Osteoartritis (OA) adalah penyakit pada seluruh sendi yang melibatkan mediator inflamasi,
bukan murni hanya diakibatkan keausan (process of “wear and tear”). Walaupun degradasi
tulang rawan merupakan karakteristik utama pada OA, namun sinovitis, remodeling tulang
subkondral, degenerasi ligamen dan meniskus, dan hipertrofi kapsul sendi juga merupakan
bagian dari patogenesis terjadinya OA.1
Terdapat kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam pengobatan osteoartitis yaitu efektivitas
pengobatan anti nyeri dengan waktu jangka panjang dengan efek samping minimal dikarenakan
perjalanan penyakit yang bersifat kronis sehingga memerlukan pengobatan dengan jangka waktu
yang lama. Pengobatan pereda nyeri yang tersedia sekarang seperti Non Steroid Anti
Inflammatory Drug (NSAID) non selektif dan inhibitor siklooksigenase -2 selektif efektif pada
fase pertengahan penyakit namun seringkali gagal seiring dengan kerusakan sendi yang terus
berlanjut. Selain itu NSAID menyebabkan komplikasi gastrointestinal pada sejumlah pasien
sedangkan inhibitor siklooksigenase-2 selektif meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. 2,3
Tidak seperti penyakit sendi lainnya, osteoartritis terbatas secara lokal pada satu atau beberapa
sendi sehingga pengobatan intrartikular lokal dapat diberikan dan mengurangi risiko efek
samping sistemik. Prevalensi osteoartitis banyak ditemukan pada sendi lutut, tangan, kaki dan
kemudian paha. Hal ini menggambarkan bahwa osteoartitis seringkali mengenai sendi yang
mudah diakses dengan injeksi intrartikular. Tujuan utama harus dicapai adalah pengobatan
dengan efek yang lebih lama sehingga bisa mengurangi injeksi tiap tahunnya dikarenakan rasa
nyeri dan risiko infeksi yang terjadi akibat injeksi. 2
1. Injeksi Glukokortikoid
Agen
Berdasarkan Food and Drug Administration (FDA) terdapat 5 macam injeksi
kortikosteroid yang dapat digunakan untuk injeksi intraartikular. Koertikosteroid tersebut
adalah metilprednisolon asetat, triamsinolone asetat, betametason asetat, betametason
sodium fosfat, triamsinolone hexacetonide, dan deksametason.1
Glukokortikoid yang sulit larut terdapat dalam preparat suspensi misalnya rimexolone,
triamcinolone acetonide dan lebih lama berada di sendi dibandingkan glukokortikoid yang
lebih mudah larut. Glukokortikoid larut ini tersedia dalam preparat solusio mislanya
betamethasone hydrogenphosphate. Hal ini diakibatkan oleh molekul yang trelarut
mengalami klirens secara cepat dari sendi lutut sementara partikel padat harus larut terlebih
dahulu untuk mengalami klirens. 2
Durasi aksi glukokortikoid lebih panjang dibandingkan waktu paruhnya dalam cairan
sinovial. Hal ini diakibatkan oleh mekanisme kerjanya. Glukokortikoid yang diinjeksikan
pada ruang sendi dapat melewati membran sel dan terikat pada reseptor. Kompleks hormon
reseptor kemudian bermigrasi ke nucleus yang meregulasi trasnkripsi mediator pro-
inflamasi dan mediator nyeri. Hal ini membuat efek glukokortikoid lebih lama
dibandingkan dengan waktu paruhnya.2
Laju absorpsi dan durasi aksi kortikosteroid tergantung dari kelarutan obat. Dari semua
obat yang tersedia, triamcinolone hexacetonide (aristopan) adalah yang paling sulit larut. 3
Absorpsi sistemik dapat terjadi dengan berbagai dosis dan tingkat kelarutan obat. Sebuah
studi menunjukkan methylprednisolone acetate (Depo-Medrol) 40 mg cukup untunk
mensupresi fungsi adrenal sementara yang diketahui dari menurunnya kadar kortisol
hingga 7 hari.3
Mekanisme aksi
Kortikosteroid memiliki efek anti inflamasi dan imunosupresif. Kortikosteroid bertindak
langsung pada reseptor steroid inti dan mengganggu kaskade inflamasi dan imun pada
beberapa tingkatan. Kortikosteroid mengurangi permeabilitas vaskular dan menghambat
akumulasi sel inflamasi, fagositosis, produksi superoksida neutrofil, metaloprotease, dan
aktivator metaloprotease, dan mencegah sintesis dan sekresi beberapa mediator inflamasi
seperti prostaglandin dan leukotrien. 1
Kortikosteroid menghambat sintesis prostaglandin dan mengurangi aktivitas kolagenase
dan enzim lain. 3
Indikasi
Injeksi kortikosteroid intraartikular sering digunakan untuk mengobati kondisi peradangan
akut dan kronis. Terutama selama terjadi OA flare dimana terdapat bukti peradangan dan
efusi sendi, injeksi kortikosteroid intraartikular menurunkan rasa nyeri pada episode akut
dan meningkatkan mobilitas sendi. Ketika pertimbangan mengenai kondrolisis dan OA
flare akan terjadi, injesi kortikosteroid intrartikular jangka pendek direkomendasikan.1
Kontraindikasi
Kontraindikasi relatif injeksi intraartikular yaitu/:3
a. Infeksi
Infeksi lokal, terdapat cedera baru pada bagian tubuh yang akan diinjeksi, dan infeksi
menyeluruh dengan kemungkinan bakteriemia merupakan kontraindikasi pemberian
kortikosteroid. Pada pasien dengan infeksi sistemik, jika terapi intratrikular sangat
dibutuhkan, dapat diberikan bila disertai pemberian antibiotik yang tepat.
b. Dalam terapi antikoagulan
Risiko terjadinya perdarahan serius pada pasien yang menerima terapi antikoagulan
harus dinilai setelah penilaian stautus secara umum termasuk waktu protrombin.
c. Diabetes mellitus tidak terkontrol
d. Kerusakan atau deformitas sendi berat
Injeksi kortikosteroid harus dihindari bila terdapat kerusakan atau deformitas sendi yang
berat. Namun injeksi intraartikular masih dapat dilakukan bila terdapat efusi yang besar
dan pasien setuju untuk menghindari aktivitas yang menahan berat tubuh (weight-bearing
activity) selama beberapa minggu setelah prosedur.
e. Obvesitas
Obesitas yang cukup berat hingga membuat penetrasi pada sendi sulit dilakukan.
Efektivitas
Injeksi glukokortikoid digunakan secara luas untuk terapi simtomatik sendi osteoartritis
terutama pada sendi lutut. Dari berbagai uji acak klinis terkontrol daidapatkan bukti bahwa
steroid efektif, namun efektvitasnya dibandingkan plasebo relatif pendek, hanya bertahan
dalam 1-4 minggu.
Efek samping
2,3
Efek samping injeksi steroid jarang terjadi. Salah satu efek samping injeksi
koprtikosteroid yang jarang terjadi adalah artitis piogenik dengan insiden 1/3.000 hingga
5
1/50.000. Insidensi infeksi rendah dan sangat berkurang dengan penggunaan
glucocorticoid packaged in pre-filled syringes. Insidensi post-injection flares tidak jelas.
Post-injection flares dimulai dalam 6-12 jam sesudah injeksi dan hilang secara spontan
dalan 1-3 hari. Mekanismenya terjadinya post-injection flares adalah terjadi sinovitis
ringan karena reaksi terhadap suspense steroid yang terkristal.2
Arthritis septic setelah injeksi asam hialuronat jarang terjadi. Infeksi dalam setelah injeksi
intrartikular terjadi akibat inokulasi bakteri ketika injeksi, kemudian dari injeksi perkutan
menyebar secara hematogen atau dengan aktivasi infeksi laten oleh injeksi steroid.
Organism paling banyak yang menyebabkan arthritis septic adalah Staphylococcus
aureus,dan kadang-kadang melibatkan organisme lain yaitu coagulase-negative
staphylococci dan bakteri anaerob.
Atrhitis septic merupakan komplikasi potensial serius pada injeksi intraartikular, karena
artritis bakteril dapat menyebabkan mortalitas hingga 15% dan gangguan fungsi sendi
residual hingga 50% pada pasien yang berhasil bertahan hidup. 5
Insien infeksi, walaupun merupakan komplikasi yang paling serius, namun jarang terjadi.
postinjection flares jarang ditemukan. Postinjection flares bisa disebabkan oleh sinovitis
akibat corticosteroid ester microcrystals. 3
Atrofi lokal kutan atau subkutan pun jarang terjadi. Perubahan kosmetik ini nampak
sebagai area depresi pada tempat injeksi, kadang-kadang berkaitan dengan
depigmentasi.3 Klasifikasi kapsular (periartikular) dapat terlihat pada pemeriksaan
radiologi walaupun kasusnya jarang. Kalsifikasi biasanya hilang secra spontan. 3
Komplikasi lain berupa pasien merasakan hangat dan flushing pada kulit. Reaksi sistem
saraf pusat dan kardiovasklar dapat terjadi bila kortikosteroid dikombinasikan dengan
anestesi lokal.3
Dosis
Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis yang diberikan dan efek pengobatan adalah
ukuran sendi, volume cairan sinovial, sediaan kortikosteroid yang digunakan, tingkat
keparahan sinovitis, dan apakah pasien beristirahat atau bergerak aktif setelah injeksi.3
Dalam mengestimasi dosis yang diberikan, panduannya adalah:
a. Untuk sendi kecil pada tangan dan kaki, suspensi prednisolone tebutate 2,5 – 10 mg
atau preparat lain yang ekuivalen.
b. Untuk lutut, tumit, dan bahu dosis yang diberikan 20 – 40 mg
c. Untuk pangkal paha 25 – 40 mg
d. Untuk terapi intrabursal 15 – 40 mg
Pasien harus beristirahat atau tirah baring setelah injeksi kortikosteroid dan berjalan
seminimal mungkin selama 3 hari. Setelah itu pasien menggunakan tongkat penyannga
badan (crutches) dengan postur tiga titik (three-point gait) untuk melindungi sendi yang
diinjeksi ketika berjalan selama 2-4 minggu. Tongkat bisa digunakan bila pasien tidak
nyaman dengan tongkat penyangga badan. Hal ini mencegah pasien menggunakan sendi
berlebihan setelah injeksi. Keuntungan lain adalah mengurangi efek sistemik karena
tertundanya absorpsi steroid.3
Mekanisme Kerja
Pada tulang rawan artikular, asam hialuronat berikatan dengan rantai aggrecan melalui
ikatan protein membentuk kompleks sam hialuronat – aggrecan. Kompleks ini berinteraksi
dengan air dan serat kolagen tipe II dan membentuk matriks ekstraselular tulang rawan
artikular. Asam hialuronat alamiah memiliki berat molekul 4-10 juta Dalton. Dalam cairan
sendi, konsentrasi tinggi Asam hialuronat (sekitar 0.35g / 100ml) sangat berperan dalam
sifat viskoelastik cairan sendi. Sifat viskoelastik ini penting dalam menjaga homeostasis
sendi. Pada gerakan dengan tingkat geser rendah (low shear rates), asam hialuronat
berperan sebagai cairan kental dan pada laju geser tinggi (high shear rates), asam
hialuronat berperan menjadi material padat elatis. Cairan sendi bertindak sebagai pelumas
pada gerakan dengan intensitas rendah sendi dan sebagai shock absorber elastis untuk
gerakan dengan intensitas tinggi. Asam hialuronat juga berperan sebagai barier yang
membatasi pergerakan molekul besar melalui cairan sendi. Pada sendi yang mengalami
osteoartitis, berat molekul dan konsentrasi HA berkurang.
Konsentrasi asam hialuronat yang rendah bisa disebabkan oleh berkurangnya sintesis asam
hialuronat serta peningkatan cairan sendi. Hal ini mengurangi kemampuan cairan sendi
dalam lubrikasi dan proteksi jaringan artikular serta mengurangi beban sendi sehingga
mempengaruhi perkembangan penyakit.2
Mekanisme kerja asam hialuronat lain meliputi kontrol permeabilitas sinovial, blokade
inflamasi dengan menghilangkan radikal oksigen bebas, dan inhibisi metaloproteinase
matriks.3
Sumber: Gerwin N, Hops C, Lucke A. Intraarticular drug delivery in osteoarthritis. Advanced Drug
Delivery Reviews 58 (2006) 226– 242
Selain sediaan-sedaiaan di atas, terdapat sediaan yang berasal dari proses fermentasi oleh
bakteri yang tersedia di Eropa. Salah satu produk tersebut adalah Euflexxa, belakangan
telah diakui oleh Amerika, memiliki berat molekul tinggi (2.4–3.6 Da). Eflexxa terutama
bermanfaat pada pasien yang alergi terhadap produk yang berasal dari unggas.3
Tidak seperi aplikasi injeksi glukokortikoid, dosis regimen asam hialuronat berbeda
untuk masing-masing sediaan. Untuk sediaan Synvisc injeksi direkomendasikan hingga 3
kali injeksi dengan interval seminggu. Pengurangan siklus tidak direkomendasikan
sebelum waktu 4 minggu setelah injeksi terakhir dan tidak lebih dari 6 injeksi dalam 6
bulan. Untuk sediaan asam hialuronat dengan berat molekul rendah, direkomendasikan
sebanyak 5 kali injeksi dengan interval seminggu.2
Asam hialuronat bertinddak sebagai slow acting symptomatic drug dengan onset
efektivitas 2 -5 minggu setelah injeksi dan mengurangi nyeri dalam jangka waktu panjang
yang dapat bertahan hingga 6-12 bulan. Tergantung dari sediaan asm hialuronat,
pemberian 3-5 kali setiap minggu biasanya direkomendasikan. Siklus terapi baru
biasanya diberikan ketika gejala muncul kembali. 2
Efek samping
Injeksi intraartikular asam hialuronat merupakan pengobatan yang paling bisa ditoleransi
pada pasien dengan osteoartritis lutut. Insidensi efek samping injeksi asam hialuronat
dilaporkan sebanyak 1% hingga 3%. Insidensi efek samping setelah injeksi lokal rendah.
Efek samping yang paling signifikan adalah reaksi lokal pada sendi yang bersifat
sementara pada lutut meliputi nyeri, hangat, dan pembengkaakan yang dapat bertahan
2,5
selama 1 hingga 2 hari.. Reaksi lokal akut severe acute inflammatory reaction (SAIR)
atau pseudoseptic reactiondilaporkan terjadi pada 2% hingga 8% pasien yang menerima
preparat cross-linked hylan G-F 20.3
Injeksi asam hialuronat intraartikular aman diberikan pada pasien dengan osteoarthritis
genu. Efek samping yang signifikan adalah reaksi lokal sementara pada sendi yang
diinjeksi dengan angka kejadian sekitar 2% hingga 4%.1
Agen
Pletelet Rich Plasma (PRP) mengandung trombosit empat sampai lima kali lebih tinggi
dibandingkan dengan darah normal.
Pembuatan PRP
Sebanyak 30-60 ml darah diambil dari pasien kemudian disentrifuge. Jumlah PRP kira-kira
sebanyak 10% dari volume darah. Ketika 60 ml darah diambil dari pasien, diperkirakan
sebanyak 6 ml PRP akan terbentuk. Konsentrasi 3-5 kali lipat dari baseline platelet
merupakan dosis terapeutik (nilai dasar konsentrasi 200 x 103/μL dipekatkan menjadi 1,000
x 103/μL in PRP). Prosedur preparat PRP terdiri dari 2 kali sentrifugasi. Sentrifuge
pertama akan memisahkan lapisan sel darah merah, dan sentrifuge kedua akan memekatkan
lapisan platelet. 8
PRP hasil sentrifugasi disimpan pada suhu ruangan hingga dibutuhkan. PRP dimasukkan
ke dalam syringe 10 ml. Seebanyak 1000 IU powdered bovine thrombin dicampurkan
dengan kasium klorida 10%. Campuran trombin dan klasium klorida diaspirasi ke syringe
1 ml. Kedua syringe dimasukkan ke dalam mixing applicator. Pada ujung applicator, kedua
preparat dicampurkan untuk mengantivasi PRP. Dalam 5-30 detik, terbentuk gel karena
netralisasi sitrat dan thrombin mengaktivasi polimerisasi fibrin dan degranulasi platelet. 9
Kebanyakan metode sediaan PRP menggunakan kalsium dan bovine thrombin. Penggunaan
bovine thrombine ini sayangnya berhubungan dengan pembentukan antibodi terhadap
faktor pembekuan V, XI, and trombin sehingga dapat menyebabkan koagulopati yang
mengancam nyawa. Untuk mengatasi hal tersebut, disarankan untuk memakai thrombin
yang berasal dari manusia (human plasma thrombin ). Amable et al menggunakan human
plasma thrombin sebanyak 25 IU/ml yang dicampur dengan atau 20 mM CaCl2 untuk
mengantivasi PRP.9,10
Mekanisme Kerja
Konsentrat platelet diaktifkan dengan menambahkan klasium klorida yang menyebabkan
terbentuknya gel platelet dan pelepasan faktor pertumbuhan dan molekul bioaktif. Oleh
karena itu platelet berkontribusi pada proses penyembuhan dengan menyalurkan faktor
pertumbuhan spektrum luas (insulin-like growth factor, transforming growth factor b-I,
platelet derived growth factor, dan faktor lainnya) dan molekul aktif lainnya (sitokin,
kemokin, metabolit asam arakhidonat, protein matriks ekstraselular, nukleotid, asam
askorbat) ke lokasi luka. Faktor-faktor tersebut berkontribusi terhadap peran dari PRP yaitu
meliputi kondrogenesis, remodeling tulang, proliferasi,
angiogenesis,antiinflamasi,koagulasi, dan diferensiasi sel.1
Studi terbaru menunjukkan bahwa injeksi intraartikular dengan platelet rich plasma
menjanjikan dalam menghilangkan rasa sakit, meningkatkan fungsi lutut dan kualitas
hidup, terutama pada pasien muda, dan dalam kasus OA ringan.1
4. Pengobatan lain
Anestesi lokal misalnya lidokain digunakan oleh klinisi untuk injeksi intrartikular baik
sebagai obat tunggal maupun dikombinasikan dengan glukokortikoid. Lidokain sendiri
memiliki efek anti-inflamasi ringan dan memiliki waktu paruh yang pendek yaitu sekitar
1,5 jam. Ketika mengkombinasikan lidokain dengan glukokortikoid, efek segera dari
anestesi lokal yang meredakan gejala sementara dapat membantu mengkonfirmasi bahwa
jarum ditempatkan pada lokasi yang benar. Nyeri reda hanya semnetara sehingga injeksi
dengan lidokain tidak digunakan sebagai terapi tunggal.2
Morfin intraartikular meredakan nyeri lebih lama dibandingkan dengan morfin yang
diberikan secara intravena pada sebuah studi. Selain itu pada sebuah studi melaporkab 5-
HT blocker tropisteron memberikan keuntungan dalam penangan osteoartitis.2
Kon et al melakukan penelitian yang membandingkan injeksi PRP dengan asam hialuronat
pada 150 pasien dengan kesimpulan PRP memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
asam hialuronat dalam mengurangi nyeri dan gejalan serta memperbaiki fungsi sendi
hingga 6 bulan. Pada studi ini PRP menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan asam
hialuronat pada pasien usia muda dengan osteoartitis awal atau dengan kerusakan kartilago.
Namun PRP dan asam hialuronat memberikan hasil yang sama pada pasien dengan usia
diatas 50 tahun dan dengan osteoarthritis lanjut.1
Injeksi intra-artikular merupakan prosedur terapi OA yang sering dilakukan. Prosedur ini
dapat dilakukan pada pasien rawat jalan, merupakan prosedur yang relatif mudah dan
menguntungkan karena obat dapat langsung diberikan pada sendi. Berbagai lokasi injeksi
telah diajukan meliputi superolateral, superomedial, anteromedial, anterolateral, lateral
mid-patella,dan medial mid-patella. Berbagai studi menyebutkan akurasi injeksi
intraartikular pada lokasi anterolateral sebanyak 71-85% dan lateral mid-patella sebanyak
76-93%. Tingkat akurasi anteromedial dan medial mid-patellar lebih rendah yaitu 73-75%
di anteromedial dan 56% pada medial mid patellar. Jelas bahwa aspek teknis akan
mempengaruhi hasil pengobatan intraartikular. Injeksi pada intra sinovial dan bantalan
lemak dapat menyebabkan timbulnya nyeri, perdarahan dalam sendi, memar, dan kerusakan
saraf.6 Untuk memecahkan masalah tersebut, beberapa studi melaporkan adanya
peningkatan akurasi dengan menggunakan perlengkapan dan teknik tambahan misalnya
pada fluoroskopi dengan kontras namun hal ini terlalu rumit dan mahal untuk digunakan.
Injeksi pada lutut osteoartitik berbeda dibandingkan dengan lutut normal karena adanya
perubahan alignment tibiofemoral dan patella, penebalan kulit dan jaringan luka pada orang
tua dan pasien obese, serta perubahan pada sinovium dan bantalan lemak. Sendi lutut
merupakan sendi yang paling mudah untuk dilakukan injeksi karena lokasinya superfisial
dan rmemiliki ruang sendi yang relatif besar.6
Hal yang paling ditakuti dalam penggunaan injeksi intraartikular adalah risiko infeksi.
Teknik sterilitas yang baik dan menghindari injeksi melalui kulit yang mengalami inflamasi
penting dalan menghindari infeksi sendi. Penggunaan bahan dan desinfektan yang masih
baru dapat mengurangi risiko infeksi lebih lanjut. Insidensi sepsis dapat dikurangi dengan
menggunakan preparat glukokortikoid atau asam hialuronat dalam preparat suntikan steril
(sterile pre-filled syringes ) yang sudah disiapkan sehingga pemindahan obat dari ampul
atau vial ke suntikan tidak diperlukan.2
Berdasarkan studi klinis pada artritis, istirahat 24 jam post injeksi direkomendasikan untuk
meningkatkan respon terapi.2 Aktivitas dibatasi setelah injeksi diberikan untuk menunda
tersebarnya steroid ke sirkulasi sistemik dan meminimalisir efek sistemik yang dapat
terjadi.3
Persiapan Pasien
Pakaian dilepaskan dari sendi yang akan dilakukan injeksi. Pasien ditempatkan dalam
posisi terlentang dan lutut dalam posisi ekstensi. absorbent pad ditempatkan di bawah lutut.7
Gambar 2. Lokasi insersi jarum , 1 cm diatas dan 1 cm lateral dari aspek superior patella. Jarum
dimiringkan dengan sudut 45 derajat.
Sumber: Zuber TJ. Knee Joint Aspiration and Injection. American Family Physician. 2002: 66 (8).
DAFTAR PUSTAKA