FAKULTAS KEDOKTERAN
LAPORAN KASUS
ODS COMPOUND MIOP ASTIGMAT
REFARAT
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
Oleh :
Alfina Alfiani MK, S.Ked
NIM : 111 2016 2041
Pembimbing Supervisor :
dr. Ruslinah HTM, Sp.M
BAGIAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RSUD KOTA MAKASSAR
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.
Telah diperiksa dan dianggap telah memenuhi syarat tugas ilmiah mahasiswa pendidikan
dokter dalam disiplin ilmu mata pada :
Waktu :
Tempat :
Menyetujui,
Pembimbing Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ............................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I LAPORAN KASUS
Identitas pasien ............................................................................ 1
Anamnesis .................................................................................... 1
Pemeriksaan Oftalmologi .............................................................. 2
Resume ......................................................................................... 4
Diagnosis ....................................................................................... 4
Differential Diagnosis ..................................................................... 4
Terapi ............................................................................................. 4
Prognosis ....................................................................................... 4
Diskusi ............................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan ............................................................................. 7
B. Simple Miop Astigma....................................................................
a. Anatomi dan Fisiologi..................................................... 8
b. Akomodasi....................................................................... 11
c. Refraksi ........................................................................... 12
d. Klasifikasi Refraksi......................................................... 14
e. Etiologi dan Epidemiologi………………………………. 15
f. Astigmat........................................................................... 15
g. Klasifikasi Astigmat……………………………………... 15
h. Etiopatologi Astigmatis ………………………………… 20
i. Diagnosis Astigmatisma………………………………… 20
j. Penatalaksanaan.............................................................. 23
iii
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Siti Khaila
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 6 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Makassar
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Daya Raya
No. register : 253975
Tanggal Pemeriksaan : 17 September 2018
Tempat pemeriksaan : Poliklinik Mata RSUD Kota Makassar
II. ANAMNESIS
1
Dari anamnesis didapatkan bahwa penderita memiliki kebiasaan
menonton film menggunakan handphone dengan jarak dekat dan
membaca dalam posisi berbaring sejak umur 3 tahun. Riwayat mata
kemasukan benda asing (-), riwayat keluarga memakai kaca mata ada
yaitu ibu pasien. Riwayat sakit mata (-)
2
i. Inspeksi
OD OS
Palpebral Edema (-) Edema (-)
Silia Normal Normal
Apparatus Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)
Lakrimalis
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Bola Mata Normal Normal
Mekanisme Ke segala arah Ke segala arah
Muskular
ii. Palpasi
OD OS
Tensi Okuler Tn Tn
Nyeri Tekan (-) (-)
Massa tumor (-) (-)
Glandula Pre- Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
Aurikuler
3
iv. Color Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
v. Light Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
vi. Slit Lamp
vii. Laboratorium
IV. RESUME
4
C-0,75 axis 180° 1,0. Pemeriksaan slit lamp SLOD dan SLOS kesan
normal.
V. DIAGNOSIS
IX. DISKUSI
5
Dari pemeriksaan inspeksi dan palpasi pada OD dan OS tidak
didapatkan kelainan. Pada pemeriksan visus didapatkan VOD : 0,3 = S -1,75
C -1.50 axis 20 1,0 ; VOS : 0,2 = S -1,75 C-0,75 axis 180° 1,0. Tidak
ditemukan kelainan pada pemeriksaan yang lain seperti pemeriksaan fisis
oftalmologi (inspeksi dan palpasi), tonometri dan slit lamp. Maka dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami penurunan visus yang disebabkan
oleh kelainan refraksi.
6
Astigmat terjadi karena kornea dan lensa mempunyai permukaan
yang rata atau tidak rata sehingga tidak memberikan satu titik fokus, bisa
terdapat 2 atau lebih titik fokus. Akibatnya penglihatan akan terganggu.
Mata dengan dengan astigmatisme dapat diibaratkan dengan melihat melalui
gelas yang terisi air bening. Bayangan yang terlihat dapat terjadi terlalu
besar, kurus, terlalu lebar dan kabur. Seseorang dengan astigmat dapat
memberikan keluhan kabur ketika melihat jauh tetapi jelas melihat dekat,
melihat ganda dengan menggunakan satu atau kedua mata, benda bulat
dilihat sebagai benda lonjong. Selain itu pasien juga sering mengeluh sakit
kepala, mata terasa tegang dan cepat lelah.
7
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam keadaan normal, cahaya sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan
istirahat atau tidak berakomodasi akan difokuskan pada satu titik di retina.
Kondisi ini disebut emetropia. Ketika mata dalam keadaan tidak berakomodasi,
mata tidak dapat memfokuskan cahaya ke dalam retina, keadaan ini disebut
ametropia. Ada tiga keadaan yang dapat menyebabkan ametropia, yaitu :
1. Myopia
2. Hipermetopia ( disebut juga hyperopia )
3. Astigmat
Myopia disebut dengan rabun jauh akibatnya berkurangnya kemampuan
untuk melihat jauh akan tetapi dapat melihat dekat dengan baik.
Hipermetopia dikenal juga dengan istilah hyperopia atau rabun dekat.
Pasien dengan hipermetrop mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat
sukarnya berakomodasi.
Pada astigmat atau silinder, sinar-sinar yang masuk ke mata tidak dapat
difokuskan ke satu titik di retina akibat perbedaan kelengkungan kornea atau
lensa.
Simple Miop Astigmat adalah kelainan refraksi yang termasuk dalam
klasifikasi astigmat berdasarkan letak focus bayangan. Astigmat berasal dari
bahasa Yunani dari kata “A” dan “Stigmat” yang berarti “tidak”. Maka pembiasan
yang terjadi pada kelainan ini yaitu pemfokusan bayangan yang diterima oleh
retina tidak pada titik api, maupun membentuk dua garis horizontal atau oblik.
Terdapatnya variasi kurvatur atau kelengkungan kornea atau lensa pada meridian
yang berbeda yang akan mengakibatkan sinar tidak terfokus pada satu titik. Setiap
meridian mata mempunyai titik focus tersendiri yang letaknya mungkin teratur
(pada astigmat regular) dan mungkin pula tidak teratur (pada astigmat irregular).1-
7
8
Kelainan astigmat dapat dialami oleh anak-anak, orang dewasa, ataupun
orang yang sudah tua. Astigmat biasanya bersifat diturunkan atau terjadi sejak
lahir, biasanya disertai dengan myopia dan hipermetrop dan tidak banyak terjadi
perubahan. Rasio kelainan ini cenderung lebih sedikit dibanding orang yang
menderita myopia, tetapi lebih banyak dari pada orang yang menderita
hipermetropia. 1-8
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
pertahanan dari bakteri atau patogen lainnya. Lapisan Bowman adalah membrane
yang sangat tipis (12µm) dibelakang epitelium. Pada aspek posterior dari kornea
terdapat membrane lain yang juga sangat tipis, mempunyai ketebalan 10-15µm,
yang juga memiliki fungsi sebagai media protektif. Endothelium adalah lapisan
tunggal pada aspek paling posterior dari kornea, berbatasan dengan humor
aqueous yaitu cairan yang mengisi ruangan mata.(2,3,4)
11
Humor aquous ini diproduksi oleh sel epitel non-pigmen korpus siliaris.
Setelah memasuki bilik mata belakang, humor aquous melalui pupil masuk ke
bilik mata depan dan kemudian ke perifer menuju sudut bilik mata depan dan
melalui kanalis Schlemm. Humor aquous ini memiliki fungsi sebagai
menyediakan nutrisi untuk kornea dan bagian dari jalur optik mata, menjaga
tekanan intraokuler dan merupakan cairan transparan yang memiliki salah satu
daripada fungsi media refrakter.(2,3)
3) Lensa
Lensa yang berkembang sempurna berbentuk bikonveks dan tidak berwarna
sehingga hampir transparan sempurna. Permukaan posteriornya lebih konveks
dari permukaan anterior. Pada orang dewasa, tebalnya sekitar 4 mm dengan
diameter 9 mm. Lensa terletak di bilik mata belakang yaitu antara bagian posterior
iris dan bagian anterior dari korpus vitreous yang dinamakan sebagai fossa
hyaloid. Terdapat serabut-serabut yang dikenal sebagai zonula zinni (zonula
fibers) di sekitar ekuator lensa pada posisinya dan akan berkontraksi atau
mengendur pada saat otot siliaris berkontraksi atau berdilatasi saat proses
akomodasi.(2,3)
12
lensa posterior, serat-serat zonula pars plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi
optic. Basis vitrous mempertahankan penempelan yang kuat ke lapisan epitel pars
plana da retina tepat di belakang ora serata. Perlekatan ke kapsul lensa dan nervus
optikus kuat pada awal kehidupan tetapi akan segera menghilang. Vitreous berisi
air sekitar 99%. Sisanya 1% meliputi dua komponen, kolagen dan asam
hialuronat, yang memberikan bentuk dan konsistensi mirip gel pada vitreous
karena kemampuannya mengikat banyak air.(2,3,4)
Selain keempat struktur bola mata di atas, terdapat satu struktur lagi yang
penting pada proses masuknya cahaya ke retina, yaitu pupil. Pupil merupakan
lubang bundar di tengah iris yang sesuai dengan bukaan lensa pada sebuah
kamera. Pupil mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata.
Ukuran pupil pada prinsip dasarnya diatur oleh keseimbangan antara kontriksi
akibat aktivitas parasimpatik yang dihantarkan melalui nervus kranialis III dan
dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatik. Kebanyakan respon pupil diatur
oleh sinyal kompleks yang dikirim melalu otak tengah (khususnya nucleus
Edinger-Westphal) sebagai respon dari cahaya yang mengenai retina. Pada proses
miosis (konstriksi), otot sfingter pupil akan mengecilkan pupil. Hal ini terjadi
pada kondisi lingkungan yang terang dan selama proses akomodasi. Miosis
merupakan aktivitas daripada saraf parasimpatis. Proses midriasi (dilatasi), otot
dilator pupil akan melebarkan pupil. Hal ini terjadi pada kondisi lingkungan yang
gelap. Midriasis merupakan aktivitas daripada saraf simpatis.
II.1.2 Akomodasi
Akomodasi adalah kesanggupan mata untuk memperbesar daya
pembiasannya. Akomodasi dipengaruhi oleh serat-serat sirkuler Mm. siliaris.
Fungsi serat-serat sirkuler adalah untuk mengerutkan dan relaksasi serat-serat
zonula yang berorigo di lembah-lembah di antara prosessus siliaris. Otot ini
mengubah tegangan pada kapsul lensa, sehingga lensa dapat mempunyai berbagai
fokus baik untuk objek yang berjarak dekat maupun jauh dalam lapangan
pandang.(1,5,6)
13
Ada beberapa teori mengenai mekanisme akomodasi, antara lain :
a. Teori Helmholtz jika Mm. Siliaris berkontraksi maka iris dan korpus
siliaris digerakkan ke depan bawah, sehingga zonula zinni menjadi kendor,
lensa menjadi cembung.
b. Teori Schoen terjadi akibat Mm.siliaris pada bola mata karet yang
dipegang dengan kedua tangan dengan jari akan mengakibatkan
pencembungan bola di bagian tengah.
c. Teori dari Tichering jika Mm.siliaris berkontraksi maka iris dan korpus
siliaris diegerakkan ke belakang atas/luar, sehingga zonula zinnii menjadi
tegang, bagian perifer lensa juga akan menjadi tegang, sedangkan bagian
tengahnya didorong ke sentral dan menjadi cembung.
Punctum remotum (R) dalah titik terjauh yang dapat dilihat dengan nyata
tanpa akomodasi. Pada emetrop letak R adalah tidak terhingga. Punctum
proksimum (P) adalah titik terdekat yang dapat dilihat dengan akomodasi
maksimal. Daerah akomodasi adalah daerah di antara titik R dan titik P. lebar
akomodasi (A) adalah tenaga yang dibutuhkan utnuk melihat daerah akomodasi.
Lebar akomodasi dinyatakan dengan dioptri, besarnya sama dengan kekuatan
lensa konveks yang harus diletakkan di depan mata yang menggantikan
akomodasi untuk punctum proksimum.
Kekuatan akomodasi makin berkurang dengan bertambahnya umur dan
punctum proksimumnya (P) semakin menjauh. Hal ini disebabkan oleh karena
berkurangnya elastisitas dari lensa dan berkurangnya kekuatan otot siliaris.
14
II.1.3 Refraksi
Mata dapat dianggap sebagai kamera dimana sistem refraksinya
menghasilkan bayangan kecil dan terbalik di retina. Rangsangan ini diterima oleh
sel batang dan sel kerucut di retina, yang diteruskan melalui N.II ke korteks
serebri pusat penglihatan yang kemudian tampak sebagai bayangan yang tegak.
Supaya bayangan tidak kabur, kelebihan cahaya diserap oleh lapisan epitel
pigmen di retina. Bila intensitas cahaya terlalu tinggi, pupil akan mengecil untuk
mengurangi jumlah cahaya yang masuk kedalam mata. Alat-alat refraksi mata
terdiri dari permukaan kornea, humor aquous, lensa dan korpus vitreous. Daya
refraksi kornea hampir sama dengan humor aquous, sedangkan daya refraksi lensa
hampir sama dengan korpus vitreous. Keseluruhan sistem refraksi mata ini
membentuk lensa cembung dengan fokus 23 mm. Dengan demikian pada mata
yang emetrop, dalam keadaan istirahat, sinar yang sejajar yang datang di mata
akan dibiaskan tepat di fovea sentralis di retina. Fovea sentralis merupakan fokus
principal posterior dari sistem refraksi mata ini dimana cahaya datangnya sejajar,
setelah melalui sistem refraksi ini akan bertemu. Fovea sentralis letaknya 23 mm
di belakang kornea, tepat dibagian makula lutea. Pembiasan terbesar terdapat pada
permukaan anterior kornea, ditambah dengan permukaan anterior dan posterior
dari lensa.(3)
Berkas-berkas cahaya mencapai mata harus dibelokkan ke arah dalam untuk
difokuskan kembali ke sebuah titik peka-cahaya di retina agar dihasilkan suatu
bayangan yang akurat mengenai sumber cahaya. Pembelokan suatu berkas cahaya
(refraksi) terjadi ketika berkas berpindah dari satu medium dengan kepadatan
(densitas) tertentu ke medium dengan kepadatan yang berbeda.
Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara daripada melalui media
transparan lainnya misalnya : kaca, air. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke
medium dengan densitas yang lebih tinggi, cahaya tersebut melambat (sebaliknya
juga berlaku). Berkas cahaya mengubah arah perjalanannya jika mengenai
medium baru pada tiap sudut selain tegak lurus.(3)
Dua faktor penting dalam refraksi : densitas komparatif antara 2 media
(semakin besar perbedaan densitas, semakin besar derajat pembelokan) dan sudut
15
jatuhnya berkas cahaya di medium kedua (semakin besar sudut, semakin
besar pembiasan). Dua struktur yang paling penting dalam kemampuan refraktif
mata adalah kornea dan lensa. Permukaan kornea, struktur pertama yang dilalui
cahaya sewaktu masuk mata, yang melengkung berperan besar dalam reftraktif
total karena perbedaan densitas pertemuan udara/kornea jauh lebih besar dari pada
perbedaan densitas antara lensa dan cairan yang mengelilinginya. Kemampuan
refraksi kornea seseorang tetap konstan karena kelengkungan kornea tidak pernah
berubah. Sebaliknya kemampuan refraksi lensa dapat disesuaikan dengan
mengubah kelengkungannya sesuai keperluan untuk melihat dekat/jauh.
(3,4)
16
II.2 KELAINAN REFRAKSI
17
lemah sehingga bayangan dalam mata difokuskan dibelakang bintik kuning dan
mata ini menjadi hipermetropia atau rabun dekat.
18
i) Astigmat with-the-rule
Astigmat with-the-rule sering didapati pada anak-anak. Pada tipe ini,
meridian vertikal adalah paling curam dan silinder plus harus
digunakan pada atau berdekatan dengan aksis 90°.4
Jika meridian vertikal memiliki daya bias lebih kuat dari pada
meridian horizontal. Astigmatisme ini dikoreksi dengan Cyl – pada
axis vertikal atau Cyl + pada axis horizontal.(4,7)
19
iii) Astigmat Oblik
Astigmat oblik adalah apabila principal meridian tidak berada atau
berdekatan dengan 90° atau 180°. Pada dasarnya, astigmat oblik
adalah apabila principal meridian adalah lebih dari 30° dari sudut
90° atau 180°. Astigmat oblik jarang ditemukan.(4,7)
Klasifikasi astigmat regular berdasarkan letak fokus bayangan
atau sinar kedua principal meridian :
Kesepakatan: untuk menyederhanakan penjelasan, titik fokus dari daya
bias terkuat akan disebut titik A, sedang titik fokus dari daya bias
terlemah akan disebut titik B.
i. Simpel Astigmat
– Simple miop astigmat
Jika 1 garis fokal berada di depan retina dan satunya lagi pada retina.
Koreksi akan dilakukan dengan lensa silinder minus (-).
Astigmatisme jenis ini, titik A berada didepan retina, sedangkan titik
B berada tepat pada retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme
jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl –Y atau Sph –X Cyl +Y dimana X dan
Y memiliki angka yang sama.
20
Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan
titik B berada tepat di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi
astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl +Y atau Sph +X Cyl –Y
dimana X dan Y memiliki angka yang sama.
21
- Compound hipermetrop astigmat
Jika kedua garis fokal berada di belakang retina. Koreksi dilakukan
dengan menggunakan lensa sferis plus (+) dan silinder plus (+).
22
ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol,
atau notasi X dan Y menjadi sama-sama + atau -.
iv. Astigmat irregular
Bentuk astigmatisme ini, meridian-meridian utama bola mata tidak
saling tegak lurus.Astigmatisme yang demikian bisa disebabkan oleh
ketidak beraturan kontur permukaan kornea dan lensa mata, juga bisa
disebabkan oleh adanya kekeruhan tidak merata pada bagian dalam bola
mata ataupun lensa mata (misalnya pada kasus katarak stadium
awal).Astigmatisme jenis ini sulit untuk dikoreksi dengan lensa kacamata
atau lensa kontak lunak. Meskipun bisa, biasanya tidak akan memberikan
hasil akhir yang setara dengan ketajaman penglihatan normal.
23
nilai yang tertinggi, dimana kedua nilai ini terletak pada meridian dengan
perbedaan 90°. Oleh karena itu, terdapat perbedaan tingkat refraksi dari
suatu meridian dengan satunya lagi sehingga sinar cahaya tidak dapat
membentuk suatu titik fokus, tetapi membentuk 2 jalur fokus. Lapisan 3-
dimensi oleh sinar cahaya yang terbentuk dari lensa astigmat (lensa
sferosilidris) ini dikenal sebagai conoid of Sturm.(1)
Conoid of Sturm mempunyai 2 jalur fokal, setiap satunya sejajar
dengan salah satu dari principal meridian dari lensa sferosilindris.
Potongan melintang conoid of sturm biasanya membentuk suatu bentuk
bujur, tetapi pada min dioptri kedua jalur fokal tersebut terdapat
potongan melintang conoid of Sturm yang akan berbentuk bulat
(circular). Sinar cahaya yang bulat ini dikenal sebagai circle of least
confusion. Circle of least confusion ini adalah tempat dimana fokus
keseluruhan lensa astigmat ini menjadi paling akurat. Secara teori dapat
dikatakan bahwa huruf paling jelas dilihat pada titik ini karena kekaburan
yang berlaku adalah sama pada setiap meridian.
d) Diagnosis Astigmatisma
24
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis yang mendapatkan
gambaran klinis yang jelas dan ditunjang dengan pemeriksaan visus.
Pemeriksaan untuk mengukur astigmatis bagaimana mata fokus terhadap
cahaya dan menentukan kekuatan dari beberapa lensa optikal yang
diperlukan untuk mengompensasi penurunan penglihatan. Pemeriksaan
itu termasuk :
1) Pemeriksaan pin hole
Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah
berkurangnya tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau
kelainan pada media penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila
ketajaman penglihatan bertambah setelah dilakukan pin hole berarti pada
pasien tersebut terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila
ketajaman penglihatan berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan
media penglihatan atau pun retina yang menggangu penglihatan.(4,5)
2) Uji refraksi
- Subjektif (Optotipe dari Snellen & Trial lens)
Metode yang digunakan adalah dengan Metoda ‘trial and error’.
Jarak pemeriksaan 6 meter/20 feet. Digunakan kartu Snellen yang
diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu
dibiasakan mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam
penglihatan masing-masing mata. Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan
lensa sferis positif, bila dengan lensa sferis positif tajam penglihatan
membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien dikatakan
menderita hipermetropia, apabila dengan pemberian lensa sferis positif
menambah kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis
negatif memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien
menderita miopia. Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak
tercapai tajam penglihatan maksimal mungkin pasien mempunyai
kelainan refraksi astigmat. Pada keadaan ini lakukan uji pengaburan
(fogging technique).(4,7)
25
- Objektif
a) Autorefraktometer
Yaitu menentukan miopia atau besarnya kelainan refraksi
dengan menggunakan komputer. Penderita duduk di depan
autorefractor, cahaya dihasilkan oleh alat dan respon mata terhadap
cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar kelainan refraksi
yang harus dikoreksi dan pengukurannya hanya memerlukan waktu
beberapa detik.
b) Keratometri
Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur
radius kelengkungan kornea. Keratometer dipakai klinis secara luas
dan sangat berharga namun mempunyai keterbatasan.
3) Uji pengaburan
Setelah pasien dikoreksi untuk miopia yang ada, maka tajam
penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam
penglihatan berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan
menambah lensa spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi juring
astigmat, dan ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis
juring pada 90° yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu
lensa silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180°.
Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis
juring kisi-kisi astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan
juring horizontal atau semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan
lensa silinder ditentukan yang ditambahkan. Kemudian pasien diminta
melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai
pasien melihat jelas.(4,7)
26
Gambar 18. Kipas Astigmat
4) Keratoskop
Keratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan
astigmatisme. Pemeriksa memerhatikan imej “ring” pada kornea pasien.
Pada astigmatisme regular, “ring” tersebut berbentuk oval. Pada
astigmatisme irregular, imej tersebut tidak terbentuk sempurna.(4,7)
27
cukup tinggi. Pada astigmat irregular dimana terjadi pemantulan dan
pembiasan sinar yang tidak teratur pada dataran permukaan depan
kornea maka dapat dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Soft
Contact Lens toric disediakan untuk mengkoreksi banyak tipe dari
astigmat. Akibat dari kontak dengan lensa kontak maka permukaan
depan kornea akan tertutup rata dan tidak terisi film air mata.
- Farmakologik
Pemberian obat tetes mata yang bisa digunakan untuk penderita
adalah obat tetes mata untuk mensterilisasi kotoran yang masuk ke
dalam mata dan obat tetes mata yang mengandungi Vitamin A
- Pembedahan
a) Radial Keratotomy (RK)
Untuk membuat insisi radial yang dalam pada pinggir kornea dan
ditinggalkan 4 mm sebagai zona optik. Pada penyembuhan insisi ini
terjadi pendataran dari permukaan kornea sentral sehingga menurunkan
kekuatan refraksi. Prosedur ini sangat bagus untuk miopi derajat ringan
dan sedang.
Kelemahannya:
Kornea menjadi lemah, bisa terjadi ruptur bola mata jika terjadi
trauma setelah RK, terutama bagi penderita yang berisiko terjadi trauma
tumpul, seperti atlet, tentara. Bisa terjadi astigmat irreguler karena
penyembuhan luka yang tidak sempurna, namun jarang terjadi. Pasien
Post RK juga dapat merasa silau saat malam hari.
28
b) Laser Assisted in Situ Keratomileusis (LASIK)
Pada teknik ini, pertama sebuah flap setebal 130-160 mikron dari kornea
anterior diangkat. Setelah Flap diangkat, jaringan midstroma secara langsung
diablasi dengan tembakan sinar excimer laser , akhirnya kornea menjadi flat.
Sekarang teknik ini digunakan pada kelainan miopi yang lebih dari - 12
dioptri.
29
Gambar 22. Prosedur LASIK
Kelebihan LASIK Kekurangan LASIK
- Minimimal atau tidak ada rasa - LASIK jauh lebih mahal
nyeri post operatif - Membutuhkan skill operasi para
- Kembalinya penglihatan lebih ahli mata.
cepat dibanding PRK. - Dapat terjadi komplikasi yang
- Tidak ada resiko perforasi saat berhubungan dengan flap, seperti
operassi dan ruptur bola mata flap putus saat operasi, dislokasi
karena trauma setelah operasi, flap postoperatif, astigmat
- Tidak ada gejala sisa kabur irreguler.
karena penyembuhan epitel.
- Baik untuk koreksi miopi yang
lebih dari -12 dioptri.
C
30
Gambar 23. Photorefractive Keratectomy (PRK)
Kelemahan PRK:
31
DAFTAR PUSTAKA
32
33