Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

REHABILITASI MEDIK PADA OSTEOPOROSIS

Pembimbing :
Dr. Liem Kiem San, Sp.KFR

Oleh :
Sares Daselva, S.Ked
Baiq Selsilya Prapita Nilda, S.Ked

KEPANITERAAN KLINIK ILMU REHABILITASI MEDIK


FK UMS – RSUD DR. HARJONO S. PONOROGO
2018
DEFINISI

Menurut International Consensus Definition


• Osteoporosis adalah penyakit skeletal sistemik yang ditandai
dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan
mikroarsitektur jaringan tulang sehingga terjadi kerapuhan
tulang dan peningkatan kerentanan patah tulang.
Menurut National Institute of Health (NIH)
• Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai
oleh compromised bone strength sehingga tulang mudah patah.
ANATOMI & FISIOLOGI TULANG
• Tulang dalam garis besarnya dibagi
menjadi :
• Tulang Panjang : Yang termasuk tulang
panjang misalnya seperti femur, tibia,
fibula, ulna dan humerus. Dimana
daerah batasnya disebut diafisis dan
daerah yang berdekatan dengan garis
epifisis disebut metafisis..
• Tulang pendek : Contoh dari tulang
pendek adalah antara lain tulang
vertebra dan tulang-tulang karpal.
• Tulang pipih : Yang termasuk tulang
pipih antara lain tulang iga, tulang
scapula, dan tulang pelvis.
Pada tulang yang aktif tumbuh, terdapat empat jenis sel:
• Osteoprogenitor
• Osteoblast
• Osteocyte
• Osteoclast

PROSES REMODELING TULANG


Remodeling tulang merupakan suatu proses aktif dan dinamik yang mengandalkan pada
keseimbangan yang benar antara penyerapan tulang oleh osteoklas, yang dirangsang oleh
hormon paratiroid, dan deposisi tulang oleh osteoblas.
EPIDEMIOLOGI

Osteoporosis merupakan masalah kesehatan utama global


yang menyebabkan lebih dari 200 juta patah tulang
osteoporosis di seluruh dunia setiap tahun, termasuk 1,6 juta
fraktur panggul. Di Amerika Serikat pada tahun 2005, ada
sekitar dua juta patah tulang diperkirakan terkait osteoporosis,
termasuk sekitar 547.000 patah tulang belakang, 297.000
patah tulang pinggul (hip), 397.000 patah tulang pergelangan
tangan, 135.000 patah tulang panggul (pelvic), dan 675.000
patah tulang di tempat lain.
FAKTOR RESIKO

• Faktor Riwayat Keluarga dan Reproduktif


• Faktor Gaya Hidup : Merokok, Penggunaan Alkohol,
Aktivitas Fisik
• Faktor Pemakaian Obat
• Faktor Kondisi Medis
PATOGENESIS
GEJALA KLINIS
Gejala klinis dapat ditemukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
1. Anamnesis
• Secara anamnesa mendiagnosis osteoporosis hanya dari tanda sekunder yang
menunjang terjadi osteoporosis, seperti: Tinggi badan yang makin menurun,
Obat-obat, Penyakit-penyakit yang diderita selama masa reproduksi, Jumlah
kehamilan dan menyusui, Bagaimana keadaan haid selama masa reproduksi,
Apakah sering beraktivitas di luar rumah sehingga mendapat paparan matahari,
Apakah sering minum susu dan asupan kalsium lainnya, Apakah sering merokok,
minum alkohol
2. Pemeriksaan fisik
• Penderita (terutama wanita tua) biasanya datang dengan nyeri tulang terutama
tulang belakang, bungkuk dan sudah menopause.
DIAGNOSIS

• Densitometer (Lunar)
Pemeriksaan ini menggunakan teknologi DXA (dual-energy x-ray
absorptiometry). Pemeriksaan ini merupakan gold standard diagnosis
osteoporosis.
• Densitometer-USG
Pemeriksaan ini lebih tepat disebut sebagai screening awal penyakit
osteoporosis.
• Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologik yang khas
pada osteoporosis adalah
penipisan korteks dan daerah
trabekuler yag lebih lusen. Hal ini
akan tampak pada tulang – tulang
vertebra yang memberikan
gambaran picture–frame vertebra
• Pemeriksaan laboratorium untuk osteocalcin dan dioksipiridinolin, CTx
CTx merupakan hasil penguraian kolagen tulang yang dilepaskan ke
dalam sirkulasi darahsehingga spesifik dalam menilai kecepatan
proses pengeroposan tulang
TATALAKSANA

1. Farmakologi
• Terapi siklik dengan penggantian pada esterogen, dianjurkan pemberiannya
pada masa peri-menopause.
• Pemberian kalsitonin kepada penderita osteoporosis yang sudah terdiagnosis.
• Penggunaan kalsium suplemental lebih pada pasien yang tidak memiliki batu
ginjal.
• Penambahan asupan vitamin D pada pasien yang mengalami defisiensi.
• Pemberian biphosphonate
2. Non-Farmakologi
Edukasi
• Menghindari mengangkat sesuatu/ barang yang berat
• Menghindari jatuh dengan menghindari lantai licin, alas kaki licin, tangga yang
curam, dan penerangan ruangan yang redup. Bila ada gangguan penglihatan
harus dikoreksi (misalnya dengan kacamata), penggunaan tongkat saat berjalan,
penggunaan pegangan tangan di kamar mandi, penggunaan kloset duduk.
• Postur: menghindari postur yang bungkuk, harus tegak, dapat dibantu dengan
korset.
• Olahraga: awalnya tanpa beban kemudian bertahap diberikan beban sesuai
toleransi.
• Latihan pembebanan harus dalam pengawasan dokter SpKFR (Spesialis
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi) atau SpKO (Kedokteran Olahraga).
• Latihan keseimbangan.
Rehabilitasi Medik
Rehabilitasi Medik adalah upaya aktif untuk mengembalikan
kemampuan pasien berdasarkan sisa kemampuan yang masih
dimiliki.
Tujuan utama rehabilitasi medik adalah :
• Mengurangi rasa sakit.
• Memperbaiki fungsi tulang.
• Membantu pemulihan kemandirian hidup sehari-hari.
• Memperbaiki kualitas hidup yang telah menurun.
• Terapi dan rehabilitasi. Rasa nyeri yang dialami oleh pasien
osteoporosis dapat diatasi, selain dengan obat-obatan juga
dengan terapi modalitas fisik (terapi panas, terapi dingin, juga
terapi relaksasi yang memosisikan tubuh secara tepat dan benar).
• Pemakaian ortosis spinal. Alat ini, ortosis spinal di-gunakan untuk
imobilitasi tulang punggung.
• Uji gangguan kestabilan.
KESIMPULAN
• Osteoporosis merupakan satu penyakit metabolik tulang sistemik yang
ditandai oleh menurunnya densitas massa tulang, oleh karena berkurangnya
matriks dan mineral tulang disertai dengan kerusakan mikro arsitektur dari
jaringan tulang, sehingga terjadi kecenderungan tulang mudah patah.
Berdasarkan kriteria WHO, osteoporosis adalah nilai BMD berada pada 2,5
standart deviasi (SD) atau di bawah nilai rata-rata dewasa muda yang sehat
(T score < -2,5 SD). Osteoporosis dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
osteoporosis primer (involusional) dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis
primer dibagi 2, yaitu osteoporosis tipe I (osteoporosis pasca menopause) dan
osteoporosis tipe II (osteoporosis senilis). Penatalaksanaan osteoporosis
meliputi upaya pencegahan dan pengobatan yang berupa pendekatan non
farmakologi (edukasi dan latihan/rehabilitasi), farmakologi (bisfosfonat,
estrogen dan lain-lain) dan tindakan bedah bila terjadi fraktur.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai