KELOMPOK 1 :
1. MARLI IDAYANTI
2. TRI OKTAPIANA
3. WINARTA RAHADI
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas
segala limpahan rahmat, taufik, serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah sesuai waktu yang telah direncanakan.Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan
sahabatnya.
Penyusunan asuhan keperawatan ini merupakan tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah tahun akademik 2020/2021. Dalam tugas ini, Penulis membahas mengenai “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Rheumatoid Arthritis”. Penulis berharap, semoga tugas ini
dapat memberi manfaat kepada pembaca.
Jika terdapat kesalahan penulisan pada tugas ini, maka saran dan kritik yang konstruktif
dari pembaca sangat diharapkan demi penyempurnaan tugas selanjutnya.
Penulis
1. KONSEP TEORI PENYAKIT RHEUMATOID ARTHRITIS
A. Pengertian
Rheumatoid arthritis merupakan penyebab paling sering dari penyakit radang
sendi kronis yaitu gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi
pada sendi serta adanya kelainan inflamasi terutama mengenai membran sinovial
dari persendian dan umumnya ditandai dengan nyeri persendian, kaku sendi,
penurunan mobilitas dan keletihan yang terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-
kanak sampai lanjut usia. Namun risiko akan meningkat dengan meningkatnya umur.
B. Etiologi
Menurut (Sya'diyah, 2018) dan (Asikin, 2013) etiologi dari Rheumatoid arthritis :
1) Faktor kerentanan genetik.
2) Reaksi imunologi.
3) Usia lebih dari 40 tahun
4) Jenis kelamin wanita lebih sering
5) Reaksi inflamasi pada sendi dan tendon.
6) Proses inflamasi yang berkepanjangan.
7) Kepadatan tulang
D. Patofisiologi
Pada awalnya, proses inflamasi akan membuat sendi sinovial menjadi edema,
kongesti vaskular dengan pembentukan pembuluh darah baru, eksudat fibrin, dan
infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan akan membuat sinovial menjadi tebal,
terutama pada kartilago. Persendian yang meradang akan membentuk jaringan
granulasi yang disebut dengan pannus. Pannus akan meluas hingga masuk ke tulang
subkondrial. Jaringan granulasi akan menguat karena radang menimbulkan gangguan
pada nutrisi kartilago. Kondisi ini akan membuat kartilago menjadi nekrosis. Tingkat
erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Jika kerusakan
kartilago sangat luas, maka akan terjadi adhesi di antara permukaan sendi, dimana
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Keruskan kartilago dan tulang dapat
menyebabkan tendon dan ligamen menjadi lemah, serta dapat menimbulkan subluksasi
atau dislokasi dari persendiaan. Invasi dari tulang subkondrial dapat menyebabkan
osteoporosis setempat.
Lama proses artritis reumatoid berbeda setiap orang. Hal ini ditandai dengan
adanya serangan dan tidak ada serangan. Sejumlah orang akan sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi, sedangkan orang yang memiliki faktor
reumatoid (seroposotif), maka kondisi yang dialaminya akan menjadi kronis yang
progresif. (Asikin, 2013)
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien rheumatoid arthritis menurut (Asikin, 2013):40
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Laju endap darah meningkat
b) Protein c-reaktif meningkat
c) Terjadi anemia dan leukositosis
d) Tes serologi faktor reumatoid positif (80% penderita)
2) Aspirasi cairan sinovial
Menunjukkan adanya proses inflamasi (jumlah sel darah putih > 2000µL)
Pemeriksaan cairan sendi meliputi pewarnaan garam, pemeriksaan jumlah sel
darah, kultur, gambaran makroskopis.
3) Pemeriksaan radiologi
Menunjukkan adanya pembengkakan jaringan lunak ,erosi sendi, dan osteoporosis
tulang yang berdekatan.
G. Penatalaksanaan medis
Ada beberapa penatalaksaan medis ,antara lain (Hidayatus sya’diyah, 2018:212) dan
(Asikin, 2013)
1) Pengobatan farmakologi
a) Obat anti-inflamasi nonstreroid (OAINS)
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) umumnya diberikan pada penderita
AR sejak dini penyakit yang dimaksudkan untuk mengatasi nyeri sendi akibat
inflamasi yang sering kali dijumpai, walaupun belum terjadi proliferasi
sinovial yang bermakna. Selain dapat mengatasi inflamasi, OAINS juga
memberikan efek analgetik yang sangat baik . OAINS terutama bekerja
menghambat enzim siklooxygenase sehingga menekan sintesi progtaglandin
masih belum jelas apakah hambatan enzim siklooxygenase juga berperan
dalam hal ini , akan tetapi jelas bahwa OAINS bekerja dengan cara :
o Memungkinkan stabilitas membrane lisosomal
o Menghambat pembesaran dan aktivitas mediator imflamasi (histamin,
serotoin, enzim lisosomal dan enzim lainnya).
o Menghambat migrasi sel ke tempat peradangan
o Menghambat proliferasi seluler
o Menetralisirkan radikal oksigen
o Menekan rasa nyeri
b) Disease-modifying antirheumatic drug (DMARD)
Terdapat dua cara pendekatan pemberian DMARD pada pengobatan penderita
AR. Cara pertama adalah pemberian DMARD tunggal yang dimulai dari saat
yang sangat dini, pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa destruksi
sendi pada AR terjadi pada masa dini penyakit. Cara pendekatan lain adalah
dengan menggunakan dua atau lebih DMARD secara stimultan atau secara siklik
seperti penggunaan obat-obatan imunosuprensif pada pengobatan penyakit
keganasan, digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses
estruksi akibat artiris rheumatoid. Beberapa jenis DMARD yang lazim digunakan
untuk pengobatan AR adalah :
o Klorokuin : Dosis anjurkan klorokuin fosfat 250mg/hari hidrosiklorokuin
400mg/hari. Efek samping bergantung pada dosis harian, berupa penurunan
ketajaman penglihatan, dermatitis, makulopapular, nausea, diare, dan anemia
hemolitik.
o Sulfazalazine : Untuk pengobatan AR sulfazalazine dalam bentuk euteric
coated tabelet digunakan mulai dari dosis 1x500 mg/hari, untuk kemudian
ditingkatkan 500mg setiap minggu sampai mencapai dosis 4x500mg. Setelah
remisi tercapai dengan dosis 2g/hari, dosis diturunkan kembali sehingga
mencapai 1g/hari untuk digunakan dalam jangka panjang sampai remisi
sempurna terjadi.
o Dpeicillamine : Dalam pengobatan AR. DP (Cuprimin 250mg Trolovol
300mg) digunakan dalam dosis 1x250mg sampai 300mg/hari kemudian dosis
ditingkatkan setiap dua sampai 4 minggu sebesar 250 sampai 300 mg/hari
untuk mencapai dosis total 4x250 sampai 300mg/hari.
c) Kortikosteroid
2) Pengobatan non farmakologi
a) Istirahat
b) Latihan fisik
c) Nutrisi : menjaga pola makan seperti :diet rendah purin
d) Mandi dengan air hangat untuk mengurangi nyeri
e) Konsumsi makanan yang tinggi protein dan vitamin
f) Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cidera
g) Kompres air es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri
3) Operasi
H. Komplikasi
Menurut (Sya'diyah, 2018) komplikasi yang mungkin muncul adalah :
1) Neuropati perifer memengaruhi saraf yang paling sering terjadi di tangan dan kaki.
2) Anemia
3) Pada otot terjadi myosis,yaitu proses granulasi jaringan otot.
4) Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli. Trombemboli adalah adanya sumbatan
pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
I. Prognosis
Menurut (Noor, 2016):217, Klinis Arthritis Rheumatoid bersifat suatu
eksaserbasi dan remisi. Sekitar 40% dari pasien dengan Arthritis Rheumatoid menjadi
cacat setelah 10 tahun, tetapi hasilnya akan sangat bervariasi. Arthritis Rheumatoid
yang tetap terus- menerus aktif selama lebih dari satu tahun mungkin akan
menyebabkan cacat sendi. Periode progresivitas berlangsung hanya beberapa minggu
atau beberapa bulan diikuti oleh remisi spontan. Tingkat kematian pada pasien
Arthritis
Rheumatoid dilaporkan 2,5 kali dari populasi umum orang dengan penyakit
artikular dan ekstrartikular berat, seperti penyakit koroner atau penyakit hodgkin
stadium IV. Sebagian besar berasal dari infeksi, vaskulitis, dan gizi buruk
J. Manajemen Diet
1) Penderita AR diharapkan untuk mengkonsumsi makanan bervarias terdiri dari
kombinasi daging ternak, ikan, banyak buah dan sayuran segar (5 porsi per hari),
kacang-kacangan dan sedapat mungkin menggunakan minyak zaitun.
2) Konsumsi makanan kaya akan omega 3 (seperti ikan sarden, salmon dan tuna).
3) Konsumsi kaya akan zat besi (daging merah, telur, sayur-sayuran hijau, kacang-
kacangan,buncis).
4) Makan-makanan kaya akan kalsium (susu, keju, yogurt dan produk susu lainnya,
sayur-sayuran hijau, almond, ikan seperti sarde dan teri. Sebaiknya dipilih jenis susu
yang memiliki kandungan lemak yang lebih rendah seperti skimmed milk atau semi
skimmed milk)
5) Suplemen mineral atau multivitamin
6) Suplemen minyak ikan
7) Kenali makanan yang membuat serangan bertambah
Makanan yang perlu dihindari, antara lain makanan berkarbohidrat yang
menggunakan tepung, makanan manis, makanan berlemak, dan makanan pedas,
karena bisa menyebabkan peradangan.
2. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RHEUMATOID ARTHRITIS
A. Pengkajian
Menurut (Istianah, 2017) dan (Lukman & Ningsih, 2013)
1) Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
2) Riwayat keperawatan
Adanya perasaan tidak nyaman,antara lain nyeri, kekakuan pada tangan atau kaki
dalam beberapa periode / waktu sebelum klien mengetahui dan merasakan adanya
perubahan sendi.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi persendian untuk masing-masing sisi, amati adanya kemerahan,
pembengkakan, teraba hangat, dan perubahan bentuk (deformitas).
b) Lakukan pengukuran rentang gerak pasif pada sendi. Catat jika terjadi
keterbatasan gerak sendi, krepitasi dan jika terjadi nyeri saat sendi digerakkan.
c) Ukur kekuatan otot
d) Kaji skala nyeri dan kapan nyeri terjadi.
4) Riwayat psikososial
Penderita rheumatoid arthritis mungkin merasa khawatir mengalami deformitas
pada sendi-sendinya. Ia juga merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada fungsi
tubuh dan perubahan pada kegiatan sehari-hari.
5) Aktivitas/ Istirahat
Nyeri sendi karena pergerakkan, nyeri tekan, kekakuan sendi pada pagi hari.
Keterbatasan fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, aktivitas istirahat,
dan pekerjaan. Gejala lain adalah keletihan dan kelelahan yang hebat.
6) Kardiovaskuler
Kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal
7) Integritas Ego
Faktor stres akut/kronis, misalnya finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
keputusasaan dan ketidakberdayaan. Ancaman konsep diri, citra diri, perubahan
bentuk badan
8) Makanan / cairan
Menghindari makanan yang tinggi purin seperti: kacang-kacangan, daun singkong,
jeroan. Menghindari minum kopi
9) Higiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri.
Ketergantungan pada orang lain
10) Neurosensori
Kebas/ kesemutan pada tangan dan kak, hilangnya sensai pada jari tangan,
pembengkakan sendi simetris.
11) Nyeri /kenyamanan
Fase akut dari nyeri (disertai / tidak disertai pembekakan jaringan lunak pada sendi.
Rasa nyeri kronis dan kekakuan pada pagi hari.
12) Keamanan
Kulit mengilat, tegang. Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah
tangga, kekeringan pada mata dan membran mukosa.
13) Interaksi sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain ,perubahan peran.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada penderita penyakit Rheumatoid
Arthritis, (Istianah, 2017) : 101 adalah sebagai berikut.
1) Nyeri akut b.d proses inflamasi akumulasi cairan, destruksi sendi.
2) Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri atau rasa tidak nyaman, deformitas
skeletal,penurunan kekuatan otot
3) Risiko cidera b.d kelemahan otot
4) Gangguan pola tidur b.d nyeri, fibrosistis
5) Gangguan citra tubuh b.d perubahan kemampuan melaksanakaan aktivitas
sehari-hari, peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan mobilitas
C. Rencana keperawatan
5. Gangguan citra tubuh Citra tubuh Kriteria hasil: Peningkatan citra tubuh
b.d perubahan 1. Kepuasaan dengan 1. Dorong pasien mengungkap
kemampuan fungsi tubuh kan harapan citra diri.
melaksanakan aktivitas 2. Penyesuaian terhadap 2. Tentukan perubahan fisik saat
sehari-hari, perubahan tampilan ini apakah berkontribusi pada
peningkatan fisik citra diri pasien
penggunaan energi 3. Penyesuaian terhadap 3. Identifikasi dampak dari
atau ketidakseimbangan perubahan fungsi tubuh budaya, agama, ras, jenis
mobilitas d.d 4. Kepuasaan dengan kelamin pasien terkait citra
mengungkapkan penampilan tubuh diri
perasaan negatif 4. Bantu pasien mendiskusikan
tentang perubahan perubahan- perubahan bagian
tubuh, tubuh disebabkan adanya
mengungkapkan penyakit atau pembedahan,
kecacatan. dengan cara yang tepat
D. Implementasi
Merupakan pelaksanaan tindakan yang sudah direncanakan dengan tujuan
kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal dalam rencana keperawatan.
Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independent), saling
ketergantungan/kolaborasi, dan tindakan rujukan/ ketergantungan ( dependent).
(Tartowo & Wartonah , 2015)
E. Evaluasi
Menurut (Tartowo & Wartonah , 2015) Adalah proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak dan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan.
Untuk mempermudah mengevaluasi/memantau perkembangan pasien digunakan
komponen SOAP adalah sebagai berikut:
S : Data subjektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan
tindakan keperawatan
O : Data objektif
Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung
kepada pasien dan yang dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan
A : Analisa
Merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi,
atau juga dapat dituliskan suatu masalah/ diagnosis baru yang terjadi akibat
perubahan status kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya dalam
data subjektif dan objektif
P : Planning
Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi atau
ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya, tindakan yang telah menunjukkan hasil yang memuaskan data
tidak memerlukan tindakan ulang pada umumnya dihentikan.
15