Anda di halaman 1dari 21

REFLEKSI KASUS

OD Katarak Senilis Imatur

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter

Bagian Ilmu Penyakit Mata RSI Sultan Agung Semarang

Disusun oleh:

Pembimbing :

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

“OD KATARAK SENILIS IMATUR”

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Ujian Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus

Telah disetujui dan dipresentasikan

Pada tanggal: 22 Agustus 2021

Disusun oleh:

Dosen Pembimbing,

dr. Kasihana Hismanita S, Sp.M


BAB I

A. IDENTITAS
Nama penderita : Ny. R
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
No. CM : 729xx
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jatikulon, Kudus
Status : Menikah
Tanggal kunjungan : 19 Agustus 2021
Ruang : Poli Mata

B. ANAMNESIS
Dilakukan anamnesis pada Kamis, 19 Agustus 2021 pukul 09.00 di poli klinik
mata RSI Sultan Agung Semarang

● Keluhan utama
Penglihatan buram
● Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli mata RSI Sultan Agung Semarang pada 19 Agustus 2021
dengan keluhan mata kanan buram sejak 1 tahun yang lalu. Pasien awalnya
mengeluh silau saat melihat cahaya, penglihatan berkabut sejak 1 tahun yang lalu
dan perlahan semakin buram dan memberat. Pasien sudah berobat ke dokter mata
dan diberi resep kacamata. keluhan mata merah, cekot-cekot, dan nyeri kepala
disangkal.
● Riwayat Penyakit Dahulu
○ Riwayat seperti ini : disangkal
○ Riwayat sakit mata : disangkal
○ Riwayat DM : disangkal
○ Riwayat Hipertensi : disangkal
○ Asma :disangkal
○ Riwayat trauma mata : disangkal
○ Penggunaan kacamata: (+)
○ Riwayat operasi : pada mata kiri (operasi glaukoma 2016)
● Riwayat Penyakit Keluarga
○ Riwayat penyakit serupa : disangkal
○ Riwayat hipertensi : disangkal
○ Riwayat DM : disangkal
● Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Makan dan istirahat cukup baik. Biaya
pengobatan ditanggung oleh BPJS. Kesan sosial ekonomi cukup.
● Riwayat Pengobatan
Sudah ke dokter, belum ada perbaikan
● Riwayat Alergi
○ Alergi obat : disangkal
○ Alergi makanan : disangkal
○ Suhu : disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK
a. STATUS UMUM
● Keadaan umum : Baik
● Kesadaran : Composmentis
● Status gizi : Baik

Vital sign
● Tekanan darah : 130/90 mmhg
● Nadi : 80 x/menit
● Laju napas : 24 x/menit
● Suhu : 36,8oC
b. STATUS OPHTALMOLOGI

Pemeriksaan Lokalis
PEMERIKSAAN OCULI DEXTRA (OD) OCULI SINISTRA (OS)
TIO N N
Kedudukan Bola Ortoforia Ortoforia
Mata
Pergerakan Bola Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Mata
 
Palpebra Edema (-), hiperemis (-), Edema (-), hiperemis (-),
Superior nyeri tekan (-), nyeri tekan (-),
blefarospasme (-), blefarospasme (-),
ektropion (-), ektropion (-),
entropion (-), trikiasis (-) entropion (-), trikiasis (-)

Palpebra Edema (-), hiperemis (-), nyeri Edema (-), hiperemis (-), nyeri
Inferior tekan (-), entropion (-), ektropion tekan (-), entropion (-), ektropion
(-), trikiasis (-) (-), trikiasis (-)
Konjungtiva Edema (-), Edema (-),
injeksi siliar (+), injeksi siliar (-),
injeksi konjungtiva (-), injeksi konjungtiva (-),
infiltrat (-), udema (-), jaringan fibrovaskuler
infiltrat (-),
(-) udema (-), jaringan fibrovaskular (-)
Kornea -), infiltrat (-), sikatriks (-), jaringan Jernih (+) , udema (-), infiltrat (-),
fibrovaskular (-), keratic presipitat sikatriks (-), jaringan
(-) fibrovaskular (-),
keratic presipitat (-)
Camera Oculi Kedalaman normal, hifema (-), Kedalaman normal, hifema (-),
Anterior hipopion (-) hipopion (-)
(COA)
Iris Warna coklat, sinekia posterior Warna coklat, sinekia (-), kripta
(-), kripta (-) (-)

  Bulat, diameter 3 mm, RCL (+), Bulat, diameter 3 mm, RCL (+),
Pupil RCTL (+) RCTL (+)

Lensa Keruh (+), dislokasi lensa (-), Keruh (-), dislokasi lensa (-),
shadow test (+) shadow test (-)

Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Pemeriksaan Visus

Keterangan OD OS

Visus

Tajam 6/30 0
penglihatan

Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

E. DIAGNOSIS BANDING
o Katarak senilis imatur OD
o Kelainan refraksi

F. DIAGNOSIS KERJA
OD katarak senilis imatur

G. TERAPI
● Rencana operatif : fakoemulsifikasi + IOL

H. EDUKASI
● Menjelaskan bahwa pandangan kabur disebabkan oleh katarak, kekeruhan pada
lensa
● Menjelaskan bahwa kekeruhan pada lensa akan semakin berat seiring berjalannya
waktu
● Menjelaskan pentingnya operasi ekstraksi katarak
I. KOMPLIKASI
OS katarak senilis hipermatur
Glaukoma sekunder

J. PROGNOSIS
Oculus Dexter Oculus Sinister
Quo ad sanam : Dubia ad bonam Malam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam Malam
Quo ad vitam : Ad bonam Dubia ad bonam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. ANATOMI
1.1. Anatomi lensa
Lensa mata berbentuk bikonveks, avaskular, transparan, dengan
diameter 9 mm dan tebal 5 mm. Permukaan belakang lensa lebih cembung
daripada permukaan depanLensa terletak di belakang iris, di depan corpus
vitreum. Lensa digantungkan pada processus ciliare oleh zonula zinii. Di
sebelah depan lensa berhungan dengan humor aquous. Di sebelah
belakang dengan corpus vitreum.
Bagian tengah lensa keras disebut nucleus lentis. Bagian luar lensa
lunak disebut capsula lentis. Cortex dan nucleus lentis disebut susbtansia
lentis.lensa diliputi oleh capsula lentis yang melekat pada zonula zinii.
Dengan bertambahnya usia, nukleus semakin tebal dan cortex semakin
tipis. Pada usia tua, bagian sentral lensa tertekan oleh pertumbuhan
serabut-serabut lensa disekelilingnya hal ini disebut sklerosis lensa.

Gambar 1 struktur lensa (http://cataractcourse.com/lens-anatomy-and-


development/lens-anatomy/)

Lensa berfungsi untuk memfokuskan cahaya di retina. Untuk itu,


daya bias lensa berubah-ubah sesuai dengan sinar yang datang yaitu sinar
sejajar atau sinar divergen. Hal ini disebut daya akomodasi. Terjadinya
proses sklerosis pada orang tua mengakibatkan kekuatan akomodasinya
berkurang. Lensa tampak lebih pipih. Hal ini mengakibatkan orang tidak
jelas membaca pada jarak baca yang semestinya. Keadaan ini disebut
presbiopia, yang biasa terjadi dimulai usia 40 tahun.

2. KATARAK
2.1. Definisi
Setiap kekeruhan pada lensa atau kapsula lensa disebut katarak.
Katarak dapat terjadi pada bayi, orang dewasa, dan orang tua. Dapat
mengenai kedua mata, yang keparahannya bervariasi. Awalnya, katarak
tidak mempengaruhi aktivitas sehari-hari, seiring berjalannya waktu,
terutama saat dekade ke-4 atau ke-5, katarak akan menjadi matur, lensa
menjadi opak seluruhnya mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-
hari. Katarak merupakan penyebab kebutaan yang signifikan di seluruh
dunia.
2.2. Etiologi
Multipel faktor yang menjadi penyebab katarak yaitu
● Kongenital
● Senilis
● Trauma
● Penyakit sistemik
● Penyakit endokrin : diabetes mellitus, hipoparathyroidisme,
kretinisme
● Penyakit ocular primer : uveitis anterior kronik, glaukoma akut,
miopia tinggi, dystrophy fundus herediter
● Obat-obatan : kortikoterioid dan anticholinesterase inhibitor
● Nutrisi buruk
● Alkohol
● Merokok
2.3. Klasifikasi
2.3.1. Berdasarkan Usia
2.3.1.1. Katarak Kongenital
Katarak kongenital terjadi sejak lahir atau segera
sesudahnya. Sepertiga kasusnya disebabkan oleh
keturunan, sepertiga yang lain karena penyakit sistemik,
dan sisanya idiopatik.
2.3.1.2. Katarak Senilis
Semakin bertambahnya usia, lensa mata mengalami
perubahan seperti kekeruhan, penebalan, dan penurunan
daya akomodasi. Terdapat tiga jenis katarak senilis
bedasarkan letak lokasi kekeruhannya :
● Katarak nuklearis : ditandai kekeruhan di sentral
dan perubahan warna lensa menjadi kuning atau
coklat yang secara progresif perlahan-lahan
mengakibatkan menurunnya tajam penglihatan.
Katarak jenis ini biasanya bilateral, dapat juga
asimetris. Peemeriksaan dengan slitlamp digunakan
untuk menilai derajat kekeruhan lensa.
● Katarak kortikal : berhubungan dengan proses
oksidasi dan presipitasi protein pada sel-sel serat
lena. Katarak kortikal biasanya bilateral, asimetris,
dan silau jika melihat arah sumber cahaya.
Pemeriksaan dengan slitlamp digunakan untuk
melihat ada tidaknya vakuola degenerasi hidropik
yaitu degenerasi epitel posterior dan menyebabkan
lensa mengalami elongasi ke anterior.
 Katarak subkapsuler : dapar terjadi di subkapsuler
anterior dan posterior. Pada pemeriksaan dengan
slitlamp dapat ditemukan adanya kekeruhan seperti
plak di korteks subkapsuler posterior.

2.3.2. Berdasarkan Maturitas Katarak


2.3.2.1. Katarak iminens/insipiens
Pada tahap ini, lensa termasuki air sehingga bengkak,
kekeruhan lensa ringan, visus biasanya > 6/60. Pada
pemeriksaan dapat ditemukan iris normal, bilik mata depan
normal, sudut bilik mata normal, dan shadow test negatif.
2.3.2.2. Katarak imatur
Pada tahap ini, opasitas lensa bertambah dan visus mulai
menurun menjadi 5/60 sampai 1/60. Cairan lensa
bertambah akibatnya iris terdorong dan bilik mata depan
menjadi dangkal, sudut bilik mata sempit, dan sering
terjadi glaukoma. Pada pemeriksaan didapatkan shadow
test positif
2.3.2.3. Katarak matur
Apabila katarak dibiarkan, lensa akan menjadi keruh
seluruhnya dan visus menurun drastis menjadi 1/300 atau
hanya dapat melihat lambaian tangan dalam jarak 1 meter.
Pada pemeriksaan didapatkan shadow test negatif.
2.3.2.4. Katarak hipermatur
Pada tahap akhir, korteks mencair sehingga nukleus jatuh
dan lensa jadi turun dari kapsulnya (Morgagni). Lensa
terlihat keruh seluruhnya, visus sudah sangat menurun
hingga bisa mencapai 0, dan dapat terjadi komplikasi
berupa uveitis dan glaukoma. Pada pemeriksaan didapatkan
iris tremulans, bilik mata depan dalam, sudut bilik mata
terbuka, serta shadow test positif palsu
2.4. Patofisiologi
Lensa mata memiliki struktur tansparan, terdiri dari serat-serat
yang dilapisi oleh kapsula lentis. Lensa terdiri dari dua bagian yaitu kortex
(superfisial) dan nucleus (profunda).
Proses degeneratif mengakibatkan denaturasi dan koagulasi protein
lensa pada serat lensa yang mengakibatkan lensa kehilangan
transparansinya dan terbentuk katarak. Beberapa mekanisme yang terjadi
sebagai berikut :
● Gangguan saat perkembangan lensa (katarak kongenital)
● Metaplasia fibrosa epitel lensa (katarak subkapsular)
● Hidrasi kortex diantara serat lensa (katarak cortical)
● Deposisi pigmen, contoh : urochrome (katarak nuklear)
Semua proses mengakibatkan lensa dibelakang pupil opak, sehingga
pasien mengalami hambatan dalam menjalankan aktivitasnya.

2.5. Manifestasi klinis


● Penurunan penglihatan atau pandangan kabur secara gradual, tidak
nyeri, unilateral atau bilateral
● Diplopia atau polyopia. Hal ini terjadi karena refraksi multipel
yang melewati area jernih diantara yang opak
● Rainbow halos
● Fotofobia
● Meningkatnya refraksi kacamata
● Gangguan penglihatan warna

2.6. Tatalaksana
Tatalaksana definitif katarak yaitu tindakan bedah. Tujuan
tindakan bedah yaitu untuk mengoptimalkan fungsi penglihatan. Tindakan
bedah dilakukan tergantung dari derajat tajam penglihatan, biasnya lebih
buruk dari 6/24, serta penurunan ketajaman penglihatan menganggu
aktivitas pasien.
Indikasi medis operasi katarak yaitu apabila terjadi komplikasi
seperti glaukoma fakolitik, glaukoma fakomorfik, uveitis fakoantigenik,
dislokasi lensa ke bilik depan, dan katarak sangat padat sehingga
menghalangi pandangan gambaran fundus karena dapat menghambat
diagnosis retinopati diabetika ataupun glaukoma.
Macam-macam tindakan bedah katarak :
● Ekstraksi Katarak Intrakapsuler (EKIK)
Jenis operasi katarak ini dengan membuang lensa dan kapsul
secara keseluruhan. Metode ini sudah banyak ditinggalkan, namun
masih dipilih untuk kasus subluksasi lensa, lensa sangat padat, dan
eksfoliasi lensa. Kontraindikasi absolut EKIK adalah katarak pada
anak-anak, katarak pada dewasa muda, dan ruptur kapsul
traumatik, sedangkan kontraindikasi relatif meliputi miopia tinggi,
sindrom Marfan, katarak Morgagni, dan adanya vitreus di kamera
okuli anterior.
● Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler (EKEK)
Jenis operasi katarak ini dengan membuang nukleus dan korteks
lensa melalui lubang di kapsul anterior. EKEK meninggalkan
kantong kapsul (capsular bag) sebagai tempat untuk menanamkan
lensa intraokuler (LIO).
● Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Teknik operasi dengan irisan sangat kecil (7-8 mm) dan
hampir tidak memerlukan jahitan, merupakan
pengembangan teknik EKEK. SICS dapat mengeluarkan
nukleus lensa secara utuh atau dihancurkan. Indikasi SICS
adalah sklerosis nukleus derajat II dan III, katarak
subkapsuler posterior, dan awal katarak kortikal.
● Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi (‘’phaco’’) merupakan metode standar
ekstraksi katarak di negara berkembang. Teknik operasi
fakoemulsifikasi menggunakan alat tip ultrasonik untuk
memecah nukleus lensa dan selanjutnya pecahan nukleus
dan korteks lensa diaspirasi melalui insisi yang sangat
kecil. Teknik fakoemulsifikasi juga dapat mengontrol
kedalaman kamera okuli anterior serta mempunyai efek
pelindung terhadap tekanan positif vitreus dan perdarahan
koroid.
Tabel 1 kelebihan dan kekurangan jenis operasi katarak

Jenis tindakan Kelebihan Kekurangan

Ekstraksi Katarak Peralatan relatif Penyembuhan luka


Intrakapsuler sederhana, lama karena irisan
(EKIK) pemulihan yang besar,
penglihatan segera pencetus
setelah operasi astigmatisma, dapat
menggunakan menimbulkan iris
kacamata +10 dan bitreus
dioptri inkarserata

Ekstraksi Katarak Trauma endotel Risriko astigmatism


Ekstrakapsuler kornea kecil, tidak kecil, perbaikan
(EKEK) menimbulkan iris penglihatan lebih
dan vitreus lambat dan buruk
inkarseratam luka daripada SICS
lebih stabil dan
aman, dan
penyembuhan luka
cepar

Small Incision Kurva pembelajaran Risiko astigmatisma


Cataract Surgery lebih pendek kecil, dapat terjadi
(SICS) dibandingkan hifema dan edema
fakoemulsifikasi, kornea pascaoperasi
instrumen lebih
sederhana, risiko
komplikasi lebih
rendah, biaya lebih
murah
Fakoemulsifikasi Luka akibat operasi Kurve pembelajaran
ringan, perbaikan lebih panjang
penglihatan lebih dibanding SICS,
cepat dan baik, biaya mahal,
tidak terjadi peralatan tidak
astigmatisma portabel
pascabedah

2.7. Komplikasi
2.7.1. Komplikasi selama operasi
2.7.1.1. Pendangkalan kamera okuli anterior
Pendangkalan kamera okuli anterior (KOA) dapat terjadi
karena cairan yang masuk ke KOA tidak cukup, kebocoran
melalui insisi yang terlalu besar, tekanan dari luar bola
mata, tekanan vitreus positif, efusi suprakoroid, atau
perdarahan suprakoroid
2.7.1.2. Posterior Capsule Rupture (PCR)
PCR dengan atau tanpa vitreous loss adalah komplikasi
intraoperatif yang sering terjadi. Beberapa faktor risiko
PCR adalah miosis, KOA dangkal, pseudoeksfoliasi, floppy
iris syndrome, dan zonulopati. PCR berhubungan dengan
meningkatnya risiko cystoid macular edema, ablasio retina,
uveitis, glaukoma, dislokasi LIO, dan endoftalmitis
postoperatif katarak.
2.7.1.3. Nucleus drop
Salah satu komplikasi teknik fakoemulsifikasi yang paling
ditakutkan adalah nucleus drop, yaitu jatuhnya seluruh atau
bagian nukleus lensa ke dalam rongga vitreus. Jika hal ini
tidak ditangani dengan baik, lensa yang tertinggal dapat
menyebabkan peradangan intraokular berat, dekompensasi
endotel, glaukoma sekunder, ablasio retina, nyeri, bahkan
kebutaan. Faktor risiko nucleus drop meliputi katarak yang
keras, katarak polar posterior, miopia tinggi, dan mata
dengan riwayat vitrektomi.
2.7.2. Komplikasi pascaoperasi
2.7.2.1. Edema kornea
Edema stromal atau epitelial dapat terjadi segera setelah
operasi katarak. Kombinasi dari trauma mekanik, waktu
operasi yang lama, trauma kimia, radang, atau
peningkatantekanan intraokular (TIO), dapat menyebabkan
edema kornea. Umumnya, edema akan hilang dalam 4
sampai 6 minggu. Jika kornea tepi masih jernih, maka
edema kornea akan menghilang. Edema kornea yang
menetap sampai lebih dari 3 bulan biasanya membutuhkan
keratoplasti tembus
2.7.2.2. Perdarahan
Komplikasi perdarahan pasca operasi katarak antara lain
perdarahan retrobulbar, perdarahan atau efusi suprakoroid,
dan hifema.
2.7.2.3. Glaukoma sekunder
Bahan viskoelastik hialuronat yang tertinggal di dalam
KOA pasca operasi katarak dapat meningkatkan tekanan
intraokular (TIO), peningkatan TIO ringan bisa terjadi 4
sampai 6 jam setelah operasi, umumnya dapat hilang
sendiri dan tidak membutuhkan terapi anti glaukoma,
sebaliknya jika peningkatan TIO menetap, diperlukan
terapi antiglaukoma. Glaukoma sekunder dapat berupa
glaukoma sudut terbuka dan tertutup. Beberapa penyebab
glaukoma sekunder sudut terbuka antara lain hifema,
TASS, endoftalmitis, serta sisa masa lensa. Penyebab
glaukoma sekunder sudut tertutup yaitu blok pupil, blok
siliar, glaukoma neovaskuler, dan sinekia anterior perifer.
2.7.2.4. Uveitis kronik
Inflamasi normal akan menghilang setelah 3 sampai 4
minggu operasi katarak dengan pemakaian steroid topikal.
Inflamasi yang menetap lebih dari 4 minggu, disertai
dengan adanya keratik presipitat granulomatosa yang
terkadang disertai hipopion, disebut uveitis kronik.
2.7.2.5. Edema Makula Kistoid (EMK)
EMK ditandai dengan penurunan visus setelah operasi
katarak, gambaran karakteristik makula pada pemeriksaan
oftalmoskopi atau FFA, atau gambaran penebalan retina
pada pemeriksaan OCT. Patogenesis EMK adalah
peningkatan permeabilitas kapiler perifovea dengan
akumulasi cairan di lapisan inti dalam dan pleksiformis
luar. Penurunan tajam penglihatan terjadi pada 2 sampai 6
bulan pasca bedah.
2.7.2.6. Ablasio retina
Ablasio retina terjadi pada 2-3% pasca EKIK, 0,5-2% pasca
EKEK, dan <1% pasca fakoemulsifikasi. Biasanya terjadi
dalam 6 bulan sampai 1 tahun pasca bedah katarak. Adanya
kapsul posterior yang utuh menurunkan insidens ablasio
retina pasca bedah, sedangkan usia muda, miopia tinggi,
jenis kelamin lakilaki, riwayat keluarga dengan ablasio
retina, dan pembedahan katarak yang sulit dengan
rupturnya kapsul posterior dan hilangnya vitreus
meningkatkan kemungkinan terjadinya ablasio retina pasca
bedah.
2.7.2.7. Endoftalmitis
Endoftalmitis termasuk komplikasi pascaoperasi katarak
yang jarang, namun sangat berat. Gejala endoftalmitis
seperti nyeri ringan hingga berat, hilangnya penglihatan,
floaters, fotofobia, inflamasi vitreus, edem palpebra atau
periorbita, injeksi siliar, kemosis, reaksi bilik mata depan,
hipopion, penurunan tajam penglihatan, edema kornea,
serta perdarahan retina. Gejala muncul 3-10 hari
pascaoperasi katarak. Penyebab terbanyak adalah
Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan
Streptococcus.
2.7.2.8. Toxic Anterior Segment Syndrome
TASS merupakan inflamasi pasca operasi yang akut dan
non-infeksius. Tanda dan gejala TASS dapat menyerupai
endoftalmitis, seperti fotofobia, edema kornea, penurunan
penglihatan, akumulasi leukosit di KOA, dan kadang
disertai hipopion. Onset TASS terjadi lebih akut, 24 jam
pascaoperasi katarak, sedangkan endoftalmitis 3-10 hari
pascaoperasi katarak.
2.7.2.9. Posterior Capsule Opacification (PCO) / kekeruhan
kapsul posterior
PCO merupakan komplikasi pasca operasi katarak yang
paling sering. Mekanisme PCO adalah karena tertinggalnya
sel-sel epitel lensa di kantong kapsul anterior lensa, yang
selanjutnya berproliferasi, lalu bermigrasi ke kapsul
posterior lensa.
2.7.2.10. Surgically Induced Astigmatism (SIA)
Operasi katarak, terutama teknik EKIK dan EKEK
konvensional, mengubah topografi kornea dan akibatnya
timbul astigmatisma pasca operasi. Risiko SIA meningkat
dengan besarnya insisi (> 3 mm), lokasi insisi di superior,
jahitan, derajat astigmatisma tinggi sebelum operasi, usia
tua, serta kamera okuli anterior dangkal.
2.7.2.11. Dislokasi LIO(Lensa Intra Okuler)
Penyebab dislokasi LIO intrakapsuler adalah satu atau
kedua haptik terletak di sulkus, sedangkan beberapa
penyebab dislokasi LIO ekstrakapsuler mencakup
pseudoeksfoliasi, gangguan jaringan ikat, uveitis, retinitis
pigmentosa, miopia tinggi, dan pasien dengan riwayat
operasi vitreoretina.

BAB III

DAFTAR PUSTAKA

1. Astari, Prilly. “Katarak: Klasifkasi, Tatalaksana, Dan Komplikasi Operasi.”


Cermin Dunia Kedokteran, vol. 45, 2018, pp. 749–53.
2. Bowling, Brad, and Jack J. Kanski. Kanski’s Clinical Ophthalmology: A
Systematic Approach. 8. ed, Elsevier, 2016.
3. Hudson, Lauren, and Emily Graubart. THE CATARACT COURSE.
http://cataractcourse.com/. Accessed 21 July 2021.
4. Nizami AA, Gulani AC. Cataract. [Updated 2020 Nov 18]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539699
5. Voughan &amp; Asbury. 2010. Oftalmologi Umum edisi 17. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai