Anda di halaman 1dari 1

Osteoarthritis 

(OA) genu merupakan peradangan kronik pada sendi lutut yang ditandai
dengan adanya kehilangan kartilago artikular, pembentukan osteofit, dan remodeling tulang
subkondral.
OA diawali dengan adanya kerusakan kartilago secara perlahan, disusul dengan perubahan
morfologi dan metabolik kondrosit. Hal ini menyebabkan aktivasi mediator-mediator
inflamasi dan produksi sitokin dan kemokin.

Inflamasi synovial juga terlibat dalam progresi OA. Sitokin dan kemokin meningkat pada
cairan synovial dan menyebabkan synovitis. Adanya synovitis dapat memperparah kerusakan
kartilago sendi, dan bersama dengan pembentukan osteofit dapat menstimulasi nosiseptor dan
menyebabkan manifestasi nyeri. 

Kortikosteroid memiliki efek antiinflamasi dan imunosupresif. Kortikosteroid dapat


menurunkan permeabilitas vaskular, menghambat akumulasi sel inflamasi, fagositosis, dan
produksi neutrofil superoksida. Mekanisme aksi ini diduga bermanfaat secara klinis untuk
mengurangi eritema, bengkak, panas, dan nyeri pada OA.

Penggunaan steroid intraartikular pada penanganan OA genu sudah dikerjakan sejak lama.
Triamcinolone merupakan sediaan yang paling sering digunakan. Beberapa studi menyatakan
bahwa kortikosteroid efektif dalam menurunkan rasa nyeri, namun hanya bersifat sementara
(<4 minggu). Penggunaannya secara jangka panjang diduga dapat menyebabkan kerusakan
pada kartilago karena bersifat kondrotoksik.  [3,5]

Berbeda dengan hasil tersebut, sebuah Randomised Controlled Trial (RCT)oleh


McAlindon et al pada tahun 2017 meneliti efek injeksi steroid intraartikular (triamcinolone
acteonide 40 mg) setiap 3 bulan selama 2 tahun terhadap kerusakan kartilago dan nyeri lutut.
RCT ini melaporkan bahwa kerusakan kartilago lebih besar pada grup trimacinolone
dibandingkan dengan grup salin. Didapatkan perubahan ketebalan kartilago pada grup
triamcinolone sebesar -0.21 mm dan pada grup saline sebesar -0.11 mm. Selain itu, tidak
didapatkan perbedaan signifikan terhadap pengurangan nyeri pada kedua grup.[11]
RCT ini menyimpulkan bahwa pemberian triamcinolone intraartikular justru dapat
meningkatkan kerusakan volume kartilago dan tidak memberikan efek yang signifikan dalam
mengatasi nyeri dibandingkan injeksi saline. Namun, studi ini memiliki keterbatasan karena
jumlah sampel yang kecil dan skala nyeri diukur terlalu lama setelah penyuntikan (setiap tiga
bulan). Selain itu, pasien juga diperbolehkan mengonsumsi obat analgesik rutin selama
percobaan sehingga terdapat bias. [11]

Anda mungkin juga menyukai