Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

“KALAZION PALPEBRA OCULUS DEXTRA ET SINISTRA”

Disusun Oleh:
Mukhlishah Afra Zunairoh
201570021

Pembimbing:
dr. Sri Widiastuti, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PAPUA
JULI 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus diajukan oleh:

Nama Lengkap Mahasiswa : Mukhlishah Afra Zunairoh

Nomor Induk Mahasiswa : 201570021

Universitas : Universitas Papua

Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter

Bidang Kepaniteraan : Ilmu Kesehatan Mata

Periode Kepaniteraan : 03 Juli – 28 Juli 2023

Laporan Kasus : Kalazion Palpebra Oculus Dextra et Sinistra

TELAH DIPRESENTASIKAN DAN DISAHKAN


PADA TANGGAL: 12 Juli 2023

Mengetahui,
Pembimbing Laporan Kasus

dr. Sri Widiastuti, Sp.M

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan kasus yang berjudul “Kalazion Palpebra Oculus Dextra et Sinistra”.
Penulisan dan penyusunan laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas dalam
menjalani Kepaniteraan Klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Papua.

Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada dr. Sri Widiastuti, Sp.M selaku pembimbing laporan kasus, atas kesabaran
dan bimbingan beliau dalam mengarahkan penulis. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada kedua orang tua penulis yang senantiasa mendoakan penulis.
Terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman yang selalu mendukung dan
memberikan semangat.

Mengingat pengetahuan dan pengalaman serta waktu yang tersedia dalam


proses penyusunan laporan kasus sangat terbatas, penulis menyadari masih banyak
kekurangan dari segi isi, susunan bahasa maupun sistematika penulisan. Oleh sebab
itu penulis berharap agar para pembaca dapat memberi saran dan kritik yang
membangun.

Akhir kata, penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat memberi
sumbangsih pemikiran dan memberi manfaat bagi semua pihak khususnya bidang
kedokteran, serta berguna bagi pembaca dalam mempelajari dan mengembangkan
ilmu pengetahuan.

Sorong, Juli 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Cover......................................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

BAB 1 ILUSTRASI KASUS................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 15

2.1. Anatomi ........................................................................................................ 10

2.2. Definisi ......................................................................................................... 17

2.3. Epidemiologi ................................................................................................ 18

2.4. Etiologi dan Faktor Risiko ........................................................................... 18

2.5. Patofisiologi.................................................................................................. 20

2.6. Manifestasi Klinis......................................................................................... 21

2.7. Diagnosis ...................................................................................................... 21

2.8. Diagnosis Banding ....................................................................................... 22

2.9. Tatalaksana ................................................................................................... 24

2.10. Prognosis .................................................................................................... 25

BAB 3 PEMBAHASAN........................................................................................ 26

BAB 4 KESIMPULAN ......................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 29

iv
BAB 1
ILUSTRASI KASUS

1.1. PEROLEHAN DATA


Data pasien didapatkan dari hasil autoanamnesis, serta pengamatan dan
analisis dari rekam medis. Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan pada
tanggal 03 Juli di Poli Klinik Mata RS Kasih Herlina Kota Sorong.

1.2. IDENTITAS PASIEN


Inisial : Nn. Safira Humairah
Nomor RM : 103212
Usia : 23 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Belum menikah
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku : Bugis
Alamat : Jl. Sungai Mamberamo, Kota Sorong
Tanggal Admisi : 03 Juli 2023
Tanggal Pemeriksaan : 03 Juli 2023

1.3. ANAMNESIS
• Keluhan Utama:
Benjolan pada kelopak mata kiri dan kanan.
• Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poli klinik mata dengan keluhan timbul benjolan pada kedua
kelopak mata, sekitar 3 bulan sebelum masuk rumah sakit. Benjolan awalnya
muncul pada mata sebelah kanan, di kelopak mata atas dan bawah, selain itu
pasien juga merasa kurang nyaman akibat benjolan. Benjolan tersebut awalnya
berukuran kecil yang semakin lama semakin membesar, terdapat riwayat keluar
nanah dari benjolan. Sekitar 1 minggu kemudian, benjolan muncul pada
kelopak mata sebelah kiri. Pasien mengaku mulai muncul benjolan sejak sering

5
mencabut bulu matanya menggunakan tangan, tanpa mencuci tangannya
terlebih dahulu. Pasien tidak merasa penglihatan kabur akibat adanya benjolan.
Pasien juga tidak memiliki riwayat trauma. Benjolan pada mata tidak terasa
sakit, tidak gatal, tidak disertai dengan penurunan ketajaman dan kabur dalam
penglihatan.
• Riwayat Penyakit Dahulu:
Tidak ada.
• Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak diketahui.
• Riwayat Penggunaan Obat:
Tidak ada.
• Riwayat Sosial dan Kebiasaan:
Pasien memiliki kebiasaan mencabut bulu matanya menggunakan tangan tanpa
mencuci tangan terlebih dahulu.

1.4. PEMERIKSAAN FISIS


Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Kompos mentis, GCS E4V5M6
Tanda Vital : Dalam batas normal
Kepala : Status oftalmologi
Thoraks : Tidak dilakukan
Abdomen : Tidak dilakukan
Ekstremitas : Tidak dilakukan

Status Oftalmologi

6
Keterangan OD OS
Visus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kedudukan Bola Mata Ortoforia Ortoforia
Normal ke segala arah Normal ke segala arah

Gerakan Bola Mata

Edema (+), hiperemis Edema (+), hiperemis


Palpebral Superior
(+), massa (+) (+), massa (+)
Edema (+), hiperemis Edema (+), hiperemis
Palpebral Inferior (+), massa (+) (+), massa (+)
Edema (+), hiperemis Edema (+), hiperemis
Konjungtiva Palpebra (+), massa (+), folikel (+), massa (+), folikel
(-) (-)
Edema (-), hiperemis Edema (-), hiperemis
(-), massa (-), injeksi (-), massa (-), injeksi
Konjungtiva Bulbi konjungtiva (-), konjungtiva (-),
injeksi siliar (-), injeksi siliar (-),
injeksi perikorneal (-) injeksi perikorneal (-)
Jernih, bentuk bulat, Jernih, bentuk bulat,
Kornea edema (-), sikatrik (-), edema (-), sikatrik (-),
corpus alineum (-) corpus alineum (-)
COA Jernih, dalam Jernih, dalam
Iris Warna coklat, simetris Warna coklat, simetris
Pupil Bulat, terletak di Bulat, terletak di
tengah, isokor, refleks tengah, isokor, refleks
cahaya (+) cahaya (+)
Lensa Jernih Jernih
TIO Palpasi Normal Normal

7
Gambar 1.1. Keadaan mata kanan pasien

Gambar 1.2. Keadaan mata kiri pasien

1.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Slit Lamp
• Ocular Dextra:
Konjungtiva palpebral superior dan inferior tampak benjolan, hiperemis (+),
kornea jernih, iris coklat, pupil bulat di sentral, lensa jernih, refleks cahaya (+).
• Ocular Sinistra:
Konjungtiva palpebral superior dan inferior tampak benjolan, hiperemis (+),
kornea jernih, iris coklat, pupil bulat di sentral, lensa jernih, refleks cahaya (+).

1.6. RESUME

Pasien atas nama Nn. SH perempuan usia 23 tahun datang dengan keluhan benjolan
pada kelopak mata kanan dan kiri. Benjolan dirasakan sejak 3 bulan yang lalu.
Benjolan tersebut muncul di kelopak mata kanan dan kiri, bagian atas serta bawah.
Benjolan tersebut menyebabkan timbul rasa seperti mengganjal, tidak nyaman pada
kedua mata pasien. Pasien merasa mulai muncul benjolan sejak pasien sering
mencabut bulu matanya menggunakan tangan, tanpa mencuci tangannya terlebih
dahulu. Pemeriksaan dengan slit lamp ditemukan benjolan pada konjungtiva

8
palpebral dekstra dan sinistra bagian superior serta inferior, dengan konjungtiva
palpebra yang hiperemis.

1.7. DIAGNOSIS
1.7.1. Diagnosis Kerja:
Kalazion palpebra oculus dextra et sinistra
1.7.2. Diagnosis Banding:
Hordeolum interna

1.8. TATALAKSANA
1.8.1. Medikamentosa
• Cendoxitrol zalf 3,5 gram 3 x oe ODS
1.8.2. Edukasi
Menjaga kebersihan mata, hindari menyentuh mata dengan tangan. Bersihkan
tangan sebelum menyentuh mata.

1.9. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
Quo ad cosmetic : ad bonam

9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Palpebra


Palpebra atau kelopak mata terdiri atas 2 bagian yaitu superior dan inferior.
Palpebra merupakan modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan berfungsi
untuk melindungi bola mata bagian anterior. Gerakan berkedip oleh palpebra dapat
membantu menyebarkan lapisan film air mata, sehingga akan melindungi kornea
dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata
sedangkan palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra terdiri dari lima bidang
jaringan utama, dari superfisial ke profunda yaitu lapisan kulit, otot rangka
(orbicularis oculi), jaringan areolar, jaringan fibrosa (lempeng tarsus), serta lapisan
membran mukosa (konjungtiva palpebra).1

Gambar 2.1. Penampang eksterna orbita.2


2.1.1. Struktur Palpebra
1) Lapisan Kulit
Kulit palpebra berbeda dari kulit pada sebagian besar bagian lain tubuh, karena
pada palpebra kulit lebih tipis, longgar dan elastis. Selain itu juga terdapat
sedikit folikel rambut dan tanpa lemak subkutan.1
2) Musculus Orbicularis Oculi
Pada palpebra, otot ini berfungsi utuk menutup palpebra. Serat-serat ototnya
mengelilingi fisura palpebra secara konsentris dan menyebar dalam jarak yang
pendek mengelilingi tepi orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi.
Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pretarsus,
sedangkan pada bagian di atas septum orbitale disebut bagian preseptal.
Segmen di luar palpebra disebut orbita. Otot ini dipersarafi oleh nervus fasialis.1

10
Gambar 2.2. Musculus orbicularis oculi.2
3) Jaringan Areolar
Jaringan areolar submukular, terdapat di bawah musculus orbicularis oculi.
Jaringan ini berhubungan dengan lapisan subaponeurotik kulit kepala.1
4) Tarsus
Struktur penyokong palpebra utama adalah lapisan jaringan fibrosa padat,
bersama dengan sedikit jaringan elastik yang disebut sebagai lempeng tarsus.
Sudut lateral dan medial serta juluran tarsus terpaut pada tepi orbita, oleh
ligamen palpebrae lateralis dan medialis. Lempeng tarsus superior dan inferior
juga terpaut pada tepi atas dan bawah orbita oleh fasia yang tipis dan padat.
Fasia yang tipis tersebut membentuk septum orbital.1
5) Konjungtiva Palpebra
Konjungtiva palpebra merupakan bagian posterior palpebra yang dilapisi oleh
selapis membran mukosa. Konjungtiva palpebra melekat erat pada tarsus. Insisi
bedah melalui garis kelabu tepian palpebra akan membelah palpebra menjadi
lamela anterior kulit dan musculus orbicularis oculi, serta lamela posterior
lempeng tarsus dan konjungtiva palpebra.1

11
Gambar 2.3. Bagian konjungtiva: limbus (Li), konjungtiva bulbar (BC),
konjungtiva forniceal (FC), konjungtiva palpebra (PC), dan marginal konjungtiva
(MC). Struktur tambahan: caruncle (Ca) dan lacrimal punctum (LP).2

Gambar 2.4. Potongan sagital palpebra superior dan inferior.2


2.1.2. Tepian Palpebra
Tepian palpabera memiliki panjang 25-30 mm dan lebar 2 mm. Tepian
palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (sambungan mukokutan) menjadi tepian
anterior dan tepian posterior.1
1) Tepian Anterior
• Bulu mata, muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur. Bulu
mata atas lebih panjang dan lebih banyak daripada bulu mata bawah serta

12
melengkung ke atas. Bulu mata bawah melengkung ke bawah.
• Glandula Zeis, merupakan modifikasi dari kelenjar sebasea kecil. Glandula
ini bermuara ke dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
• Glandula Moll, merupakan modifikasi dari kelenjar keringat. Glandula ini
bermuara membentuk satu barisan dekat bulu mata.
2) Tepian Posterior
Tepian palpebra posterior berkontak dengan bola mata. Selain itu, pada
sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil kelenjar sebasea yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom, atau tarsus).
3) Punctum Lacrimale
Merupakan bagian ujung dari medial tepian posterior palpebra, berupa
penonjolan kecil dengan lubang kecil di tengah yang terlihat pada palpebra
superior dan inferior. Bagian ini berfungsi untuk menghantarkan air mata ke
bawah melalui kanalikulusnya ke sacus lacrimalis.

Gambar 2.5. Tepian palpebra inferior. (A) Grey line atau intermarginal sulkus,
kelenjar Meibom, punctum lacrimalis inferior. (B) Potongan melintang tepian
palpebra inferior.2
2.1.3. Fisura Palpebra
Struktur ini merupakan ruang berbentuk elips antara kedua palpebra yang
terbuka. Fisura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis
berukuran sekitar 0,5 cm dari tepi lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Kantus
medialis lebih elips dari kantus lateralis dan mengelilingi lacus lacrimalis.1
Lacus lacrimalis merupakan struktur yang terdiri atas dua bagian. Bagian
pertama adalah caruncula lacrimalis, yaitu modifikasi kulit dengan modifikasi

13
kelenjar keringat dan kelenjar sebasea yang cukup besar, bermuara ke dalam folikel
yang mengandung rambut-rambut halus. Bagian kedua adalah plica semilunaris,
merupakan sisa palpebra ketiga pada spesies hewan yang lebih rendah.1

Gambar 2.6. Tampilan posterior kelopak mata dengan fisura palpebra hampir
tertutup. Terlihat kelenjar Meibom (tarsus) dengan saluran dan lubang pendeknya.
Konjungtiva palpebra dihilangkan untuk menunjukan kelenjar.2

Gambar 2.7. Gambar meibografi inframerah palpebra superior, menunjukkan


struktur kelenjar Meibom normal.2
2.1.4. Septum Orbital
Septum ini merupakan fasia di belakang bagian otot orbicularis, terletak di
antara tepian orbita dan tarsus, berfungsi sebagai sawar antara palpebra dan orbita.
Septum orbital ditembus oleh pembuluh dan saraf lakrimal, pembuluh dan saraf
supratroklear, pembuluh dan saraf supraorbital, saraf infratroklear, anastomosis
antara vena angularis dan vena ophthalmica, serta musculus levator palpebra
superior. Septum orbital superior menyatu dengan tendon levator palpebra superior
dan tarsus superior, sedangkan septum orbital inferior menyatu dengan tarsus
inferior.1

14
Gambar 2.8. Septum orbita. (A) Septum orbita muncul dari periosteum tulang-
tulang tepi orbita dan insersi pada aponeurosis palpebra superior dan inferior. (B)
Bantalan lemak pre-aponeurosis.2
2.1.5. Refraktor Palpebra
Refraktot palpebra berfungsi untuk membuka palpebra. Struktur ini
dibentuk oleh kompleks muskulofasial, dengan komponen otot rangka dan polos
atau juga dikenal sebagai kompleks levator di palpebra superior, fasia
kapsulopalpebra di palpebra inferior.1
• Palpebra Superior
Bagian otot rangkanya adalah levator palpebra superior. Bermula dari apeks
orbita menuju ke bagian depan untuk bercabang menjadi aponeurosis, serta
bagian lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos musculus Miiller
(tarsusis superior).1
a) Aponeurosis, akan mengangkat lamela anterior palpebra dan berinsersio
pada permukaan posterior orbicularis oculi lalu ke dalam kulit di atasnya,
membentuk lipatan kulit palpebra superior.
b) Musculus Muller, berinsersio ke dalam batas atas lempeng tarsus dan
forniks superior konjungtiva, sehingga mengangkat lamela posterior.
• Palpebra Inferior
Retraktor utamanya adalah muskulus rektus inferior. Otot ini merupakan tempat
jaringan fibrosa memanjang untuk membungkus musculus obliqus inferior dan
berinsersio pada batas bawah lempeng tarsus inferior dan orbicularis oculi.
Serat-serat otot polos musculus tarsusis inferior akan berhubungan dengan
aponeurosis tersebut.1
2.1.6. Muskulus Levator Palpebra Superior
Musculus levator palpebra muncul sebagai tendon pendek dari permukaan

15
bawah ala minar ossis sphenoidalis, di atas dan di depan foramen opticum. Tendon
tersebut menyatu dengan origo musculus rectus superior di bawahnya. Venter otot
levator menjulur ke depan, membentuk aponeurosis, dan menyebar seperti kipas.
Otot tersebut bersama komponen otot polosnya (musculus Muller), dan
aponeurosisnya membentuk bagian penting refraktor palpebrae superior. Segmen
palpebra musculus orbicularis oculi bekerja sebagai antagonisnya.
Selubung levator palpebra superior melekat di bawah musculus rectus
superior. Permukaan superior pada persambungan venter otot dan aponeurosis,
membentuk pita menebal yang melekat pada troklea di medial dan pada dinding
orbita lateral di lateral. Pita itu membentuk ligament Whitnall. Levator dipersarafi
oleh cabang superior nervus oculomotorius (III). Pendarahan levator palpebrae
superior berasal dari cabang muscular lateral arteria ophthalmica.1

Gambar 2.9. Muskulus levator palpebra. (A) Transisi otot levator ke aponeurosis
di ligamen Whitnall. (B) Aponeurosis melewati otot pretarsus orbicularis menuju
kulit palpebra.2
2.1.7. Persarafan Sensoris
Persarafan sensoris palpebra berasal dari bagian pertama (nervus
oftalmikus) dan kedua (nervus maksilaris) nervus trigeminus (N.V).
• Nervus oftalmikus, bercabang membentuk nervus lacrimalis, supraorbitalis,
supratrochlearis, infratrochlearis, dan nasalis eksterna.
• Nervus maksilaris, bercabang membentuk nervus infraorbitalis,
zygomaticofacialis dan zygomaticotemporalis.

16
Gambar 2.10. Inervasi palpebra.3
2.1.8. Pembuluh Darah
Berasal dari arteri karotis eksternal dan sistem orbita, yang berasal dari arteri
karotis interna sepanjang cabang arteri oftalmika. Oleh sebab itu pembuluh darah
kelopak mata merupakan anastomosis dari arteri karotis eksternal dan internal.2
• Arteri karotis interna, bercabang menjadi A. supraorbitalis, Aa. Palpebrales
laterales, A. lacrimalis, Aa. Palpebrales medialis.2
• Arteri karotis eksterna, bercabang menjadi A. facialis, A. Angularis, A.
infraorbita, A. temporalis superficialis, A. zygomatico-orbitalis.2

Gambar 2.11. Vaskularisasi palpebra.2

2.2. Definisi
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa, yang terjadi akibat
tersumbatnya kelenjar Meibom. Penyumbatan kelenjar Meibom pada kalazion
disertai dengan infeksi ringan, sehingga mengakibatkan peradangan kronis pada
kelenjar tersebut. Kalazion akan memberi gejala berupa benjolan pada kelopak
mata, tidak hiperemis, tidak terdapat nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis.4 Pada

17
umumnya kalazion berkembang dalam beberapa minggu, dengan gejala awal
berupa radang ringan disertai nyeri tekan yang mirip hordeolum. Sebagian besar
kalazion mengarah ke permukaan konjungtiva, yang dapat sedikit memerah atau
meninggi.1 Apabila ukurannya cukup besar, maka dapat menekan bola mata
sehingga menimbulkan astigmatisme.1,4

Gambar 2.12. Kalazion pada palpebra superior.3,5

2.3. Epidemiologi
Kalazion lebih sering terjadi pada orang dewasa dibanding anak-anak, diduga
karena pengaruh faktor hormon androgenik yang meningkatkan viskositas sebum.6
Kejadian kalazion secara global berkisar antara 0,2-0,7%. Di Amerika Serikat
prevalensi kalazion umumnya ditemui pada usia 30-50 tahun. Di Brazil, kejadian
kalazion dilaporkan berkisar 0,2-0,3%. Salah satu studi di India melaporkan
frekuensi terjadi kalazion sebesar 0,24%.7 Selain itu, beberapa studi melaporkan
bahwa jenis kelamin perempuan memiliki tingkat kejadian kalazion lebih tinggi
daripada laki-laki, terutama selama masa pubertas dan kehamilan. Namun terdapat
pula penelitian lain yang tidak menemukan perbedaan signifikan.6,7

2.4. Etiologi dan Faktor Risiko


Kalazion terjadi akibat tersumbatnya kelenjar Meibom, dapat terjadi secara
idiopatik.1 Kalazion umumnya terdapat pada orang dewasa, diduga akibat infeksi
oleh organisme dengan virulensi rendah atau iritasi kronis.3 Selain itu, kalazion juga
dikaitkan terhadap beberapa faktor risiko, yaitu:
1. Blefaritis. Proses peradangan kronis pada tepi kelopak mata, dapat
menyebabkan mata kering, merusak kornea dan kelopak mata. Setelah blefaritis
mencapai stadium lanjut, dapat meningkatkan risiko pasien terkena hordeolum

18
dan kalazion.5,8
2. Rosacea. Peradangan kronis pada kulit yang memengaruhi sekitar 5% dari
populasi orang dewasa, ditandai dengan kemerahan di bagian tengah wajah
dengan manifestasi ocular seperti konjungtivitis kronis, blefaritis, MGD dan
relaps kalazion.5,8
3. Kebersihan kelopak mata yang buruk. Jika kelopak mata kotor, maka dapat
terjadi obstruksi kelenjar Meibom, sehingga menyebabkan blefaritis dan
kalazion Selain itu, kejadian kalazion yang lebih tinggi pada wanita dewasa juga
diduga akibat terbiasa menggunakan kosmetik mata.8
4. Infeksi virus dan bakteri. Etiologi virus dikonfirmasi dengan pemeriksaan
histopatologi kalazion pada pemeriksaan jaringan kelenjar Meibom. Bakteri
yang dapat menjadi penyebab kalazion adalah Staphylococcus aureus.
5. Kekurangan vitamin A. Jika kadar serum vitamin A rendah, terjadi
hiperkeratosis pada saluran kelenjar Meibom, sehingga menyumbat saluran
tersebut dan dapat terjadi kalazion.8
6. Gastritis. Terjadi akibat hubungan tidak langsung melalui infeksi (Helicobacter
pylori), atau stres psikologis. Blefaritis kronis dan kalazion secara teoritis
mungkin merupakan bentuk infeksi H. pylori ekstra gastrointestinal.8
7. Perubahan hormonal. Hormoan androgen menginduksi pertumbuhan kelenjar
sebasea dan produksi sebum, yang menyebabkan terjadi viskositas sebum. Hal
tersebut dapat mempermudah terjadinya obstruksi, yang menyebabkan
penumpukan sekret dan memungkinkan terjadinya infeksi sehingga terbentuk
kalazion.8
8. Merokok. Perokok kronis dapat menginduksi perubahan kandungan lipid dari
kelenjar Meibom, sehingga dapat terjadi penyumbatan lipid dan menyebabkan
kalazion.8
9. Trauma kelopak mata, riwayat kalazion sebelumnya.5,8

19
2.5. Patofisiologi
Kelenjar Meibom merupakan kelenjar sebasea yang terletak di lempeng tarsus
kelopak mata. Kelenjar ini menghasilkan minyak penyusun lapisan film air mata.
Jika terjadi obstruksi pada kelenjar, maka kandungan kelenjar dapat terinfiltrasi ke
jaringan sekitar dan memicu respons inflamasi granulomatosa. Hal tersebut
kemudian dapat mengarah pada pembentukan lipogranuloma.5,9 Edema yang
disebabkan dari obstruksi kelenjar Meibom terbatas pada konjungtiva palpebra,
namun terkadang lesi membesar dan menembus lempeng tarsus sehingga
menembus palpebra bagian luar.6,9 Penyebab dari bakteri belum jelas, namun yang
paling sering adalah Staphylococcus aureus. Enzim yang dikeluarkan oleh bakteri
kemungkinan menyebabkan kerusakan lipid, sehingga mengakibatkan tertahannya
sekresi kelenjar lalu membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan inflamasi.9
Kalazion secara histologis digambarkan sebagai radang lipogranulomatosa
kronis. Proses granulomatosa ini yang menjadi pembeda antara kalazion dengan
hordeolum interna atau eksterna (terutama proses piogenik yang menimbulkan
pustula), walaupun kalazion dapat menyebabkan hordeolum, begitu pula
sebaliknya. Secara klinik, nodul tunggal (jarang multipel) yang cukup keras
terdapat jauh di dalam palpebra atau pada tarsus. Eversi palpebra memungkikan
penampakan kelenjar Meibom yang berdilatasi.9

Gambar 2.13. Histopatologi kalazion, seluruh kelenjar digantikan oleh jaringan


granulasi yang mengandung giant cell.3

20
2.6. Manifestasi Klinis
Kalazion pada umumnya bermanifestasi sebagai benjolan yang tidak nyeri
selama beberapa minggu atau bulan, sebelum pasien mencari pengobatan. Selain
itu sebagian besar pasien juga mengeluhkan rasa tidak nyaman.9 Benjolan pada
kalazion dapat diraba dengan menggerakan jari di atas kelopak mata, baik oleh
pasien maupun pemeriksa. Tidak menutup kemungkinan terdapat lebih dari satu
kalazion. Pada eversi palpebra, konjungtiva palpebra dapat berwarna merah atau
abu-abu di atas kalazion.3 Ukuran kalazion yang cukup besar dapat menyebabkan
astigmatisma. Kalazion sering muncul sebagai benjolan pada palpebra superior
karena jumlah kelenjar Meibom yang lebih banyak, dengan ukuran pada umumnya
tidak lebih dari 1 cm, tidak nyeri, tidak ada tanda hiperemia, tidak berfluktuasi.
Pasien yang mengalami rekurensi harus dicurigai adanya kemungkinan
malignansi.9

2.7. Diagnosis
Penegakan diagnosis kalazion secara umum ditegakan secara klinis, yaitu
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisis. Namun pada keadaan tertentu seperti
kalazion berulang, diperlukan pemeriksaan histopatologi maupun biopsi.10
2.7.1. Anamnesis
Pasien biasanya datang dengan keluhan terjadi pembengkakan tanpa rasa
sakit pada kelopak mata yang telah terjadi selama beberapa minggu atau bulan. Hal
tersebut juga menyebabkan pasien merasa tidak nyaman. Pada umumnya pasien
mulai berobat ketika kondisinya semakin memburuk seperti jika telah
menyebabkan gangguan penglihatan, atau menjadi semakin meradang, nyeri dan
terinfeksi. Selain itu perlu juga ditanyakan mengenai riwayat pembengkakan
kelopak mata serupa sebelumnya, karena kalazion cenderung dapat kambuh pada
individu yang memiliki predisposisi.5,6
2.7.2. Pemeriksaan Fisis
• Pada pemeriksaan kelopak mata ditemukan nodul soliter dan tidak nyeri yang
ditemukan pada lempeng tarsus.5 Kalazion pada umumnya berukuran kurang
dari 1 cm, terkadang berdiameter 7-8 mm. Sebagian besar nodul teraba keras,

21
tidak ada eritematosa, tidak berfluktuasi, dan tidak nyeri. Pada kalazion yang
berukuran besar atau akut, mungkin dapat terasa nyeri akibat ukuran yang besar.
Kalazion lebih sering terjadi pada kelopak mata atas karena peningkatan jumlah
dan panjang kelenjar Meibom yang ada di kelopak mata atas.6 Eversi kelopak
mata membantu mengidentifikasi lesi, serta memungkinkan visualisasi
konjungtiva palpebra dan kalazion internal.5,6 Apabila dilakukan tekanan
manual pada margin kelopak mata, dapat menyebabkan sekresi kental seperti
pasta gigi yang keluar dari kelenjar Meibom.10
• Mata dapat diperiksa dengan slit lamp, untuk menyingkirkan madarosis
(kehilangan bulu mata), poliosis (pemutihan bulu mata), dan ulserasi yang dapat
menimbulkan kecurigaan terhadap etiologi lain.6 Pemeriksaan slit lamp
menunjukan kelenjar Meibom (sering terdapat difus kekuningan dari orifisium
tepi kelopak mata) dan reaksi papiler, hiperemis konjungtiva palpebra dan
tarsus.5,10
• Temuan kulit lain seperti jerawat, rosacea, atau atopi, harus diperhatikan.
Rosacea menunjukkan karakteristik khusus seperti eritema wajah, spider nevi
pada kulit malar, nasal, dan palpebra serta sepanjang tepi palpebra.6
2.7.3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang kalazion jarang dilakukan kecuali pada kasus
tertentu, seperti kalazion berulang atau kalazion yang terjadi di usia tua. Kedua hal
tersebut perlu dicurigai mengarah pada karsinoma sel sebasea, diperlukan biopsi
kelopak mata dan konjungtiva untuk konfirmasi.3,10 Pemeriksaan histopatologi
kalazion menunjukan proliferasi endotel asinus dan respons radang granulomatosa,
yang melibatkan sel-sel kelenjar Langerhans. Indikasi biopsi dilakukan pada
kalazion berulang, karena tampilan karsinoma kelenjar Meibom dapat mirip dengan
tampilan kalazion. Pemeriksaan laboratorium jarang diminta.1

2.8. Diagnosis Banding


2.8.1. Hordeolum
Hordeolum merupakan masa nodul yang nyeri dan kemerahan di sekitar
margo palpebra. Hordeolum yang mengenai kelopak mata bagian anterior pada

22
kelenjar Zeiss atau folikel bulu mata disebut hordeolum eksternum, sedangkan yang
muncul pada kelopak mata bagian posterior dari kelenjar Meibom disebut
hordeolum internum. Kedua tipe ini dikaitkan dengan abses purulen yang
terlokalisir, biasanya akibat Staphylococcus aureus. Tanda awal hordeolum adalah
muncul benjolan kecil dengan titik berwarna kekuningan di tengah benjolan,
kemudian berkembang menjadi nanah dan melebar di sekitar area tersebut. Gejala
lain yaitu benjolan pada kelopak mata atas atau bawah, bengkak yang terlokalisir
pada kelopak mata, nyeri yang terlokalisir, kemerahan, nyeri tekan serta muncul
krusta pada tepi kelopak mata.9
Gejala pada bola mata seperti sensasi terbakar pada permukaan mata,
kelopak mata yang lebih rendah daripada kelopak mata di sebelahnya, gatal serta
penurunan tajam penglihatan. Pasien juga dapat mengeluhkan muncul kotoran dari
matanya, mata kemerahan, lebih sensisitif terhadap cahaya, mata berair, perasaan
tidak nyaman saat berkedip serta sensasi benda asing pada mata.9
• Hordeoulum eksternum (stye)
Mirip dengan kalazion namun memiliki perbedaan pada lokasi serta
etiologinya. Stye biasanya berada di kelopak mata anterior dan berasal dari
infeksi stafilokokus aureus. Pasien biasanya mengeluhkan nyeri tekan, eritema,
dan sekret yang lebih besar dibandingkan kalazion.10 Kelenjar yang meradang
menjadi keras, bengkak dan lunak serta dapat segera terbentuk abses.3
• Hordeolum internum
Pada keadaan ini, kelenjar dapat membesar dan menyebabkan pembengkakan
kelopak mata yang sangat besar. Terkadang peradangan dapat pecah melalui
duktus atau konjungtiva.3

Gambar 2.14. Hordeolum Gambar 2.15. Hordeolum


internum.3,9 eksternum.9

23
2.8.2. Karsinoma Kelenjar Sebasea
Karsinoma kelenjar sebasea paling sering melibatkan kelopak mata atas
pada orang tua. Tumor ini dapat berasal dari kelenjar Meibom dari tarsus, kelenjar
Zeis di kulit kelopak mata atau kelenjar sebasea dari karunkula. Secara klinis mirip
seperti kalazion, blefaritis kronis, karsinoma sel basal maupun karsinoma sel
skuamosa. Pada penyakit ini juga terjadi penipisan dari orifisium kelenjar Meibom
dengan kerusakan folikel bulu mata sehingga menyebabkan kerontokan bulu mata.
Karsinoma ini dapat secara stimultan mengenai kedua kelopak mata pada satu sisi
(5%). Lesi berbentuk nodular tampak seperti sebuah jaringan yang berbeda, nodul
yang padat, sering berada di lempeng tarsus atas, tampak berwarna sedikit
kekuningan karena adanya jaringan lemak.9 Penyakit ini sering menyerupai
kalazion. Oleh sebab itu pada kejadian kalazion berulang di lokasi yang sama, perlu
dilakukan biopsi untuk menyingkirkan karsinoma sel sebasea. Pasien tersebut juga
harus dirujuk ke spesialis okuloplastik.10

Gambar 2.16. Karsinoma kelenjar sebasea.9

2.9. Tatalaksana
Kalazion termasuk dalam self limiting disease. Oleh sebab itu, pada umumnya
penanganan konservatif cukup membantu untuk memfasilitasi drainase kelenjar
sebasea. Namun pada keadaan tertentu, dapat dilakukan tatalaksana medikamentosa
dan pembedahan.9
2.9.1. Konservatif
• Kompres hangat 2-4 kali selama 15 menit dapat membantu mencairkan sekresi
lipid yang mengobstruksi duktus kelenjar, serta drainase kelenjar.9
• Pembersihan kelopak mata secara berkala dengan sampo bayi juga membantu
untuk membersihkan debris yang membuntu pada muara duktus.9

24
• Masase kelopak mata, untuk melebarkan lubang kelenjar dan membantu sekresi
meibum yang mengeras.10
2.9.2. Medikamentosa
• Antibiotik
Pemberian antibiotik sistemik maupun topikal tidak diberi kecuali terdapat
infeksi sekunder. Tetrasiklin sistemik dosis standar dan rendah (seperti
doksisiklin) dapat dipertimbangkan pada kasus yang berat atau berulang.5,6,9
• Kortikosteroid
Pengobatan akut dapat dilakukan dengan tetes atau salep antibiotik-steroid
topikal. Steroid topikal dapat membantu dalam meminimalkan peradangan dan
mengurangi edema, sehingga memfasilitasi drainase yang mungkin terjadi.
Kasus kronis yang tidak membaik dengan penanganan konservatif, dapat diberi
injeksi intralesi kortikostreroid (0,1–0,2 ml triamcinolone acetonid 40 mg/ml)
untuk membantu kalazion berukuran kecil, kalazion pada tepi palpebra atau
kalazion multipel.5,9
2.9.3. Pembedahan
Kalazion berukuran besar sebaiknya dilakukan kuretase dan drainase. Eksisi
bedah dilakukan melalui insisi vertikal ke dalam kelenjar tarsus dari permukaan
konjungtiva, kemudian diikuti dengan kuretase materi gelatinosa dan epitel kelenjar
secara hati-hati. Insisi vertikal pada konjungtiva tarsus pada muara kelenjar
Meibom ditujukan untuk menghindari adanya scar pada lempeng tarsus.1,9

2.10. Prognosis
Pada kalazion diharapkan prognosis yang sangat baik. Kalazion yang tidak
diobati dapat sembuh secara spontan dalam beberapa minggu.5 Namun kalazion
pada kelopak mata atas yang berukuran besar dan terletak di tengah serta menutupi
kornea pada anak-anak, dapat menyebabkan ptosis dan astigmatisme sehingga
harus ditangani untuk mengurangi risiko ambliopia. Kekambuhan di beberapa
lokasi cukup sering terjadi, pasien harus diberi konseling tentang praktik kebersihan
kelopak mata yang baik. Hal yang perlu diperhatikan apabila sering terjadi
kekambuhan dan pada pasien usia tua, perlu dicurigai mengarah pada keganasan.10

25
BAB 3
PEMBAHASAN

Pasien perempuan berusia 23 tahun didiagnosis dengan kalazion palpebra


oculus dextra et sinistra, berdasarkan hasil dari anamnesis dan pemeriksaan fisis.
Hasil anamnesis yaitu didapat benjolan pada kelopak mata kanan dan kiri sejak 3
bulan yang lalu, benjolan tersebut muncul di bagian atas serta bawah kelopak mata.
Benjolan tersebut menyebabkan timbul rasa seperti mengganjal, tidak nyaman pada
kedua mata pasien. Pasien merasa mulai muncul benjolan sejak pasien sering
mencabut bulu matanya menggunakan tangan, tanpa mencuci tangan terlebih
dahulu. Pemeriksaan dengan slit lamp ditemukan benjolan pada kelopak mata
kanan dan kiri bagian superior dan inferior, dengan konjungtiva palpebra yang
hiperemis.

Berdasarkan teori dari tinjauan pustaka, pasien termasuk dalam individu yang
memiliki faktor risiko terjadinya kalazion, yaitu perempuan, usia dewasa dan
kurang menjaga kebersihan kelopak matanya. Kalazion merupakan penyakit yang
disebabkan oleh tersumbatnya kelenjar Meibom. Kelenjar Meibom terletak pada
kelopak mata, hal ini sesuai dengan kondisi pasien yang memiliki benjolan pada
kelopak mata bagian superior dan inferior. Kalazion terjadi akibat adanya obstruksi
kelenjar Meibom, sehingga kandungan kelenjar teinfiltrasi ke jaringan sekitar,
kemudian memicu respons inflamasi granulomatosa. Mekanisme tersebut
menyebabkan manifestasi klinis berupa muncul benjolan yang tidak nyeri selama
beberapa minggu atau bulan dan menyebabkan sensasi tidak nyaman. Gejala yang
dialami pasien serupa dengan gejala kalazion.

Kalazion pada umumnya didiagnosis secara klinis, namun pada keadaan


tertentu seperti kalazion berulang dan pasien berusia tua, perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan diagnosis keganasan. Pada pasien
diagnosis ditegakan secara klinis yaitu dengan anamnesis dan pemeriksaan slit
lamp. Pengobatan kalazion umumnya konservatif, pada keadaan tertentu dapat
diberi medikamentosa atau pembedahan. Pada pasien, dilakukan pengobatan

26
medikamentosa karena telah terjadi secara kronik dan terdapat pada kedua mata
pasien, yang menyebabkan pasien merasa tidak nyaman. Pengobatan yang diberi
pada pasien adalah kombinasi kortikosteroid dan antibiotik, yang diberi secara
topikal (eye ointment) yaitu cendoxitrol 3,5 gram, dioles 3 kali dalam satu hari.
Obat tersebut diberi untuk mengurangi infeksi serta meminimalisir peradangan dan
mengurangi edema, sehingga diharapakan dapat membantu drainase kelenjar.
Pembedahan tidak dilakukan karena pasien belum menghendaki.

27
BAB 4
KESIMPULAN

Kalazion merupakan peradangan granulomatosa, terjadi akibat


tersumbatnya kelenjar Meibom. Penyumbatan kelenjar Meibom disertai dengan
infeksi ringan sehingga mengakibatkan peradangan kronis pada kelenjar tersebut.
Pada umumnya kalazion berkembang dalam beberapa minggu atau beberapa bulan.
Kalazion akan memberi gejala berupa terdapat benjolan pada kelopak mata, tidak
hiperemis dan tidak terdapat nyeri tekan. Kejadian kalazion paling banyak terjadi
pada usia dewasa dan prevalensinya lebih tinggi pada wanita dibanding pria. Pada
kalazion, kelenjar Meibom yang tersumbat dapat dikaitkan dengan beberapa faktor
risiko diantaranya blefaritis, rosacea, infeksi bakteri, kurangnya kebersihan kelopak
mata serta perubahan hormonal. Namun kalazion juga dapat terjadi secara idiopatik.
Benjolan pada kalazion dapat diraba dengan menggerakan jari di atas
kelopak mata, oleh pasien maupun pemeriksa. Pada eversi palpebra, konjungtiva
palpebra dapat berwarna merah atau abu-abu di atas kalazion. Kalazion biasanya
berukuran tidak lebih dari 1 cm, tidak nyeri, tidak ada tanda hiperemia, tidak
berfluktuasi. Ukuran kalazion yang cukup besar dapat menyebabkan astigmatisma.
Pasien yang mengalami rekurensi harus dicurigai adanya kemungkinan
malignansi.9 Pada dasarnya kalazion merupakan self limiting disease, sehingga
dapat ditatalaksana secara konservatif. Namun dapat diberi tatalaksana
medikamentosa atau pembedahan pada kondisi tertentu. Kalazion perlu dibedakan
dengan penyakit lain yang serupa yaitu hordeolum dan keganasan kelenjar sebasea.
Prognosis kalazion umumnya baik, apabila tidak dilakukan pengobatan dapat
sembuh secara spontan dalam beberapa minggu.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Eva-Riordan P, Whitcher JP. Oftalmologi umum (vaughan & asbury’s


general ophthalmology) [eBook]. Susanto D, editor. 17th ed. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. 16-8, 79 p.
2. Brar VS, Law SK, Lindsey JL, Mackey DA, Schultze RL, Silverstein E, et
al, editors. Fundamental and principles of ophthalmology [eBook]. San
Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2019. 52-65 p.
3. Nema HV, Nema N. Textbook of ophthalmology [eBook]. 5th ed. New
Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) LTD; 2008. 4, 392-3 p.
4. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata [eBook]. 5th ed. Edisi 5. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014. 94-5 p.
5. Kupcha A, Law J, Feldman BH, Man WL, Raymond Raymond, Goel S, et
al. Joseph SS, editor. Chalazion [internet]. [place unknown]; American
Academy of Ophthalmology: 2023 Apr 30 [cited 2023 July 08]. Available
from: https://eyewiki.aao.org/Chalazion.
6. Deschênes J. Chalazion [internet]. [place unknown]; Medscape; [updated
2024 Apr 04; cited 2023 July 08]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1212709-overview.
7. Alsammahi A, Aljohani J, Jaad N, Daia OA, Aidayhun M, Almutairi M, et
al. Incidence and predisposing factors of chalazion. International Journal of
Community Medicine and Public Health. 2018;5(11):4979-4982.
8. Alharbi AS. Chalazion risk factors: a review article. International journal of
Medical Research & Health Sciences. 2021;10(9):118-123.
9. Soebagjo HD. Nurwasis Nurwasis, Lutfi D, Fatmariyanti S, editors.
Penyakit sistem lakrimal [eBook]. Surabaya: Airlangga University Press;
2019. 41-73 p.
10. Schmidt-Erfurth U, Kohnen T, editors. Encyclopedia of ophthalmology
[eBook]. Berlin: Springer-Verlag GmBH Germany; 2018. 374-6 p.

29

Anda mungkin juga menyukai