Anda di halaman 1dari 44

AKUT SCROTUM

ANATOMI
REPRODUKSI
PRIA
ANATOMI SKROTUM
ISI SKROTUM

1. Testis
2. Epididimis
3. Vas Deferens
4. Funiculus Spermaticus
TESTIS
EPIDIDIMIS & VAS DEFERENS
SPERMATIC CORD
FISIOLOGI SKROTUM

• Muskulus kremaster secara refleksif menarik testis ke


superior dalam skrotum (respon terhadap dingin), dan
sebaliknya.

• Testis mempunyai fungsi eksokrin dalam spermatogenesis


dan fungsi endokrin untuk mensekresikan hormon-
hormon seks yang mengendalikan perkembangan dan
fungsi seksual.
DEFINISI AKUT
SCROTUM

Akut skrotum merupakan suatu gejala nyeri dan


bengkak pada skrotum beserta isinya yang
bersifat mendadak serta menimbulkan gejala
lokal dan sistemik
DIAGNOSIS

1.ANAMNESA
 Usia Pasien
 Onset dan Durasi Nyeri
 Riwayat Trauma
 Riwayat Hubungan Seksual
2. PEMERIKSAAN FISIK
 INSPEKSI :Visual perut, inguinal, penis dan skrotum
 PALPASI : Abdomen – Nyeri pada regio flank dan distensi Vesika Urinaria
Inguinal – Batas jelas atau tidak
Genitalia - Palpasi isi skrotum, membandingkan ukuran relatif
testis, massa intratestikular.
 Refleks Cremaster
 Phren Sign
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Urin lengkap, Pemeriksaan darah lengkap, dan sedimen urin
 Radiologi – USG Doppler, Nuclear Scintigraphy,
KLASIFIKASI AKUT
SKROTUM

• 1. Epididimitis
• 2. Orkitis
Infeksi • 3. Abses Skrotum
• 4. Fournier Gangren

• 1. Torsio testis
Non-Infeksi • 2. Torsio Appedix Testis
EPIDIDIMITIS – EPIDIDYMO – ORCHITIS

Etiologi & Patofisiologi


INFEKSI BAKTERI NON – SPESIFIK
Bakteri coliforms (misalnya E coli, Pseudomonas,
Proteus, Klebsiella) menjadi penyebab umum terjadinya
epididimitis pada anak-anak
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
Treponema pallidum, Trichomonas dan Gardnerella  Aliran balik urin yang
vaginalis juga sering terjadi pada populasi ini, mengandung bakteri. Karena
Chlamydia Trachomatis)
obstruksi membuat tekanan
VIRUS saat miksi tinggi
Mumps merupakan virus yang sering menyebabkan  Karena infeksi menular seksual.
epididimitis selain coxsackie virus A dan varicella

LAIN LAIN (CMV pada HIV, Candidiasis, Obstruksi)


Semua pasien dengan gejala testis akut atau nyeri dan pembengkakan skrotum (akut
skrotum), harus dicurigai sebagai torsio testis terlebih dahulu.
1.ANAMNESA (EPIDIDIMIS)
 Keluhan nyeri yang bertambah sedikit demi sedikit
 Terlokalisir pada bagian posterior testis, menjalar ke abdomen bawah
 Gejala – gejala ISK seperti (demam, peningkatan frekuensi berkemih, urgensi, hematuria
dan dysuria)
Anamnesis (ORCHITIS)
 Orchitis virus biasanya disertai dengan onset nyeri dan pembengkakan skrotum
mendadak dan bersifat unilateral
 Riwayat Infeksi kelenjar parotis
2. PEMERIKSAAN FISIK
 EPIDIDIMIS & ORCHITIS selalu ditemukan takikardi dengan atau tanpa demam.
MENYINGKIRKAN DIAGNOSIS BANDING nyeri ketok CVA, palpasi Suprapubik, dan
mencari pembengkakan dari kelenjar limfe regional yang sugestif terhadap proses
inflamasi atau infeksi dari epididymitis atau testis.
PEMERIKSAAN FISIK (Lanjutan)

 Phren Sign (+) & Cremaster Reflex (+)


 Testis terdapat pada posisi yang normal
 Ukuran kedua testis sama besar
 Tidak terdapat peninggian pada salah satu testis
Setelah beberapa hari, epididymis dan testis tidak dapat diraba terpisah karena bengkak
yang juga meliputi testis .
 Kulit skrotum teraba panas, merah dan bengkak

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A.PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan darah dimana ditemukan leukosit meningkat dengan shift to the left
(10.000-30.000/µl)
Kultur urin dan pengecatan gram untuk kuman penyebab infeksi
Analisa urin untuk melihat apakah disertai pyuria atau tidak
Tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoeae.
Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik pada penderita

B. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Color Doppler Ultrasonography
Nuclear Scintigraphy
EPIDIDIMITIS

• Reaksi inflamasi yang terjadi pada epididimis.


• Reaksi inflamasi ini dapat terjadi secara akut atau
kronis.
• Menyebar ke testis -> EPIDIDYMO – ORCHITIS
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Urinalisis: Piuria atau bakteriuria (50%). Kultur urin diindikasikan


untuk prapubertas dan pasien usia lanjut
2. Hitung darah lengkap: Leukositosis
3. Gram stain debit uretra, jika ada
4. Kultur uretra, hibridisasi asam nukleat, dan tes amplifikasi asam
nukleat (tes ini dapat mendeteksi N gonorrhoeae dan C
trachomatis)
5. Tes sifilis dan tes HIV pada pasien yang ditemukan positif untuk C
trachomatis atau N infeksi gonorrhoeae f). Penggunaan protein C-
reaktif (CRP) dan tingkat sedimentasi eritrosit (ESR) untuk
membedakan epididimitis dari penyebab lain dari akut skrotum
akut saat ini sedang diselidiki.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI

• Color Doppler Ultrasonography


• Scanning radionuklida dan Scintigraphy
• Vesicouretrogram (VCUG), cystourethroscopy, dan USG abdomen
ORKITIS

Orkitis merupakan peradangan satu atau kedua


testis, ditandai dengan pembengkakan dan nyeri.

MANIFESTASI KLINIS

• Nyeri pada testis hingga ke pangkal paha


• Pembengkakan dan kemerahan pada testis
• Menggigil
• Demam
• Mual muntah
• Nyeri saat buang air kecil
• Darah pada semen
PENATALAKSANAAN

NON – OPERATIF OPERATIF

 Terapi Konservatif  Scrotal Exploration


 Pengurangan Aktivitas (dilakukan bila terjadi
 Skrotum lebih ditinggikan dengan komplikasi dari epididymitis
melakukan tirah baring total selama
dua sampai tiga hari untuk mencegah
dan orchitis seperti abses,
regangan berlebihan pada skrotum pyocele, dan infark pada
 Kompres es testis)
 Pemberikan analgesic dann NSAID Epididictomy
 Terapi Medikamentosa Epididimotomy (dilakukan
epididymitis akut supurativa)
ABSES SKROTUM
DEFINISI

• Abses Skrotum adalah kumpulan purulen pada


ruang diantara tunika vaginalis parietalis dan
viseralis yang berada mengelilingi Testis.
ETIOLOGI

• Infeksi biasanya berasal dari saluran genitourinari,


khususnya kandung kemih, uretra, dan prostat.
• Yang paling patogen adalah Neisseria
gonorrhea,Chlamydia trachomatis, Escherichia coli,
Proteus atau mirabilis.

Patogenesis
Berawal dari infeksi sebelumnya epididimitis,
orchitis, epididiorchitis dapat menyebabkan akumulasi
abses dalam tunika vaginalis
DIAGNOSIS

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan


• Nyeri dan tanda • Skrotum teraba Penunjang
inflamasi pada skrotum lembut/kenyal • Pemeriksaan darah
• Demam • Bengkak • Kultur urin
• Riwayat penyakit • Kulit skrotum memerah • Kultur darah
sistemik • Tampak adanya pus • Kultur pus
• Riwayat penyakit • USG
infeksi sebelumnya
• CT scan
• Kesulitan berkemih
PENATALAKSANAAN

• Dilakukan insisi dan drainase bedah


• Suportif
• Tatalaksana sesuai etiologi
FOURNIER’S GANGRENE

• Fournier’s gangren merupakan bentuk fasciitis


nekrotikans yang progresif di sekitar genital eksterna.
• Nekrosis berasal dari infeksi di anorektal (13-50%),
saluran urogenital (17-87%) .
• Bakteri penyebab fournier gangrene bersifat polimikroba.
Infeksi bakteri aerob dan anaerob seperti E.coli, coliform,
Klebsiella spp, Bacteroides spp, Streptococcus spp,
Enterococcus spp, Pseudomonas spp, Proteus spp dan
Clostridium spp.
Patofisiologi

Sumber utama infeksi FG berasal dari daerah kolorektal dan


urogenital. Mikroorganisme dapat menghasilkan enzim yang
menyebabkan koagulasi dari pembuluh darah. Trombosis pembuluh
darah ini dapat mengurangi suplai darah lokal dengan demikian suplai
oksigen ke jaringan menjadi berkurang. Hipoksia jaringan
memungkinkan fakultatif anaerob dan organisme mikroaerofilik. Enzim
dari mikroorganisme (misalnya lesithinase, kolagenase) menyebabkan
kerusakan dari fasia sehingga memicu perluasan cepat infeksi.
Manifestasi Klinis

Pembengkakan nyeri, hiperemi,


pruritus, demam, discharge
dengan bau busuk yang muncul
setelah gejala berlangsung 2-7
hari, dapat ditemukan gas dalam
jaringan ditunjukan dengan
muncul krepitasi.
Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis terkait gejala,


kronologis kejadian dan faktor predisposisi yang terlibat,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik
menunjukkan adanya nekrosis, nyeri tekan, edem, pruritus,
krepitasi dan gambaran gangren disertai purulen.
Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis adalah
pemeriksaan darah lengkap, ureum kreatinin, elektrolit,
pemeriksaan radiologi jika masih meragukan. Gambaran foto
polos pada fournier gangren dapat menunjukan adanya gas dalam
jaringan lunak yang ditandai dengan gambaran hiperlusen.
Tatalaksana

Prinsip terapi pada fournier gangren adalah


memperbaiki keadaan umum, pemberian antibiotik,
dan debridemen. Pengobatan fournier melibatkan
antibiotik spektrum luas, triple terapi yang
direkomendasikan yaitu sefalosporin generasi ketiga
atau aminoglikosida, ditambah penisilin dan
metronidazol. Debridemen pada jaringan nekrosis
(nekrotomi), dilakukan perawatan terbuka dan
pemasangan pipa drainase jika perlu.
TORSIO TESTIS

• Keadaan terpuntirnya
funikulus spermatikus
sehingga
mengakibatkan
terhentinya aliran
darah yang mendarahi
testis.
ETIOLOGI

• Tidak adekuatnya fiksasi dari testis dan epididimis ke


skrotum atau dikenal dengan istilah bell clapper
deformity.
• Kontraksi otot kremaster yang berlebihan
• Faktor keturunan juga diperkirakan memiliki pengaruh
sebesar 11.4% terhadap risiko terjadinya torsio testis.
• Faktor hormonal INSL3 dan reseptor RXLF2 telah
diduga menjadi gen penyebab munculnya keadaan torsio
testis.
PATOFISIOLOGI

• Pada neonatus, testis biasanya belum menempati cavum


skrotum dan nantinya akan melekat pada tunika
vaginalis. Pergerakan dari testis ini dapat menjadi faktor
predisposisi terjadinya torsi tipe extravaginal
• torsio testis dapat terjadi karena perlekatan yang kurang
kuat dari tunika vaginalis dengan otot dan fascia yang
membungkus funikulus spermatikus, sehingga testis
lebih leluasa untuk berotasi
• Terpuntir 360 atau lebih meningkatkan oklusi pembuluh
darah.
• Oklusi-> iskemik dan mediasi dari ROS-> berlanjut
menjadi kematian jaringan
KLASIFIKASI

• Tipe ini terjadi pada masa neonatus


• Angka kejadiannya adalah 5% dari semua
kejadian torsio tertis dan berhubungan
dengan berat badan lahir yang lebih.
Ekstravaginalis • Torsio tipe ini dapat pula disebabkan oleh
undesensus testis.

• Tipe ini terjadi puntiran di dalam tunika vaginalis


yang lebih dikenal dengan fenomena lonceng dan
bandulnya (bell and clapper deformity),
• Biasanya terjadi pada anak-anak yang lebih tua.
Intravaginalis Tipe ini timbul akibat ketegangan yang berlebihan
pada testis.
• Angka kejadiannya adalah 16% dari semua kejadian
torsio testis
GEJALA KLINIS

1.Nyeri testis yang hebat dan tiba-tiba sering disertai nyeri


perut dalam mual dan muntah, serta demam. Nyeri perut
selalu ada
2.Pada 50% pasien, memiliki riwayat nyeri skrotum yang
berulang yang menghilang spontan
PEMERIKSAAN

Pemeriksaan
Pemeriksaan Lab
Radiologi

Pemeriksaan Color Doppler


urinalisis Ultrasonography

Pemeriksaan Nuclear
darah, Scintigraphy

Pemeriksaan C-
Reactive
Protein (protein
fase akut)
PENATALAKSANAAN

• Detorsi testis baik secara manual maupun operatif


• Pembedahan dilakukan untuk memperbaiki keadaan
torsio. Cara yang dilakukan adalah dengan cara insisi
midline pada pararahpe skrotalis atau dengan bilateral
transverse scrotal incisions.
• Tindakan fiksasi testis ke dinding skrotum dengan
nonabsorbable sutures, mencegah kejadian berulang.
KOMPLIKASI

• Komplikasi dapat berupa kematian jaringan testis,


infeksi, gangguan fertilitas, dan gangguan kosmetik.
• Fungsi dari sistem eksokrin dan endokrin dapat
mengalami penurunan.
TORSIO APPENDIKS TESTIS
• Nyeri akut skrotum dapat disebabkan oleh torsio
appendiks testis, yaitu suatu keadaan dimana appendiks
testis terpuntir yang dapat menyerupai keadaan torsio
testis.
PATOFISIOLOGI

• Jika appendiks testis terlalu panjang (normal 1,5-5 mm) atau


berbentuk pendukulasi, maka struktur ini dapat berputar pada
sumbunya sendiri, dan terjadi keadaan skrotum akut yang
menyerupai torsio testis, menyebabkan iskemia dan infark.
• Nekrosis appendiks menimbulkan nyeri dan inflamasi lokal yang
meliputi tunika vaginalis dan epididimis (hemiskrotum akut).
DIAGNOSIS

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik Penunjang
Testis yang mengalami
Nyeri pada skrotum torsio letaknya lebih
lebih sering pada testis tinggi
kiri Ukurannya tidak
simetris
Gray scale and color
doppler sonography
Perubahan warna kulit
Skrotum membengkak skrotum
pada salah satu sisi Terdapat blue dot sign
Mual atau muntah Terdapat reflek
kremaster
PENATALAKSANAAN

1.Pasien dianjurkan istirahat/pembatasan aktivitas fisik


2.Observasi
3.kompres dingin “ice pack”
4.pemberian analgetik dan obat NSAID
5.pemakaian scrotal support untuk meminimalisir pergerakan
testis
6.jika hasil urinalisis normal maka antibiotik tidak diperlukan
7.intervensi bedah dilakukan jika nyeri menetap lebih dari 10 hari
dan kondisi torsio appendiks testis dan torsio testis.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai