judul Referat: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Kedokteran Forensik
dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hassanuddin.

Makassar, Desember 2023

Mengetahui,

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

dr. Denny Mathius, SH, Sp. FM dr. Andi Fajar Apriani

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAN....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii
DAFTAR PENYAKIT ILMU KEDOTERA FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL.......... iv
KERANGKA TEORI.......................................................................................................... v
KERANGKA KONSEP...................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
2.1 Definisi.......................................................................................................................... 1
2.1.1 Definisi Keluarga................................................................................................ 1
2.1.2 Definisi Kekerasan.............................................................................................. 1
2.1.3 Definisi Kekerasan Dalam Rumah Tangga......................................................... 3
2.2 Ruang Lingkup KDRT.................................................................................................. 3
2.3 Jenis-jenis KDRT.......................................................................................................... 4
2.4 Siklus KDRT................................................................................................................. 5
2.5 Alur Pelaporan dan Penanganan Kasus KDRT.............................................................
2.6 Pemeriksaan Forensik Klinis Terkait KDRT.................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................
BAB III KESIMPULAN.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

iii
DAFTAR PENYAKIT ILMU KEDOKTERAN

FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

Standar Nasiomal Pendidikan Peofesi Dokter Indonesia 2019

iv
KERANGKA TEORI

v
KERANGKA KONSEP

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

Kekerasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan suatu sifat atau
hal yang keras, kekuatan dan paksaan. Paksaan berarti adanya suatu tekanan dan desakan yang
keras. Kekerasan dapat terjadi dalam berbagai bentuk termasuk dalam kekerasan fisik, kekerasan
verbal, kekerasan seksual, kekerasan psikis, serta kekerasan ekonomi. Kekerasan yang terjadi
dapat berdampak menimbulkan bahaya terhadap badan, nyawa, serta kemerdekaan orang,
termasuk menjadikan seseorang tidak berdaya.1

Sedangkan Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah suatu bentuk pelanggaran hak asasi
manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta merupakan bentuk diskriminasi.
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan setiap perbuatan yang dialami seseorang
terutama Perempuan, yang menyebabkan timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk suatu ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga.1

Berdasarkan Catatan Tahunan (CATAHU) Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap


Perempuan tahun 2023, telah mencatat dinamika pengaduan langsung ke Komnas Perempuan,
Lembaga layanan dan Badilag. Diketahui pada tahun 2022 terjadi penurunan pengaduan kasus
dari tahun sebelumnya, yakni menjadi 457.895 dari 459.094 berdasarkan pelaporan pada
Lembaga layanan dan Badan Peradilan Agama (Badilag). Sementara pengaduan di Komnas
Perempuan terjadi peningkatan menjadi 4371 dari 4322 kasus. Dengan adanya jumlah kasus ini
berarti rata-rata Komnas Perempuan menerima pengaduan sebanyak 17 kasus/hari. Terdapat
339.782 kasus dari total pengaduan tersebut merupakan kekerasan berbasis gender (KBG), yang
meliputi 3442 kasus diantaranya diadukan ke Komnas Perempuan.1

Tingginya kejadian KDRT dapat memberikan dampak buruk bagi Kesehatan istri selaku
korban. Dampak buruk tersebut meliputi rasa takut, letih, cemas, stress post traumatik, serta
adanya gangguan makan, tidur ataupun dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Selain itu, akibat
tindakan kekerasan terutama pada istri dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan reproduksi
secara biologis yang pada akhirnya dapat menyebabkan terganggunya secara sosiologis.1

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi KDRT


2.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan orang yang
memiliki hubungan darah, hubungan kekerabatan yang mendasar pada masyarakat,
terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, ibu dan juga anak. Keluarga menurut
WHO adalah sekumpulan anggota keluarga yang memiliki hubungan pertalian
darah, perkawinan, dan adopsi. Sedangkan keluarga menurut UU No. 52 Tahun
2009 merupakan unit terkecil dalam Masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau
suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau
keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau kebawah hingga derajat ketiga.2,3
2.1.2 Definisi Kekerasan
Kekerasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu
perbuatan seseoranag atau kelompok orang yang menyebabkan cederaa atau
matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.
Kekersan dapat berupa perbuatan fisik maupun non fisik, yang dapat dilakukan
secara aktif maupun dengan cara pasif, yang dikehendaki oleh pelaku, serta terdapat
akibat yang merugikan pada korban (fisik atau psikis) yang tidak dikehendaki oleh
korban.4,5
Kekerasan terutama terhadap Perempuan merupakan setiap perbuatan berdasarkan
pembedaan jenis kelamin yang menyebabkan kesengsaraan dan oenderitaan
Perempuan secara fisik, seksual, psikologis serta termasuk ancaman tindakan
tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara semena-mena baik yang
terjadi dideoan umum maupun dalam kehidupan pribadi. 4,5
Kekerasan menurut WHO dapat diidentifikasi melalui tiga perilaku, yaitu dipaksa
secara fisik untuk melakukan hubungan seksual yang bertentangan dengan
keinginan, melkukan hubungan seksual berdasarkan rasa takut akan tindakan yang
mungkin dilakukan oleh pasangan jika melakukan penolakan serta paksaan dalam

2
melakukan tindakan seksual yang memalukan dan menimbulkan rasa tidak nyaman.
4,5

2.1.3 Definisi Kekerasan Dalam Rumah Tangga


Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) menurut kamus besar Bahasa Indonesia
(KBBI) merupakan suatu perbuatan terhadap seseorang yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau suatu penderitaan secara fisik. Menurut Undang-Undang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT) No. 23 Tahun 2004 pasal
1 point 1 menyatakan KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
Perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.6
2.2 Ruang Lingkup KDRT
KDRT umumnya dilakukan diantara orang yang sudah memiliki hubungan kekeluargaan
dan umumnya terjadi diantara suami-istri sah. Kekerasan juga dapat menimpa anak atau
orang tua, berupa kekerasan fisik maupun verbal dan dapat dilatarbekangi akibat emosi,
masalah ekonomi, pertentangan agama, ataupun seks. Menurut UU PKDRT No. 23 tahun
2004, lingkup rumah tangga meliputi:6
a. Suami, isteri, dan anak
b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana
dimaksud pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan,
dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga; dan/atau
c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga
tersebut, yaitu orang yang bekerja dan dipandang sebagai anggota keluarga dalam
jangka waktu selama orang tersebut berada dalam rumah tangga yang bersangkutan.

Korban KDRT secara global umumnya merupakan perempuan, WHO menyatakan bahwa
1 dari 3 perempuan di dunia mengalami kekerasan sepanjang hidupnya. Hal ini didukung
bahwa laki-laki sering menggunakan kekerasan untuk membela diri. Sejumlah penelitian
telah mendemonstrasikan korelasi terhadap tingkat kesetaraan gender dengan laju KDRT
disebuah negara, yang menunjukkan bahwa negara dengan tingkat kesetaraan gender

3
yang rendah maka memiliki laku KDRT yang tinggi. KDRT merupakan salah satu
kejahatan yang masih jarang dilaporkan baik dari laki-laki maupun perempuan. Serta
adanya stigma sosial yang menyebabkan laki-laki yang menjadi korban kekerasan dalam
rumah tangga sering diabaikan.7

2.3 Jenis-jenis KDRT


Setiap orang dalan lingkup rumah tangga dilarang melakukan kekerasan terhadap
orang/anggota dalam lingkup rumah tangga tersebut. Adapun jenis-jenis kekerasan dalam
rumah tangga, yaitu;6
 Kekerasan fisik
Menurut UU PKDRT UU No. 23 tahun 2004 pasal 6, kekekrasan fisik merupakan
perbuatan yang menyebabkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat dan yang
memerlukan penanganan medis sesuai kekerasan yang dialami. Contohnya: memukul,
menampar, mengigit, menjambak rambut, membenturkankepala ketembok dan lain
sebagainya.6
 Kekerasan psikis
Menurut UU PKDRT UU No. 23 tahun 2004 pasal 7, kekerasan psikis merupaan
perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/ atau penderitaan psikis berat
pada seseorang. Kekerasan psikis yang terjadi pada anak pasti dapat berdampak pada
perkembangan dan psikis anak, dimana anak cenderung mengalami trauma
berkepanjangan. Hal yang sama juga dapat terjadi pada perempuan. Contohnya:
perilaku mengancam, mencaci maki/ penghinaan, bullying, mengintimidasi, melarang
dan lain sebagainya.6
 Kekerasan seksual
Menurut UU PKDRT UU No. 23 tahun 2004 pasal 8, kekerasan seksual merupakan
perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam
lingkup rumah tangga tersebut dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau
tujuan tertentu. Bentuk kekerasan seksual inilah yang biasa banyak terjadi pada
perempuan, dimana perempuan tergolong rentan. Contohnya: memaksa istri
melaukan hubungan seks dalam kondisi istri sedang sait atau lelah.6

4
 Penelantaran rumah tangga
Menurut UU PKDRT UU No. 23 tahun 2004 pasal 9, penelantaran rumah tangga
merupaan perbuatan menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, dimana
menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib
memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Hal ini
juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan
cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar
rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut.Penlantaran rumah
tangga yang dimaksud bukan hanya penelantaran secara finansial tapi juga
penelantaran yang menyangkut hidup rumah tangga (pendidikan, memberikan kasih
sayang, dan pemberian pelayanan kesehatan).6
2.4 Siklus KDRT
Perilaku kekerasan dalam rumah tangga sering kali mengulangi siklus perilaku dalam
setiap hubungan yang dapat menghalangi korban untuk berpisah, meskipun beberapa
kasus mungkin tidak selalu terjadi dalam urutan yang sama, atau beberapa di antaranya
mungkin tidak terjadi dalam beberapa kasus, banyak korban yang menggambarkan siklus
hubungan mereka sebagai berikut:9,10,11,12
1. Periode Pembentukan Ketegangan (Period of Tension Building)
Pasangan yang melakukan kekerasan sering kali menyerang sebagai respons terhadap
pemicu stress eksternal. Apapun dapat menjadi penyebab stress tersebut seperti
adanya masalah keluarga, ekonomi yang sulit, masalah di tempat kerja, penyakit fisik,
dan kelelahan. Pada periode ini ditandai dengan ketegangan yang mulai dan terus
berkembang, pelaku mulai marah, komunikasi dapat terputus, korban merasa bersalah
dan perlu untuk mengalah kepada pelaku, kondisi ketegangan menjadi bertambah dan
menumpuk sehingga dapat menyebabkan korban menjadi tidak nyaman karena
gelisah dengan situasi ketegangan yang sedang berlangsung. Fase ini dapat
berlangsung selama beberapa jam atau berbulan-bulan. Selama tahap ketegangan,
pasangan yang melakukan kekerasan mungkin mulai menunjukkan tanda-tanda
pelecehan atau kekerasan yang perlahan-lahan meningkat intensitas dan frekuensinya.

2. Periode Bertindak (Acting out Period)

5
Periode ini terjadi saat ketegangan dari tahap sebelumnya mulai mereda atau pelaku
kekerasan pada akhirnya melepaskan ketegangan ini pada oranglain, dengan cara
melakukan kekerasan secara terang-terangan dengan tujuan mendapatkan kembali
rasa berkuasa dengan membangun kendali. Pada tahap ini semua jenis kekerasan
dapat terjadi baik fisik ataupun psikologis, antara lain:
 Mengancam dan intimidasi (mengendalikan korban)
 Menyerang korban secara fisik
 Kekerasan seksual
 Menghina, pemanggilan nama, dan kekerasan verbal lainnya
 Mempermalukan dan menyalahkan korban
 Ancaman bahaya atau perusakan properti
 Manipulasi emosional (taktik manipulasi seperti perlakuan mendiamkan korban)
 Menelantarkan atau memberhentikan akses korban terhadap kebutuhan dasarnya
seperti mengganti kunci rumah atau memutus akses ke rekening korban atau
tidak memberi nafkah pada korban)

Ada kemungkinan bahwa tahap insiden akan meningkat pada setiap siklus. Misalnya
intimidasi dan penghinaan mungkin muncul dalam beberapa siklus pertama, yang
kemudian dapat berubah menjadi kekerasan fisik pada siklus kedua.

3. Periode Bulan Madu (The Honeymoon Period) atau Rekonsiliasi


Pada tahap ini, pelaku akan meminta maaf atas pelecehan bahkan beberapa
diantaranya menunjukkan kesedihan, bersikap baik, menunjukkan sikap penuh kasih
dan bahkan memberikan hadiah, pelaku juga tidak segan-segan berjanji untuk tidak
mengulangi lagi. Beberapa diantaranya terkadang masih menyalahkan korban sebagai
alasan pelaku bersikap kasar atau menyangkal bahwa telah terjadi adanya kekerasan
sebelumnya. Perilaku-perilaku baik yang diberikan oleh pelaku, kemudian akan
membuat korban merasa lebih terikat dan kembali percaya pada pelaku dan bahkan
memberikan kesempatan lagi kepada pelaku.
4. Periode Tenang (Calm Period)
Pada periode ini kekerasan berhenti, untuk menjaga perdamaian dan keharmonisan
kedua belah pihak akan bersikap seolah-olah kekerasan seperti tidak pernah terjadi,

6
janji yang telah dibuat saat periode bulan madu dapat terpenuhi, pelaku akan berusaha
meyakinkan korban dengan cara menunjukkan rasa penyesalan dan lebih
memperhatikan kebutuhan korban dibandingkan biasanya, pelaku juga terkadang
akan memberikan hadiah kepada korban untuk membuat korban semakin percaya
bahwa pelaku telah benar-benar menyesal dan berubah, serta membuat korban lupa
akan ingatan tindakan kekerasan yang sempat dialami olehnya (korban).

Siklus ini dapat terjadi secara berulang seiring waktu, sehingga pada periode tenang
tidak menutup kemungkinan bahwa selanjutnya korban mungkin dapat mulai
mengalami ketegangan lagi. Lamanya waktu antar tiap pengulangan bisa berbeda-
beda. Seringkali durasinya semakin singkat seiring dengan meningkatnya
kekerasan/pelecehan. Seiring berjalannya waktu, periode tenang juga mungkin dapat
menjadi sangat singkat atau bahkan hilang sama sekali dari siklus.

2.5 Alur Pelaporan dan Penanganan Kasus KDRT


2.6 Pemeriksaan Forensik Klinis Terkait KDRT

7
BAB III

KESIMPULAN

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. CATAHU 2023: Catatan tahunan
kekerasan terhadap perempuan tahun 2022 [internet]. Jakarta: Komnas perempuan;
[update 2023 Maret 07]. Available from: http://www.komnasperempuan.go.id.
2. Wahid A, Halilurrahman M. keluarga institusi awal dalam membentuk Masyarakat
berperadaban [jurnal]. Unknown place; Cendekia. [update 2019 Juni 01]. Available from:
291593-keluarga-institusi-awal-dalam-membentuk-fb870963.pdf.
3. Wirarti A. Menilik ulang arti keluarga pada Masyarakat Indonesia [jurnal]. Place
unknown; Jurnal Kependudukan Nasional. [update 2018 Juni 01]. Available from: 305-
1003-1-PB.pdf.
4. Anjari W. Fenomena kekerasan sebagai bentuk kejahatan (Violence) [internet]. Jakarta;
unknown. [update 2014 April 01]. Available from: 246968-fenomena-kekerasan-sebagai-
bentuk-kejaha-60c284aa.pdf.
5. Ramadani M, Yuliani F. kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebagai salah satu isu
Kesehatan Masyarakat secara global [jurnal]. Sumatra Barat; JKMA. [update 2015 April
01]. Available from: admin,+Journal+manager,+jurnal+volume+9.2+hal+80-87+.pdf.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT). Available from: Trauma Fisik Pada
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.pdf.
7. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. CATAHU 2023: Catatan tahunan
kekerasan terhadap perempuan tahun 2022 [internet]. Jakarta: Komnas perempuan;
[update 2023 Maret 07]. Available from: http://www.komnasperempuan.go.id.
8. Santos AB. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap perempuan: prespektif
pekerjaan sosial. KOMUNITAS: Jurnal pengembangan masyarakat islam. Juni 2019: 10
(1). Available from: https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/komunitas/article/view/
1072
9. Rakovec-Felser Z. Domestic violence and abuse in intimate relationship from public
health perspective. Heal Psychol Res. 2014;2(3)
10. White MA. Understanding the Cycle of Abuse [Internet]. Healthline. 2020 November
[cited 7 December 2023]. Available from:
https://www.healthline.com/health/relationships/cycle-of-abuse

9
11. Focht J, Chu A. The Cycle of Domestic Violence [Internet]. National Center for Health
Research. 2023 [cited 8 December 2023]. Available from:
https://www.center4research.org/the-cycle-of-domestic-violence/
12. Kubala K. The 4 Stages of the Cycle of Abuse: From Tension to Calm and Back
[Internet]. Psych Central. 2022 July [cited 8 December 2023]. Available from:
https://psychcentral.com/health/how-to-deal-with-verbal-abuse#how-to-deal-with-verbal-
abuse
13.

10

Anda mungkin juga menyukai