A. DEFINISI
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan- lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Nugroho, 2000)
Lanjut usia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas yang akan terus
menerus mengalami perubahan melalui proses menua yang bersifat mental psikologis dan
social, neskipun dalam kenyataannya terdapat perbedaan anatar satu orang dengan orang
lainnya (Departemen Sosial RI, 2002)
Perubahan normal musculoskeletal adalah perubahan yang terkait usia pada lansia
termasuk penurunan tinggi badan, redistribusi massa otot dan lemak subkutan, peningkatan
porositas tulang, atrofi otot, pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan dan kekauan
sendi- sendi.
a. Defenisi
Adalah suatu penyakit tulang metabolic yang ditandai dengan terjadinya kekurangan
kalsifikasi matriks tulang yang normal. Prevalensi pada usia lanjut diperkirakan 3,7%.
Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan vitamin D oleh berbagai sebab.
b. Penyebab utamanya adalah:
Penyakit hati kronis, termasuk kholestasis
Penyakit ginjal
Malabsorbsi
Gastrektomi
Obat-obatan, antara lain barbiturat.
c. Gambaran klinik
Penderita mengeluh nyeri tekan tulang, kelemahan otot an tampak sakit. Nyeri, rasa
sakit dan jatuh sering kali menyebabkan imobilitas. Nyeri tulang sering terjadi pada
tulang dada, punggung, paha dan tungkai. Kelemahan otot terutama mengenai otot
proksimal dan sering menyebabkan penderita sukar bangkit dari kursi atau tempat tidur,
dan kadang-kadang disertai abnormalitas langkah yang lebar. Pemeriksaaan lain yang
penting meliputi biokimiawi tulang, radiologi, scan isotop tulang dan biopsy tulang.
d. Pengobatan
Terapi osteomalasia adalah pemberian vitamin D yang dapat diberikan peroral 3atau
perenteral atau dengan meningkatkan produksi vitamin D dengan penyinaran UV.
Panderita usia lamjtu sering kali mengkonsumsi diet yang kandungan kalsiumnya
rendah, oleh karena itu pada penderita inin pada penderita ini sebaiknya diberikan terapai
berupa tablet kalsium yang mengandung vitamin D atau kalsiferol oral atau perenterla
1000-1500 unit perhari.
2. Fraktur
Pada usia lanjut sering terjadi hanya dengan trauma ringan atau bahkan tanpa adanya
kekerasan yang nyata, (Brocklehurst, 1987).
Jenis fraktur terutama sebagai akibat osteoporosis, terdapat tiga jenis fraktur yaitu :
a. Fraktur leher femur
b. Fraktur colle
c. Fraktur kolumna vertebralis
3. Penyakit Radang Sendi: Artritis Reumatoid
a. Patofisiologi
Artritis adalah suatu penyakit kronis, sitemik, yang secara khas berkembang perlahan-
lahan dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi- sendi diartrodial dan
struktur yang berhubungan. AR sering disertai dengan dodul- nodul rheumatoid, arthritis,
neuropati, skleritis, limfadenopati dan splenomegali. AR ditandai oleh periode- periode
remisi dan bertambah parahnya penyakit.
b. Manifestasi Klinik
Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membrane synovial dan kelebihan
produksi cairan synovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada
radiografi.
Secara radiologi kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Klien
mungkin mengalami keterbatsan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi.
Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus sehingga mengurangi ruang
gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan
kesejajaran tubuh, dan deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan
kartilago dan tulang.
Ketika jaringan fibrosa mengalami klasifikasi, ankilosis tulang dapat mengakibatkan
terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas dan luka pada
jaringan lunak seperti nodula- nodula mungkin terjadi.
c. Penatalaksanaan
Untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan agens antiinflamasi, obat yang
dapat dipilih adalah aspirin. Namun, efek antiinflamasi dari aspirin tidak terlihat pada dosis
kurang dari 12 tablet per hari, yang dapat menyebabkan gejala siste,mgastrointestinal dan
system saraf pusat. Obat anti inflamasi non-steroid sangat bermanfaat, tetapi dianjurkan
untuk menggunakan dosis yang direkomendasikan oleh pasbrik dan pemantauan efek
samping secara hati- hati perlu dilakukan. Terrapin kortikosteroid yang diinjeksikan melalui
sendi mungkin digunakan untuk infeksi di dalam satu atau dua sendi. Injeksi secara cepat
dihubungkan dengan nekrosisi dan penurunan kekuatan tulang. Biasanya injeksi yang
diberikan ke dalam sendi apapun tidak boleh diulangi lebih dari tiga kali. Rasa nyeri dan
pembengkakan umumnya hilang untuk waktu 1 sampai 6 minggu.
Penatalaksanaan keperawatan menekankan pemahaman klien tentang sifat AR kronis
dan kelompok serta tahap-tahap yang berbeda untuk memantau perkembangan penyakit.
Klien harus ingat bahwa walaupunpengobatan mungkin mengurangi radang dan nyeri sendi,
mereka harus pula mempertahankan peregerakan dan kekuatan untuk mencegah deformitas
sendi. Suatu origram aktivitas dan istirahat yang seimbang sangat penting untuk mencegah
peningkatan tekanan pada sendi.
Pengkajian
Pengkajian pada lansia dengan gangguan pada sistem musculoskeletal adalah sebagai berikut:
Kegiatan yang mampu dilakukan klien.
Lingkungan yang tidak kondusif seperti penerangan yang kurang, lantai yang licin,
tersandung alas kaki yang kurang pas, kursi roda yang tidak terkunci, jalan
menurun/adanya tangga, dan lain-lain.
Mengkaji kekuatan otot
Kemampuan berjalan
Kebiasaan olahraga/senam
Kesulitan/ketergantungan dalam melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan sehari-
hari.
Masalah keperawatan
Masalah keperawatan pada lansia dengan gangguan pada sistem musculoskeletal adalah
sebagai berikut:
Gangguan aktivitas sehari-hari
Kurangnya perawatan diri
Imobilisasi
Kurangnya pengetahuan
Resiko cedera: jatuh
Cemas
Nyeri sendi dan tulang
Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan untuk lansia dengan gangguan sistem musculoskeletal adalah sebagai
berikut:
Identifikasi factor-faktor penyebab
Anjurkan untuk menggunakan alat-alat bantu berjalan, misalnya tongkat, atau kursi
roda.
Gunakan kaca mata jika berjalan atau melakukan aktivitas
Lakukan kegiatan fisik sesuai kemampuan
Lakukan latihan gerak aktif dan pasif
Latih klien untuk pindah dari tempat tidur kekursi dan sebaliknya dari kursi ke
tempat tidur
Sediakan penerangan yang cukup
Sediakan pegangan pada tangga dan kamar mandi
Beri motivasi dan reinforcement
Pertahankan lingkungan yang aman.
Pertahankan kenyamanan, baik dalam keadaan istirahat maupun beraktivitas
Kolaborasi untuk pengobatan lebih lanjut
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Penerbita Graha Ilmu. Yogyakarta
Kusharyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Penerbit Salemba Medika,
Jakarta
Martono, H. Hadi, 2010, Buku Ajar Geriatri, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta
Stanley, Mickey, 2002, Buku ajar Keperawatan Gerontik, Penerbit buku Kedokteran: EGC,
Jakarata
Stockslager, Jaime L dkk, 2008, Asuhan Keperawatan Geriatrik, Penerbit buku Kedokteran:
EGC, Jakarta
Tyson, Shirley Rose, 1999, Gerontological Nursing Care, WB Saunders Company, USA