ABSTRAK
Osteoartritis (OA) adalah penyakit degenerasi sendi yang melibatkan tulang rawan, lapisan sendi,
ligamen, dan tulang yang menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi. Penatalaksanaan nyeri
nonfarmakologis dapat menggunakan kompres serai wangi hangat untuk mengurangi nyeri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kompres Sereh Hangat terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Osteoartritis pada Lansia. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pra
eksperimental dengan desain one group pre-post design test. Pengamatan dilakukan sebelum
intervensi (pretest) dan sesudah intervensi (post test) dengan jumlah sampel 16 orang. Analisis
menggunakan Uji-T berpasangan dengan taraf makna a = 0,05. Hasil analisis data diperoleh nilai
p = 0. 000 yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan pemberian kompres serai hangat
terhadap penurunan intensitas nyeri osteoartritis pada lansia. Diharapkan dari hasil penelitian ini,
serai wangi dapat digunakan sebagai pengobatan non farmakologis untuk mengurangi nyeri
pada osteoartritis.
LATAR BELAKANG
Penuaan adalah proses alami yang tidak bisa dihindari, berlangsung terus menerus.
Selanjutnya akan menyebabkan terjadinya perubahan anatomis, fisiologis dan biokimiawi
pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan (Ferawati, 2017). Salah satu masalah fisiologis yang sering dialami oleh lansia
adalah osteoartritis. Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif, di mana seluruh
struktur sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan pada tulang
rawan hialin (tulang rawan) sendi, peningkatan ketebalan dan sklerosis lempeng tulang,
pertumbuhan osteofit di tepi sendi, peregangan kapsul sendi, peradangan, dan melemahnya
otot-otot yang menghubungkan sendi (Felson, 2008).
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010, osteoartritis diderita oleh
151 juta orang dan 24 juta orang di kawasan Asia Tenggara. Di Indonesia, prevalensi
osteoartritis adalah 36,5% pada laki-laki dan 12,7% pada perempuan diantara 34,4 juta
penderita, dimana kejadian ini meningkat seiring bertambahnya usia (Widayanto et al.,
2014). Data Riskesdas (2013) mencatat prevalensi penyakit sendi yang didiagnosis oleh tenaga
kesehatan di Indonesia sebanyak 11,9%, di Nusa Tenggara Timur 33,1%, diikuti oleh Jawa Barat
32,1%, Bali 30%, sedangkan di Nusa Tenggara Barat 33,6%. . %, bila dilihat dari karakteristik umur,
prevalensi tertinggi pada> 75 tahun (54,8%). Ada juga lebih banyak perempuan (27,5%)
dibandingkan laki-laki (21,8%). Perkiraan di seluruh dunia menunjukkan bahwa 9,6% pria dan 18%
wanita di atas 60 tahun mengalami gejala osteoartritis (Kemenkes RI, 2013).
Data Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Barat, jumlah penderita gangguan
persendian termasuk osteoartritis sebanyak 33,6%, angka ini lebih tinggi dari
prevalensi nasional yang sebesar 22,6%. Gangguan sendi tertinggi terjadi di
Kabupaten Lombok Barat dan terendah di Kota Mataram (13,5%). Sedangkan
berdasarkan laporan data morbiditas tahun 2014, prevalensi penyakit pada sistem
otot dan jaringan ikat termasuk osteoartritis mencapai 77.541 (Kemenkes RI, 2014).
Jumlah penderita osteoartritis di Puskesmas Mandalika Mataram cukup tinggi pada
tahun 2016 yaitu sebanyak 55 orang, tahun 2017 ada 52 orang dan tahun 2018 ada
46 orang (Data Puskesmas Mandalika Mataram 2018 ).
Osteoartritis seringkali menyebabkan nyeri. Nyeri pada osteoartritis disebabkan
oleh peradangan dan degradasi tulang rawan terkait dengan degradasi kolagen dan
proteoglikan oleh enzim autolitik seluler. Secara makroskopik, muncul ketidakteraturan
pada permukaan tulang rawan yang diikuti dengan ulserasi dan penurunan kandungan
glikosaminoglikan yang terdiri dari kondroitin sulfat, keratin sulfat, dan asam hialuronat
(Masyhurrosyidi, 2014). Dampak nyeri pada osteoartritis adalah penurunan kualitas
harapan hidup seperti kelelahan yang parah, penurunan rentang gerak dan nyeri saat
bergerak. Pegal-pegal bertambah parah di pagi hari saat bangun tidur, nyeri hebat di
awal gerakan tetapi kekakuan tidak berlangsung lama, yaitu kurang dari seperempat
jam. Kekakuan di pagi hari menyebabkan berkurangnya mobilitas dalam gerakan
ekstensi,
Prinsip utama dalam manajemen nyeri adalah meredakan serangan nyeri. Penatalaksanaan nyeri
yang efektif pada lansia dapat dilakukan dengan pendekatan farmakologis dan non farmakologis (Kasran &
Rina, 2006). Salah satu tindakan non farmakologis untuk meredakan nyeri adalah dengan menghangatkan
sendi yang sakit. Mekanisme metode ini sama dengan metode terapi pijat yang menggunakan terapi gate
control. Ada berbagai cara menghangatkan persendian yaitu kompres hangat dengan handuk, anda juga
bisa berjemur di bawah sinar matahari. Penggunaan panas memiliki keuntungan meningkatkan aliran darah
ke suatu daerah dan mungkin membantu mengurangi rasa sakit, panas yang lembab dapat meredakan kaku
pagi akibat arthritis (Potter & Perry, 2001). Orang Indonesia
Herbal Book menyatakan bahwa khasiat tanaman serai wangi mengandung minyak atsiri yang
mempunyai sifat kimiawi dan efek farmakologis yaitu bersifat menghangatkan sebagai antiinflamasi
(anti inflamasi) dan menghilangkan rasa nyeri atau nyeri yang bersifat analgesik serta memperlancar
peredaran darah yang diindikasikan dapat melegakan otot. nyeri dan nyeri sendi pada penderita
artritis, pengendalian tubuh dan sakit kepala (Hembing, 2007).
Penelitian dari The Science and Technology yang dikutip dalam livestrong.com menemukan
bahwa serai memiliki manfaat antioksidan yang dapat membantu mencegah kanker, serai
mengandung zat antimikroba dan anti bakteri yang berguna sebagai obat infeksi dan mengandung
senyawa analgesik yang membantu meredakan nyeri, atau nyeri semacam itu. sebagai nyeri otot dan
nyeri sendi akibat rheumatoid arthritis atau anti rematik (Hyulita, 2013). Penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Hyulitadi (2013) tentang pengaruh kompres serai hangat terhadap penurunan
intensitas nyeri remathoid arthritis pada lansia menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat nyeri sebelum dan sesudah pemberian kompres serai hangat. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Damaiyanti (2012) tentang pengaruh kompres jahe hangat terhadap penurunan
intensitas nyeri artritis reumatoid pada lansia bertujuan untuk mengurangi nyeri sendi, memperlancar
peredaran darah, mengurangi edema, meningkatkan relaksasi otot, menyehatkan jantung,
mengendurkan otot, meredakan stres. , meredakan kekakuan otot, nyeri otot, meredakan nyeri,
meningkatkan permeabilitas kapiler, memberikan kehangatan bagi tubuh sehingga sangat bermanfaat
untuk terapi pada lansia yang mengalami rematik (Ferawati, 2017).
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Mandalika
Mataram melalui wawancara yang dilakukan terhadap 6 orang lansia penderita
osteoartritis, dimana 4 orang dengan skala nyeri sedang dan 2 orang dengan skala nyeri
ringan. Kemudian peneliti menanyakan beberapa pertanyaan tentang cara mengatasi
nyeri, sebagian pasien dijawab dengan memijat dan sebagian lagi dengan minum obat
yang diperoleh dari Puskesmas Mandalika Mataram. Angka kejadian osteoartritis yang
tinggi akan menyebabkan nyeri. Penggunaan obat sintetis secara terus menerus untuk
osteoartritis seperti NSAID dan steroid akan menyebabkan efek samping. Salah satu
penatalaksanaan non farmakologis dalam mengurangi nyeri dapat dilakukan dengan
menggunakan kompres serai hangat. Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut
maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui "
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian pra eksperimental dengan
rancangan one group pre-post test, observasi dilakukan sebelum intervensi (pretest) dan sesudah
intervensi (post test) dengan tujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi setelah dilakukan
eksperimen. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang menderita osteoartritis di
Puskesmas Mandalika Mataram sebanyak 46 orang dan sampel diambil 16 orang. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria inklusi yaitu lansia yang menderita
osteoartritis, tidak mengalami gangguan kesadaran, tidak memiliki penyakit persendian lain,
tidak mengonsumsi obat osteoartitis dan nyeri, serta tidak mengalami gangguan sensasi hangat. .
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kompres Hangat Sereh dan variabel
terikat adalah Intensitas Nyeri. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Mandalika Mataram.
Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan
untuk mendapatkan gambaran umum tentang karakteristik responden yang meliputi umur,
jenis kelamin dan intensitas nyeri. Sedangkan analisis bivariat yang digunakan untuk
menguji pengaruh variabel independen dan dependen adalah
uji statistik uji-t berpasangan. Uji statistik uji-t berpasangan digunakan karena data
berdistribusi normal.
HASIL
Tabel 1 Distribusi karakteristik umum responden di Mandalika Mataram
Pusat Sosial Lansia
Karakteristik responden N % Berarti
Usia
Sebuah. 40-59 tahun 1 6,3
b. 60-74 Tahun 12 75,4 69,06
c. 75-90 Tahun Jenis 3 18,3
Kelamin
Sebuah. Pria 4 25
b. Perempuan 12 75
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa karakteristik responden terbanyak berdasarkan umur
adalah berumur 60-74 tahun sebanyak 12 responden (75,4%), dengan rata-rata umur responden 69
tahun, jenis kelamin terbanyak berjenis kelamin perempuan. sebanyak 12 orang (75%). Tabel 2 Nyeri
rata-rataintensitassebelum dan sesudah intervensi kompres serai hangat
Standar
Variabel Min Max Median Berarti Deviasi
(SD)
Pretest 3 6 5 4,88 0,957
Posttest 1 4 3 2,94 0,854
Tabel 3 Eff dll. intervensi kompres serai hangat tentang intensitas nyeri
osteoartritis
Standar Berarti
SD 95% Cl
Variabel Berarti Deviasi Berbeda p nilai
Perbedaan
(SD) ence Atas Bawah
intervensi kompres berkisar 2,48 -3,39 dengan nilai p = 0,000. Dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh kompres serai hangat terhadap intensitas nyeri osteoartritis pada lansia.
DUSKUSI
1. Intensitas Nyeri Sebelum Kompres Sereh Hangat
Setelah dilakukan uji statistik dapat diketahui bahwa dari hasil analisis diperoleh
nilai rata-rata intensitas nyeri osteoartritis sebelum kompres serai hangat sebesar
4,88 (nyeri sedang) dan nilai standar deviasi 0,957. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh (Hyulita, 2013) bahwa rata-rata tingkat nyeri sebelum
kompres serai hangat adalah 4,90 dengan standar deviasi 1,071. Dan penelitian yang
dilakukan oleh (Pratintya, 2012) menemukan bahwa rata-rata tingkat nyeri sebelum
kompres serai hangat adalah 5,25.
Setiap lansia penderita osteoartritis mengalami nyeri ringan hingga sedang, terkadang bisa
parah. Rata-rata klien mengalami nyeri sedang dan durasi nyeri bisa berjam-jam bahkan berhari-
hari terutama pada cuaca dingin dan pada pagi hari hal ini disebabkan kerusakan jaringan
persendian, kerusakan persendian tulang rawan dan tulang disekitarnya, disertai dengan perforasi
tulang rawan. tulang dan jaringan lunak di dalam dan sekitar area yang terkena. Pada umumnya
lansia dengan intensitas nyeri sedang (4-6) sering merasakan nyeri pada area lutut, kaki,
pergelangan kaki dan tangan, serta pada berbagai persendian lainnya (Hyulita, 2013). Intensitas
nyeri merupakan gambaran seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh seorang individu,
pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual serta kemungkinan nyeri dalam
intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Mengukur nyeri
dengan pendekatan yang paling obyektif mungkin menggunakan respon fisiologis tubuh terhadap
nyeri itu sendiri. Namun pengukuran dengan teknik ini juga belum dapat memberikan gambaran
pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007). Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa salah satu
penyebab utama nyeri sendi adalah pengaruh penuaan dan nyeri kronik yang paling sering diderita
oleh lansia yaitu nyeri sendi degeneratif yang sering disebut ostoearhritis dan rata-rata nyeri yang
sering dirasakan adalah nyeri sedang karena itu mengganggu aktivitas.
mengalami peradangan dan nyeri, sehingga terjadi penurunan nyeri sendi pada jaringan yang
meradang (Tamsuri, 2006). Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa terjadi penurunan intensitas
nyeri setelah diberikan kompres serai hangat karena penggunaan terapi panas pada permukaan
tubuh dapat meningkatkan kelenturan tendon dan ligamen, mengurangi kejang otot,
menghilangkan nyeri, meningkatkan aliran darah dan meningkatkan metabolisme. Selain itu,
kompres hangat dapat menonaktifkan serabut saraf, melepaskan endorfin, yang merupakan opiat
sangat kuat yang dapat memblokir pereda nyeri.
KESIMPULAN
Ada pengaruh pemberian kompres serai hangat terhadap penurunan intensitas
nyeri osteoartritis pada lansia di Puskesmas Mandalika Mataram dengan nilai p = 0,000
yang artinya ada pengaruh yang signifikan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai sumber informasi dan menambah pengetahuan mengenai manfaat
kompres serai wangi untuk menurunkan intensitas nyeri dan osteoartritis.
dapat disosialisasikan kepada masyarakat luas agar dapat memanfaatkan rimpang disekitarnya sebagai
pengobatan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri pada penderita ostoeartritis.
REFERENSI
Agatha, DR (2014). Laporan Pendahuluan Osteoatritis (online), tersedia:
http: //davvhieedreeoosteoartritis-oa.html. Di akses tanggal 30 Juli 2018.
Agustin. (2012). “Pengaruh Kompres hangat terhadap Nyeri sendi Pada Lanjut Usia. Jurnal
Dunia Kesehatan vol.5. Diakses tanggal 17-02-2019. Arikunto, Suharni. (2010).
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktikum. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arissa, IM (2012). Pola Distribusi Kasus Osteoartritis di RSU Dr. Soedarso Pontianak
Periode 1 Januari - 31 Desember 2009. Pontianak kedokteran universitas
tanjungpura Pontianak.
Aspiani. (2014).Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: CV Trans Info Media. Asriani Ilyas
dan Wahyuni. (2012).Penuntun Praktikum kimia Organik. Makassar: UIN
Alauddin.
Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika Mataram. (2018).Daftar Penyakit Kelayan Balai Sosial
Lanjut Usia Mandalika NTB. Mataram. Carpenito, LJ (2012).Buku Saku Diagnosa
Keperawatan, Jakarta: EGC. Chrestella. (2015).Makalah Tentang Citronella. http: //
deachrestella888. Di akses Tanggal 27-08-2018
Masyhurrosyidi. Hadi dkk. (2013). “Pengaruh Kompres hangat Rebusan Jahe terhadap
Tingkat Nyeri Sub akut dan Kronis Pada Lanjut Usia dengan Osteoarttritis Lutut.
Jurnal dunia kesehatan vol.5. DiaksesTanggal 17-05-2018. Muhammad, Wahit Iqbal
dkk. (2008).Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC.
Potter, PA, & Perry, AG (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses
dan Praktik edisi 4. Jakarta: EGC. Pratintya. (2012). “Pengaruh mempersembahkan
Kompres hangat terhadap Nyeri persendian
osteoartritis Pada Lanjut Usia dipanti werdha budhi darma ponggalan
umbulharjo yogyakarta. Jurnal dunia kesehatan vol.5. DiaksesTanggal 17-02-
2019.
Puspita, ED (2014). Osteoatritis Asuhan Keperawatan, (online), tersedia:
http: //awlianteka.com / 2014/06 / asuhan-keperawatan-osteoartritis.html. di akses
tanggal 30 Juli 2018.
Rohimah. (2015).Pengaruh Kompres Hangat Pada Pasien Hipertensi Esensial Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kahupian Kota Tasikmalaya tahun 2015 vol.13.
DiaksesTanggal 11-03-2019.
Sherlyna. (2013). “Pengaruh Kompres hangat Rebusan Jahe terhadap Nyeri Pada Lanjut
Usia dengan Osteoarttritis Lutut. Jurnal dunia kesehatan vol.5.
DiaksesTanggal 17-02-2019.
Sitorus, Marham. (2010).Kimia Organik Umum. Yogyakarta: Graha Ilmu. Smeltzer, S dan
Bare, B. (2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart. Jakarta: EGC.
Tamsuri, A. (2007). Konsep & Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC. Widayanto,
dkk. (2014).Ciri Pasien Osteoartritis Lutut Primer Dipoliklinik
Ortopedi Rumah Sakit Al-Islam Bandung Tahun 2014. Diakses tanggal 27-08-
2018.