“REUMATOID ARTHRITIS”
Oleh :
Kelas/Tingkat : B/3
MAKASSAR
2020
KONSEP DASAR MEDIS
2. Anatomi Fisiologi
Anatomi Sendi Lutut
tulang dari gerakan sendi. Kartilago ini juga membuat tulang bergerak
lebih bebas terhadap satu sama lain. Kartilago artikular terdapat di ujung
akhir dari os femur atau tulang paha, ujung atas os tibia atau tulang
tipis, kuat, fleksibel, permukaan licin yang dilumasi oleh cairan sinovial.
Cairan ini kental dan lengket yang berfungsi untuk melenturkan sendi
4. Etiologi
Menurut (Sya'diyah, 2018):206 dan (Asikin, 2013) :36
a. Faktor kerentanan genetik.
b. Reaksi imunologi.
c. Usia lebih dari 40 tahun
d. Jenis kelamin wanita lebih sering
e. Reaksi inflamasi pada sendi dan tendon.
5. Patofisiologi
Pada awalnya, proses inflamasi akan membuat sendi sinovial menjadi edema,
kongesti vaskular dengan pembentukan pembuluh darah baru, eksudat fibrin, dan
infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan akan membuat sinovial menjadi
tebal, terutama pada kartilago. Persendian yang meradang akan membentuk
jaringan granulasi yang disebut dengan pannus. Pannus akan meluas hingga
masuk ke tulang subkondrial. Jaringan granulasi akan menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago. Kondisi ini akan membuat
kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat
ketidakmampuan sendi. Jika kerusakan kartilago sangat luas, maka akan terjadi
adhesi di antara permukaan sendi, dimana jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis). Keruskan kartilago dan tulang dapat menyebabkan tendon dan
ligamen menjadi lemah, serta dapat menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari
persendiaan. Invasi dari tulang subkondrial dapat menyebabkan osteoporosis
setempat.
Lama proses artritis reumatoid berbeda setiap orang. Hal ini ditandai dengan
adanya serangan dan tidak ada serangan. Sejumlah orang akan sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi, sedangkan orang yang
memiliki faktor reumatoid (seroposotif), maka kondisi yang dialaminya akan
menjadi kronis yang progresif. (Asikin, 2013): 37
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien rheumatoid arthritis menurut (Asikin,
2013):40
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Laju endap darah meningkat
2) Protein c-reaktif meningkat
3) Terjadi anemia dan leukositosis
4) Tes serologi faktor reumatoid positif (80% penderita )
b. Aspirasi cairan sinovial
Menunjukkan adanya proses inflamasi ( jumlah sel darah putih
>2000µL). Pemeriksaan cairan sendi meliputi pewarnaan garam,
pemeriksaan jumlah sel darah, kultur,gambaran makroskopis.
c. Pemeriksaan radiologi
Menunjukkan adanya pembengkakan jaringan lunak ,erosi sendi, dan
osteoporosis tulang yang berdekatan.
8. Penatalaksanaan medis
Ada beberapa penatalaksaan medis ,antara lain (Hidayatus sya’diyah, 2018:212)
dan (Asikin, 2013):41
a. Pengobatan farmakologi
1) Obat anti-inflamasi nonstreroid (OAINS)
2) Disease-modifying antirheumatic drug (DMARD)
3) Kortikosteroid
4) Terapi biologi
b. Riwayat keperawatan
Adanya perasaan tidak nyaman,antara lain nyeri, kekakuan pada tangan atau
kaki dalam beberapa periode / waktu sebelum klien mengetahui dan
merasakan adanya perubahan sendi.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi persendian untuk masing-masing sisi, amati adanya kemerahan,
pembengkakan, teraba hangat, dan perubahan bentuk (deformitas).
2) Lakukan pengukuran rentang gerak pasif pada sendi. Catat jika terjadi
keterbatasan gerak sendi, krepitasi dan jika terjadi nyeri saat sendi
digerakkan.
3) Ukur kekuatan otot
4) Kaji skala nyeri dan kapan nyeri terjadi.
d. Riwayat psikososial
Penderita rheumatoid arthritis mungkin merasa khawatir mengalami
deformitas pada sendi-sendinya. Ia juga merasakan adanya kelemahan-
kelemahan pada fungsi tubuh dan perubahan pada kegiatan sehari-hari.
Risnanto, S.ST., M.Kes & Uswatun Insani, S.Kep., Ns.2014.Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
(Sistem Muskuloskeletal). Yogyakarta: deepublish (e-book)