Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

“REUMATOID ARTHRITIS”

Oleh :

Yunita F.K Kumayas (C1814201103)

Kelas/Tingkat : B/3

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS

MAKASSAR

2020
KONSEP DASAR MEDIS

A. Konsep Teori Penyakit Rheumatoid Arthritis


1. Pengertian
Rheumatoid arthritis merupakan penyebab paling sering dari penyakit
radang sendi kronis yaitu gangguan autoimun kronik yang
menyebabkan proses inflamasi pada sendi serta adanya kelainan
inflamasi terutama mengenai membran sinovial dari persendian dan
umumnya ditandai dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan
mobilitas dan keletihan yang terjadi pada semua jenjang umur dari
kanak-kanak sampai lanjut usia. Namun risiko akan meningkat
dengan meningkatnya umur. (Sya'diyah, 2018):36 dan (Asikin,
2013):36

Reumatoid arthritis adalah penyakit peradangan sistemis kronis yang


tidak diketahui penyebabnya dengan manifestasi pada sendi perifer
dengan pola simteris. Konstitusi gejala, termasuk lelah, malaise, dan
kekakuan sendi dipagi hari (Noor, 2016).

Reumatoid arthritis merupakan gangguan autoimun sistemik kronis


dengan tanda inflamasi erosif, kronis, dan simetris pada jaringan sendi
sinovial (Black & Hawks, 2014).

2. Anatomi Fisiologi
Anatomi Sendi Lutut

Lutut atau Articulatio genu merupakan Articulation

bicondylaris yang berfunsi sebagai sendi pivot-engsel dan memiliki dua

sumbu gerak. Sumbu transversa yang digunakan dalam gerakan

ekstensi dan fleksi terbentang antara dua Condylus femoris. Sumbu

longitudinal yang digunakan dalam gerakan rotasi terletak eksentrik

dan tegak melalui Tuberculum intercondylare mediale (Paulsen &


Waschke, 2010)

Bagian-bagian utama dari articulatio genu adalah tulang, ligamentum,

tendon, kartilago, dan kapsula sendi yang terbentuk dari kolagen.

Kolagen adalah jaringan fibrosus yang ada diseluruh tubuh kita.

Semakin kita mertambah usia, jumlah kolagen semakin menurun. Sendi

pada lutut bisa diklasifikasikan dalam bentuk fungsional atau struktural.

Klasifikasi fungsional berdasarkan gerakan, dapat dikategorikan

menjadi sinartrosis (tidak dapat digerakkan), amfiartrosis (sedikit dapat

digerakkan) dan diartrosis (bebas digerakkan). Klasifikasi struktural

dapat dikategorikan menjadi sinovial, fibrosus dan kartilagineus. Sendi

sinovial yang normal memberikan jumlah gerakan yang signifikan

berhubungan dengan permukaannya yang sangat halus. Sendi-sendi ini

disusun dari kartilago artikular, tulang subkondral, membrane sinovial,

cairan sinovial dan kapsula sendi (Muscolino, 2017).

Gambar 1. Anatomi Sendi Lutut (Pearson Education, 2013)

Pada ujung tulang yang meyentuh tulang lainnya dibungkus


dengan kartilago artikular. Kartilago ini berwarna putih, halus, jaringan

pengikat fibrosus yang membungkus ujung tulang untuk melindungi

tulang dari gerakan sendi. Kartilago ini juga membuat tulang bergerak

lebih bebas terhadap satu sama lain. Kartilago artikular terdapat di ujung

akhir dari os femur atau tulang paha, ujung atas os tibia atau tulang

kering dan di belakang os patella atau tempurung lutut. Diantara lutut

terdapat menisci, bantalan berbentuk cakram yang bekerja sebagai

penyerap goncangan (Muscolino, 2015).

Beban pada tulang kita dilindungi oleh kartilago artikular, yang

tipis, kuat, fleksibel, permukaan licin yang dilumasi oleh cairan sinovial.

Cairan ini kental dan lengket yang berfungsi untuk melenturkan sendi

dibawah tekanan tanpa membuat cedera. Cairan sinovial terbentuk dari

ultrafiltrasi serum oleh sel-sel yang membentuk membran sinovial. Sel

sinovial juga membuat asam hyaluronat (HA) yang merupakan

glikosaminoglikan. Glikosaminoglikan merupakan komponen utama

pada cairan sinovial. Cairan sinovial memberikan nutrisi ke kartilago

artikular dan juga memenuhi kebutuhan viskositas untuk menyerap

goncangan dari gerakan lambat, dan kebutuhan elasisitas dari gerakan

cepat (Muscolino, 2017).


3. Klasifikasi
a. Buffer (2010) mengklasifikasikan RA menjadi 4 tipe, yaitu:
1). Reumatoid Arthritis Klasik
Pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus-menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2). Reumatoid Arthritis Defisit
Pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus-menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3). Probable Reumatoid Arthritis
Pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus-menerus paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4). Possible Reumatoid Arthritis
Pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus-menerus paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

b. Jika ditinjau dari stadium penyakitnya, terdapat tiga stadium, yaitu:


1). Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai dengan hipertermi, edema jaringan kongesti, nyeri pada saat
bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
2). Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai dengan adanya kontraksi
tendon.
3). Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

4. Etiologi
Menurut (Sya'diyah, 2018):206 dan (Asikin, 2013) :36
a. Faktor kerentanan genetik.
b. Reaksi imunologi.
c. Usia lebih dari 40 tahun
d. Jenis kelamin wanita lebih sering
e. Reaksi inflamasi pada sendi dan tendon.

f. Proses inflamasi yang berkepanjangan.


g. Kepadatan tulang

5. Patofisiologi
Pada awalnya, proses inflamasi akan membuat sendi sinovial menjadi edema,
kongesti vaskular dengan pembentukan pembuluh darah baru, eksudat fibrin, dan
infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan akan membuat sinovial menjadi
tebal, terutama pada kartilago. Persendian yang meradang akan membentuk
jaringan granulasi yang disebut dengan pannus. Pannus akan meluas hingga
masuk ke tulang subkondrial. Jaringan granulasi akan menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago. Kondisi ini akan membuat
kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat
ketidakmampuan sendi. Jika kerusakan kartilago sangat luas, maka akan terjadi
adhesi di antara permukaan sendi, dimana jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis). Keruskan kartilago dan tulang dapat menyebabkan tendon dan
ligamen menjadi lemah, serta dapat menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari
persendiaan. Invasi dari tulang subkondrial dapat menyebabkan osteoporosis
setempat.

Lama proses artritis reumatoid berbeda setiap orang. Hal ini ditandai dengan
adanya serangan dan tidak ada serangan. Sejumlah orang akan sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi, sedangkan orang yang
memiliki faktor reumatoid (seroposotif), maka kondisi yang dialaminya akan
menjadi kronis yang progresif. (Asikin, 2013): 37

6. Tanda dan gejala.


Pada penderita saat mengalami serangan biasanya ditemukan gejala klinis yaitu
(Asikin, 2013):39 dan (Sya'diyah, 2018):210
a. Nyeri persendian disertai kaku terutama pada pagi hari. Kekakuan
berlangsung sekitar 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam
sehari.
b. Muncul pembengkakan,warna kemerahan, lemah dan rasa panas yang
berangsur-angsur.
c. Peradangan sendi yang kronik dapat muncul erosi pada pinggir tulang dan
dapat dilihat dengan penyinaran X-ray.
d. Pembengkakan sendi yang meluas dan simetris.
e. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah bera dengan pelan-pelan sejalan
dengan bertambahnya nyeri.
f. Sendi besar kemungkinan juga dapat terserang yang disertai penurunan
kemampuan fleksi atau ekstensi.
g. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut berkembang
menjadi pincang. Gangguan bejalan merupakan ancaman besar

7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien rheumatoid arthritis menurut (Asikin,
2013):40
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Laju endap darah meningkat
2) Protein c-reaktif meningkat
3) Terjadi anemia dan leukositosis
4) Tes serologi faktor reumatoid positif (80% penderita )
b. Aspirasi cairan sinovial
Menunjukkan adanya proses inflamasi ( jumlah sel darah putih
>2000µL). Pemeriksaan cairan sendi meliputi pewarnaan garam,
pemeriksaan jumlah sel darah, kultur,gambaran makroskopis.
c. Pemeriksaan radiologi
Menunjukkan adanya pembengkakan jaringan lunak ,erosi sendi, dan
osteoporosis tulang yang berdekatan.

8. Penatalaksanaan medis
Ada beberapa penatalaksaan medis ,antara lain (Hidayatus sya’diyah, 2018:212)
dan (Asikin, 2013):41
a. Pengobatan farmakologi
1) Obat anti-inflamasi nonstreroid (OAINS)
2) Disease-modifying antirheumatic drug (DMARD)
3) Kortikosteroid
4) Terapi biologi

b. Pengobatan non farmakologi


1) Istirahat
2) Latihan fisik
3) Nutrisi : menjaga pola makan seperti :diet rendah purin
4) Mandi dengan air hangat untuk mengurangi nyeri
5) Konsumsi makanan yang tinggi protein dan vitamin
6) Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cidera
7) Kompres air es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri
9. Komplikasi
Menurut (Sya'diyah, 2018):212 komplikasi yang mungkin muncul adalah
:
a. Neuropati perifer memengaruhi saraf yang paling sering terjadi di tangan dan
kaki.
b. Anemia
c. Pada otot terjadi myosis,yaitu proses granulasi jaringan otot.
d. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli. Trombemboli adalah adanya
sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang
membeku.
B. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus Rheumatoid Arthritis
1. Pengkajian
menurut (Istianah, 2017): 100 dan (Lukman & Ningsih, 2013): 223
a. Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.

b. Riwayat keperawatan
Adanya perasaan tidak nyaman,antara lain nyeri, kekakuan pada tangan atau
kaki dalam beberapa periode / waktu sebelum klien mengetahui dan
merasakan adanya perubahan sendi.

c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi persendian untuk masing-masing sisi, amati adanya kemerahan,
pembengkakan, teraba hangat, dan perubahan bentuk (deformitas).
2) Lakukan pengukuran rentang gerak pasif pada sendi. Catat jika terjadi
keterbatasan gerak sendi, krepitasi dan jika terjadi nyeri saat sendi
digerakkan.
3) Ukur kekuatan otot
4) Kaji skala nyeri dan kapan nyeri terjadi.

d. Riwayat psikososial
Penderita rheumatoid arthritis mungkin merasa khawatir mengalami
deformitas pada sendi-sendinya. Ia juga merasakan adanya kelemahan-
kelemahan pada fungsi tubuh dan perubahan pada kegiatan sehari-hari.

Pengkajian 11 pola gordon :

1). Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Kemampuan pasien untuk mengenali nyeri yang dirasakan masih


kurang dan menganggap bahwa itu hanya nyeri sementara.

2). Pola nutrisi dan metabolik


Akibat nyeri yang dirasakan sistem saraf sensorik menjadi
terganggu dan berdampak pada menurunnya keinginan untuk makan.

3). Pola eliminasi

Mengalami kesulitan karena kekakuan pada sendi khususnya


apabila pasien BAB.

4). Pola aktivitas dan latihan

Mengingat bahwa pasien adalah seorang kuli bangunan, nyeri


yang dirasakan akan semakin bertambah akibat adanya keterpaksaan
tulang dan otot yang semakin memperburuk penyakit yang
dirasakannya.

5). Pola tidur dan istirahat

Terjadi gangguan karena nyeri yang dirasakan dan adanya


ketidaknyamanan.

6). Pola kognitif dan perseptual

Adanya kesadaran diri bahwa ketika ketika merasakan nyeri


seharusnya pasien segera memeriksakannya pada dokter.

7). Pola persepsi dan konsep diri

Munculnya ketidakpercayaan diri dari dalam diri pasien.

8). Pola peran dan hubungan

Pekerjaan menjadi terganggu dan perasaan merepotkan orang


lain.

9). Pola seksual dan reproduksi

10). Pola koping dan toleransi

Muncul perasaan cemas dan takut akibat penyakit yang


dideritanya.

11). Pola nilai dan kepercayaan

Untuk menenangkan diri pasien melakukan kewajibannya


sebagai orang yang percaya pada Yang Kuasa dengan cara berdoa.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada penderita penyakit
Rheumatoid Arthritis, (Istianah, 2017) : 101 adalah sebagai berikut.
a. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
b. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri atau rasa tidak nyaman,
deformitas skeletal,penurunan kekuatan otot

c. Gangguan citra tubuh b.d perubahan kemampuan melaksanakaan


aktivitas sehari-hari, peningkatan penggunaan energi atau
ketidakseimbangan mobilitas
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Nyeri akut b/d agen NOC : NIC :
cedera biologis  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara
 pain control, komprehensif termasuk lokasi,
 comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
Setelah dilakukan tinfakan kualitas dan faktor presipitasi
keperawatan selama …. Pasien  Observasi reaksi nonverbal dari
tidak mengalami nyeri, dengan ketidaknyamanan
kriteria hasil:  Bantu pasien dan keluarga untuk
 Mampu mengontrol nyeri (tahu mencari dan menemukan dukungan
penyebab nyeri, mampu  Kontrol lingkungan yang dapat
menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti suhu
nonfarmakologi untuk ruangan, pencahayaan dan
mengurangi nyeri, mencari kebisingan
bantuan)  Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Melaporkan bahwa nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
berkurang dengan menggunakan menentukan intervensi
manajemen nyeri  Ajarkan tentang teknik non
 Mampu mengenali nyeri (skala, farmakologi: napas dala, relaksasi,
intensitas, frekuensi dan tanda distraksi, kompres hangat/ dingin
nyeri)  Berikan analgetik untuk mengurangi
 Menyatakan rasa nyaman nyeri: ……...
setelah nyeri berkurang  Tingkatkan istirahat
 Tanda vital dalam rentang  Berikan informasi tentang nyeri
normal seperti penyebab nyeri, berapa lama
 Tidak mengalami gangguan nyeri akan berkurang dan antisipasi
tidur ketidaknyamanan dari prosedur
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
2. Hambatan mobilitas fisik NOC : NIC :
b/d penurunan kekuatan  Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
otot dan kehilangan  Mobility Level  Monitoring vital sign
integritas tulang  Self care : ADLs sebelm/sesudah latihan dan lihat
 Transfer performance respon pasien saat latihan
Setelah dilakukan tindakan  Konsultasikan dengan terapi
keperawatan selama….hambatan fisik tentang rencana ambulasi
mobilitas fisik teratasi dengan sesuai dengan kebutuhan
kriteria hasil:  Bantu klien untuk menggunakan
 Klien meningkat dalam tongkat saat berjalan dan cegah
aktivitas fisik terhadap cedera
 Mengerti tujuan dari  Ajarkan pasien atau tenaga
peningkatan mobilitas kesehatan lain tentang teknik
 Memverbalisasikan perasaan ambulasi
dalam meningkatkan  Kaji kemampuan pasien dalam
kekuatan dan kemampuan mobilisasi
berpindah  Latih pasien dalam pemenuhan
 Memperagakan penggunaan kebutuhan ADLs secara mandiri
alat Bantu untuk mobilisasi sesuai kemampuan
(walker)  Dampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
 Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
 Ajarkan pasien bagaimana posisi
dan berikan bantuan jika
diperlukan
3. Gangguan citra tubuh b/d NOC: NIC :
merubah perubahan  Body image Body image enhancement
fungsi tubuh  Self esteem - Kaji secara verbal dan
Setelah dilakukan tindakan nonverbal respon klien terhadap
keperawatan selama …. gangguan tubuhnya
body image - Monitor frekuensi mengkritik
pasien teratasi dengan kriteria dirinya
hasil: - Jelaskan tentang pengobatan,
 Body image positif perawatan, kemajuan dan
 Mampu mengidentifikasi prognosis penyakit
kekuatan personal - Dorong klien mengungkapkan
 Mendiskripsikan secara perasaannya
faktual perubahan fungsi - Identifikasi arti pengurangan
tubuh melalui pemakaian alat bantu
 Mempertahankan interaksi - Fasilitasi kontak dengan
sosial individu lain dalam kelompok
kecil
Daftar Pustaka

PTRIW NINGRUM. 2019. Teori Penyakit Reumatoid Arthritis. Pdf (http://repository.poltekkes-


tjk.ac.id/810/5/BAB%20II.pdf) diakses 07-10-2020

K Afwa.2018. Etiologi Reumatoid Arthritis.pdf (http://repository.unimus.ac.id/2259/3/BAB


%20II.pdf) diakses 07-10-2020

Julfa.2015. Asuhan Keperawatan Arthritis Reumatoid.


(http://id.scribd.com/document/286386108/ASKEP-ARTRITIS-REUMATOID) diakses 06-10-
2020

Risnanto, S.ST., M.Kes & Uswatun Insani, S.Kep., Ns.2014.Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
(Sistem Muskuloskeletal). Yogyakarta: deepublish (e-book)

Anda mungkin juga menyukai