DISUSUN OLEH:
Erica Sugandi, S.Ked
I4061192039
PEMBIMBING:
dr. Wirawan Adikusuma, Sp.M
Disusun oleh:
Erica Sugandi, S.Ked
I40611292039
2
BAB I
PENYAJIAN KASUS
3
1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa dalam keluarga disangkal, riwayat hipertensi dan diabetes
melitus disangkal.
1.2.5 Riwayat Pengobatan
Riwayat pengobatan pada mata disangkal, saat ini pasien mengonsumsi
Captopril 3x25 mg yang didapat dari Puskesmas setelah dirinya
didiagnosis Hipertensi.
1.2.6 Riwayat Kebiasaan
Pasien saat ini tidak bekerja dan hanya mengerjakan aktivitas rumah
tangga di rumah. Pasien sudah berhenti merokok sejak 4 tahun ini,
dulunya merupakan perokok selama 30 tahun dan menghabiskan 24
batang rokok per harinya.
1.2.7 Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien berobat dengan BPJS dan kebutuhan sehari-hari pasien ditanggung
oleh anak-anaknya. Pasien tinggal bersama istrinya di rumah dan kelima
anaknya sudah tinggal di rumah terpisah.
4
Mata : (lihat pada status oftalmologi)
Telinga, Hidung, Tenggorokan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Thorax : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-/-)
1.3.5 Status Oftalmologi
1. Tajam penglihatan
OD: 1/300, persepsi cahaya buruk
OS: 4/60
2. Pergerakan bola mata
Baik ke segala arah
OD OS
0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0
3. Tekanan intraocular
OD: 20 mmHg
OS: 23 mmHg
4. Tes lapang pandang
OD: tidak dapat dinilai
OS: dalam batas normal
5. Pemeriksaan Segmen Anterior
5
Gambar 2. Pemeriksaan segmen anterior oculi dextra
menunjukkan kekeruhan lensa dengan shadow test (+), pupil oculi
dextra tidak berkonstriksi terhadap cahaya
6
tekan (-), ektropion (-), nyeri tekan (-),
entropion (-), trikiasis ektropion (-),
(-), nodul (-) entropion (-), trikiasis
(-), nodul (-)
Hiperemia (-), injeksi Konjungtiva Hiperemia (-), injeksi
(-), sekret (-), jaringan (-), sekret (-), jaringan
fibrovascular (-), fibrovascular (-),
benda asing (-) benda asing (-)
Jernih (-). edema (-), Kornea Jernih (-). edema (-),
infiltrat (-) infiltrat (-)
Dangkal Bilik mata depan Dalam
Warna iris: coklat dan Iris Warna iris: coklat dan
intak intak
Bentuk bulat, ukuran: Pupil Bentuk bulat, ukuran:
5 mm, anisokor, RCL 3 mm, anisokor, RCL
(-), RCTL (-), RAPD (+), RCTL (+), RAPD
(+) (-)
Keruh Lensa Keruh
Shadow test (+) Shadow test (+)
6. Pemeriksaan Fundus
OD: Refleks fundus (+) menurun
OS: Refleks fundus (+) menurun
7. Tes Ishihara: Tidak dilakukan
8. Tes Fluoresen: Tidak dilakukan
9. Tes Sensibilitas Kornea: Tidak dilakukan
7
1.3.6 Pemeriksaan Slit Lamp dan Funduskopi
Tabel 2. Pemeriksaan Slit Lamp dan Funduskopi
OD OS
Lensa
8
cupping (+), A:V=2:3, macula refleks (+)
refleks (+)
1.4 Resume
Pasien datang dengan keluhan pandangan buram sejak kira-kira 6 bulan
lalu. Pasien mengatakan pandangan kabur dirasakan perlahan-lahan dan sering
berganti-ganti kacamata karena terasa semakin kabur. Pasien merasa saat
melihat cahaya, terasa lebih silau dibanding sebelum pandangan buram.
Pemeriksaan tajam penglihatan didapatkan visus OD adalah 1/300 dan
visus OS adalah 4/60. Pergerakan bola mata baik ke segala arah, TIO OD 20
mmHg dan TIO OS 23 mmHg. Pemeriksaan lapang pandang OD tidak dapat
dinilai, OS dalam batas normal. Pemeriksaan kedalaman bilik mata anterior
dalam dengan shadow test OD (+), OS (-). Pupil tampak anisokor dengan
refleks cahaya langsung OD (-) dan OS (+) dengan terdapat RAPD pada OD
(+) dan OS (-). Lensa mata kanan dan kiri tampak keruh dengan shadow test
ODS (+).
Pemeriksaan slit lamp dan funduskopi menunjukkan lensa tampak keruh
ODS, tampak kekeruhan lensa OS lebih tebal dibandingkan OD. Fundus OD
tampak CDR 1,0 dengan cupping (+) dan fundus OS tampak CDR 0,4 dengan
cupping (-).
1.5 Diagnosis
Normotension glaucoma oculi dextra
Susp. glaukoma oculi sinistra dd/ ocular hypertension oculi sinistra
Katarak senilis imatur oculi dextra dan sinistra
1.6 Tatalaksana
● Timolol 0,5% eyedrop 2x1 ODS
● Potassium iodide eyedrop 4x1 ODS
● Fakoemulsifikasi + IOL (Intraocular Lens) Implantation ODS
9
1.7 Saran pemeriksaan penunjang
- Perimetri untuk menilai lapang pandang (setelah fakoemulsifikasi + IOL
Implantation ODS)
- Pachymetry untuk menilai ketebalan kornea
1.8 Prognosis
Ad vitam : dubia
Ad functionam : dubia
Ad sanationam : dubia
10
BAB II
PEMBAHASAN
11
terpisahnya sitoplasma lensa, atau kedua keadaan tersebut dapat terjadi secara
bersamaan. Perubahan kimia pada nuclear lensa depan mengakibatkan warna
lensa menjadi lebih kuning atau coklat.3
Grading katarak menggunakan system skoring Buratto. Skoring Buratto
mencakup:
- Grade I: nukleus lunak, visus >6/12, sedikit keruh
- Grade II: nucleus keruh ringan, visus 6/12-6/30, nucleus kekuningan
- Grade III: nucleus kekeruhan medium, kekeruhan korteks, visus 3/60-6/30
- Grade IV: nucleus keras, warna kuning kecoklatan, visus 1/60-3/60
- Grade V: nucleus sangat keras, warna hitam atau coklat, visus 1/60 atau lebih
buruk.
12
OS, visus 4/60 (Grade III)
Nucleus kekeruhan medium,
kekeruhan korteks, visus 3/60-6/30
Pada pasien didapatkan katarak imatur, dengan tampak shadow test pada
oculi dextra dan sinistra (+) dan pada pemeriksaan slit lamp didapatkan refleks
fundus (+) menurun pada oculi dextra dan sinistra. Pemeriksaan visus pada pasien
ini didapatkan OD 1/300 dengan persepsi cahaya buruk dan OS 4/60. Pada
katarak imatur, terjadi penurunan visus mulai 5/60 hingga 1/60. Namun, hasil
1/300 pada katarak biasanya mulai terjadi pada katarak matur dengan shadow test
negatif. Ini menunjukkan ketidaksesuaian antara visus dan jenis kataraknya pada
mata kanannya. Berbeda dengan mata kiri pasien dengan visus 4/60 dengan jenis
katarak imatur pada pemeriksaan, menunjukkan kesesuaian jenis katarak dengan
visusnya.4
13
Beberapa perbandingan foto kekeruhan lensa pada katarak berdasarkan
penurunan visus:
Tabel 3. Perbandingan Kekeruhan Lensa dan Penurunan Visus
Visus Kekeruhan Lensa pada Katarak
6/7,5
6/12
2/60
3/60
14
4/60
1/300
1/~
15
OD OS
Pada klasifikasi katarak didapatkan grading katarak pada mata kiri lebih
tinggi dibandingkan katarak pada mata kanan. Ini menunjukkan kekeruhan lensa
pada mata kiri lebih tinggi dibandingkan mata kanan. Namun, visus yang
didapatkan pada mata kiri lebih baik dibandingkan mata kanan. Pada refleks
fundus juga terlihat adanya kekeruhan pada sentral lensa dengan tampak lensa
yang lebih keruh pada bagian sentral di mata kiri dibandingkan mata kanan. Pada
pasien ini didiagnosis dengan katarak senilis imatur oculi dextra dan sinistra.
Mata kanan pasien kemudian dilakukan pemeriksaan segmen posterior
dengan slit lamp dan funduskopi untuk menilai apakah ada penyebab visus
menurun selain katarak. Pada awal pemeriksaan segmen anterior, ditemukan sudut
bilik mata depan dangkal dengan adanya RAPD (+) pada oculi dextra dengan
refleks cahaya langsung (-) dan refleks cahaya tak langsung (-). Kemudian, pada
pemeriksaan funduskopi menggunakan slit lamp menunjukkan tampak CDR 1,0
dengan adanya cupping. Ini menunjukkan adanya etiologi lain dari penurunan
visus selain dari katarak senilis imatur pada mata kanan pasien.
Pupil yang anisokor dengan RAPD positif pada oculi dextra sering
ditemukan pada pasien dengan glaucoma asimetris/unilateral, namun RAPD yang
harus disesuaikan dengan gambaran klinis glaucoma, yaitu neuropati optik
glaucomatous. Adanya RAPD menunjukkan tanda objektif adanya gangguan pada
jaras penglihatan aferen anterior yang asimetris atau unilateral. RAPD sering
ditemukan pada 1 dari 3 pasien dengan glaucoma sudut terbuka primer.5
16
Tabel 5. Foto Fundus Pasien
OD OS
Refleks fundus (+), papil N.II berbatas Refleks fundus (+), papil N.II berbatas
tegas, CDR 1,0; cupping (+), tegas, CDR 0,4; cupping (-), A:V=2:3,
A:V=2:3, macula refleks (+) macula refleks (+)
17
Pada oculi sinistra didapatkan TIO 23 mmHg dengan fundus dalam batas
normal, memenuhi 1 kriteria dari trias glaukoma. Hipertensi pada pasien yang
baru didiagnosis dapat berhubungan dengan TIO yang tinggi. Baltimore Eye
Survey menunjukkan hipertensi sistemik dapat berhubungan dengan risiko tinggi
glaukoma pada pasien tua (>65 tahun). Hipertensi kronik dapat menyebabkan
terganggunya mikrosirkulasi pada nervus optik dan meningkatkan kerentanan
terhadap neuropati optik glaucomatous. Pada pasien ini dicurigai suspek
glaukoma/glaucoma suspect dimana glaucoma suspect didefinisikan sebagai
individu dengan 1 atau lebih karakteristik berikut:8
- Dicurigai kerusakan nervus optik atau NFL dengan hilangnya lapang pandang
- Hilangnya lapang pandang yang sugestif glaukoma dengan tidak adanya
abnormalitas pada nervus optik
- Riwayat keluarga dengan glaukoma pada tingkat pertama
- Peningkatan TIO tanpa kerusakan nervus optik
Diagnosis banding dengan hipertensi ocular dimana terjadi peningkatan
TIO di atas 21 mmHg tanpa adanya tanda-tanda optic neuropati, gangguan lapang
pandang,, sudut terbuka. Hipertensi ocular ada kondisi yang memenuhi kriteria:8
- Peningkatan TIO di atas 21 mmHg pada satu atau kedua mata, dengan
pengukuran tonometry pada 2 atau lebih kunjungan
- Tidak adanya defek lapang pandang glaucomatous
- Penampakan diskus optik dan NFL normal
- Anatomi sudut bilik depan normal, dengan sudut terbuka pada gonioskopi
- Tidak adanya kondisi ocular yang berkaitan dengan peningkatan TIO, seperti
sudut tertutup, kondisi neovaskularisasi, dan uveitis.
Pasien pada kasus ini tidak didapatkan salah satu dari trias glaukoma, yaitu
defek lapang pandang. Hal ini dapat terjadi karena pemeriksaan konfrontasi yang
dilakukan pada pasien ini merupakan pemeriksaan kualitatif yang tidak sensitif
dan memiliki sensitivitas yang rendah jika digunakan secara tunggal. Namun,
pemeriksaan konfrontasi ini merupakan pemeriksaan paling mudah dan cepat,
serta praktis yang dapat digunakan dengan peralatan minim dengan kondisi tanpa
alat perimetri. Pemeriksaan konfrontasi ini dapat digunakan untuk menilai dengan
18
cepat kehilangan lapang pandang secara kasar/gross field loss. Sensitivitas tes
konfrontasi hanya 20-50% untuk mendeteksi skotomam arkuata yang merupakan
kehilangan lapang pandang tersering pada pasien glaukoma. Sensitivitas
pemeriksaan konfrontasi dapat ditingkatkan jika dikombinasikan dengan peralatan
untuk pemeriksaan lapang pandang perimetri. Perimetri adalah penggunaan alat
untuk memeriksa lapang pandang dengan mata terfiksasi sentral. Perimetri
digunakan untuk memeriksa lapang pandang perifer dan sentral. Alat perimetri ini
dapat digunakan untuk mendeteksi dan memonitor hilangnya lapang pandang
akibat penyakit, misalnya glaukoma. Pada pasien tidak ditemukan defek lapang
pandang karena kemungkinan defek lapang pandang yang kecil sehingga tidak
didapatkan pada pemeriksaan sehingga dibutuhkan pemeriksana penunjang lain
berupa tes perimetri.10
Pada pasien direncanakan untuk dilakukan perimetri setelah operasi
fakoemulsifikasi+implantasi IOL pada kedua matanya. Perimetri yang dilakukan
sebelum operasi katarak akan menyebabkan positif palsu terhadap defek lapang
pandang. Katarak memberikan hasil defek lapang pandang pada bagian tengah
pada hasil perimetri, sehingga perimetri dilakukan setelah operasi katarak.
Indikasi medis operasi katarak adalah glaucoma fakolitik, glaucoma
fakomorfik, uveitis fakoantigenik, dan dislokasi lensa. Indikasi tambahan untuk
operasi adalah katarak yang cukup buram, sehingga mengaburkan pandangan
fundus dan mengganggu diagnosis atau pengelolaan penyakit mata lainnya,
seperti retinopati diabetik, degenerasi macula, atau glaucoma. Indikasi lainnya
untuk operasi katarak adalah pada lansia untuk meningkatkan kualitas hidup,
mengurangi morbiditas terutama mengurangi frekuensi jatuh.11 Pada pasien di
kasus ini, pasien mengalami glaucoma fakomorfik dan usia pasien sudah 80
tahun, dimana risiko sindrom geriatric terkait frailty semakin meningkat. Operasi
katarak yang dilakukan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan dapat
mengidentifikasi fundus karena pada oculi dextra didapatkan kekeruhan lensa
yang tidak sesuai dengan visus pasien dengan kecurigaan adanya glaucoma.
Tindakan operasi dilakukan pertama kali pada mata dengan katarak yang
lebih lanjut.11 Pada pasien ini, didapatkan katarak dengan lensa lebih keruh pada
oculi sinistra, sehingga operasi katarak pertama dilakukan pada oculi sinistra.
19
Setelah dipastikan keberhasilan dan dinilai hasil refraksi pada oculi sinistra, maka
dilakukan operasi pada oculi dextra.
Pasien direncanakan tindakan operasi dengan fakoemulsifikasi dan
implantasi IOL. Teknik operasi fakoemulsifikasi menggunakan alat tip ultrasonik
untuk memecah nucleus lensa dan selanjutnya pecahan nucleus dan korteks lensa
diaspirasi melalui insisi yang sangat kecil. Kelebihan fakoemulsifikasi adalah
penyembuhan luka yang cepat, perbaikan penglihatan lebih baik, dan tidak
menimbulkan astigmatisma pasca bedah. Teknik ini juga memungkinkan tidak
diperlukannya penjahitan.3,12 Pada pasien dengan glaucoma disertai katarak,
operasi fakoemulsifikasi akan menurunkan TIO sebesar 2-4 mmHg dalam kurun
waktu 1-2 tahun.9
Tatalaksana pada kasus ini sebelum operasi adalah pemberian Timolol
0,5% eyedrop 2x1 ODS dan Potassium iodide eyedrop 4x1 ODS. Timolol
merupakan golongan beta blocker yang dapat menurunkan TIO 20-30% dengan
cara mengurangi produksi aqueous humor 20-50%. Timolol merupakan beta
blocker non-selektif dengan efek samping pasien dapat mengalami bronkospasme
karena sifatnya yang non selektif terhadap reseptor beta-2. Selain itu, efek
samping lain adalah bradikardia. Pada pasien tidak ditemukan riwayat asma dan
bradikardia, sehingga pemberian timolol aman pada pasien ini. Evaluasi
tatalaksana adalah 2 minggu setelah pemberian monoterapi. 8,9 Patofisiologi
katarak dapat terkait dengan kerusakan lensa akibat oksidan, salah satunya selenit
yang menyebabkan oksidasi grup sulfhydryl yang menyebabkan kerusakan pompa
ion. Kerusakan pada protein ini akan menyebabkan akumulasi protein yang
meningkatkan opasitas lensa. Potassium iodide berfungsi sebagai agen untuk
menurunkan oksidan dan berperan sebagai antioksidan untuk memproteksi lensa
dari pembentukan katarak oleh selenit.13
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Beltrán-Zambrano E, García-Lozada D, Ibánez-Pinilla E. Risk of cataract in
smokers: A meta-analysis of observational studies. Arch Soc Esp Aftalmol.
2019;94(2): 60-74.
2. Yuan S, Wolk A, Larsson SC. Metabolic and lifestyle factors in relation to senile
cataract: a Mendelian randomization study. Scientific Reports. 2022;409(12): 1-
10.
3. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Lens and Cataract. San Fransisco: American
Academy Of Ophthalmology; 2016.
4. American Academy of Ophthalmology. Preferred Practice Pattern Guidelines:
Cataract in the Adult Eye. United States: American Academy of Ophthalmology.
2011.
5. Vejdani A. Relative Afferentn Pupillary Defect [Internet]. [28 August 2022; 15
December 2022]. Available from:
https://eyewiki.aao.org/Relative_Afferent_Pupillary_Defect.
6. Seibold LK, Glazier RU. Normal tension glaucoma [Internet]. [1 April 2022; 15
December 2022]. Available from:
https://eyewiki.aao.org/Normal_Tension_Glaucoma.
7. Mittal SK, Agarwal RK. Textbook of Ophthalmology. New Delhi: Thieme; 2021.
8. American Academy of Ophthalmology. 2022-2023 Basic and Clinical Science
Course: 10. Glaucoma. United States: American Academy of Ophthalmology;
2022.
9. PERDAMI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Glaukoma. Jakarta:
PERDAMI; 2018.
10. Kerr NM, Chew SSL, Eady EK, Gamble GD, Danesh-Meyer HV. Diagnostic
accuracy of confrontation visual field tests. Neurology. 2010:1184-90.
11. American Academy of Ophthalmology. 2022-2023 Basic and Clinical Science
Course: 11. Lens and Cataract. United States: American Academy of
Ophthalmology; 2022.
12. Astari P. Katarak: Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi Operasi. CDK-269.
2018;45(10):748-53.
13. Muranov K, Poliansky N, Winkler R, Rieger G, Schmut O, Horwarth-Winter J.
Protection by iodide of lens from selenite-induced cataract. Graefe’s Arch Clin
Exp Ophthalmol. 2004; 242:146-51.
21