Anda di halaman 1dari 15

PENYAKIT PADA OTOT

Oleh : Ners Mariani S.M. Unthailawal S.Kep


.......sedikit lanjutan dari gangguan
ruas-ruas tulang belakang
Gangguan fungsi fisiologis dapat terjadi antara lain akibat tulang mengalami
kekurangan nutrisi, baik berupa vitamin atau mineral. Selain itu, gangguan ini
dapat pula terjadi karena adanya gangguan hormon. Berikut ini beberapa bentuk
gangguan fisiologis pada sistem rangka.
1. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan gangguan tulang yang terjadi karena kekurangan hormon
(misalnya, testoteron pada laki-laki dan progresteron pada perempuan).
Akibatnya tulang-tulang menjadi rapuh dan gampang patah.
2. Mikrosepalus
Mikrosepalus merupakan gangguan pertumbuhan tulang-tulang tengkorak karena
kekurangan zat kapur pada saat bayi. Akibatnya, kepala menjadi kecil sehingga
akan berpengaruh juga pada keseimbangan mental.
3. Rakitis
Rakitis merupakan penyakit tulang yang disebabkan oleh kekurangan vitamin D.
Kekurangan vitamin D adpat mengakibatkan sel-sel tulang sedikti memperoleh
zat kapur sehingga tulang-tulang cenderung lunak. Penderita rakitis sering kali
memiliki kaki bentuk huruf O atau X.
PENYAKIT PADA
OTOT
Otot merupakan komponen utama dalam
sistem gerak. Sebagian besar gerak berasal
dari aksi otot. Dengan demikian , adanya
kelainan atau penyakit pada sistem otot akan
berakibat pada mekanisme gerak. Berikut ini
beberapa macam kelainan pada otot :
a. Atrofi
Atrofi merupakan penurunan fungsi otot dalam berkontraksi sehingga ukuran
otot menjadi menyusut (kecil). Atrofi dapat disebabkan oleh penyakit poliom
yelitis.penyakit ini dapat mengakibatkan kerusakan pada saraf yang
mengkoordiansi kerja otot. Gangguan atrofi dapat diperkecil antara lain dengan
terapi kejutan listrik dan teknik pijatan.
b. Hiertropi
Hipertropi merupakan kebalikan dari atrofi, hipertropi menyebab otot
berkembang menjadi lebih besar dan kuat dibandingkan dengan sebelumnya.
Hipertropi disebabkan oleh aktifitas otot yang berlebihan. Misalnya, akibat
latihan olahraga dan bekerja berat.
c. Hernia abdominal
Hernia abdominal merupakan gangguan otot yang disebabkan sobeknya dinding
otot perut.
d. Kram
Kram atau kejang otot merupakan suatu keadaan yang menyebabkan otot tidak
mampu lagiberkontraksi dan dapat menimbulkan rasa sakit bila dipaksa
berkontraksi. Kram terjadi akibat kontraksi yang terjadi terus-menerus.
c. Distrofi
Distrofi merupakan penyakit otot yang bersifat kronis dan diperkirakan termasuk
semacam penyakit bawaan.
f. Tetanus
Tetanus merupakan penyakit kejang pada otot yang disebabkan oleh infeksi
bakteri (costridium tetani) yang masuk ke dalam luka.
g. Kaku leher
Kaku leher atau stiff merupakan peradangan pada otot trapesius leher yang
berakibat leher menjadi sakit dan terasa kaku jika digerakkan. Penyebabnya
karena hentakan kesalahan gerak.
h. Miastenia gravis
Miastenia gravis merupakan penyakit yang menyebabkan otot melemah adn
cenderung lumpuh. Penyakit ini bias menyerang otot-otot disekitar kelopak
mata, muka, leher, dan anggota gerak.
Manifestasi Klinis

1. Pemeriksaan Diagnosis Sistem Muskuloskeletal


a. Prosedur pencitraan
Prosedur pencitraan terdiri atas beberapa langkah yaitu :
1) sinar-X (menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi,dan perubahan
hubungan tulang.
2) Computed Tomography / CT-Scan (untuk mengidentifikasi lokasi dan
panjangnya patah tulang di daerah yang sulit devaluasi (misalnya
asetabulum). Pemeriksaan berlangsung sekitar 1 jam dengan atau tanpa
kontras.
3) Magnetik resonance (MRI) untuk memperlihatkan abnormalitas (misalnya
tumor atau penyempitan jalur jaringan melalui tulang) jaringan lunak sepert
otot, tendon, dan tulang rawan.
4) Angiografi untuk mengkaji perfusi arteri dan bisa digunakan untuk tingkat
amputasi yang dilakukan. Perawat memantau tanda vital,tempat penusukan,
untuk melihat adanya pembengkakkan,perdarahan dan hematoma serta
ekstremitas bagian distalnya untuk menilai apakah sirkulasinya adekuat.
Pemeriksaan lain :

1) Arthrosentesis (aspirasi sendi) dilakukan untuk memperoleh cairan synovial


untuk keperluan pemeriksaan dan untuk menghilangkan nyeri akibat efusi
2) Arthroskopi adalah prosedur endoskopis yang memungkinkan pandangan
langsung ke dalam sendi. Secara umum, sendi tetap diesktensikan dan
dielevasi untuk mengurangi pembengkakkann.
3) Pemindai tulang (mencerminkan derajat sejauh mana matriks tulang
“mengambil isotop radioaktif khusus tulang yang diinjeksi ke dalam sistem
tersebut.
Pencegahan primer sekunder dan tersier

a. Pencegahan primer meliputi :


1) Latihan fisik, harus yang memberikan pembebanan pada tubuh/anggota gerak
dan penekanan dapa axis tulang (jogging, aerobik, jalan naik/turun) bukan
berenang atau latihan fisik yang ebrat dan berlebih
2) Hindari faktor yang menurunkan absorbsi kalsium, meningkatkan resorpsi
tulang, atau mengganggu pertumbuhan tulang.
3) Pengamanan usia lanjut dari resiko jatuh, hati-hati obat penenang.
Pencegahan sekunder

1) Konsumsi kalsium dilanjutkan pada nebopouse 1200-1500 mg/hari untuk


mencegah negative calsium balance (pemberian kalsium bersama dengan
pemberian estrogen dapat menurunkan kebutuhan dosis esterogen sampai 50%
2) ERT = estrogen replacement therapy dapat menurunkan risiko fraktur sampai
50% pada panggul, radius, dan vertebra
3) Latihan fisik latihan beban dan tarikan (stretching) pada axis tulang.
4) Vit D dan Thiazide
Pemeriksaan tersier

1) Pasien jangan dibiarkan imobilisasi terlalu lama


2) Pemberian obat :biphosphonate, calcitonin, NSAIS bila ada nyeri.
3) Rehabilitasi medis
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai