Disusun Oleh
Budi Istiar, S.Kep. NIM: 20400070
Dina Ayu Wulandari, S.Kep. NIM: 20400086
I Wayan Yudiyana, S.Kep. NIM: 20400088
Maxima Meydina, S.Kep. NIM: 20400093
Nita Silaban, S.Kep. NIM: 20400094
Rodi Ansori, S.Kep. NIM: 20400096
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seiring meningkatnya ilmu pengetahuan di Indonesia, berkembang
pula upaya peningkatan pelayanan kesehatan terhadap wanita yang
semakin membaik. Sarana dan prasarana di pelayanan kesehatan
menunjang terdeteksinya penyakit wanita yang bermacam-macam,
termasuk penyakit ginekologi. Berbagai macam penyakit sistem
reproduksi yang memiliki efek negatif pada kualitas kehidupan wanita dan
keluarganya dengan gejala salah satunya gangguan menstruasi seperti
menarche yang lebih awal, periode menstruasi yang tidak teratur, panjang
siklus menstruasi yang pendek, paritas yang rendah, dan riwayat
infertilitas (Heffner & Danny, 2008).
Nyeri yang berlebih pada saat haid juga dapat terjadi akibat adanya
massa pada organ reproduksi seperti kista atau tumor. Kista adalah bentuk
gangguan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos yang abnormal.
Pertumbuhan otot polos abnormal yang terjadi pada ovarium disebut kista
ovarium. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat
bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi (Bobak,
Lowdermilk & Jensen. 2005).
1 haid juga dapat terjadi akibat adanya
Nyeri yang berlebih pada saat
massa pada organ reproduksi seperti kista atau tumor. Kehamilan tumor
ovarii yang dijumpai paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau
kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan
kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-halangi
masuknya kepala kedalam panggul. Oophorektomy adalah operasi
pengangkatan dari ovarium atau indung telur. Tetapi istilah ini telah
digunakan secara tradisional dalam penelitian ilmu dasar yang
menggambarkan operasi pengangkatan indung telur (Wiknjosastro, 2005).
3
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kista ovarium
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala pada kista ovarium
3. Untuk mengetahui etiologi pada kista ovarium
4
BAB II
LANDASAN TEORI
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya
gigi dalam tumor.
9
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu
diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan
kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.
dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini
diambil jika tidak curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010: 105).
I. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian keperawatan yang diperlukan
Langkah I (pertama):
Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Perawat mengumpulkan data dasar
awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu
dikonsultasikan kepada dokter dalam 30 manajemen kolaborasi
perawat akan melakukan konsultasi. Pengkajian atau pengumpulan
data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadaan pasien. (Muslihatun, dkk. 2009: 115).
a. Data subyektif
1) Identitas pasien
a) Nama: Dikaji untuk mengenal atau memanggil agar tidak
keliru dengan pasien-pasien lain.
b) Umur: Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam masa
reproduksi.
c) Agama: Untuk mengetahui pandangan agama klien
mengenai gangguan reproduksi.
d) Pendidikan: Dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya sehingga bidan dapat memberikan konseling
sesuai dengan pendidikannya.
e) Suku/bangsa: Dikaji untuk mengetahui adat istiadat atau
kebiasaan sehari-hari pasien.
13
(6) Aktivitas
Dikaji untuk menggambarkan pola aktivitas pasien sehari
hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas
terhadap kesehatannya.
b. Data Objektif
Seorang perawat harus mengumpulkan data untuk memastikan
bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam
komponen-komponen pengkajian data obyektif ini adalah:
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Dikaji untuk menilai keadaan umum pasien baik atau tidak.
b) Kesadaran
Dikaji untuk menilai kesadaran pasien.
c) Vital sign
Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan
kondisi yang dialaminya, meliputi: Tekanan darah,
temperatur/ suhu, nadi serta pernafasan
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung rambut sampai ujung
kaki.
a) Kepala: Dikaji untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan
rambut rontok atau tidak, kebersihan kulit kepala.
b) Muka: Dikaji untuk mengetahui keadaan muka oedem atau
tidak, pucat atau tidak.
c) Mata: Dikaji untuk mengetahui keadaan mata sklera ikterik
atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak.
d) Hidung: Dikaji untuk mengetahui keadaan hidung simetris
atau tidak, bersih atau tidak, ada infeksi atau tidak.
16
asuhan. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak,
yaitu perawat dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena
klien merupakan bagian pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu,
pada langkah ini tugas perawat adalah merumuskan rencana asuhan
sesuai hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat
kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya (Purwandari, 2008:
81).
Data Perkembangan
Menurut Muslihatun, (2009: 123-124) pendokumentasian atau
catatan manajemen keperawatan dapat deterapkan dengan metode
SOAP, yang merupakan singkatan dari:
1) S (Subjektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen keperawatan langkah
pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh dari
anamnesis.
2) O (Objektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen keperawatan langkah
pertama (pengkajian data, terutama data yang diperoleh dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium) pemeriksaan
diagnostik lain.
3) A (Assessment)
Merupakaan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.
4) P (Planning)
Berisi tentang rencana asuhan yang disusun berdasarkan hasil
analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraannya.
Post Operasi
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
2. Risiko infeksi b.d prosedur invasif
3. Gangguan mobilisasi fisik b.d keterbatasan gerak
3. Rencana keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
. keperawatan
Pre Operasi
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri
penyakit keperawatan diharapkan (I.08238)
tingkat nyeri menurun dengan Observasi:
kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi,
(L.08066) karakteristik, durasi,
1. Tidak mengeluh nyeri frekuensi, kualitas,
2. Tidak meringis intensitas nyeri
3. Tidak bersikap protektif 2. Identifikasi skala nyeri
4. Tidak gelisah 3. Identifikasi faktor yang
5. Kesulitan tidur menurun memperberat dan
mamperingan nyeri
Terapeutik:
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. kompres
hangat/dingin)
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Ansietas b.d Setelah dilakukan intervensi Redukasi ansietas
22
Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih
bahasa Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Benson Ralp C dan Martin L. Pernoll. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: EGC
Bilotta, Kimberli. 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta: EGC
Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.
Heffner, Linda J. & Danny J. Schust. (2008). At a Glance Sistem Reproduksi
Edisi II. Jakarta: EMS, Erlangga Medical Series.
Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.
Muslihatun, Nur Wafi. 2009. Dokumentasi Keperawatan. Yogyakarta: Fitramaya
Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.
Yogyakarta: Nuha Medika
Purwandari Atik. 2008. Konsep Keperawatan. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta:
EGC
Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan Ed.2. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwomo Prawirohardjo
Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur, Kanker
Rahim/Leher Rahim, serta Gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka Populer
Obor
27