Anda di halaman 1dari 7

A.

Osteoarthritis
a. Pengertian
Osteoarthritis menurut American College of Rheumatology merupakan
sekelompok kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi.
Osteoarthritis merupakan penyakit degenerative dan progresif yang mengenai dua per
tiga orang yang berumur lebih dari 65 tahun, dengan prevalensi 60,5% pada pria dan
70,5% pada wanita. Seiring bertambahnya jumlah kelahiran yang mencapai usia per
tengahan dan obesitas

b. Epidemiologi
Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 80% dari penderita OA
berusia lebih dari 65 tahun. Prevalensi penderita OA di Amerika Serikat diperkirakan
sebanyak 40 juta orang dari semua kelompok usia yang menderita OA dan 70-90%
orang tua yang berusia diatas 75.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan pada 2013, prevalensi
secara nasional untuk penyakit sendi adalah sebesar 30,3%. Provinsi Kalimantan
Barat berada diperingkat 12 besar prevalensi penyakit sendi di Indonesia, yakni
22,3%. Penduduk Indonesia yang mengalami OA berdasarkan data Riskesdas 2013
ialah sebanyak 8,1% dari total jumlah penduduk yang ada.Provinsi Kalimantan Barat
pada tahun 2013 menunjukkan data prevalensi penyakit sendi di Kabupaten
Bengkayang adalah sebesar 6,3%. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Bengkayang, pada tahun 2017 tercatat jumlah penduduk yang menderita OA yaitu
sebanyak 2732 orang.

c. Etiologi
Osteoartritis terjadi akibat kondrosit (sel pembentuk proteoglikan dan kolagen
pada rawan sendi) gagal dalam memelihara keseimbangan antara degradasi dan
sintesis matriks ekstraseluler, sehingga terjadi perubahan diameter dan orientasi serat
kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan, yang menjadikan tulang
rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik.

d. Patogenesis
Berdasarkan patogenesisnya OA dibedakan menjadi OA primer dan OA
sekunder. OA primer disebut juga OA idiopatik adalah OA yang kausanya tidak
diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses
perubahan lokal pada sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya
kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan dan imobilisasi yang lama. OA
primer lebih sering ditemukan dari pada OA sekunder. Penyakit ini bersifat progresif
lambat, umumnya terjadi pada usia lanjut, walaupun usia bukan satu-satunya faktor
risiko.
Sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA, terutama setelah terjadi
sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman. Sinoviosit yang
mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix Metalloproteinases (MMPs) dan
berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke dalam rongga sendi dan merusak
matriksrawan sendi serta mengaktifkan kondrosit. Pada akhirnya tulang subkondral
juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim
proteolitik.

e. Faktor Risiko
- Usia lebih dari 50 tahun
- Jenis kelamin perempuan
- Ras / etnis
- Genetik
- Kebiasaan merokok
- Konsumsi vitamin D
- Obesitas
- Osteoporosis
- Diabetes- mellitus
- Riwayat trauma lutut
- Kelainan anatomis
- Kebiasaan bekerja dengan beban berat
- Aktivitas fisik berat dan kebiasaan olah raga

f. Tanda dan Gejala


Adanya nyeri pada lutut dan pada foto rontgen ditemukan adanya gambaran
osteofitserta sekurang kurangnya satu dari usia > 50 tahun, kaku sendi pada pagi hari
< 30 menit dan adanya krepitasi. Nyeri pada sendi tersebut biasanya merupakan
keluhan utama yang membuat pasien datang ke dokter. Nyeri biasanya bertambah
berat dengan gerakan dan berkurang dengan istirahat. nyeri pada daerah lipat paha
yang menjalar kepaha depan.
Adapun gambaran radiologis sendi yang menyokong diagnosis OA adalah:
1. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat padabagian
yang menanggung beban)
2. Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
3. Kista tulang
4. Osteofit pada pinggir sendi
5. Perubahan struktur anatomi sendi

g. Tatalaksana
Penghilang rasa sakit bisa membantu. Kebanyakan dokter merekomendasikan
acetaminophen (Tylenol), karena memiliki efek samping yang lebih sedikit
dibandingkan obat lain. Jika rasa sakit berlanjut, dokter mungkin merekomendasikan
obat anti- inflammatory (OAINS). Obat ini membantu meredakannyeri dan
bengkak. Jenis OAINS termasuka spirin, ibuprofen dan naproxen.
Bagi penderita dengan OA yang sudah parah, maka operasi merupakan
tindakan yang efektif. Operasi yang dapat dilakukan antara lain arthroscopic
debridement, joint debridement, dekompresi tulang, osteotomi dan artroplasti. Terapi
non obat terdiri dari edukasi, penurunan berat badan,terapi fisik dan terapi kerja.

h. Gambaran Radiolodi

Dari pemeriksaan foto polos dapat ditentukan derajat OA menurut Kellgren dan Lawrence
sebagai berikut:
- Derajat 1 (meragukan): tampak osteofit kecil.
- Derajat 2 (minimal): osteofit jelas, celah sendi
normal.
- Derajat 3 (sedang): osteofit jelas, celah sendi sempit.
- Derajat 4 (berat): penyempitan celah sendi berat dan adanya sklerosis.
Sumber:
- Pratiwi, A. I. 2016. Diagnosis And Treatment Osteoarthritis. Journal MAJORITY.
Vol 4 (4). Viewed on 21 April 2023. From: juke.kedokteran.unila.ac.id
- Putri, R. A. A. S. H., et al. 2022. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Osteoarthritis Lutut pada Petani di Desa Bhakti Mulya Kecamatan
Bengkayang. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. Vol 18 (1). Viewed on 22 april
2023. From: jurnal.umj.ac.id
- Samosir, R. K., Theodurus, E., Valentina, D. C. D., Agverianti, T. 2020. Potensi
Aktivitas Supresi Respon Imun Sinovial Sebagai Jnk Pathway Inhibitor Dalam
Tatalaksana Osteoartritis. JIMKI. Vol 8 (2). Viewed on 25 April 2023. From:
bapin.ismki.e-journal.id

B. Arthritis Gout

a. Etiologi
Artritis gout merupakan penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal
monosodium urat pada jaringan atau supersaturasi asam urat didalam cairan
ekstarseluler. Penyakit artritis gout adalah salah satu penyakit inflamasi sendi yang
paling sering ditemukan, ditandai dengan penumpukan kristal monosodium urat di
dalam ataupun di sekitar persendian.

b. Epidemiologi
Berdasarkan hasil survey yang sama yang dilaksanakan oleh WHO pada tahun
2017 Indonesia merupakan negara terbesar ke 4 didunia yang penduduknya menderita
asam urat. Survey badan kesehatan dunia tersebut juga menunjukkan sebanyak 81%
menderita gout dari populasi yang diteliti, dan sebagian penyakit asam urat 35%
terjadi pada pria dibawah usia 34 tahun.
Di Indonesia, di beberapa daerah dilaporkan terutama di Sinjai (Sulawesi
Selatan) pria 10% dan wanita 4%, Minahasa (Sulawesi Utara) pria 34,3% dan wanita
23,31%, serta Bandung (Jawa Tengah) pria 24,3% dan 11,7% pada Wanita. Secara
nasional prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah
11,9% dan prevalensi berdasarkan diagnosis atau gejala 24,7%. Selain beberapa
provinsi diatas, dari data yang sama, Prevalensi kejadian radang sendi di Sumatera
Utara berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 8,4% dan berdasarkan diagnosis
atau gejala 19,2%. Sedangkan di Kota Medan (Sumatera Utara), prevalensi kejadian
radang sendi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan 5,1% dan berdasarkan diagnosis
dan gejala adalah 17,2%

c. Patomekanisme

d. Faktor Risiko
- Usia
- Asupan senyawa purin berlebihan
- Konsumsi alkohol berlebih
- Kegemukan (obesitas)
- Kurangnya aktivitas fisik
- Hipertensi dan penyakit jantung
- Pengguna obat-obatan tertentu (terutama diuretika) dan
- Gangguan fungsi ginjal
e. Tanda dan Gejala
1. Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi.
2. Tofi terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan
mikroskopik dengan sinar terpolarisasi.
3. Diagnosis lain, seperti ditemukan 6 dari beberapa fenomen aklinis, laboratoris,
dan radiologis sebagai tercantum dibawah ini:
 Lebih dari sekali mengalami serangan arthritis akut.
 Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari.
 Serangan artrtis monoartikuler.
 Kemerahan di sekitar sendi yang meradang.
 Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau
membengkak.
 Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki).
 Serangan unilateral pada sendi MTP 1.
 Dugaan tophus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di
kartilago artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi.
 Hiperurikemia.
 Pembengkakan sendi secara asimetris

f. Tatalaksana
Terapi pada gout biasanya dilakukan secara medik (menggunakan obat-obatan).
Medikamentosa pada gout termasuk:
1. Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (OAINS).
OAINS dapat mengontrol inflamasi dan rasa sakit pada penderita gout secara
efektif. Contoh dari OAINS adalah indometasin. Dosis obat ini adalah 150- 200
mg/hari selama 2-3 hari dan dilanjutkan 75-100 mg/hari sampai minggu
berikutnya.
2. Kolkisin
Kolkisin mengontrol gout secara efektif dan mencegah fagositosis kristal urat oleh
neutrofil, tetapi seringkali membawa efek samping, seperti nausea dan diare.
3. Kortikosteroid
Kortikosteroid biasanya berbentuk pil atau dapat pula berupa suntikan yang
lansung disuntikkan ke sendi penderita. Efek samping dari steroid antara lain
penipisan tulang, susah menyembuhkan luka dan juga penurunan pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Steroids digunakan pada penderita gout yang tidak bisa
menggunakan OAINS maupun kolkisin.
Sumber:
- Sholihah, F. M. 2015. Diagnosis And Treatment Gout Arthritis. Journal
MAJORITY. Vol 3 (7). Viewed on 21 April 2023. From:
juke.kedokteran.unila.ac.id
- Hasibuan, D. C., et al. 2020. Efektifitas Rebusan Daun Sirsak Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis. Jurnal Kesehatan Ilmiah
Indonesia. Vol 5 (2). Viewed on 23 April 2023. From: jurnal.unar.ac.id

Anda mungkin juga menyukai