1. Testis
2. Epididimis
3. Vas Deferens
4. Funiculus Spermaticus
TESTIS
EPIDIDIMIS & VAS DEFEREN
SPERMATIC CORD
FISIOLOGI SKROTUM
Muskulus kremaster secara refleksif menarik testis ke
superior dalam skrotum (respon terhadap dingin), dan
sebaliknya.
1. Usia pasien
Pemeriksaan Fisik
Anamnesis
• 1. Torsio testis
Non-Infeksi
• 1. Orkitis
Infeksi • 2. Abses Skrotum
• 3. Fournier Gangren
TORSIO TESTIS
Keadaan
terpuntirnya
funikulus
spermatikus
sehingga
mengakibatkan
terhentinya aliran
darah yang
mendarahi testis.
Etiologi
Tidak adekuatnya fiksasi dari testis dan epididimis ke
skrotum atau dikenal dengan istilah bell clapper
deformity.
Kontraksi otot kremaster yang berlebihan
Faktor keturunan juga diperkirakan memiliki pengaruh
sebesar 11.4% terhadap risiko terjadinya torsio testis.
Faktor hormonal INSL3 dan reseptor RXLF2 telah
diduga menjadi gen penyebab munculnya keadaan torsio
testis.
Patofisiologi
Pada neonatus, testis biasanya belum menempati
cavum skrotum dan nantinya akan melekat pada tunika
vaginalis. Pergerakan dari testis ini dapat menjadi
faktor predisposisi terjadinya torsi tipe extravaginal
torsio testis dapat terjadi karena perlekatan yang kurang
kuat dari tunika vaginalis dengan otot dan fascia yang
membungkus funikulus spermatikus, sehingga testis
lebih leluasa untuk berotasi
Terpuntir 360 atau lebih meningkatkan oklusi
pembuluh darah.
Oklusi-> iskemik dan mediasi dari ROS-> berlanjut
menjadi kematian jaringan
Klasifikasi
Pemeriksaan
Pemeriksaan Lab
Radiologi
Pemeriksaan Nuclear
darah, Scintigraphy
Pemeriksaan C-
Reactive
Protein (protein
fase akut)
Penatalaksanaan
Etiologi
1. komplikasi dari parotitis (piogenik bakteria,
gonokokokus, basil tuberkal, atau virus seperti
paramiksovirus)
2. bakteri (Escherichia coli, Klebsiella pneumonia,
Pseudmonas aeruginosa)
3. parasitik (malaria, filariasis, skistosomiasis,
amebiasis) atau kadang-kadang infeksi riketsia yang
ditularkan pada epididimitis.
Faktor Risiko
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan lab
Anamnesis
Suportif
• bedrest,
• Analgetik
• Elevasi skrotum
medikamentosa
• Antibiotik
Komplikasi
1. atrofi testis.
2. Gangguan kesuburan
3. Infark testis
4. Rekurensi
ABSES
Definisi SKROTUM
Patogenesis
Berawal dari infeksi sebelumnya epididimitis,
orchitis, epididiorchitis dapat menyebabkan akumulasi
abses dalam tunika vaginalis
Diagnosis
Pembengkakan nyeri,
hiperemi, pruritus,
demam, discharge
dengan bau busuk
yang muncul setelah
gejala berlangsung 2-7
hari, dapat ditemukan
gas dalam jaringan
ditunjukan dengan
muncul krepitasi.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis terkait
gejala, kronologis kejadian dan faktor predisposisi
yang terlibat, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya
nekrosis, nyeri tekan, edem, pruritus, krepitasi dan
gambaran gangren disertai purulen.
Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis
adalah pemeriksaan darah lengkap, ureum
kreatinin, elektrolit, pemeriksaan radiologi jika masih
meragukan. Gambaran foto polos pada fournier
gangren dapat menunjukan adanya gas dalam
jaringan lunak yang ditandai dengan gambaran
hiperlusen.
Tatalaksana