Anda di halaman 1dari 28

Kelompok 6: Osteoarthritis

ADELA INTAN TRIVITA (3351182186)


SARI ARIANA (3351182193)
ZULFIKAR (3351182192)
RIZKA FAUZYA YUSUF (3351182194)
KRISTINA BOGA (3351182200)
SHIFA ARDYA SAVITRI (3351182001)
IKKE DIAN NURHAYATI (3351182004)
FRYCHILIA RIANANCY (3351182014)
HERLINDA SUKAMTO (3351182016)

Apoteker UNJANI 26
Desember, 2018
Osteoarthritis
 Kerusakan persendian
yang kronik
 Terdapat perlunakan
cartilago sendi yang
progresif dan mudah
rusak.
 Pertumbuhan
cartilago dan tulang
baru pada tepi
persendian (osteofit)
dan capsula fibrosa
 yang menimbulkan
rasa sakit dan
hilangnya
kemampuan gerak.
 World Health Organization (WHO) tahun 2004, diketahui bahwa
osteoarthritis diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan
mencapai 24 juta jiwa di kawasan Asia
 Di Inggris, sekitar 1,3-1,75 juta mengalami gejala osteoarthritis
sementara di Amerika Syarikat, 1 dari 7 orang dewasa menderita
osteoarthritis. Osteoarthritis menempati tempat urutan kedua
setelah penyakit kardiovaskular sebagai akibat dari
ketidakmampuan fisik di dunia barat. Secara keseluruhan, sekitar 10
sampai 15% orang dewasa yang berusia di atas 60 tahun menderita
osteoarthritis (Reginster, 2002)
 Prevalensi osteoarthritis total di Indonesia 34,3 juta orang pada
tahun 2002 dan mencapai 36,5 juta orang pada tahun 2007.
Diperkirakan 40% dari populasi usia diatas 70 tahun menderita
osteoarthritis, dan 80% pasien osteoarthritis mempunyai
keterbatasan gerak dalam berbagai derajat dari ringan sampai
berat yang berakibat mengurangi kualitas hidupnya karena
prevalensi yang cukup tinggi
 Prevalensi osteoarthritis lutut pada pasien wanita berumur 75 tahun
ke atas dapat mencapai 35% dari jumlah kasus yang ada.
 Pada awal osteoatritis, kandungan air pada kartilago meningkat,
kemungkian sebagai akibat kerusakan jaringan kolagen yang tidak
mampu untuk mendesak proteoglikan, dan selajutnya memperoleh
air. Seiring perkembangan osteoarthritis, kandungan proteoglikan
menurun, kemungkinan melalui kerja metalloproteinase.
 Perubahan dalam komposisi glikosaminoglikan juga terjadi, dengan
peningkatan keratin sulfat dan penurunan rasio kondroitin 4-sulfat
terhadap kondroitin 6 –sulfat. Perubahan ini dapat mengganggu
interaksi kolagen-proteoglikan pada kartilago. Kandungan kolagen
tidak berubah sampai penyakit menjadi parah. Peningkatan dalam
sintesis kolagen dan perubahan distribusi dan diameter serat dapat
terlihat
 Peningkatan aktivitas metabolik yang ditandai dengan peningkatan
sintesis matriks yang dikontrol oleh kondrosit, dianggap merupakan
suatu respon perbaikan terhadap kerusakan.
 Tulang subkondral yang berdekatan dengan kartilago artikular juga
mengalami pergantian tulang yang lebih cepat, dengan peningkatan aktivitas
asteoklast dan osteoblast. Terdapat hubungan antara pelepasan peptide
vasoaktif dan matrix metallpproteinase, neovaskularisasi dan peningkatan
permeabilitas kartilago yang berdekatan.Peristiwa ini selanjutnya
mengakibatkan degradasi kartilago dan pada akhirnya hilangnya kartilago,
berakibat pada rasa sakit dan deformitas sendi.
 Fibrilasi, robeknya kartilago yang tidak mengandung kalsium, mengekspos
bagian dalam tulang sehingga dapat menyebabkan mikrofraktur pada tulang
subkondral. Selanjutnya, kartilago tererosi, meninggalkan tulang subkondral
yang gundul dan menjadi padat, halus dan berkilau.
 Mikrofraktur berakibat pada produksi callus dan osteoid. Tulang baru
(osteofit) terbentuk pada tepi sendi, jau dari area destrksi kartilago.Osteofit
dapat merupakan suatu usaha untuk menstabilkan sendi daripada suatu aspek
yang destruktif dari osteoarthritis.
 Inflamasi diakibatkan dari pelepasan mediator inflamasi seperti
prostaglandin dari kondrosit.
(Elin Yulinah S.,dkk, 2009)
 Kartilago sendi adalah jaringan konektif putih yang padat (yang berpori-pori
dan permeabel = cairan dapat keluar masuk) dan memberikan proteksi
lubrikasi (pelumas), tersusun atas serabut collagen (60%), interfibrillar
proteoglycan gel (40%)) yang mempunyai daya tarik menarik yang tinggi
terhadap air, dan sel-sel chondrosit (2%).
 Kartilago artikular adalah jaringan yang meliputi ujung tulang dan
memungkinkan distribusi beban tekanan terhadap penampang tulang,
menyediakan permukaan gesekan dan penahan gesekan untuk gerakan
sendi.
 Proteoglikan mempunyai daya tarik menarik yang tinggi terhadap air.
 Kondrosit adalah sel tulang rawan terdiri dari cartilage.
 Osteotomi adalah prosedur dimana dokter bedah menghilangkan, atau
kadang menambahkan, irisan tulang dekat sendi yang rusak.
 Osteofit adalah tulang yang tumbuh menonjol kearah luar tubuh yang
muncul ditempat pertemuan kedua tulang atau persendian.
 Sinovitis adalah inflamasi dari sinovuim yang terjadi akibat proses sekunder
degenerasi dan fragmentasi.
 Kondrosit adalah sel tulang rawan terdiri dari cartilage.
 Artoplasti adalah prosedur bedah untuk memperbaiki atau mengganti sendi
yang sakit dan rusak.
 Umur : osteoartritis meningkat sesudah umur 40 tahun
pada wanita dan 50 tahun pada pria. Osteoartritis
dialami sekitar 50 % orang berusia 65 tahun ke
atas dan prevalensinya meningkat menjadi 85 %
pada kelompok usia 75 tahun ke atas.
 Gender
 Ras
 Genetik
 Obesitas
 Kelemahan Otot
 Trauma
 Pekerjaan dan aktivitas fisik berat
 Diet
• 1 OA PRIMER (IDIOPATIK)
Terjadi tanpa kejadian atau penyakit
sebelumnya, dan sangat berhubungan dengan
bertambahnya usia.

• 2 OA SEKUNDER
Dapat disebabkan akibat trauma, infeksi,
obesitas, dan pernah fraktur
 Nyeri sendi
 Hambatan gerakan sendi
 Kaku pagi
 Krepitasi
 Pembesaran sendi (deformitas)
 Pembengkakan sendi yang asimetris
 Tanda-tanda peradangan
 Perubahan gaya berjalan
 Gejala/keluhan utama
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan laboratorium
 Gambaran radiologi
› Plain radiography
› Computed tomography (CT) scanning
› Magnetic resonance imaging (MRI)
› Ultrasonography
› Bone Scanning
› Arthrocentesis
 Mengurangi/mengendalikan nyeri
 Mengoptimalkan fungsi gerak sendi
 Mengurangi keterbatasan aktivitas
fisik sehari hari
(ketergantungankepada orang lain)
dan meningkatkan kualitas hidup
 Menghambat progresivitas penyakit
 Mencegah terjadinya komplikasi
 Edukasi pasien
 Terapi Fisik, aplikasi dingin/panas
 Latihan Fisik
 Istirahat dan merawat persendian
 Penurunan berat badan
 Teknik relaksasi (yoga dan meditasi) dll
 Bedah (pilihan terakhir)
Golongan Contoh obat Dosis Indikasi
obat
NSAID Indometasin 25 mg 2-3 Antiinflamasii dan
kali/hari analgesik
Diklofenak 100-150mg/hari

Ibuprofen 1200-3200mg/hr
dlm 3-4 dosis
terbagi
Ketoprofen 150-300mg/hr
dlm 3-4 dosis
terbagi
Kortikosteroid Prednison 1-2 mg/kg/hari Kontrol untuk
po atau ekivalen penyakit parah.
Metilprednisol dengan Kontrol untuk
on 500-1000 penyakit ringan
mg/hari iv (3-6 atau pemeliharaan
Analgesik Paracetamol 200-400mg/hari Gejala ringan seperti
nonnarkoti po arthritis, ruam kulit,
k 250-500mg/hari serositis.
po

Kapsaisin Dioleskan 3-4 Mengurangi rasa


kali/hari sakit.

Glukosamin 500mg - 3x/hari


dan
chondroitin

Obat Morphin hcl, 10 mg/hari Analgetika


narkotika
kodein
phospat
Obat OA 10-20mg Mengurangi
Injeksi
lainnya inflamasi
hialuronat
 Pasien MD, laki-laki 56 tahun, Nusa Penida
Klungkung. Pasien memiliki keluhan utama nyeri
pada lutut kiri. sejak 6 bulan yang lalu namun
semakin memberat sejak adanya bengkak
dilututnya 2 hari sebelum datang ke rumah sakit.
Nyerinya seperti berdenyut dan ditusuk – tusuk.
Nyeri tersebut juga tidak menghilang setelah lutut
pasien dikompres, nyeri makin memberat saat
pasien melipat lututnya dan menggerakkan kakinya
namun sedikit berkurang dengan istirahat.
 Sebelumnya pasien juga sering merasakan
nyeri pada sendi jempol kaki.Nyeri tersebut
dirasakan pasien sudah sejak 3 tahun yang
lalu. Nyeri dikatakan pasien hilang timbul dan
dirasakan memberat setelah mengkonsumsi
kacang– kacangan dan melinjo. Nyeri
dirasakan seperti tertusuk– tusuk dan
biasanya hilang dengan sendirinya.
 Pasien mengaku mengkonsumsi obat yang
dibeli di apotek untuk meredakan keluhan
bengkak dan nyeri pada lututnya, hanya
saja pasien lupa nama obatnya. Pasien
mengatakan dulunya sejak muda pasien
terbiasa berolahraga, akan tetapi beberapa
tahun belakangan pasien jarang
berolahraga. Pasien biasa melakukan
pekerjaannya dengan bersepeda ataupun
berjalan kaki. Pasien termasuk golongan
1. Subjektif
 Nama Pasien : Tn MD
 Umur : 56 tahun
 Keluhan: nyeri pada lutut kiri sejak 6 bulan yang lalu namun
semakin memberat sejak adanya bengkak dilututnya 2 hari sebelum
datang ke rumah sakit. Nyeri dirasakan pasien di tempat lututnya
mengalami pembengkakan.Nyerinya seperti berdenyut dan ditusuk
– tusuk.Bengkak dirasakannya pada lutut kiri.Bengkak juga tampak
di kedua kaki pasien.Sebelumnya pasien juga sering merasakan
nyeri pada sendi jempol kaki.Nyeri tersebut dirasakan pasien sudah
sejak 3 tahun yang lalu.Nyeri dikatakan pasien hilang timbul dan
dirasakan memberat setelah mengkonsumsi kacang– kacangan dan
melinjo.Nyeri juga biasanya disertai dengan kemerahan pada sendi,
bengkak dan kaku.
 Riwayat pengobatan: Pasien mengaku mengkonsumsi obat yang
dibeli di apotek untuk meredakan keluhan bengkak dan nyeri pada
lututnya, hanya saja pasien lupa nama obatnya.
2. Objektif:
 Pemeriksaan fisik :
› Berat badan 50 kg,
› Tekanan darah 130/90 mmHg,
› Nadi 80x per menit,
› Laju respirasi 22x per menit dan suhu axilla 36 ◦C.
› Terdapat edema pada genu sinistra, pitting (+), kemerahan (+), tofus
lateralankle dextra (+), massa pada suprapatella sinistra (+) ukuran 3 cm x 2
cm, benjolan mobile, permukan rata, undulasi (+), nyeri tekan (+) pada
inspeksi. Dari palpasi didapatkan teraba hangat pada genu S (+), nyeri tekan
genu sinistra (+), nyeri tekan pada massa padasuprapatella sinistra (+), ukuran
3x4, permukaan rata, mobile. Dari auskultasi didapatkan krepitasi (+) pada
genu sinistra.

 Pemeriksaan radiologis : itu berupa foto genu A/P lateral tampak


gambaran osteofit pada genu sinistra, dengan kesan : osteoartritis genu
kiri. Sedangkan pada foto femur tidak tampak adanya kelainan.Dari hasil
pemeriksaan cairan sendi didapatkan warna kuning, bekuan positif,
sedangkan kristal, eritrosit, dan darah negatif. Jumlah sel 8-10.
3. Assesment
 Pasien didiagnosis dengan osteoartritis genu sinistra
functional class II dengansuspek abses suprapatella.
4. Plan
 Terapi Non Farmakologi
Pada pasien ini dilakukan kompres hangat pada sendi lutut
yang terkena dan istirahatkan sendi tersebut. Pasien
diberikan edukasi, yaitu : informasi tentang penyakitnya
secara lengkap (apa itu OA, penyebab, faktor risiko,
perjalanan penyakitnya, komplikasi, penanganan,
aktivitas dan latihan yang boleh dan yang tidak boleh),
istirahatkan dan proteksi terhadap sendi yang terkena,
jangan menekuk lutut (jongkok, bersila, kalau BAB
sebaiknya memakai toilet duduk), sebaiknya mengurangi
pekerjaan yang mengangkat barang berat, hati-hati
ketika berjalan, agar tidak jatuh dan timbul trauma lagi,
olah raga ringan secara teratur, dan diet rendah purin
mengingat riwayat pasien yang sebelumnya memiliki
penyakit asam urat. Pasien juga disarankan untuk
fisioterapi dengan tim rehabilitasi medis.
 Terapi Farmakologi
Terapi farmakologis untuk pasien ini adalah Alupurinol 1x100
mg dan Ibu Profen 3x750 mg
 Anonim, 2006, Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit Arthritis Rematik, Direktorat Bina Farmasi
Komunitas; Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
 Anonim, 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Dasar, Kemenkes RI, Jakarta.
 Anonim, 2017, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Sagung Seto, Jakarta,
(http://pionas.pom.go.id/ioni).
 Arovah, I., N, 2007, Fisioterapi dan Terapi Latihan pada Osteoarthritis, Medikora, Vol 111. No 1.
 DiPiro, J. T. .2015. Pharmacotherapy Handbook: Ninth Edition. (T. L. Schwinghammer, Ed.). Mississippi:
The McGraw-Hill.
 Felson Davit T, Zhang Y, Anthony JM, Naimark A, Anderson JJ. 1992. Weight loss reduces the risk for
symptomatic knee osteoarthritis in women. Boston University Arthritis Center, Boston City Hospital,
Massachusetts. Harrison, Anne L., 2004. The Influence of Pathology, Pain, Balance, and Selfefficacy on
Function in Women With Osteoarthritis of the Knee. Journal of Physical Therapy Volume 84. Melbourne
 Hansen KE; Eliot M.E., 2005 Osteoarthritis, Pharmacotherapy, Apathophysiologycal Approach, McGraw-
Hill.
 Hansen, K.E, Elliot, M.E, 2005, Osteoarthritis, In Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee. G.C., Matzke, G.R.,
Wells, B.G., Posey, L., M., (Eds.), Pharmacopy, A Pathophysiological Approach, Sixth Edition, 1685-
1700, Appeton & Lange, Stamford.
 Hunter, D.J., March, P.N., Sambrook, 2002, Knee Osteoarthritis: The Influence of Enviromental Factors,
Experimental Rheumatology, Australia.
 Mahajan, A., Verma, S., Tandon, V., Osteoarthritis, JAPI, India.
 Priyanto, 2009, Farmakoterapi dan Terminologi Medis, Leskonfi, Jakarta.
 Sukandar, E. Y., dkk, 2008, ISO Farmakoterapi, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta.
 Wittenauer, R., Smith, L., Aden, K., 2013, Priority Medicines for Europe and the World “A Public Health
Approach to Innovation” WHO, USA.

Anda mungkin juga menyukai