Anda di halaman 1dari 35

AKUT SCROTUM

Stase bedah urologi periode april 2019


ANATOMI SKROTUM
Lapisan Kulit Scrotum
ISI SKROTUM

1. Testis
2. Epididimis
3. Vas Deferens
4. Funiculus Spermaticus
TESTIS
EPIDIDIMIS & VAS DEFEREN
SPERMATIC CORD
FISIOLOGI SKROTUM
 Muskulus kremaster secara refleksif menarik testis ke
superior dalam skrotum (respon terhadap dingin), dan
sebaliknya.

 Testis mempunyai fungsi eksokrin dalam


spermatogenesis dan fungsi endokrin untuk
mensekresikan hormon-hormon seks yang
mengendalikan perkembangan dan fungsi seksual.
Definisi Akut Scrotum

Akut skrotum merupakan suatu gejala nyeri


dan bengkak pada skrotum beserta isinya yang
bersifat mendadak serta menimbulkan gejala
lokal dan sistemik
Diagnosis

1. Usia pasien

Pemeriksaan lab dan radiologi


1. Pemeriksaan Pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik
Anamnesis

2. Onset dan durasi nyeri abdomen Laboratorium:


3. Riwayat trauma 2. Pemeriksaan pada Pemeriksaan urin,
region inguinal pemeriksaan darah
• Adanya riwayat dan sediment urin.
hidrokel saat lahir 3. Pemeriksaan pada
serta undescensus testis genitalia
dapat menjadi
predisposisi terjadinya 4. Pemeriksaan refleks Pemeriksaan
hernia inguinalis kremaster Radiologis: Color
ataupun torsio testis Doppler
4. Adanya gejala pada 5. Pemeriksaan Ultrasonography,
infeksi pada traktus transiluminasi untuk Nuclear Scintigraphy
urinarius lebih membedakan hidrokel
mengarahkan diagnosa dengan hernia
kepada epididimitis
ataupun orkhitis
Klasifikasi Akut Skrotum

• 1. Torsio testis
Non-Infeksi

• 1. Orkitis
Infeksi • 2. Abses Skrotum
• 3. Fournier Gangren
TORSIO TESTIS

Keadaan
terpuntirnya
funikulus
spermatikus
sehingga
mengakibatkan
terhentinya aliran
darah yang
mendarahi testis.
Etiologi
 Tidak adekuatnya fiksasi dari testis dan epididimis ke
skrotum atau dikenal dengan istilah bell clapper
deformity.
 Kontraksi otot kremaster yang berlebihan
 Faktor keturunan juga diperkirakan memiliki pengaruh
sebesar 11.4% terhadap risiko terjadinya torsio testis.
 Faktor hormonal INSL3 dan reseptor RXLF2 telah
diduga menjadi gen penyebab munculnya keadaan torsio
testis.
Patofisiologi
 Pada neonatus, testis biasanya belum menempati
cavum skrotum dan nantinya akan melekat pada tunika
vaginalis. Pergerakan dari testis ini dapat menjadi
faktor predisposisi terjadinya torsi tipe extravaginal
 torsio testis dapat terjadi karena perlekatan yang kurang
kuat dari tunika vaginalis dengan otot dan fascia yang
membungkus funikulus spermatikus, sehingga testis
lebih leluasa untuk berotasi
 Terpuntir 360 atau lebih meningkatkan oklusi
pembuluh darah.
 Oklusi-> iskemik dan mediasi dari ROS-> berlanjut
menjadi kematian jaringan
Klasifikasi

• Tipe ini terjadi pada masa neonatus


• Angka kejadiannya adalah 5% dari semua
kejadian torsio tertis dan berhubungan
dengan berat badan lahir yang lebih.
Ekstravaginalis • Torsio tipe ini dapat pula disebabkan oleh
undesensus testis.

• Tipe ini terjadi puntiran di dalam tunika vaginalis


yang lebih dikenal dengan fenomena lonceng dan
bandulnya (bell and clapper deformity),
• Biasanya terjadi pada anak-anak yang lebih tua.
Intravaginalis Tipe ini timbul akibat ketegangan yang berlebihan
pada testis.
• Angka kejadiannya adalah 16% dari semua kejadian
torsio testis
Gejala Klinis
1. Nyeri testis yang hebat dan tiba-tiba sering disertai
nyeri perut dalam mual dan muntah, serta demam.
Nyeri perut selalu ada
2. Pada 50% pasien, memiliki riwayat nyeri skrotum yang
berulang yang menghilang spontan
Pemeriksaan

Pemeriksaan
Pemeriksaan Lab
Radiologi

Pemeriksaan Color Doppler


urinalisis Ultrasonography

Pemeriksaan Nuclear
darah, Scintigraphy

Pemeriksaan C-
Reactive
Protein (protein
fase akut)
Penatalaksanaan

 Detorsi testis baik secara manual maupun operatif


 Pembedahan dilakukan untuk memperbaiki keadaan
torsio. Cara yang dilakukan adalah dengan cara insisi
midline pada pararahpe skrotalis atau dengan bilateral
transverse scrotal incisions.
 Tindakan fiksasi testis ke dinding skrotum dengan
nonabsorbable sutures, mencegah kejadian berulang.
ORKITIS

Orkitis merupakan peradangan satu atau kedua testis,


ditandai dengan pembengkakan dan nyeri.

Etiologi
1. komplikasi dari parotitis (piogenik bakteria,
gonokokokus, basil tuberkal, atau virus seperti
paramiksovirus)
2. bakteri (Escherichia coli, Klebsiella pneumonia,
Pseudmonas aeruginosa)
3. parasitik (malaria, filariasis, skistosomiasis,
amebiasis) atau kadang-kadang infeksi riketsia yang
ditularkan pada epididimitis.
Faktor Risiko

Non-Penyakit Menular Seksual


• Imunisasi gondongan tidak adekuat
• Usia lanjut (>45 th)
• ISK berulang
• Kelainan saluran kemih
Penyakit Menular Seksual
• Berganti-ganti pasangan
• Riwasay PMS pada pasangan
• Riwayat gonore/PMS lainnya
MANIFESTASI KLINIS

 Nyeri pada testis hingga ke pangkal


paha
 Pembengkakan dan kemerahan pada
testis
 Menggigil
 Demam
 Mual muntah
 Nyeri saat buang air kecil
 Darah pada semen
Diagnosis

1. Usia pasien 1. testis 1. Urin

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan lab
Anamnesis

2. Onset dan induransi 2. Discharge


durasi nyeri 2. Pembesaran 3. sistoskopi
3. Riwayat dan peradangan
parotitis testis
4. Riwayat Kulit skrotum
hubungan merah
seksua; 3. Perabaan
testis dan
epididimis
Tatalaksana

Suportif
• bedrest,
• Analgetik
• Elevasi skrotum

medikamentosa
• Antibiotik
Komplikasi
1. atrofi testis.
2. Gangguan kesuburan
3. Infark testis
4. Rekurensi
ABSES
Definisi SKROTUM

 Abses Skrotum adalah kumpulan purulen pada


ruang diantara tunika vaginalis parietalis dan
viseralis yang berada mengelilingi Testis.
Etiologi
 Infeksi biasanya berasal dari saluran genitourinari,
khususnya kandung kemih, uretra, dan prostat.
 Yang paling patogen adalah Neisseria
gonorrhea,Chlamydia trachomatis, Escherichia coli,
Proteus atau mirabilis.

Patogenesis
Berawal dari infeksi sebelumnya epididimitis,
orchitis, epididiorchitis dapat menyebabkan akumulasi
abses dalam tunika vaginalis
Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan


• Nyeri dan tanda • Skrotum teraba Penunjang
inflamasi pada skrotum lembut/kenyal • Pemeriksaan darah
• Demam • Bengkak • Kultur urin
• Riwayat penyakit • Kulit skrotum memerah • Kultur darah
sistemik • Tampak adanya pus • Kultur pus
• Riwayat penyakit • USG
infeksi sebelumnya
• CT scan
• Kesulitan berkemih
Penatalaksanaan

 Dilakukan insisi dan drainase bedah


 Suportif
 Tatalaksana sesuai etiologi
FOURNIER’S GANGRENE

 Fournier’s gangren merupakan bentuk fasciitis


nekrotikans yang progresif di sekitar genital
eksterna.
 Nekrosis berasal dari infeksi di anorektal (13-
50%), saluran urogenital (17-87%) .
 Bakteri penyebab fournier gangrene bersifat
polimikroba. Infeksi bakteri aerob dan
anaerob seperti E.coli, coliform, Klebsiella spp,
Bacteroides spp, Streptococcus spp,
Enterococcus spp, Pseudomonas spp, Proteus
spp dan Clostridium spp.
Patofisiologi

Sumber utama infeksi FG berasal dari daerah kolorektal


dan urogenital. Mikroorganisme dapat menghasilkan
enzim yang menyebabkan koagulasi dari pembuluh
darah. Trombosis pembuluh darah ini dapat
mengurangi suplai darah lokal dengan demikian suplai
oksigen ke jaringan menjadi berkurang. Hipoksia
jaringan memungkinkan fakultatif anaerob dan
organisme mikroaerofilik. Enzim dari mikroorganisme
(misalnya lesithinase, kolagenase) menyebabkan
kerusakan dari fasia sehingga memicu perluasan
cepat infeksi.
Manifestasi Klinis

Pembengkakan nyeri,
hiperemi, pruritus,
demam, discharge
dengan bau busuk
yang muncul setelah
gejala berlangsung 2-7
hari, dapat ditemukan
gas dalam jaringan
ditunjukan dengan
muncul krepitasi.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis terkait
gejala, kronologis kejadian dan faktor predisposisi
yang terlibat, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya
nekrosis, nyeri tekan, edem, pruritus, krepitasi dan
gambaran gangren disertai purulen.
Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis
adalah pemeriksaan darah lengkap, ureum
kreatinin, elektrolit, pemeriksaan radiologi jika masih
meragukan. Gambaran foto polos pada fournier
gangren dapat menunjukan adanya gas dalam
jaringan lunak yang ditandai dengan gambaran
hiperlusen.
Tatalaksana

Prinsip terapi pada fournier gangren


adalah memperbaiki keadaan umum,
pemberian antibiotik, dan debridemen.
Pengobatan fournier melibatkan antibiotik
spektrum luas, triple terapi yang
direkomendasikan yaitu sefalosporin
generasi ketiga atau aminoglikosida,
ditambah penisilin dan metronidazol.
Debridemen pada jaringan nekrosis
(nekrotomi), dilakukan perawatan
terbuka dan pemasangan pipa drainase
jika perlu.
TERIMAKASIH
Mohon bimbingan

Anda mungkin juga menyukai